Anda di halaman 1dari 27

1

Pengantar Ilmu Lingkungan BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan manusia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam mengiringi dinamika pembangunan Indonesia, peran kawasan hutan menjadi penting dalam mendukung peningkatan ekonomi bangsa. Undang-undang telah menetapkan pembagian kawasan hutan untuk dimanfaatkan sesuai fungsinya, yaitu fungsi produksi, lindung dan hutan konservasi, kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman nasional. Tetapi akhir-akhir ini kerusakan hutan semakin luas, Indonesia yang dulu dikenal sebagai paru-paru dunia, kini mulai terkikis dengan maraknya penebagan, Pembakaran, pembukaan lahan baru baik untuk pertanian atau pemukiman. Khusunya Jawa Timur yang banyak terdapat hutan jati, bakau dan lain sebagainya. Untuk saat ini hutan di kawasan Jawa Timur hanya tinggal sedikit dikarenakn jawa timur merupakan provinsi yang padat penduduk serta memiliki indstri yang maju, mengakibatkan banyaknya hutan yang dibuka untuk lahan pemukiman maupun industri. Apabila lahan hutan berkurang maka tidak ada yang memayungi daerah-daerah lain. Bahkan banyak bencana yang akan terjadi. Seperti banjir yang disebabkan hutan gundul karena tidak ada lahan serapan. Atau tanah longsor yang diakibatkan Karenna daya dukung tanah berkurang.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini KERUSAKAN HUTAN di DAERAH JAWA TIMUR, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Berapa banyak wilayah hutan di Jawa Timur yang dapat dimanfaatkan b. Mengapa hutan di Jawa Timur dapat berkurang dan mengalami kerusakan c. Bagaimana penyelesaian dari permasalahan kerusakan hutan ini Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


C. PEMBATASAN MASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah : a. Banyak wilayah hutan di Jawa Timur yang dapat dimanfaatkan b. Penyebab kerusakan hutan dan pengurangan wilayah hutan di Jawa Timur c. Penyelesaian dari masalah kerusakan hutan di Jawa Timur

D. PERUMUSAN MASALAH a. Bagaimana deskripsi banyak wilayah hutan di Jawa Timur yang dapat
dimanfaatkan ? b. Bagaimana deskripsi penyebab kerusakan hutan dan pengurangan wilayah hutan Di Jawa Timur? c. Bagaimana deskripsi Penyelesaian dari masalah kerusakan hutan di Jawa Timur ?

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan BAB II PENGERTIAN DAN MACAM HUTAN

A. DEFINISI
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayahwilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahuntahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan

B. BAGIAN-BAGIAN HUTAN
Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di bawah tanah. Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota) pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah seperti perdu dan semak belukar. Di hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada berbagai jenis pohon yang mulai tumbuh pada saat yang berlainan. Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan, dan serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan permadani. Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikro organisme lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghancurkannya dengan bantuan air dan suhu udara sehingga tanah humus terbentuk. Di bawah lantai hutan, kita dapat melihat akar semua tetumbuhan, baik besar maupun kecil, dalam berbagai bentuk. Sampai kedalaman tertentu, kita juga dapat menemukan tempat tinggal beberapa jenis binatang, seperti serangga, ular, kelinci, dan binatang pengerat lain Mengapa hutan tidak tampak sama? Iklim, tanah, dan bentuk bentang lahan di setiap daerah adalah khas. Sebuah daerah mungkin beriklim sangat basah, sedangkan suatu tempat lain luar biasa keringnya. Daerah A mungkin bertanah rawa, daerah B sebaliknya berkapur. Ada yang berupa gunung terjal, sementara yang lain merupakan dataran rendah. Semua tumbuhan dan satwa di dunia, pun manusia, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan dapat berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini. Contohnya, kita menemukan pohon bakau di daerah genangan dangkal air laut karena spesies pohon ini tahan garam dan memiliki akar napas yang sesuai dengan sifat tanah dan iklim panas pantai. Sebaliknya, cara berbagai tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan mempengaruhi lingkungan fisik mereka, terutama tanah, walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang berbagi tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling mempengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapatkan kutu sebagai makanannya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


Sebaliknya, banteng liar terbantu karena badannya terbebas dari sebuah sumber penyakit. Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan dalam beragam wujud klimaks, misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis, dan lain-lain.

