َيَكُ ْن َغنِيّا َأوْ َفقِيًا فَاللّ هُ َأوْلَى ِبهِمَا فَل تَّتِبعُوا اْل َهوَى أَ نْ َتعْدِلُوا وَإِ نْ َت ْلوُوا َأوْ ُت ْع ِرضُوا فَإِنّ اللّ ه
كَانَ بِمَا َتعْمَلُونَ َخبِيًا
ٌي َعزِيز
ّ س وَلَِيعْلَ َم الّلهُ مَنْ َيْنصُ ُر ُه َورُسَُلهُ بِاْل َغْيبِ إِ ّن الّلهَ َق ِو
ِ س شَدِي ٌد َومَنَافِعُ لِلنّا
ٌ فِيهِ بَ ْأ
ْحتِ فَإِنْ جَاءُوكَ فَاحْكُمْ َبيَْنهُمْ َأوْ َأ ْعرِضْ َعْنهُ ْم وَإِ ْن ُت ْعرِضْ َعْنهُم
ْ ّسَمّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكّالُونَ لِلس
Ayat di atas menuntut agar semua orang dalam situasi yang sama
diperlakukan dengan sama. Magnis Suseno, (1987: 81), dan keadilan hanya akan
terwujud dalam kehidupan sesama apabila kita memperlakukan objek dengan
cara terbaik yang sesuai dengan keadaannya. Thoha Faz, (2007: 280).
Lain dari pada itu. Adalah keadilan Allah terdahap segenap ciptaan-Nya.
Firman Allah:
َسهُمْ يَ ْظلِمُون
َ ُإِنّ الّلهَ ل يَ ْظلِمُ النّاسَ شَْيئًا وَلَكِ ّن النّاسَ َأْنف
Dalam sejarah Islam, berkenaan dengan keadilan Allah ada satu aliran
yang menyebut golongan ahl al-'adl (golongan yang mempertahankan keadilan
Tuhan), dimana aliran ini memegang lima prinsip dasar, dan di antara salah
satunya adalah tentang al-'adl (keadilan Tuhan). Menurutnya, Allah tidak
menyukai kerusakan dan tidak pula menciptakan perbuatan manusia. Dia
mengayomi segala kebaikan yang diperintakan, dan terlepas dari segala kejahatan
yang dilarang-Nya. Dia kuasa untuk mencegah ketika manusia berbuat kejahatan.
Tetapi Allah tidak melakukan hal itu, karena jika demikian berarti Dia
menghilangkan ujian dan cobaan-Nya (dari manusia). Harahap dan Nasutioan,
(2003: 7-8).
Namun dari realita yang ada saat ini, suatu tatanan masyarakat yang utuh
justru dirusak dan dinodai oleh sifat khianat dari tiap pribadi itu sendiri, sehingga
kezaliman meraja lela yang mengantarkan manusia kepada kehancuran dan
perpecahan antara sesama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah
"Manusia tidak pernah berselisih paham tentang pendapat bahwa akibat dari
kezaliman itu mulia; oleh karena itu orang mengatakan bahwa Allah
memenangkan Negara yang adil meskipun kafir dan tidak membantu Negara
yang zalim meskipun mukmin". (Ahmadi Thaha, 2007: 127).
Kita tahu bahwa kezaliman yang mendarah daging dan berkembang biak
di kalangan jajaran pemerintahan Islam hususnya, bukan berarti mereka buta akan
makna adil dan penerapan keadilan, akan tetapi mereka tidak dapat menundukkan
dan melepaskan diri dari perbudakan dan penjara hawa nafsu mereka.
Tidak pada yang demikian itu saja, Qurasih Shihab pun memaklumatkan
bahwa, salah satu sendi kehidupan bermasyarakat adalah keadilan. Berbuat
baik melebihi keadilan seperti memaafkan kepada yang bersalah atau
memberikan bantuan kepada yang malas akan dapat menggoyahkan sendi-sendi
tatanan kehidupan bermasyarakat. Memang Al-Qur'an memerintahkan perbuatan
adil dan kebajikan seperti firman-Nya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan" (QS Al-Nahl: 90), karena ihsan (kebajikan)
dinilai sebagai sesuatu yang melebihi keadilan. Namun dalam kehidupan
bermasyarakat, keadilan lebih utama daripada kedermawanan atau ihsan.
