Anda di halaman 1dari 8

RESUME RESPONSI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

Koordinator : Suhartini, S.Kp., MNS.

Disusun oleh : Layar Mutiara 22020110120033 (A.101)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011

A. HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN KEBUTUHAN TIDUR

Berat badan dan kebutuhan tidur mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Orang yang memiliki berat badan lebih atau obesitas, cenderung berisiko tinggi mengalami gangguan tidur berupa Obstruksi Sleep Apnea (OSA), akibat dari deposit lemak dianterolateral saluran pernafasan yang menyebabkan lumen saluran pernafasan menyempit. Hal ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan tidur karena membuat siklus tidur normal terganggu. Pemenuhan kebutuhan tidur seseorang juga dapat mempengaruhi berat badannya. Orang yang memiliki jam tidur yang kurang, berisiko mengalami kegemukan daripada orang yang mempunyai jam tidur normal. Hal ini terjadi karena pada saat seseorang memenuhi kebutuhan tidurnya secara normal terjadi peningkatan hormon leptin yang besar dan penurunan hormon ghrelin. Hormon leptin adalah hormon yang berfungsi menekan nafsu makan atau meningkatkan rasa kenyang, sedangkan hormon ghrelin adalah hormon peningkat nafsu makan. Semakin banyak hormon leptin yang dihasilkan, semakin banyak jumlah pembakaran lemak yang terjadi dan rasa lapar akan menurun karena hambatan langsung di pusat lapar, hipotalamus. Pada saat tidur, terdapat kadar hormon melatonin yang tinggi. Hormon melatonin ini merangsang peningkatkan kadar hormon leptin yang tinggi. Hal inilah yang membuat lebih banyak hormon leptin yang dihasilkan pada saat tidur. Pada orang yang tidur kurang dari 6 jam sehari, kadar hormon leptin dan melatonin berkurang. Akibatnya, orang akan lebih gampang merasa lapar dan proses pembakaran lemak akan berkurang sehingga akan lebih mudah mengalami obesitas. Hal ini disebabkan karena orang yang tidur dalam waktu pendek memiliki kandungan ghrelin lebih tinggi dan kandungan leptin rendah.

B. HUBUNGAN ANTARA PENINGKATAN DAN PENURUNAN BERAT BADAN DENGAN TIDUR

Peningkatan atau penurunan berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah berat badannya, maka periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi di bandingkan orang yang kehilangan berat badan. Kehilangan berat badan ini dapat menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dihasilkan dari diet semisempurna yang populer di dalam kelompok masyarakat yang sadar-berat badan. Pada saat tidur, tubuh tetap akan melakukan proses metabolisme, seperti proses pencernaan makanan, penyerapan makanan dan pembentukan energi. Pada orang yang berdiet kebutuhan nutrisinya kemungkinan tidak adekuat, sehingga dapat mengganggu proses metabolisme. Hal ini dapat menyebabkan rasa lapar, rasa lapar ini berisiko membangunkan seseorang ketika ia sedang tidur. Rasa lapar berkepanjangan akibat diet dapat menyebabkan kecemasan. Hal itu dapat terjadi karena penurunan karbohidrat, kadar gula dalam darah, dan kekurangan vitamin, seperti vitamin B6 serta vitamin C yang membantu menghasilkan serotonin di otak.
Serotonin adalah hormon yang diproduksi di kelenjar pineal yang terdapat di tengah otak

kita. Selain dikenal sebagai neurotransmiter yang aktif pada saat kita tidur, serotonin sangat berperan penting dalam banyak fungsi tubuh antara lain menjaga kontrol nafsu makan, tidur, memori, pengaturan suhu tubuh, mood, perilaku, fungsi jantung dan pembuluh darah, kontraksi otot, pengaturan hormon endokrin serta mencegah depresi. Kecemasan akibat kekurangan hormon serotonin ini dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur, misalnya insomnia intermiten yaitu insomnia dimana penderitanya mengalami ketidakmampuan dalam mempertahankan tidur, sehingga sering terjaga.