C. MACAM-MACAM HUTAN
Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang. Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacammacam pula. Misalnya:

a. Menurut asal
Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara biji dan tunas. Hutan yang berasal dari biji disebut juga hutan tinggi karena pepohonan yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal dari tunas disebut hutan rendah dengan alasan sebaliknya. Hutan campuran, oleh karenanya, disebut hutan sedang. Penggolongan lain menurut asal adalah hutan perawan (hutan primer) dan hutan sekunder. Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah melewati ratusan tahun.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


b. Menurut Cara pemudaan (Tumbuh Kembali)
Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis sebelumnya. Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap melayang-layang terbawa angin.

c. Menurut Susunan Jenis


Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam (pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tanaman industri). Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis. Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


d. Menurut umur
Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (berumur kira-kira sama) dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak seumur. Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur

e. Berdsarkan letak geografisnya i. hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa ii. hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara
garis lintang 23,5 - 66). iii. hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

f. Berdasrkan sifat- sifat musimnya i. hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan. ii. hutan selalu hijau (evergreen forest) iii. hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest) iv. hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim
kemaraunya panjang

g. Berdasrkan Ketinggian Tempatnya i. hutan pantai (beach forest) ii. hutan dataran rendah (lowland forest) iii. hutan pegunungan bawah (sub-montane forest) iv. hutan pegunungan atas (montane forest) v. hutan kabut (cloud forest) vi. hutan elfin (alpine forest) h. Berdasrakan Keadaan tanahnya i. hutan rawa air-tawar atau hutan rawa (freshwater swampii. iii. iv. v.
forest) hutan rawa gambut (peat swamp-forest) hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest) hutan kerangas (heath forest) hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


i. Berdasarkan Jenis Pohon Yang Dominan i. hutan jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur. ii. hutan pinus (pine forest), di Aceh. iii. hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan
Kalimantan. iv. hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.

j. Berdarskan sifat-sfat Pembuatanya i. hutan alam (natural forest) ii. hutan buatan (man-made forest), misalnya: 1. hutan rakyat (community forest) 2. hutan kota (urban forest) 3. hutan tanaman industri (timber estates atau timber
plantation) Dll.

k. Berdarskan tujuan Pengelolanya i. hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun
hasil hutan bukan kayu (non-timber forest product) ii. hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air iii. hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam iv. hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk pengelolaan nonkehutanan. Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan membangun sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest). Hutan-hutan rakyat, kerap dibangun dalam bentuk campuran antara tanamantanaman kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah wanatani atau agroforest.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Pengantar Ilmu Lingkungan


D. Jenis Jenis Hutan Di Indonesia a. Berdasrakan Geografis Kepulauan Nusantara adalah ketampakan alam yang muncul dari proses pertemuan antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling mendekati. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini. Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul. Masing-masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan perbedaan permukaan fisik buminya. i. Kawasan Paparan Sunda (Di bagian barat)
Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan bahwa sebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia. ii. Kawasan Paparan Sahul (Di bagian timur) Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar 1902, memperlihatkan bahwa sebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia. iii. Kawasan Wallacea / Laut Dalam ( Di bagian tengah) Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

10

Pengantar Ilmu Lingkungan


endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini memiliki juga unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Kalaupun jenis Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis Australia di bagian timur, hal ini karena Kawasan Wallacea sesungguhnya dulu merupakan palung laut yang teramat dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar b. Berdasarkan Iklim Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis. Namun, posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu: i. Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera; Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi. ii. Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua. iii. Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua. Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

11

Pengantar Ilmu Lingkungan


Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bagian barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae (terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan Kalappia. Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron) c. Berdasarkan sifat Tanahnya Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa. i. Hutan Pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan pandan (Pandanus tectorius). ii. Hutan Mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria. iii. Hutan Rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

12

Pengantar Ilmu Lingkungan


d. Berdasarkan Pemanfaatn hutan Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut: Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950 162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia yang mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hutan tetap : 88,27 juta ha Hutan konservasi : 15,37 juta ha Hutan lindung : 22,10 juta ha Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha. Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha.

Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturutturut oleh Kalimantan (28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).

