Anda di halaman 1dari 5

Nurhadi (2003: 13) menyatakan bahwa: Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar dimana

guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan seharihari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan konteks-konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Menurut Suherman (2008) pembelajaran kontekstual adalah Pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modelling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual menekankan pentingnya lingkungan alamiah untuk diciptakan dalam proses belajar mengajar di kelas agar kelas lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sugandi dalam Supriyanto (2007: 16) menyatakan bahwa Pembelajaran kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan dibenak pikiran mereka karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat di pisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. Menurut Muslich (2008: 42) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut

(1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada kecakapan keterampilan dasar dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). (2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengarahkan tugas-tugas yang bermakna (meaningfull learning). (3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). (4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a group). (5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learntng to know each other deeply). (6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ash to inquiry, to work together). (7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as en enjoy activity). Pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran, yang menuntut siswa untuk mengontruksi pengetahuan yang telah mereka miliki dan dikaitkan dengan kehidupannya misalnya yang menyangkut kehidupan siswa, seperti pengalaman mereka dalam memanfaatkan teknologi. Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk saling bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam. Clifford dan wilson dalam Tim Penatar Undiksha (2007:5) menyebutkan bahwa CTL tercermin dari pembelajaran yang (1) Berbasis masalah (memecahkan masalah, menemukan dan menjawab masalah) (2) Menggunakan konteks yang beragam (teknik pembelajaran kontekstual yang digunakan harus bervariasi, tidak monoton) (3) Menghargai keberagaman siswa (4) Mendukung pembelajaran mandiri (self-regulated learning) (5) Menggunakan kelompok belajar dengan semangat saling ketergantungan (interdependen, belajar secara kooperatif) (6) Menggunakan asesmen otentik Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama (Muslich,

2008: 43), yaitu (1) contructivism (kontruktivisme, membangun, membentuk), (2) questioning (bertanya) (3) inquiry, (menyelidiki, menemukan), (4) learning community (masyarakat belajar), (5) modelling (pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan balik), dan (7) authentic assessment (penilaian yang sebenamya) Ada pun mengenai penjelasan tujuh komponen utama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.Oleh sesbab itu pengalaman terbentuk oleh dua factor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek tersebut. 2. Bertanya Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu, peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaanpertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. 3. Inkuiri Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran

didasarkan

pada

pencarian

dan

penemuan

melalui

proses

berpikir

secara

sistematis.Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.Dengan demikian dalam proses perencanaan,guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,akan tetapi meransang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. 4. Masyarakat belajar Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan,yang cepat didorong untuk membantu yang lambat belajar. 5. Pemodelan Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing.guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan lain sebagainya. 6. Refleksi Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya. 7. Penilaian sebenarnya Penilaian sebenarnya (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2009913-strategi-pembelajarankonstekstual-teaching-learning.tanggal 6 november 2012 pukul 21.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai