Anda di halaman 1dari 12

Scuba Diving atau menyelam adalah Kegiatan di dalam air pada kedalaman minimal 7 meter selama 10 menit.

Dalam aktivitas ini banyak potensi bahaya penyelaman, ada yang berhubungan dengan kesehatan penyelaman (berhubungan dengan hukum fisika), lingkungan penyelaman (Flora dan Fauna yang berbahaya). 1. Kesehatan Penyelaman Sebelum menjalankan penyelaman, Anda perlu mengetahui dahulu resiko dari penyelaman itu sendiri. Ada beberapa keadaan yang merupakan kondisi berbahaya dalam menyelam. Berikut ini hanya akan dibahas dua keadaan berbahaya yang sering terjadi akibat penyelaman, yakni barotrauma dan dekompresi. Barotrauma

Salah satu bahaya dalam diving adalah timbulnya keadaan yang disebut dengan barotrauma, yakni kerusakan pada telinga bagian tengah karena perbedaan tekanan udara antara bagian luar dengan bagian tengah telinga (dipisahkan oleh gendang telinga).

Gendang telinga memisahkan saluran telinga luar dengan telinga bagian tengah. Jika tekanan antara saluran luar dan dalam mengalami ketimpangan, gendang telinga bisa cedera. Untuk itu ada organ yang bisa menyeimbangkan tekanan tersebut, yakni eustachian tube (sebuah lubang penghubung antara telinga bagian tengah dengan bagian belakang hidung).

Eustachian tube ini membantu mempertahankan keseimbangan tekanan pada kedua gendang pendengar dengan membolehkan udara luar memasuki telinga bagian dalam. Jika terjadi perubahan tiba-tiba pada tekanan udara luar ( misalnya selama pendakian, turunnya kapal terbang, atau menyelam), udara akan bergerak melalui eustachian tube untuk menyamakan tekanan di telinga bagian dalam. Jika terjadi sumbatan pada eustachian tube karena luka, tumor, infeksi, pilek, atau alergi, udara tidak bisa bergerak ke dalam telinga. Perbedaan tekanan ini yang membuat gendang pendengar mengalami memar, bahkan bisa sampai pecah dan berdarah. Jika perbedaan tekanan tersebut sangat timpang, dapat terjadi kehilangan pendengaran atau kegamangan. Jika sudah mengerti mekanismenya, maka gampang saja mengatasinya. Barotrauma dapat diatasi dengan melakukan beberapa maneuver, yakni :

Bernafas dengan mulut terbuka, mengunyah permen karet, atau menelan sewaktu pesawat naik ke atas.

Menjepit hidung, menahan mulut tetap tertutup, dan mencoba mengeluarkan udara dengan lembut lewat hidung sewaktu pesawat turun atau melakukan penyelaman lebih dalam di air.

Menggunakan dekongestan ketika bepergian dengan pesawat pada orang yang sedang menderita infeksi saluran pernafasan atau alergi, untuk menolong terbukanya eustachian tube dan menyamakan tekanan pada gendang pendengar. Menyelam sebaiknya dihindari sampai infeksi atau alergi terkendali.

Dekompresi

Dekompresi (Decompression Sickness) adalah suatu keadaan yang paling harus dihindari oleh setiap penyelam. Secara sederhana dekompresi adalah suatu keadaan medis dimana akumulasi nitrogen dalam tubuh selama menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Bagaimana hal demikian bisa terjadi? Seperti kita ketahui, mayoritas udara yang kita hirup adalah nitrogen dan oksigen. Di sisi lain, saat menyelam, udara yang kita hirup lebih banyak dari pada biasanya karena peningkatan tekanan udara. Akibat kelebihan udara tersebut, gas nitrogen akan terakumulasi didalam tubuh penyelam, seiring dengan lamanya menyelam dan kedalaman penyelaman. Sebenarnya kelebihan nitrogen tersebut bisa dinetralisir tubuh sepanjang kita tidak menyelam terlalu lama, tidak terlalu dalam, dan naik perlahan-lahan sehabis menyelam. Namun masalah