E. Fungsi Hutan
1. Pelestarian Plasma Nutfah Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. 2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

13

Pengantar Ilmu Lingkungan


padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih dan sehat. 3. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman tumbuhan yang terkandung di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan kandungan timbal dari udara. Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. 4. Peredam Kebisingan Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. 5. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses through fall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

14

Pengantar Ilmu Lingkungan


asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. 6. Penyerap Karbon-monoksida Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. 7. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik di hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. 8. Penahan Angin Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan kota. 9. Penyerap dan Penapis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

15

Pengantar Ilmu Lingkungan


10. Mengatasi Penggenangan Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata yang banyak pula. 11. Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan. Upaya untuk mengatasi masalah ini yakni membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan. 12. Produksi Terbatas Hutan memiliki fungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta. Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi dan penghasilan masyarakat. 13. Ameliorasi Iklim Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

16

Pengantar Ilmu Lingkungan


14. Pelestarian Air Tanah Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air tanah hutan akan meningkat. Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Dengan demikian pelestarian hutan pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik. 15. Penapis Cahaya Silau Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. 16. Mengurangi Stress, Meningkatkan Pariwisata dan Pencinta Alam Kehidupan masyarakat di lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

17

Pengantar Ilmu Lingkungan BAB III KERUSAKAN HUTAN DI JAWA TIMUR


STUDI KASUS : KERUSAKAN HUTAN DI KOTA JOMBANG

A. SEKILAS KOTA JOMBANG


Jombang adalah kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur. Luas wilayahnya 1.159,50 km, dan jumlah penduduknya 1.165.720 jiwa (2005). Pusat kota Jombang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten, memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km (1,5 jam perjalanan) dari barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan jalur lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Jogjakarta), jalur SurabayaTulungagung, serta jalur Malang-Tuban. Jombang juga dikenal dengan sebutan "kota santri", karena banyaknya sekolah pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayahnya. Bahkan ada pameo yang mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul Ulum (Rejoso). Banyak tokoh terkenal Indonesia yang dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah mantan Presiden Indonesia KH Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid (Cak Nur), serta budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun). Konon, kata "Jombang" merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa "ijo" dan "abang". Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

18

Pengantar Ilmu Lingkungan

B. HUTAN DI KOTA JOMBANG


Pola penggunaan tanah di Kabupaten Jombang (2003) terbanyak digunakan untuk area persawahan (42%), diikuti dengan permukiman (19%), hutan (18%), tegal (12%), dan lainnya. Sebagian besar sawah (82%) merupakan irigasi teknis, dan sebagian (10%) merupakan sawah tadah hujan Oleh karena Hampir 20% wilayah Kabupaten Jombang merupakan kawasan hutan. Maka kawasan hutan di kota jombang cukup potensial. Kawasan hutan tersebut terdapat di bagian utara (kecamatan Plandaan, Kabuh, Kudu, dan Ngusikan) serta bagian tenggara Kabupaten Jombang (kecamatan Wonosalam, Bareng, dan Mojowarno). Di wilayah hutan Kabupaten Jombang, 61% merupakan hutan produksi, 23% hutan tebang pilih, 15% hutan wisata, dan 1,5% merupakan hutan lindung. Kayu jati adalah komoditas unggulan subsektor kehutanan di Kabupaten Jombang

C. PEMANFATAN HUTAN DI KOTA JOMBANG a. Sebagai Wisata


Jombang memiliki kawasan hutan yang bisa digunakan sebagai tempat wisata yaitu Kawasan wisata alam Sumberboto, di Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, segera ditetapkan menjadi tempat wisata pendidikan lingkungan hidup. konsep kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup itu nantinya akan serupa dengan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman di Trawas, Mojokerto yang digagas oleh World Wildlife Fund (WWF). Pada kawasan tersebut, para pengunjung bisa belajar seutuhnya soal konsep pemanfaatan lingkungan hidup secara berkelanjutan.

b. Sektor ekonomi
Selain sebagai wisata, hutan di kota jombang merupakan salaha satu penggerak sector ekonomi kota tersebut. Tercatat bahwa kota jombang memiliki hasil hutan yang terkenal yaitu daun Jati

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

19

Pengantar Ilmu Lingkungan

D. Hasil Hutan Jombang


Hasil hutan kayu dan non kayu:

