Outline
Pendahuluan
Pendahuluan
Strategi pengembangan ilmu sering dikaitkan dengan Apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak? sebab kedua cara pandang yang berbeda itu membawa implikasi yang berbeda pula dalam strategi pengembangan ilmu yang dipilih.
Kehati hatian dalam memutuskan apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak, bisa dipahami mengingat disatu pihak objektivitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan sedangkan di pihak lain subjek yang mengembangkan ilmu (ilmuwan) dihadapkan pada nilai nilai yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
Oleh karena itu, perlu dirumuskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan bebas nilai. Bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ada 3 faktor yang menjadi indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu :
1.
Ilmu harus bebas nilai dari pengandaian pengandaian yakni bebas dari pengaruh eksternal.
2. Perlu kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. 3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu Indikator yang pertama dan kedua menunjukkan upaya para ilmuwan untuk menjaga objektivitas ilmiah sedangkan indikator ketiga menunjukkan adanya faktor X yang tidak terhindarkan dalam perkembangan ilmu yaitu pertimbangan etis.
Beberapa syarat yang dibutuhkan bagi strategi pengembangan ilmu di Indonesia, yaitu :
1.
Terbentuknya masyarakat ilmiah yang memiliki kekuatan tawar menawar (Bargaining Power) baik dengan pemerintah maupun dengan perusahaan perusahaan besar.
2.
Pengembangan ilmu di Indonesia tidak bebas nilai (value - free), melainkan harus memperlihatkan landasan metafisis, epistemologis, dan aksiologis dari pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pengembangan ilmu di Indonesia harus memperhatikan relasi antara ilmu tanpa mengorbankan otonomi antara masing masing disiplin ilmu. Pengembangan ilmu di Indonesia harus memperhatikan dimensi religiusitas
3. 4.
Pengembangan ilmu di Indonesia tidak boleh tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia sendiri, terutama nilai nilai Pancasila. Pengembangan ilmu di Indonesia seyogyanya tidak berorientasi pada tujuan, melainkan lebih berorientasi pada pengabdian umat manusia. Oleh karena itu, strategi pengembangan ilmu yang baik adalah gerakan rasionalisasi yang beriringan dengan spiritualisasi dan sosialisasi nilai nilai kemanusiaan.
Akademik, pengembangan dan peningkatan kajian teoritik dan metodologikeilmuan pada masing masing disiplin yang termasuk dalam lingkungan ilmu humaniora. Teoritik dan perspektif yaitu perluasan wawasan, kerangka pemikiran dan pendekatan kajian yang komprehensif mengenai masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Penelitian yaitu peningkatan penelitian dan kajian masyarakat Indonesia yang sedang mengalami proses perubahan.
b.
c.
d.
Kajian utama yaitu kajian Pancasila sebagai ideology Negara dan bangsa secara komprehensip masih diperlukan dan kajian tentang bangsa, Negara, dan identitas bangsa pada era globalisasi masih relevan untuk dikembangkan.
Dalam ilmu ilmu sosial modern, usaha menerangkan keberadaan sebuah fenomena lazimnya diupayakan melalui proses penelitian.
Realitas adalah fenomena yang keberadaannya ditentukan oleh fenomena lain. Positivisme yakin bahwa realitas sosial dapat dibuat klasifikasi dan keberadaannya dapat digambarkan dalam sebuah simbol dengan atribut tertentu.
Pendekatan positivisme sangat bertolak belakang dengan pendekatan neo positivisme. Bagi neo positivisme, sumber dari perilaku sosial dalam tataran ontologi dianggap tidak terletak di luar diri aktor. Prinsip pemikiran yang berkembang di atas 2 paham tersebut sangat bertentangan dengan prinsip pemikiran yang seharusnya diadopsi cendikiawan muslim.
Komponen eksperimental dari fisika berupa interaksi antara manusia (fisikawan) dan alam nirnyawa, termasuk aspek materi dari paduan pikiran dan materi atau paduan raga dan jiwa dari dunia bernyawa. 2. Komponen teoritis berupa penafsiran yang bernalar atas data pengamatan / pengukuran itu. Dari jalinan 2 komponen di atas, diperoleh gambaran tentang peristiwa dan gejala dalam alam nirnyawa.
1.
Pada abad ini, revolusi penting terjadi dalam ilmu ilmu kealaman. Dalam beberapa hal, ilmu di anggap telah menggeser atau menggantikan mitos dan agama, serta dipandang dapat memecahkan segala persoalan hidup. Ilmu dalam pengembangannya, membebaskan pengetahuan dari emosi dan nilai. Akan tetapi, dengan kemajuan kemajuan dalam mikrofisika kita ketahui bahwa batas antara subjektivitas dan objektivitas, antara pengamat dan yang diamati tidaklah nyata dan tegas. Pilihan masalah dan bahan yang diselidiki, hipotesis dan prekonsepsi, pengamatan dan eksperimen, apalagi penerapannya, dipengaruhi oleh paradigma dan semangat zaman, lingkungan social ekonomi, politik dan militer, kebudayaan serta agama.