terjadi bila kita naik dengan cepat dari kedalaman tertentu ke permukaan air. Nitrogen yang sudah terakumulasi di dalam cairan tubuh penyelam akan dilepas dalam bentuk gelembung udara (buih) akibat dari penurunan tekanan secara drastis. Buih-buih inilah yang akan menyumbat aliran darah maupun sistem syaraf tubuh manusia. Gejala-gejala dekompresi biasanya timbul sesaat setelah menyelam atau tertunda sampai maksimal 48 jam. Gejala dekompresi tidak mungkin terjadi setelah melewati 48 jam, karena dalam waktu tersebut tubuh sudah menetralisir akumulasi nitrogen. Dalam waktu 48 jam tersebut, penyelam tidak boleh naik pesawat terbang, karena dekompresi masih bisa terjadi akibat perbedaan tekanan udara di permukaan laut dan di ketinggian jelajah pesawat terbang. Mengkonsumsi alkohol, keletihan, faktor obesitas, usia, dll. pun dapat meningkatkan resiko dekompresi. Dekompresi dapat menyebabkan rasa sakit di persendian, sakit kepala, dan gatal-gatal di kulit. Dekompresi yang lebih parah dapat mengakibatkan kelumpuhan, kehilangan kesadaran (pingsan), mati rasa, bahkan kematian. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dekompresi cukup mudah, yakni naik ke permukaan secara perlahan-lahan sehabis menyelam dengan kecepatan 18 meter dalam 1 menit. Jika sampai terjadi gejala dekompresi pada penyelam, pertolongan pertama yang harus diberikan adalah pemberian oksigen murni (100%), setelah itu segera menghubungi Rumah Sakit yang memiliki fasilitas Hyperbarik (Recompression Chamber). Gejala-gejala Dekompresi tidak akan membaik sampai si korban mendapatkan terapi hiperbarik.

Sebelum melakukan aktivitas penyelaman,ada beberapa pertanyaan tentang kesehatan yang harus di jawab sesuai dengan diri masing masing, untuk menjauhi potensi bahaya penyelaman. Berikut ini pertanyaan pertanyaan mengenai kesehatan anda : 1. Apakah anda sedang hamil atau melakukan usaha agar dapat hamil? 2. Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan saat ini? (tidak termasuk pil KB atau anti malaria) 3. Apakah anda berumur lebih dari 45 tahun dan menjawab YA untuk satu atau lebih pertanyaan berikut? Merokok atau menggunakan cerutu Mengalami tingkat kolesterol tinggi Memiliki riwayat keluarga terkena serangan jantung atau stroke Sedang dalam perawatan medis Menderita tekanan darah tinggi Menderita Diabetes Millitus, meskipun dikendikan dengan diet 4. Apakah anda pernah atau sedang mengalami Otak : epilepsi, kejang yang memerlukan obat, sering migren yang tidak bisa sembuh sendiri, sering tidak sadar atau pingsan (hilang kesadarang penuh / sebagian), mabuk perjalanan yang parah (mabuk laut, mabuk berkendaraan, dll)? Pembuluh darah : dehidrasi yang memerlukan pertolongan medis, tekanan darah tinggi atau perlu obat untuk mengendalikan tekanan darah, perdarahan atau gangguan darah lainnya? THT : pembedahan sinus, penyakit telinga, pembedahan telinga, gangguan pendengaran dan keseimbangan, penyakit telinga yang berulang?

Paru-paru : asma, pilek, sinusitis, bronkitis, serangan alergi yang parah, penyakit paru-paru, atau pneumothorax (gagal paru-paru)? Jantung : Penyakit dada lainya atau pembedahan dada, penyakit jantung, serangan jantung, angina, pembedahan jantung atau pembuluh darah? Saluran pencernaan : hernia, pembedahan usus besar atau usus halus? Punggung : masalah punggung yang berulang, pembedahan punggung / tulang belakang? Metabolik : Diabetes? Extremitas : masalah pada lengan atau kaki yang diikuti pembedahan, luka, tulang retak? Trauma : Kecelakaan akibat menyelam, penyakit Dekompresi, luka di kepala diikuti kehilangan kesadaran dalam waktu 5 tahun terakhir? Mental : Masalah tingkah laku, mental atau psikologi (serangan panik, takut terhadap ruang tertutup atau terbuka), penggunaan obat (narkoba) atau dalam masa penyembuhan, kecanduan alkohol dalam waktu 5 tahun terakhir. Selain itu, ada beberapa kondisi yang disarankan untuk tidak melakukan diving. Kondisi apa saja itu? 1. Kelebihan berat badan yang ekstrim. Diving merupakan salah satu aktivitas yang setara dengan olahraga berat. Sistem pernafasan dan sirkulasi darah harus dalam keadaan yang baik. Semua rongga rongga yang ada dalam tubuh harus dalam keadaan normal dan sehat. 2. Penderita gangguan jantung, flu, penyumbatan saluran pernafasan, epilepsi, gangguan medis serius, atau di bawah pengaruh alkohol dan zat narkoba. Jika penyakit tersebut sudah dapat dikontrol dengan penggunaan obat-obatan secara teratur, tetap saja Anda harus berkonsultasi dengan dokter anda terlebih dahulu sebelum atau sesudah melakukan kegiatan diving.

