Anda di halaman 1dari 30

KONSEP PERENCANAAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan pada semester gasal

OLEH : 1. FEBRIAN RIZKY PRATAMA 2. NOVITA DEWI 3. GADIS WISUDAWATI YUNIA P 4. SINTO DWI ARISMAWATI 5. ZARKONI 6. INDAH KURNIASARI 7. ADISTHA EKA NOVEYANI 8. ELVAN VIRGO H 9. DHORA DWI PALUPI 10. SITI MAHFUDOH (101011430) (101011038) (101211123001) (101211123003) (101211123004) (101211123006) (101211123013) (101211123016) (101211123018) (101211123125)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dengan materi Konsep Perencanaan. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ratna Dwi Wulandari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 12 September 2013 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, yang terpenting diantaranya adalah fungsi perencanaan (planning). Mudah dipahami karena berbagai fungsi administrasi lainnya baru berperan apabila fungsi perencanaan telah selesai dilaksanakan. Lebih dari pada itu sebenarnya, pelaksanaan berbagai fungsi administrasi lainnya tersebut, hanya akan berjalan sempurna apabila dapat selalu berpedoman pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Dalam kehidupan masyarakat modern sebagaimana yang berlaku kini, kedudukan dan peranan perencanaan telah sedemikian pentingnya. Kemajemukan hidup yang ditemukan pada masyarakat modern, telah sangat memerlukan adanya berbagai peraturan. Keadaan seperti ini akan dapat terwujud, antara lain apabila perencanaan telah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pentingnya perencanaan juga di temukan pada bidang kesehatan. Luasnya pengertian sehat yang menjadi subyek dan obyek upaya kesehatan, menyebabkan pelaksanaan berbagai upaya kesehatan telah sangat membutuhkan adanya perencanaan. Secara umum disebutkan apabila pelaksanaan suatu upaya kesehatan tidak didukung oleh suatu perencanaan yang baik, maka akan sulit dapat diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut. Pada pelaksanaan berbagai upaya kesehatan masyarakat, banyak pengaturan diperlukan. Tidak hanya yang menyangkut masalah-masalah kesehatan saja, tetapi juga pada masalah-masalah kemasyarakatan secara keseluruhan. Karena pentingnya kedudukan dan peran perencanaan tersebut, maka telah merupakan kewajiban bagi semua pihak yang bergerak dalam bidang kesehatan, untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud dalam ilmu administrasi kesehatan tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus, yang disebut dengan nama perencanaan kesehatan (Health Planning).

1.2 Rumusan Masalah 1 Apa pengertian perencanaan? 2 Apa pengertian perencanaan kesehatan ? 3 Apa saja aspek-aspek dalam perencanaan kesehatan ? 4 Bagaimana ciri perencanaan yang baik ?

5 Apa saja istilah dalam perencanaan ? 6 Apa fungsi dan manfaat perencanaan dalam kesehatan ? 7 Apa saja unsur-unsur dalam perencanaan kesehatan ? 8 Apa saja jenis-jenis perencanaan ? 9 Bagaimana proses perencanaan bekerja ? 10 Bagaimana sifat rencana yang baik ?

2.2 Tujuan 1 Untuk mengetahui pengertian perencanaan 2 Untuk mengetahui pengertian perencanaan kesehatan 3 Untuk mengetahui aspek-aspek dalam perencanaan kesehatan 4 Untuk mengetahui ciri perencanaan yang baik 5 Untuk mengetahui istilah dalam perencanaan 6 Untuk mengetahui fungsi dan manfaat perencanaan dalam kesehatan 7 Untuk mengetahui unsur dalam perencanaan kesehatan 8 Untuk mengetahui jenis perencanaan 9 Untuk mengetahui proses perencanaan bekerja 10 Untuk mengetahui sifat rencana yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan atau planning adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut apa yang akan dilakukan di masa mendatang, kapan, bagaimana dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan (Billy E. GoetZ). Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le Breton) Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Maloch dan Deacon) Perencanaan adalah proses menetapkan berbagai hambatan yang diperkirakan ada dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi (Ansoff dan Brendenbrg) Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan merupakan suatu fungsi penganalisaan tujuan yang telah di tetapkan terlebih dahulu menjadi urutan tindakan yang sistematis. Perencanaan merupakan suatu organisasi adalah suatu proses yang berkesinambungan, tidak akan pernah berhenti, karena organisasi akan terus menghasilkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh unit-unit pelaksanaan. Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain: a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik. b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang

akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik. Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah "rencana" (plan). Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam (internal) organisasi.