Kemudian Quraish Shihab, (2007: 158) menambahkan bahwa, "Keadilan
harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika
perlu dengan kekerasan. Karena ia adalah salah satu cara untuk menegakkan
keadilan".
Paling tidak ada empat makna keadilan yang diungkapkan oleh para pakar
agama: pertama: adil dalam arti "persamaan (hak manusia)". Kedua: adil dalam
arti "seimbang (keseimbangan dan kesesuaian bukan lawan kata keadilan)".
Ketiga: adil dalam arti "menempatkan sesuatu pada tempatnya (antara hak sesama
manusia)". Dan yang keempat: "adil yang dinisbatkan kepada Ilahi" Quraish
Shihab, (2007: 152-155).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Bakker dan Zubair, (1990: 11) mengungkap bahwa, fungsi dari penelitian
adalah, sebuah formulasi atau jalan untuk menemukan dan memberikan
penafsiran yang benar. Shingga ilmu pengetahuan tidak berdiri di tempat dan
surut kebelakang. Kemudian Kaelan, (2005:235) menyatakan bahwa suatu
penelitian atau kajian harus memiliki nilai guna baik secara praktis maupun
akademis. Berikut kegunaan dari penelitian ini:
1. Secara Akademis:
1. Alasan Obyektif.
2. Alasan Suyektif.
Dan yang paling penting dari pada itu, kajian ini selaras dengan jurusan
peneliti, kemudian Tafsir Al-Misbah disajikan dalam bahasa Indonesia, sehingga
memungkinkan dan memudahkan peneliti untuk mengkaji dan
menyelasaikannya.
1. Quraish Shihab
2. Keadilan
Kata adil terambil dari kata 'adala yang terdiri dari huruf 'ain, daal,
dan laam. Rangkaian huruf-huruf ini mengandung dua makna yang bertolak
belakang, yakni "lurus dan sama" dan "bengkok, berbeda".
Tafsir al-Misbah terdiri dari 15 Jilid, yaitu jilid 1 terdiri dari surah Al-
Fatihah sampai dengan Al-Baqarah, Jilid 2 surah Ali-Imran sampai dengan
An-Nisa, jilid 3 surah Al-Maidah, jilid 4 surah Al-An’am, jilid 5 surah Al-
A’raf sampai dengan At-Taubah, jilid 6 surah Yunus sampai dengan Ar-Raa’d,
jilid 7 surah Ibrahim sampai dengan Al-Isra, jilid 8 surah Al-Kahf sampai
dengan Al-Anbiya, jilid 9 surah Al-Hajj sampai dengan Al-Furqan, jilid 10
surah Asy-Syu’ara sampai dengan Al-‘Ankabut, jilid 11 surah Ar-Rum sampai
dengan Yasin, jilid 12 surah As-Saffat sampai dengan Az-Zukhruf, jilid 13
surah Ad-Dukhan sampai dengan Al-Waqi’ah, jilid 14 surah Al-Hadad sampai
dengan Al-Mursalat, dan jilid 15 surah Juz A’mma.
(http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Tafsir-Al-Misbah)
G. Kajian Pustaka
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku “adil”
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang lalim”.
H. Metode Kajian
2. Sumber Data.
a. Metode
Interpretasi.
Dalam hal ini peneliti akan menemukan dan mendeskripsikan
penafsiran Quraish Shihab tentang ayat-ayat keadilan dalam Tafsri Al-
Misbah. Sehingga peneleti akan menemukan, menuturkan, dan
mengungkapkan makna objek yang terkandung. Kaelan, (2005: 76)
b. Metode Deskriptif
Historis.