2. Lingkungan Penyelaman

A. Flora Laut yang Berbahaya Berikut ini jenis ganggang yang dapat menyebabkan masalah pada tubuh manusia: Microcoleus lyngbyaceus

Merupakan ganggang hijau biru, yang mempunyai toksin lyngbyatoxin A. Yang beracun biasanya berwarna hijau gelap, dan mempenyai benang-benang halus. Ganggang ini terdapat di samudra pasifik, india, dan laut karibia. Penyelam biasanya terkena ini pada saat menyelam di air yang telah dicemari ganggang ini kemudian tidak melepaskan bajunya dalam waktu lama. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan kemerahan di sekitar kulit dan melepuh. Pencegahannya yaitu dengan selalu mencuci tubuh, pakaian selam, dan peralatan yang kontak dengan kulit menggunakan air sabun. Hindari penyelaman jika terdapat ganggang ini. Sargassum natans

Sebenarnya tidak berbahaya, namun bisa menimbulkan reaksi alergi berupa gatal-gatal dan kemerahan pada kulit jika menempel cukup lama.

B. Fauna Laut yang Menyengat (Berbisa) Jenis binatang ini cukup banyak jumlahnya dan bila menyengat akan mengeluarkan bisa. Bentuknya ada yang kecil dan transparan sehingga tidak terlihat di air. Akibat yang ditimbulkan oleh binatang ini dari ringan sampai pada kematian, diantaranya adalah:

Ubur-Ubur

Banyak jenis ubur-ubur yang terdapat di laut tapi jenis yang berbahaya adalah Sea Wasp (Chironex fleckeri), bentuknya mempunyai sungut panjang dan tidak hampir tak terlihat dalam air. Ubur-ubur ini karnivora dengan diameter 2-30 cm dan banyak terdapat di air dangkal. Musim banyak ubur berkisar antara 1 Oktober- 31 Mei. Banyak terdapat di Indonesia, Malaysia dan Australia Utara. Bila menyentuh korban akan mengeluarkan sengatan berbisa. Merupakan hewan yang rapuh dan fotosensitif sehingga jika cahaya terang akan tenggelam. Biasanya muncul pada pagi, sore dan malam hari. Bergerak aktif dengan pelan dengan kecepatan 2 knot. Ubur-ubur dewasa mempunyai 15-60 tentakel.

Pencegahannya adalah jangan melakukan penyelaman di musim binatang ini banyak terdapat. Pemakaian pakaian selam dapat mencegah dari sengatan Sea Wasp dan sekarang masih diteliti vaksin agar dapat kebal terhadap sengatan.

Ikan Batu (Stone Fish)

Ikan batu adalah ikan ajaib yang dapat menyamar menyerupai karang, tulang belakangnya keras dapat menyuntikkan racun hingga menembus kulit korban. Hidup di daerah berkarang. Gejala umumnya berupa nyeri hebat di sekitar luka, peradangan pada jaringan serta shock atau gangguan pernapasan. Koma dan kematian dapat terjadi, tapi jarang. Pengobatannya adalah dengan memasang ligatur lebar di atas luka, rasa sakit dapat dikurangi dengan menyuntikan zat anastesi lokal pada sekitar kulit yang luka, bila tidak ada obat tersebut rendam seluruh anggota yang luka dalam air hangat (45 oC) selama 30 menit. Jangan memegang ikan batu dan memakai sepatu. Berhati-hati jika menyentuh karang.