2.2 Aspek Perencanaan Dalam membicarakan perencanaan, ada tiga aspek pokok yang harus diperhatikan. Ketiga aspek yang dimaksud adalah hasil dari pekerjaan perencanaan ( outcome of plan), perangkat organisasi yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan perencanaan (Mekanik of planning), serta proses atau langkah-langkah melakukan pekerjaan perencanaan (proces of planning). Dalam Ilmu administarsi kesehatan, ketiga aspek ini tidak sama. Uraian dari masing-masing aspek ini adalah sebagai berikut adalah : 1. Hasil dari Pekerjaan Perencanaan Hasil dari pekerjaan perencanaan (outcome of plan) disebut dengan nama rencana (plan) yang dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan dengan pekerjaan perencanaan lainnya. Hasil pekerjaan perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan adalah rencana kesehatan (Health Plan). Sedangkan hasil pekerjaan perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan adalah rencana pendidikan (educational plan). 2. Perangkat Perencanaan

Perangkat perencanaan (Mekanik of Plan) adalah satuan organisasi yang ditugaskan atau yang bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan. Sama halnya dengan hasil perangkat perencanaan juga dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan dengan pekerjaan perencanaan lainnya. Pada suatu organisasi yang besar dan kompleks, perangkat perencanaan ini mungkin satu ciri khusus. Sedangkan pada suatu organisasi yang kecil dan sederhana, mungkin dijabat hanya oleh beberapa orang staf saja. 3. Proses Perencanaan Proses perencanaan (Process of Planning) adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada pekerjaan perencanaan. Berbeda dengan hasil dan perangkat, proses perencanaan ini pada dasarnya adalah sama untuk berbagai perencanaan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana yang baik, sebaiknya langkah-langkah yang ditempuh adalah sama. Dari ketiga aspek ini jelas yang terpenting pada pekerjaan perencanaan, bukanlah hasil atau perangkat perencanaan, melainkan proses perencanaan. Untuk keberhasilan pekerjaan perencanaan sangat dianjurkan kepada semua pihak yang bergerak dalam bidang perencanaan, untuk memahami proses yang dimaksud. 2.3 Ciri ciri Perencanaan Kesehatan Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan. Ciri-ciri yang dimaksud secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bagian dari sistem administrasi Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secra keseluruhan. Perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan adminstrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik. 2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukan perencanaan yang dianjurkan. Menurut Mary Arnold, ada hubungan yang berkelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya, sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir. 3. Berorientasi pada masa depan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan artinya hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang. 4. Mampu menyelesaikan masalah Suatu perencanaan yang baik adalah yang mapu menyelesaikan berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah ataupun tantangan yang dimaksudkan di sini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaian masalah apapun tantangan tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pertahapan perencanaan yang akan dilakukan. 5. Mempunyai tujuan Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya di bedakan atas dua macam yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik. 6. Bersifat mampu kelola Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel, serta telah disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang di susun tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya, bukanlah perencanaan yang baik.

2.4 Istilah Yang Identik Dengan Perencanaan 1. Peramalan Peramalan (Forcasting) adalah suatu upaya menduga apa yang akan terjadi pada masa depan, yang juga merupakan ciri perencanaan. Tetapi peramalan bukan perencanaan, karena pada peramalan tidak ditemukan adanya unsur-unsur yang bersifat pasti dan karena itu dapat diperhitungkan. 2. Penyelesaian Masalah Penyelesaian masalah (problem solving) adalah suatu upaya menghilangkan hambatan atau masalah, yang juga merupakan ciri perencanaan. Tetapi penyelesaian masalah bukan perencanaan, karena pada penyelesaian masalah tidak terkandung uraian yang lengkap tentang bagaimana melaksanakan berbagai kegiatan. 3. Penyusunan program (programming) Penyusunan program adalah satu upaya menysusn rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, yang juga merupakan ciri perencanaan. 4. Penyusunan Rancangan

Penyususnan rancangan (designing) adalah suatu upaya menghasilkan pedoman (bagan) kerja, yang juga merupakan ciri perencanaan. Tetapi penyusunan rancangan bukan perencanaan, karena hasil akhir perencanaan tidak terbatas hanya pada penyusunan pedoman (bagan) kerja saja.