Peluang : Perlebahan Lokasi / Kecamatan : Kec. Wonosalam dan Bareng Peluang : Budidaya Burung Walet Lokasi / Kecamatan : Kec. Plandaan, Ngusikan, Kabuh, Kudu, Mojoagung, Ngoro, Bareng, Mojowarno, Jombang dan Megaluh Peluang : Pandan Lokasi / Kecamatan : Kec. Kudu dan Kabuh

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

20

Pengantar Ilmu Lingkungan BAB IV DATA DAN ANALISA


STUDI KASUS : KERUSAKAN HUTAN DI KOTA JOMBANG

Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam tumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi. Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan reaksinya berupa: meningkatnya suhu udara, penurunan air tanah, banjir, penurunan permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO2, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor. Peristiwa alam dan lingkungan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa alam sedang bergolak menuju keseimbangan baru. Kondisi ini akan terus bergerak menyesuaikan diri terhadap intervensi manusia yang tidak pernah berhenti mempengaruhinya, serta kemungkinan perubahan alam itu sendiri yang perlu dicermati. Proses alam dalam menuju keseimbangan baru ini sering kurang bisa ditangkap maknanya oleh manusia, sebaliknya manusia seringkali saling menyalahkan bukannya mencari solusi yang arif. Penelusuran faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa alam yang menimbulkan bencana dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ada faktor alamiah yang tidak bisa dikendalikan manusia, tetapi juga banyak faktor yang sebetulnya berasal dari intervensi manusia, termasuk arah kebijakan yang tidak tepat. Curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, angin kencang, gempa bumi, dan letusan gunung berapi merupakan contoh-contoh faktor alam yang tidak bisa dikendalikan manusia. Sedangkan masalah invasi spesies eksotik, illegal logging di kawasan hutan, pemukiman, dan budidaya pertanian di lereng gunung merupakan bentuk intervensi yang sebetulnya dapat dikendalikan manusia. Semua itu berpengaruh besar terhadap peristiwa banjir bandang dan tanah longsor. Antara faktor alam dan faktor manusia sangat sulit dipisahkan karena adanya interaksi timbal balik dalam suatu ekosistem .

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

21

Pengantar Ilmu Lingkungan

A. PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN JOMBANG


Penyebab kerusakan hutan di kota Jombang secara umum terbagi menjadi dua hal yaitu : a. KEBAKARAN HUTAN Kebakaran hutan yang terjadi sudah menjadi kebiasaan setiap tahun. Ribuan hektar pohon musnah dilalap api. Kondisi ini juga dialami hutan di wilayah Kabupaten Jombang bagian utara. Karena di wilayah ini kebanyakan adalah hutan buatan yang merupakan warisan dari proyek Hutan Tanaman Industri (HTI) yang penanamannya bersifat monokultur. Sehingga resiko kebakaran semakin tinggi. Kondisi iklim mikro yang kering dengan jenis tanaman yang berkulit tipis, berserasah, dan kering di bawahnya membuat hutan jenis seperti ini sangat rawan bahaya kebakaran. Akibat dari kebakaran ini tentunya sangat merugikan secara ekologis dan ekonomis. Kebakaran selalu terjadi ketika musim kemarau tiba antara bulan Agustus-September. Angin yang berhembus kencang selalu datang bersamaan dengan musim kemarau semakin membuat parah setiap terjadi kebakaran di wilayah ini. Kusmiadi, warga asal Desa Bangle, seorang petani penggarap lahan milik perhutani mengatakan, kebakaran sering terjadi di wilayah sekitar desanya. Penyebab kebakaran ini biasa dilakukan para pencuri kayu untuk meninggalkan jejak. Kalau warga di sini tidak pernah membuka lahan dengan cara membakar hutan, terangnya Kebiasaan masyarakat sekitar hutan yang kurang peduli terhadap hutan menjadi salah satu factor juga yang perlu diperhatikan. Terlihat dari data pada Dinas Kehutanan Kota Jombang, tercatat pada tanggal 28 Agustus 2009 lebih dari 10 Hektar hutan terbakar karena ulah masyarakat yang membuang putung rokok sembarangan, yang mengakibatkan hutan terbakar.Api cepat merambat karena tiupan angin. Ditambah lagi kondisi hutan yang kering akibat musim kemarau semakin memperburuk keadaan. Belum lagi kesigapan polisi hutan dan pemadam kebakaran untuk memadamkan api terasa cukup lamban, ini terbukti pada kekaran yang terjadi pada tanggal 27 Agustus 2009 pada petak 142 hutan kabuh, pemadaman hutan hanya dilakukan oleh masyarakat sekita dengan peralatan seadanya (dikitip dari www.beritakota.net) inilah mengapa hutan di kota jombang mudah dan cepat terbakar.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