Bulu Babi

Berbentuk telur bulat dan dikelilingi duri. Bulu babi terdapat pada gugusan karang, celah karang dan bebatuan. Merupakan hewan nokturnal omnivora biasanya memakan alga dan koral, dan dapat ditemukan di dekat pantai sampai kedalaman. Beberapa spesies mempunyai gonad yang enak dimakan. Pada umumnya jenis bulu babi yang di pantai mempunyai duri yang mudah patah, bila menusuk penyelam duri yang patah terbenam di kulit. Biasanya terjadi pada saat penyelam sedang berjalan/ berdiri di malam hari saat penyelaman malam. Dapat juga terjadi saat mencoba memegang. Pada saat tertusuk akan terasa sakit dengan rasa terbakar, kemudian diikuti dengan sakit pada otot sekitar, kemerahan dan bengkak. Pengobatan tertusuk bulu babi dapat dikeluarkan durinya dengan penjepit (pinset), kemudian oleskan antiseptik jika duri tidak dapat dikeluarkan maka hancurkan durinya dengan memukulkan benda/batu di tempat yang luka dan biasanya duri akan melarut dengan sendirinya. Hati-hati melewati perairan yang banyak bulu babi. Jangan berusaha memegang.

Ikan Pari (Sting Ray)

Terdapat pada daerah tropis, subtropis, dan perairan yang hangat. Biasanya pada daerah yang dangkal dan berpasir, muara sungai, dan pantai, tapi dapat juga masuk ke dalam air payau bahkan air tawar. Walaupun terdapat pada kedalaman air dangkal, satu spesies ray yang hidup di laut dalam telah ditemukan. Binatang ini mempunyai duri cambuk yang bergerigi, duri itu mempunyai racun dan bisa dan durinya tersebunyi di dalam sangkur berwarna coklat dan merupakan pertahanan dirinya. Durinya dapat menembus wetsuit, boot, bahkan perahu kayu. Sengatan biasanya terjadi pada saat memegang, bersinggungan, atau sedang berjalan di air dangkal. Pada saat tertusuk akan menimbulkan luka tusukan, rasa sakit dan pendarahan. Rasa sakit akan naik keatas dan memuncak 30-90 menit dan bertahan sampai 48 jam. Gejala lain yaitu mual, muntah, banyak berkeringat, diare, dan shock akibat kekurangan darah. Dapat juga terjadi lumpuh otot karena rasa sakit yang dialami. Pengobatan akibat tertusuk duri ikan pari adalah mencuci luka dengan air, keluarkan durinya/bagian sangkur yang tertinggal di luka. Berikan kompres hangat > 50 oC di atas luka selama 30-90 menit atau berikan balsem karena panas menghancurkan bisanya. Segera ke layanan kesehatan terdekat. Bila melewati daerah yang terdapat ikan pari, berjalanlah sambil menggeserkan fins/kaki. Gelombang tekanan dari getaran kaki akan mengusirnya dan cara berjalan ini dinamakan The Sting Ray Shuffel.

Karang Api

Ada sekitar 5000 jenis karang. Yang dapat menyengat salah satunya karang api. Beberapa karang lain dapat menyebabkan alergi pada kulit dengan gejala yang timbul lama setelah memegang karang. Karang api berwarna merah kecoklat-coklatan dan dapat ditemukan sampai kedalaman 1000 m.

C. Fauna Laut yang Menyebabkan Keracunan Binatang jenis beracun sangat sedikit jumlahnya, tetapi dapat menimbulkan kematian dan menimbulkan ancaman bagi manusia yang memakannya. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memakan sesuatu dari laut bila belum yakin benar bahwa makanan tersebut boleh dimakan dengan bertanya kepada penduduk. Jangan pernah memakan langsung/mentah.

Ikan Buntal

Ikan ini sering menimbulkan korban bagi yang belum mengetahui. Sebenarnya dapat dimakan asalkan ditangani dengan memperhatikan empedu dari ikan buntal tersebut apakah sudah pecah. Karena empedu ikan ini mengandung racun yang dapat menyebar ke seluruh tubuh bila memakan ikan buntal yang pecah empedunya.

Racun ini berasal dari makanan ikan buntal yaitu alga yang dilapisi bakteri Alteromonas sp. Racun ini kemudian terkumpul di hati yang dikeluarkan melalui empedu dan gonad. Buntal betina lebih beracun dari yang jantan. Racunnya disebut tetrodotoxin, merupakan racun yang bekerja pada saraf tubuh manusia. Gejalanya timbul 10 menit sampai 4 jam, tetapi biasanya 30 menit. Kematian bisa terjadi dalam 17 menit. Keparahannya tergantung dari jumlah yang dimakan dan variasi individu. Gejala awal biasanya kelumpuhan otot sekitar mulut dan lidah diikuti dengan air ludah yang banyak, berkeringat, dan pusing. Kemudian akan timbul kelemahan di seluruh badan yang berwal dari atas tubuh. Kematian terjadi karena kelemahan kontraksi jantung dan otot pernapasan. 60 % korban akan meninggal. Jika sudah melewati 24 jam memiliki prognosis baik. Buntal yang paling beracun adalah buntal maki-maki.

Kepiting Karang

Keracunan makanan karena kepiting banyak terjadi di kepulauan Indo-pasif. Kepiting yang paling beracun adalah famili Xanthidae. Racun-racun pada kepiting berasal dari makanan yang dimakan yaitu alga yang beracun atau yang terkontaminasi bakteri. Beberapa toxin dari kepiting sama dengan ikan buntal.

D. Fauna Laut yang Menggigit (Menyerang) Ikan Hiu

Sangat peka terhadap bau darah, bangkai, kilatan cahaya, benda berwarna, pukulan, ledakan, dan suara yang bising. Oleh sebab itu sangat ditakuti. Gigitan hiu sangat kuat sehingga sangat fatal. Serangan hiu yang terbesar terjadi di daerah laut tropis dan subtropis yaitu antara 30o LU dan 30o LS. Kebanyakan terjadi bila suhu air lebih dari 21 o C dan biasanya pada bulan Januari pada jam 15.00 sd 16.00, tetapi ikan hiu mencari makan pada malam hari. Biasanya gigitan ini karena terjadi kesalahan identitas, misalnya manusia terlihat sebagai anjing laut yang merupakan makanan hiu.

Untuk penanganan karena gigitan hiu dilakukan sebagai berikut: Segera lakukan tindakan resusitasi. Hentikan perdarahan dengan balut tekan, torniquet, atau tekanan pada arteri. Jika terdapat cairan infus di lapangan segera masukkan untuk menghindari shock. Evakuasi ke rumah sakit. Pencegahan gigitan hiu:

Hindari medan yang banyak hiu, terutama petang dan malam hari. Gunakan pembatas/kurungan. Jaga kewaspadaan selama penyelaman, dan hindari kumpulan ikan.

Hindari air yang keruh, terowongan, dan lubang pengeluaran adalah tempat yang banyak hiu besar.

Cairan tubuh menarik hiu. Selama menstruasi wanita sebaiknya tidak menyelam. Hindari memakai peralatan yang mengkilat atau berwarna cerah. Warna orange menarik hiu, sedangkan warna hitam kurang. Serangan juga banyak terjadi pada orang kulit putih.

Jauhkan ikan yang telah ditangkap, karena darahnya menarik hiu. Adanya lumba-lumba tidak bertanda tidak ada hiu. Menyelam dengan waspada. Jika bertemu di atas air, segera ke darat dengan tenang dan gerakan pasti, jika perlu menghadap ke arahnya, jangan tampakkan perasaan takut. Lawan jika ia menyerang.

Ikan Barakuda

Ada 20 jenis barakuda. Ikan ini terdapat pada laut tropos dengan panjang dapat mencapai 2,5 meter. Ikan ini berwarna perak kebiruan dengan ekor bentuk V. Ikan ini lebih ditakuti daripada ikan hiu karena merupakan perenang yang cepat dan gesit serta ganas, mulutnya besar penuh dengan gigi yang tajam. Ikan ini tertarik dengan segala sesuatu yang masuk dalam air terutama benda yang berwarna. Ikan barakuda jarang menyerang pada penyelam di dalam air akan tetapi senang mengikuti penyelam. Barakuda sering menyerang penyelam yang berada di permukaan. Beda dengan gigitan hiu, gigitan barakuda berbentuk V sedangkan gigitan hiu berebentuk kurva yang sesuai dengan rahangnya. Barakuda tertarik dengan keributan di dalam air dan benda yang berwarna terang. Tindakan pencegahan dan penanganan sama dengan hiu.

Moray

Terdapat pada perairan tropis dan subtropis. Ikan ini bentuknya seperti belut, panjang dapat mencapai 3,5 meter dengan diameter 35 cm dan mempunyai komposisi gigi yang kuat. Ikan ini sebenarnya takut pada manusia, menyerang karena pertahanan diri karena diusik/dikagetkan. Dapat tumbuh hingga panjang 3 meter. Ikan moray tinggal dilubang pada celah karang. Gigitannya sangat sukar dilepaskan sehingga luka bervariasi dari hanya tusukan atau luka terbuka. Gigitannya biasanya di lengan dan tangan terutama pada saat mendekat pada celah-celah karang.

Pencegahannya dengan memakai pakaian selam agar mengurangi bahaya gigitan. Jangan mengagetkan moray dari lubangnya.

Anda mungkin juga menyukai