2.5 Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen. Fungsi ini akan menentukan fungsi fungsi manajemen selanjutnya. Perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen. Tanpa perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial terdiri dari perumusan strategi dan penerapan strategi. Dalam perumusan strategi, manajer kesehatan harus memiliki kemampuan ketrampilan konseptual, dan pada penerapan strategi, manajer kesehatan harus memiliki ketrampilan teknis. Fungsi perencanaan dapat dilihat dari 4 aspek utama: 1. Kontribusi pada tujuan Tujuan semua perencanaan adalah memfasilitasi perusahaan dalam mencapai semua tujuannya. Merupakan prinsip utama dalam mencapai tujuan bersama perusahaan. 2. Keutamaan perencanaan Perencanaan adalah perintah yang berfungsi untuk melakukan eksekusi berjalannya fungsi manajemen. Walaupun perencanaan juga bersifat aksi, tapi juga bisa menunjang tujuan bersama perusahaan. Selain itu perencanaan harus dibuat sebelum fungsi manajemen yang lain. Tentu saja semua fungsi harus juga direncanakan agar berjalan secara efektif. Perencanaan dan pengawasan tidak bisa dipisahkan. Kegiatan yang tidak direncanakan tidak dapat direncanakan, kontrol mengikuti jalur jalur yang ada pada perncanaan. 3. Penembusan rencana Perencanaan merupakan fungsi dari manajer, meskipun karakter dan pelaksanaannya dari perencanaan bermacam macam tergantung dengan otoritas dan kebijakan alami serta dibatasi oleh kekuatan. Hal tersebut secara virtual tidak mungkin untuk membatasi dari lingkupan pilihan perencanaan. Pengenalan terhadap penembusan perencaaan melangkah jauh dalam

mengklarifikasi pada bagian dari sejumlah siswa yang mempelajari ilmu manajemen menuju pembedaan antara pembuatan kebijakan (penyiapan penuntun untuk berfikir

dalam membuat keputusan) dan pekerja administrasi, atau antara manajer dan pekerja administrasi atau pengawas. dikarenakan delegasi autoritas atau posisinya dalam organisasi, mungkin membutuhkan lebih banyak perencanaan atau perencanaan yang lebih penting dibandingkan yang lain, atau perencanaannya mungkin lebih mendasar dan lebih aplikatif pada porsi yang luas terhadap perusahaan / swasta dibanding terhadap yang lain. Bagaimanapun juga, semua rencana manajer - dari presiden hingga pengawas -. dibatasi oleh prosedur prosedur garis pandu yang jelas dan tegas. 4. Efisiensi perencanaan Efisiensi terhadap rencana diukur menurut kontribusi sejumlah rencana terhadap beberapa tujuan dan obyektivitas sebagai hasil dari pengeluaran biaya dan kosekuensi lain yang diperlukan untuk merumuskan dan menjalankannya. Konsep efisiensi ini mempunyai implikasi terhadap rasio normal daripada pemasukan dan pengeluaran. Banyak manajer memiliki berbagai recana yang mungkin tidak efisien jika biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada hasil yang dicapai. Rencana mungkin juga tidak efisien dalam mencapai obyek bila membahayakan kepentingan/kepuasan kelompok.

2.6 Manfaat Perencanaan Manfaat perencanaan bagi organisasi kesehatan adalah manajer dan staf organisasi kesehatan tersebut dapat mengetahui : a. b. c. d. e. f. g. h. Tujuan yang ingin di capai organisasi dan cara mencapainya Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan. Aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan dapat dilaksanakan secara teratur. Menghilangkan aktivitas yang tidak produktif. Mengukur hasil kegiatan. Sebagai dasar pelaksanaan fungsi manajemen lainnya.

2.7 Unsur Unsur Perencanaan Menurut Manullang (2009:41), rencana yang baik pada umumnya memuat enam unsur yaitu what, why, where, when, who, how. Selanjutnya menurut Hasibuan (2008 : 112), pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab secara ilmiah, artinya atas hasil analisis data,

informasi, dan fakta, supaya rencana yang dibuat itu relatif baik, pelaksanaannya mudah dan tujuan yang diinginkan akan tercapai. Pertanyaan itu secara rinci berupa: 1. What (apa) Apa yang akan dicapai, tindakan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, harus ada penjelasan dan rinciannya 2. Why (mengapa) Mengapa itu menjadi sasaran, mengapa ia harus dilakukan dengan memberikan penjelasan, mengapa ia harus dikerjakan dan mengapa tujuan itu harus dicapai. 3. Where (di mana) Di mana tempat setiap kegiatan harus dikerjakan. Perlu dijelaskan dan diberikan alasanalasannya berdasarkan pertimbangan ekonomis. 4. When (kapan) Kapan rencana akan dilakukan. Penjelasan waktu dimulainya pekerjaan baik untuk tiaptiap bagian maupun untuk seluruh pekerjaan harus ditetapkan standar waktu untuk memilih pekerjaan-pekerjaan itu. Alasan-alasan memilih waktu itu harus diberikan sejelas- jelasnya. 5. Who (siapa) Siapa yang akan melakukannya, jadi pemilihan dan penempatan karyawan, menetapkan persyaratan dan jumlah karyawan yang akan melakukan pekerjaan, luasnya wewenang dari masing-masing pekerja. 6. How (bagaimana) Bagaimana mengerjakannya, perlu diberi penjelasan mengenai teknik-teknik

pengerjaannya.

J.S. Tjeng Bing Tie (1964) dalam buku Dasar-dasar Manajemen yang ditulis M. Manulung berpendapat bahwa perencanaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Tujuan Organisasi Menjelaskan rencana apa yang menjadi tujuan, tujuan tersebut dapat bersifat materiil untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, maupun bersifat moral dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah diantaranya dalam melayani masyarakat. 2. Politik Organisasi Merupakan peraturan atau pedoman yang digariskan bagi tindakan organisasi untuk mencapai tujuan dengan hasil baik. 3. Prosedur Memuat prosedur, yakni urutan pelaksanaan yang harus dilakukan dalam melakukan tindakan.

4. Anggaran Belanja Yaitu ikhtisar dari hasil-hasil yang diharapkan tercapai dan pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai hasil tersebut, yang dinyatakan dalam angka. 5. Program Kegiatan Merupakan rangkaian tindakan untuk waktu yang akan datang. Suatu perencanaan yang komprehensif harus memperhatikan unsur unsur penting sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Visi dan misi. Permasalahan, penyebab dan prioritasnya. Tujuan rencana pemecahan masalah. Kebijakan kesehatan. Rencana usulan kegiatan. Rencana pelaksanaan kegiatan dan perkiraan hambatan.

2.8 Jenis jenis Perencanaan Kesehatan Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain : 1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana : a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10-25 tahun.

b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-7 tahun. c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku untuk 1 tahun. 2. Dilihat dari tingkatannya : a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas. b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program. c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat rutin.

3. Ditinjau dari ruang lingkupnya : a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini sulit untuk diubah. b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.

c.

Rencana menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.

d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain diluar kesehatan. Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut. Misalnya berdasarkan tingkatannya suatu rencana termasuk rencana induk tetapi juga merupakan rencana strategis berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana jangka panjang berdasarkan jangka waktunya.

2.9 Proses Perencanaan Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus semula. Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Secara terinci, langkah-langkah perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Analisis situasi Langkah analisis situasi dimulai dengan menganalisis data laporan yang telah dimiliki oleh organisasi (data primer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya dibutuhkan, observasi dan wawancara. Langkah analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan jenis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dijadikan dasar penyusunan perencanaan. Data yang diperlukan terdiri dari: a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess). b. Data kependudukan. c. Data potensi organisasi kesehatan. d. Keadaan lingkungan dan geografi. e. Data sarana dan prasarana.

Proses pengumpulan data untuk analisis situasi dapat dilakukan dengn cara: a. Mendengarkan keluhan masyarakat melalui pengamatan langsung kelapangan. b. Membahas langsung masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang dikembangkan bersama tokoh-tokoh formal dan informal masyarakat setempat.

c. Membahas program kesehatan masyarakat dilapangan bersama petugas lapangan kesehatan, petugas sektor lain, atau bersama dukun bersalin yang ada diwilayah kerja puekesmas. d. Membaca laporan kegiatan program kesehatan pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di suatu wilayah. e. Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistik kependudukan, laporan khusus, hasil survei, petunjuk pelaksanaan (jutlak) program kesehatan, dan laporan tahunan.

2. Identifikasi Masalah Perencanaan pada hakekatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain : a. b. c. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada. Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan. d. Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya.

3. Menetapkan Prioritas Masalah Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang masalah kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Oleh karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga dan teknologi maka tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus (direncanakan pemecahannya). Untuk itu harus dipilih masalah mana yang "feasible" untuk dipecahkan. Proses memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan prioritas masalah. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni :

3.1 Teknik Skoring Yakni memberikan nilai (scor) terhadap masalah tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter) antara lain : a. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah. b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (severity). c. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate increase).

d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need). e. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit). f. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasiblity). g. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (resources availability), termasuk tenaga kesehatan. Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila masalahnya besar diberi 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilainilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi (terbesar) adalah yang diprioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya.

3.2 Teknik Non Skoring Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut "nominal group tecnique (NGT)". Ada 2 NGT yakni : a. Delphi Technique Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.

b.

Delbeq Technique Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah juga melalui

diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

4. Menetapkan Tujuan Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara konkret dan dapat diukur. Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus. 4.1 Tujuan Umum Adalah suatu tujuan masih bersifat umum dan masih dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus dan pada umumnya masih abstrak. Contoh : Meningkatnya status gizi anak balita di kecamatan Cibadak.

4.2 Tujuan Khusus Adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan umum yang ditetapkan akan tercapai apabila tujuan-tujuan khususnya tercapai. Contoh : Apabila tujuan umum seperti contoh tersebut di atas dijabarkan ke dalam tujuan khusus menjadi sebagai berikut : Meningkatnya perilaku ibu dalam memberikkan makanan bergizi kepada anak balita. Meningkatnya jumlah anak balita yang dittimbang di Posyandu. Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik, dan sebagainya.

5. Menetapkan Rencana Kegiatan Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3 tahap pokok, yakni : o Kegiatan pada tahap persiapan, yakni keggiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya. o Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni keegiatan pokok program yang bersangkutan. o Kegiatan pada tahap penilaian, yakni keggiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.

6. Menetapkan Sasaran (Target Group) Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni : a. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh program tersebut. Misalnya kalau tujuan umumnya : Meningkatkan status gizi anak balita seperti tersebut di atas maka sasaran langsungnya adalah anak balita. b. Sasaran tidak langsung adalah kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut namun berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung. Misalnya : seperti contoh tersebut di atas, anak balita sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak langsung. Ibu anak balita, khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan bergizi kepada anak sangat menentukan status gizi anak balita tersebut.

7. Waktu

Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh sebab itu, waktu dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan satu dan disajikan dalam bentuk matriks, yang disebut gant chart.

8. Organisasi dan Staf Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi sekaligus staf atau personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program tersebut. Disamping itu juga diuraikan tugas (job description) masing-masing staf pelaksana tersebut. Hal ini penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam program tersebut mengetahui dan melaksanakan kewajiban.

9. Rencana Anggaran Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokkan menjadi : a. b. c. d. Biaya personalia Biaya operasional Biaya sarana dan fasilitas Biaya penilaian

10. Rencana Evaluasi Rencana evaluasi sering dilupakan oleh para perencana padahal hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai. Sesuai pendapat A.M. Williams, sebagaimana dalam buku Soewarno Handayaningrat (1996:135), proses perencanaan meliputi: 1. Menentukan/ menetapkan dengan jelas maksud dan tujuan, menentukan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan dilakukan, maksud dan tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai. 2. Menentukan alternatif, memperhatikan factor-faktor yang dihadapi yaitu kejadiankejadian yang akan datang, termasuk waktu yang diperlukan, kondisi/situasi untuk menentukan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. 3. Mengatur sumber-sumber yang diperlukan, antara lain man, money, equipment, materials, time will be need. 4. Menentukan organisasi, metode dan prosedur

5. Menentukan/menetapkan rencana itu sendiri.

Menurut Siagian (1996: 111-115), proses perencanaan dapat ditinjau dari atau fungsi perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tiga cara, yaitu: 1. Mengetahui sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik, yaitu: a. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. b. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami tujuan organisasi. c. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mendalami teknikteknik perencanaan. d. Rencana harus disertai oleh suatu perincian yang teliti, artinya rencana harus diikuti oleh programming. e. Rencana tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksana. f. Rencana harus bersifat sederhana, dimana rencana itusistematik, prioritas jelas, bahasa mudah dipahami oleh semua kegiatan pokok yang akan dilaksanakan sudah tercakup. g. Rencana harus luwes, meskipun pola dasar harus bersifat permanen dan tidak berubah, tapi tergantung keadaan yang dihadapi untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian. h. Di dalam rencana terdapat tempat pengambilan resiko. i. Rencana harus bersifat praktis (Pragmatis), artinya suatu rencana harus dapat dicapai dengan memperhitungkan tujuan, kapasitas organisasi, faktor lingkungan, dan lainlain. j. Rencana harus merupakan forecasting, rencana harus merupakan peramalan atas keadaan yang mungkin dicapai.

2. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian perencanaan yang harus dijawab dengan memuaskan, yaitu: a. Apakah kegiatan yang harus dijalankan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Dimana kegiatan tertentu tersebut akan dilaksanakan. c. Dalam perencanaan harus tergambar sistem prioritas yang akan digunakan, penjadwalan waktu, target phase-phase tertentu yang akan dicapai. d. Bagaimana cara melaksanakan kegiatan-kegiatan ke arah tercapainya tujuan. e. Dalam perencanaan harus tergambar tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab.

3.

Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah, yaitu: a. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi. b. Kumpulkan data, yang dimaksud data adalah fakta yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai, informasi dari unit organisasi yang lebih rendah, saran dari anggota organisasi yang akan menjadi pelaksana, ide bawahan dan kritik dari dalam dan luar organisasi. c. Analisa data. d. Penentuan beberapa alternative. e. Memilih cara yang kelihatannya terbaik. f. Pelaksanaan pembuatan rencana tersebut. g. Penilaian hasil yang dicapai.

2.10 Sifat Suatu Rencana Yang Baik Menurut Manullang (2009 : 44) rencana yang baik, haruslah mengandung sifat-sifat sebagai berikut : 1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan terang. Kata-kata dalam kalimat-kalimat yangaaa dipergunakan oleh suatu rencana haruslah sederhana dan mudah dimengerti untuk meniadakan penafsiran yang berbeda. 2. Fleksibel, rencana tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah yang tidak diduga sebelumnya 3. Mempunyai stabilitas, 4. Ada dalam perimbangan, artinya pemberian waktu dan faktor-faktor produksi kepada setiap unsur organisasi seimbang dengan kebutuhannya. 5. Meliputi semua tindakan yang diperlukan, rencana harus meliputi segala-galanya hingga terjamin koordinasi dari tindakan seluruh unsur-unsur organisasi.

Menurut Hasibuan (2008 : 111), syarat rencana yang baik yaitu : 1. Rencana harus mempunyai tujuan yang jelas, objektif, rasional, dan cukup menantang untuk diperjuangkan 2. Rencana harus mudah dipahami dan penafsirannya hanya satu. 3. Rencana harus dapat dipakai sebagai pedoman untuk bertindak ekonomis rasional. 4. Rencana harus menjadi dasar dan alat untuk pengendalian semua tindakan. 5. Rencana harus dapat dikerjakan oleh sekelompok orang.

6. Rencana harus menunjukkan urutan-urutan dan waktu pekerjaan. 7. Rencana harus fleksibel, tetapi tidak mengubah tujuan. 8. Rencana harus berkesinambungan 9. Rencana harus meliputi semua tindakan yang akan dilakukan. 10. Rencana harus berimbang artinya pemberian tugas harus seimbang dengan penyediaan fasilitas. 11. Dalam rencana tidak boleh ada pertentangan antar departemen,hendaknya saling mendukung untuk tercapainya tujuan perusahaan. 12. Rencana harus sensitif terhadap situasi, sehingga terbuka kemungkinan untuk mengubah teknik pelaksanaannya tanpa mengalami perubahan pada tujuannya. 13. Rencana harus ditetapkan dan diimplementasikan atas hasil analisisdata, informasi dan fakta.

CONTOH APLIKASI PERENCANAAN PROGRAM KEGIATAN KESEHATAN

Kegiatan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di loronglorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%). Pada tahun 2005 ada 159 kasus, 2006 sebanyak 116 kasus, tahun 2007 mencapai 264 kasus dan tahun 2009 sebanyak 399 kasus.

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamukAedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai. Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti masih tersebar luas di pelosok tanah air kecuali di ketinggian > 1000 meter dari permukaan laut, masih banyak di ketemuinya jentik di rumah (30,5%), sekolah (31,5%), tempat-tempat umum (27,6%), sedangkan pengetahuan sikap perilaku terhadap DBD 53,3%.

II. Tujuan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit DBD melalui terciptanya masyarakat yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat terbatas dari penyakit DBD, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. III. Kebijaksanaan Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga dewasa ini belum ada maka upaya pemberanyasan DBD dititik beratkan pada: 1. Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan melaksanakan surveilans vektor guna mencegah dan membatasi agar tidak terjadi KLB/wabah. 2. Pemberantasan nyamuk penularnya a. Nyamuk dewasa b. Jentik

IV. Strategi Karena titik berat program pemberantasan penyakit DBD adalah penggerakan masyarakat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD meliputi: 1. Menyelanggarakan penyuluhan kepada masyarakat agar mampu secara mandiri mencegah penyakit DBD. 2. Penggerakan masyarakat dalan pemberantasan sarang nyamuk DBD melalui kerjasama lintas program yang dikoordinasikan oleh kepala wilayah/daerah. 3. Melakukan tindakan kewaspadaan dini kasus/KLB-DBD. 4. Melaksanakan pengobatan/pertolongan penderita DBD di RS dan puskesmas. 5. Menanggulangi secepatnya KLB-DBD agar penyebaran dapat dibatasi.

V. Sasaran, Waktu, Tempat Pelayanan, Dan Tenaga Pelaksana. A. Sasaran Sasaran adalah seluruh masyarakat di kelurahan Tobimeita dan Anggalo Melai kecamatan Abeli yang mempunyai faktor resiko tinggi terhadap penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.

B. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan di kelurahan Tobimeita dan Anggalo Melai kecamatan Abeli selama 4 minggu pada tanggal 1-28 Desember 2013. C. Tempat Pelayanan Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue ini dengan menggunakan metode pemfogingan dan abatesasi yang dilaksanakan di seluruh kediaman warga Kelurahan Tobimeita dan anggolo Melai. Sedangkan tempat pelayanan penyuluhan adalah di posyandu atau tempat-tempat lain berdasarkan kesepakatan, misalnya puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,dll. D. Tenaga Jumlah tenaga disesuaikan dengan sasaran yang ada. Tenaga pelaksana program pemberantasa penyakit DBD ini terdiri atas tenaga paramedis, non paramedis dan kader dengan tugas sebagai berikut:

a. Tenaga Kesehatan Tenaga paramedis untuk memeriksa kesehatan masyarakat baik penderita DBD

maupun yang belum menderita DBD. Tenaga non paramedis untuk mencatat, membantu mengisi kartu, menyiapkan

sarana pelayanan,dll. b. Kader bertugas: Pendataan sasaran Penyuluhan Menyiapkan tempat pelayanan

VI. Kegiatan Pokok Program Untuk mencapai keberhasilan program pemberantasan penyakit DBD dilakuakan kegiatankegiatan sebagai berikut:
Minggu No Kegiatan I 1 Tahap Persiapan (Kewaspadaan Dini) II III IV

a.Penyusunan rencana kerja b.Mobilisasi sumber dana c. Pelatihan d. Kunjungan rumah e. Penemuan dan pelaporan penderita f. Penyuluhan g.Penggerakan masyarakat 2 Tahap Pelaksanaan (Penanggulangan KLB) a.Gerakan 3M (PSN-DBD) b.Fogging c.Abatisasi 3 4 Pembinaan (Meningkatkan SDM) Monitoring dan Evaluasi

Tabel 1. Kegiatan Pokok Program

Monitoring dan Evaluasi Pemantauan Kegiatan

Pemantauan dilaksanakan untuk setiap tahap kegiatan sesuai dengan rencana. 1. Pemantauan dilakukan melalui: ~ Sistem pencatatan dan pelaporan program. ~ Unit pengaduan masyarakat. ~ Kunjungan rumah 2. Tindak Lanjut Pemantauan dilakukan melalui: ~ Umpan Balik ~ Supervisi ~ Bimbingan teknis Evaluasi Kegiatan

Evaluasi dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasil kegiatan berupa:

a. jumlah penderita DBD yang diberikan pengobatan dan penyuluhan di desa-desa resiko tinggi. b. Jumlah fogging yang dipakai. c. Lokasi dan jumlah pos pelayanan. d. Masalah pendistribusian bubuk abate. e. Masalah-masalah lain.

VII. Anggaran Kegiatan Sumber dana dari APBN dan APBD. - Dana dari APBN berupa penyedian Fogging dan bubuk Abate. - Dana dari APBD berupa biaya operasional.yakni:

No.

Biaya Operasional

Jumlah

Biaya Tenaga/ Satuan Output Rp.50.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg Rp.7.500.000

Biaya Transpor/ Satuan Output Rp.20.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg Rp. 3.000.000

Biaya Snack/ Satuan Output Rp.15.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg Rp 2.250.000

Biaya tidak tetap/ Satuan Output

Rp.500.000

Biaya Total

Rp.13.250.000
Tabel 2. Rencana Anggaran Kegiatan

VIII.. Kegiatan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue 1. Kunjungan Rumah Secara Berkala Kunjungan rumah secara berkala dilaksanakan oleh Kader/Dasawisma guna

menyampaikan informasi tentang DBD dan pencegahannya kepada keluarga serta melakukan pemeriksaan jentik. Hasil pemeriksaan jentik yang ada disetiap rumah dan pada buku/formulir catatan kader. Selanjutnya, catatan hasil pemeriksaan jentik disampaikan kepada ketua RT yang bersangkutan untuk tindak lanjut sepenuhnya. 2 Penyuluhan Kesehatan

A. Tujuan 1.Menyebarluaskan pengetahuan/ pengertian yang tepat dan benar tentang penyakit DBD. 2.Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD 3.Meningkatkan kerjasama antar penderita, keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan kesehatan tentang penanggulangan penyakit DBD.