22

Pengantar Ilmu Lingkungan


b. PENCURIAN HASIL HUTAN OLEH MASAYARAKAT Tercatat sesuai dengan data kehutanan kota Jombang, setidaknya 42 batang kayu dicuri tip harinya. Ini tentu akan mempercepat kerusakan hutan yang ada di kota Jombang. Meskipun telah diterbitkan Inpres No. 4 tahun 2005 tentang Pemberantasa Penebangan Kayu secara Illegal di Kawasan Hutan, tetap tak membuat jera para pencuri kayu.

B. SOLUSI DARI PEMERINTAH


a. Pencanangan OMOT ( One Man One Tree) Sesuai Misi Bupati kota Jombang tentang hutan yaitu pengupayaan sinergis penambahan luas lahan hutan rakyat, maka pemerintah melakukan pencanangan program OMOT (One Man One Tree). Dimana pemerintah berupaya melakukan pendekatan kesadaran kepada masyarakat untuk melakukan sumbangsih untu menanam tanama pada hutan yang telah terbakar. Pencanangan One Man One Tree sendiri telah dilaksanakan di Lokasi Wisata Embung Kalipadas BKPH Ploso Barat KPH Jombang bersama dengan Jajaran Pemkab Jombang dan secara simbolis dicanangkan oleh Wakil Bupati Jombang dengan menanam Pohon bersama jajaran Muspida plus Kabupaten Jombang serta Administratur KPH Jombang b. Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon Gerakan ini terlaksana pada tanggal 01 Desmber 2007 atas kerjasama Perum Perhutani KPH Jombang dengan Pemerintah Kabupaten Jombang yang merupakan rangkian kegiatan Aksi Penanaman Pohon Serentak. Ibu Bupati Jombang Hj Wiwik Suyanto dan Ibu Zeni Zaenal Muis (Istri Adm Jombang) serta Istri Muspida Plus Kabupaten Jombang melakukan penanaman pohon Kepuh secara bersama-sama dengan disaksikan oleh Bupati Jombang, Wakil Bupati Jombang, Muspida Plus dan Administratur Perum Perhutani KPH Jombang.Tepat pada Hari Ibu ini setelah penanaman pohon Ibu Hj Wiwik Suyanto yang juga sebagai Ketua FPI (Forum Perempuan Indonesia) menyampaikan bahwa tidak cukup hanya menanam pohon saja untuk mendukung pengurangan dan penanggulangan pemanasan global, akan tetapi merawat agar tetap hidup dan berkembang dengan baik pohon-pohon yang sudah dengan susah ditanam.Dalam waktu yang sama pula di wilayah Perum Perhutani KPH Jombang dilaksanakan penanaman oleh Bupati Nganjuk dan para perempuan tepatnya di kawasan Waduk Desa Perning Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk yang berbatasan dengan petak 105 RPH Sumbergondang BKPH Munung KPH Jombang. Perum Perhutani juga Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

23

Pengantar Ilmu Lingkungan


menjadi pelopor Perbaikan Kerusakan Lingkungan dan Kerusakan Hutan, yang akan dicanangkan di Bali pada tanggal 3 s/d 14 Desember 2007 yang menetapkan Pulau Jawa Bali Hijau 2008. Merupakan Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi menghadapi peningkatan emisi karbon yang akan mengakibatkan Pemanasan Global yang diwujudkan dalam COP (Conference of Parties ) ke 13 UNFCCC c. Gerakan Penanaman Serentak Pada tanggal 28 November 2007 Pemerintah Kabupaten Jombang menyelenggarakan Gerakan Menanam Pohon Serentak di kawasan Wana Wisata Sumberboto, tepatnya di petak 10 RPH Gempol BKPH Gedangan Perum Perhutani KPH Jombang. Penanaman dilakukan oleh Bupati Jombang Drs H Suyanto. Penanaman dilakukan serentak di seluruh Indonesia pada jam 08.30 wib. Untuk mendukung Gerakan Reboisasi dan Penanaman Serentak Perum Perhutani KPH Jombang telah melaksanakan penanaman pada tahun 2007 dari luas Tanah Kosong dalam Kawasan Hutan (hasil audit terakhir) seluas 1.091,7 Ha ditanami seluas 1.031,2 Ha sehingga sisa tanah kosopng seluas 60,5 Ha yang telah direncanakan penamannya tahun 2008. sehingga pada tahun 2008 sudah bebas Tanah Kosong. Selain itu Perum perhutani juga mendukung penyediaan dan kesiapan bibit tanaman kehutanan antara lain jenis Jati, Mahoni, Mindi, kesambi, kepuh, bibit jenis MPTS, sebanyak 3.084.791 plances, yang terletak di beberapa lokasi persemaian yang tersebar di empat kabupaten, Jombang, Nganjuk, Lamongan dan Mojokerto (Masuk wilayah Perum Perhutani KPH Jombang) Dalam waktu yang sama pula di wilayah Perum Perhutani KPH Jombang dilaksanakan penanaman bersama Bupati Nganjuk tepatnya di kawasan Waduk Desa Perning Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk yang berbatasan dengan petak 105 RPH Sumbergondang BKPH Munung KPH Jombang

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

24

Pengantar Ilmu Lingkungan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


STUDI KASUS : KERUSAKAN HUTAN DI KOTA JOMBANG

A. KESIMPULAN
Hutan lindung sebagai salah satu sumber daya alam yang berperan menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi kehidupan manusia yang saat ini cenderung menurun keberadaannya. Perambahan dan pembalakan liar (illegal logging) terjadi di mana-mana dan menyebabkan kerusakan hutan yang tidak terkendali. Akibatnya bencana alam seperti banjir, tanah longsor sudah menjadi langganan pada musim hujan tiba yang tidak jarang menelan korban ratusan jiwa masyarakat yang tidak berdosa. Ironisnya, banyak pihak termasuk pemerintah selalu menyalahkan dan bahkan menuduh masyarakat sekitar kawasan hutan sebagai penyebab utama kerusakan hutan. Paradigma perencanaan pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat yang sentralistik yaitu program dirancang dari atas tanpa melibatkan masyarakat harus diubah kearah peningkatan partisipasi masyarakat lokal secara optimal. Anggapan sebagian elit bahwa untuk mencapai efisiensi pembangunan, masyarakat tidak mempunyai kemampuan menganalisis kondisi dan merumuskan permasalahan, serta solusi pemecahannya, harus diubah bahwa setiap individu memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan masyarakatlah yang paling mengetahui dan mengenal potensi dan permasalahan yang mereka hadapi. Perencanaan sentralistik dan anggapan bahwa masyarakat tidak mampu menganalisis dan merumuskan permasalahannya, disinyalir merupakan salah satu penyebab kegagalan program pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

25

Pengantar Ilmu Lingkungan

B. SARAN
Dari penjelasan yang disampaikan pada bab-bab terdahulu maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat sekitar kawasan hutan lindung dapat segera diidentifikasi oleh pemerintah dan masyarakat sehingga dapat segera dicarikan solusi untuk proses pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung . 2. Kepada masyarakat luas agar lebih memperhatikan kelestarian kawasan hutan lindung agar terhindar dari segala dampak buruk kerusakan hutan. 3. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam hal pelaksaanaan perbaikan hutan melaui program-progam yang telah dicanangnkan. 4. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan sebagai ekosistem

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

26

Pengantar Ilmu Lingkungan

Lampiran gambar

Gambar 1 : Wilayah Hutan Jombang

Gambar 2 : Gambar Suasana Gerakan Penanaman Serentak

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

27

Pengantar Ilmu Lingkungan

Gambar 3 : Penangkapan Pencuri Kayu Hutan Oleh Polisi Hutan kota Jombang

Gambar 4 : Suasana Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon

Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 2010

Anda mungkin juga menyukai