Peneliti akan melukiskan, menjelaskan dan menerangkan latar
belakang Quraish Shihab yang berhubungan dengan: riwayat hidup,
pendidikan, dan segala hal yang berkaitan dengan perkembangan
pemikiran Quraish Shihab.
c. Metode Deskripsi.
Peneliti berusaha menguak secara teratur seluruh penafsiran
Quraish Shihab tentang ayat-ayat tentang keadilan, yaitu dengan
memberikan deskripsi mengenai metode penerapan yang dipakai oleh
Quraish Shihab dalam Tafsri Al-Misbah, khususnya metode penafsiran
yang dipakai oleh Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat tentang
keadilan.
d. Komparasi.
Dalam hal ini, peneliti akan mengkomparasikan antara penafsiran
Quraish Shihab dengan pendapat dan penafsiran mufassir lain yang
berhungan dengan pembahasan tentang ayat-ayat keadilan. Dalam artian
membandingkan dua pemikiran atau pendapat lebih dari satu. Kaelan,
(2005, 94)
e. Metode Induktif
Metode ini adalah suatu proses mengambil kesimpulan setelah
proses pengumpulan data dan analisis data. Kaelan, (2005: 95). Yaitu
melalui suatu sintesis dan penyimpulan secara induktif.
I. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dikaji secara sistematis dalam lima bab. Bab I,
pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan kajian,
kegunaan kajian, alasan pemilihan judul, batasan istilah dalam judul, kajian
pustaka dan sistematika pembahasan.
Bab II, landasan teori. Dalam bagian ini peneliti akan mengungkapkan apa
sebebarnya keadilan itu dalam Al-Qur’an, pembahasan akan berkisar pada kata-
kata yang menunjuk kepada makna keadilan. Yaitu kata Al-‘Adl, Al-Qisth, dan Al-
Miizaan. Pada bab ini pula akan diungkap apa makna keadilan tentunya setelah
ayat-ayat tersebut diklasifikasikan.
Bab III, peniti akan memaparkan latar belakang kehidupan Quraish Shihab
dan sejarah penulisan Tafsir Al-Misbah. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
latar belakang kehidupan Quraish Shihab dan paparan singkat tentang Tafsir Al-
Misbah, sehingga penliti dapat menguak dan mengangkat makna penafsiran
Quraish Shihab mengenai pembahasan keadilan.
Al-Ghazali, Muhammad. Menikmati Jamuan Allah: Inti Pesan Qur’an Dari Tema
Ke Tema. Terjemahan oleh Ahmad Syaikhl dan Ervan Nurtawab. 2003.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semerta.
Rais, Dhiauddin. 2001. Teori Politik Islam. Terjemahan oleh Abdul Hayyi’ al-
Kattani. Jakarta: Gema Insani.
Al-Qardawi, Yusuf. 2005. Aqidah Salaf dan Khalaf. Terjeman oleh Arif Munandar
Riswanto. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Susanto, Ali Adi Joko. 2006. Keadilan Sahabat Dalam Periwayatan Hadis: Suatu
Tinjauan Predikat Adil Sebagai Periwayat”. Jakarta:UIN Syarif
Hidayatullah. Skripsi ini tidak diterbitkan.
Toha, Ahmad Faz. 2007. Titik Ba: Paradigm Revolusioner Dalam Kehidupan
Dan Pembelajaran. Bandung: Mizan.
Prasetya, Joko Tri dkk. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf. M. Yunan. 2003. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: Sebuah Telaah
Atas Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam. Jakarta: Permadani.
Thaha, Ahmadi. 2007. Ibnu Taimiah: Sejarah Hidup Dan Pemikiran. Surabaya:
PT Bina Ilmu.
Lampiran I
I. Sistematika Laporan Penelitian
BAGIAN AWAL
Halaman Sampul
Halam Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Dafatar Table (Jika ada)
Daftar Gambar (Jika ada)
Daftar Lampiran
BAGIAN INTI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Kajian
D. Kegunaan Kajian
E. Alasan Pemilihan Judul
F. Metode Kajian
G. Batasan Istilah Dalam
Judul
H. Sistematika Penulisan