B. 1. 2. 3. 4.

Sasaran Penderita penyakit DBD Keluarga penderita penyakit DBD Masyarakat Petugas kesehatan

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga aspek pokok yang harus diperhatikan dalam perencanaan kesehatan adalah hasil dari pekerjaan perencanaan ( outcome of plan), perangkat organisasi yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan perencanaan (Mekanik of planning), serta proses atau langkahlangkah melakukan pekerjaan perencanaan (proces of planning).

Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yaitu bagian dari sistem administrasi, dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, mampu

menyelesaikan masalah, mempunyai tujuan, dan bersifat mampu kelola. Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen. Fungsi ini akan menentukan fungsi fungsi manajemen selanjutnya. Fungsi perencanaan dapat dilihat dari 4 aspek utama yaitu kontribusi pada tujuan, keutamaan perencanaan, penembusan rencana, efisiensi perencanaan. Manfaat perencanaan bagi organisasi kesehatan adalah dapat mengetahui : a. b. c. d. e. f. g. h. Tujuan yang ingin di capai organisasi dan cara mencapainya Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan. Aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan dapat dilaksanakan secara teratur. Menghilangkan aktivitas yang tidak produktif. Mengukur hasil kegiatan. Sebagai dasar pelaksanaan fungsi manajemen lainnya.

Perencanaan harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut : tujuan organisasi, politik organisasi, prosedur, anggaran belanja, program kegiatan. Jenis-jenis perencanaan : 1. Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana a. Perencanaan jangka panjang b. Perencanaan jangka menengah c. Perencanaan jangka pendek 2. Ditinjau dari frekuensi pengunaan a. Digunakan satu kali b. Digunakan berulang kali 3. Ditinjau dari tingkat rencana a. Perencanaan induk b. Perencanaan operasional c. Perencanaan harian 4. Ditinjau dari filosofi perencanaan a. Perencanaan memuaskan b. Perencanaan optimal c. Perencanaan adaptasi 5. Ditinjau dari orientasi waktu

a. Perencanaan berorientasi masa lalu- kini b. Perencanaan berorientasi masa depan 6. Ditinjau dari ruang lingkup a. Perencanaan strategik b. Perencanaan taktis

3.2 Saran Suatu organisasi kesehatan sebaiknya memiliki konsep perencanaan program kesehatan yang matang. Bukan hanya cepat dalam mengambil keputusan namun juga tepat. Seorang pimpinan kesehatan dituntut memiliki kemampuan ketrampilan konseptual, dan pada penerapan strategi, harus memiliki ketrampilan teknis. Selain itu dalam membuat perencanaan program kesehatan yang nantinya akan dibicarakan dalam forum atau dikemukakan dalam rapat organisasi seharusnya mempunyai tujuan yang jelas, objektif, dan rasional, dapat dikerjakan oleh sekelompok orang, berkesinambungan, harus sensitif terhadap situasi, sehingga terbuka kemungkinan untuk mengubah teknik pelaksanaannya tanpa mengalami perubahan pada tujuannya, rencana harus ditetapkan dan diimplementasikan atas hasil analisis data, informasi dan fakta.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2. Jakarta : Rineka Cipta. Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hasibuan Malayu SP. 2005. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi revisi, cetakan 4. Jakarta : Bumi Aksara. Handayaningrat Soewarno. 1996. Pengantar Study Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Haji Masagung. Ilmu, Pustaka. 2012. Perencanaan Program Kesehatan.

http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/perencanaan-program-kesehatan.html. Diunduh pada hari Kamis, 12 September 2013 pukul 22.00 WIB.

Riadi,

Muchlisin.

2012.

Pengertian

dan

Fungsi

Perencanaan.

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-dan-fungsiperencanaan.html#.UjHRwdKNk6s. Diunduh pada hari Kamis, 12 September 2013 pukul 22.00 WIB. http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr4811a1.htm

Anda mungkin juga menyukai