C. MEKANISME TIDUR PADA SEMUA TAHAPAN USIA

1. Neonatus Tidur rata-rata 16 jam sehari, sekitar satu jam bayi baru lahir menjadi diam dan kurang responsif terhadap stimulus internal dan eksternal. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur dengan konstan. Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak tertinggi 2. Bayi Mengalami pola tidur malam hari pada usia 3 bulan, rata-rata tidur malam 8-10 jam. Sekitar 30% dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Jika bangun selama malam hari menjadi rutin, masalah pada diet karena lapar seringkali membangunkan anak. Bayi yang minum ASI lebih sering terbangun dari pada yang minum susu botol. Bayi yang lebih besar tidur lebih lama karena kapasitas lambungnya yang lebih besar . 3. Todler Pada usia 2 tahun biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Ratarata tidur 12 jam sehari, 25% REM. Persentase tidur REM berlanjut menurun, selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan keingintahuannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa mereka mencoba untuk menunda waktu tidur 4. Prasekolah Rata-rata tidur 12 jam/hari, 20% adalah tidur REM. Usia 5 tahun jarang tidur siang. Masalah ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari atau mimpi buruk. Peran orang tua untuk membina ritual yg konsisten yg mencakup aktivitas waktu tenang sebelum waktu tidur. 5. Anak usia sekolah Usia 6 tahun rata-rata tidur 11-12 jam/hari, usia 11 thn 9-10 jam semalam/hari, 18,5%
REM . Anak 6-7 tahun dapat dibujuk untuk tidur dengan mendorong melakukan

aktivitas tenang. Anak usia tua menolak tidur karena ketidaksadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Peran orangtua dengan menggunakan pendekatan tegas dan konsisten cukup berhasil membuat anak untuk tidur. 6. Remaja Rata-rata tidur 7 jam/hari, 20% REM. Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu tidur. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan

pekerjaan paruh waktu menekan yg tersedia untuk tidur. Biasanya ngantuk berlebihan setiap hari (EDS=Excessive Daytime Sleepiness). 7. Dewasa Muda Rata-rata tidur 6-8 jam/hari, 20% waktu tidur adalah tidur REM, yang tetap konsisten sepanjang hidup. Stres pekerjaan, hubungan keluarga, dan aktivitas sosial dapat mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur dapat mengganggu tidur. 8. Dewasa Tengah Dewasa menengah tidur 7 jam/hari, dengan 20% REM dan sering sulit tidur. Gangguan tidur seringkali mulai didiagnosa diantara orang-orang pada rentang usia ini, bahkan ketika gejala dari gangguan yang telah ada untuk beberapa tahun. Insomnia lazim terjadi yg disebabkan perubahan dan stres usia menengah. Gangguan tidur dapat disebabkan oleh, kecemasan, depresi, atau penyakit fisik ringan tertentu, wanita yang mengalami gejala menopause dapat mengalami insomnia. 9. Lansia Lansia tidur 6 jam/hari, dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur. Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia akan tetapi kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur REM cenderung memendek. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap NREM 4 atau tidur yang dalam. Gangguan tidur disebabkan akibat penyakit kronik yang lain. Sehingga sering terbangun pada malam hari dan cenderung ingin tidur pada siang hari. Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan SSP yang mempengaruhi pola tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Iskandar, SE. 2004. Mengatasi Gangguan pada Pencernaan dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Agromedia.

Anonim. 2008. Kurang tidur menyebabkan kegemukan. http://roni336.blogspot.com/2008/12/kurang-tidur-menyebabkan-kegemukan.html. Diakses 23 November 2011.

Anonim. Kurang Tidur=Tambah Gemuk . 2011. http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/27/69637/Kurang-Tidur-=-Tambah-Gemuk. Diakses 23 November 2011

Anugrahwati .2009 . Kaitan antara Hormon Serotonin terhadap Istirahat Dan Tidur. http://www.scribd.com/doc/38038432/Kaitan-Hormon-Serotonin-Terhadap-Tidur. Diakses 23 November 2011.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Astuti, Puji, dkk. 2011. Prevalensi dan Gejala Klinis Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Pasien Asma. Jakarta: J Indon Med Assoc.

Potter, A.P & Perry, G.A. 2005. Fundamentals of Nursing: concepts, proces , and practice ed.4 vol.2. Jakarta: EGC.

LAMPIRAN

Kurang Tidur Menyebabkan Kegemukan Kategori : Kesehatan Biasanya orang gemuk identik dengan mereka yang gemar makan dan tidur. Tapi sebuah penelitian berkata lain. Berdasar riset yang dilakukan baru-baru ini, orang yang kurang tidur justru lebih mudah mengalami kegemukan. "Orang yang tidur kurang dari delapan jam sehari menunjukkan gejalagejala menjadi lebih gemuk," kata Dr Shahrad Taheri, salah seorang peneliti yang menuliskan riset ini di journal Public Library of Science Medicine. Hal ini disebabkan karena orang yang tidur dalam waktu pendek memiliki kandungan ghrelin lebih tinggi dan kandungan leptin rendah. Ghrelin adalah hormon yang memicu meningkatnya nafsu makan, sedangkan leptin, sebaliknya, menyetop keinginan seseorang untuk makan. Nah, bila kandungan ghrelin seseorang tinggi, ia akan merasa lapar terus menerus. Padahal dalam kasus orang kurang tidur, leptin menjadi rendah, jadi tidak ada hormon yang menghentikan keinginan makan itu. "Bila Anda tidak kekurangan tidur, Anda akan lebih mudah mengendalikan rasa lapar Anda dan menjaga agar tidak menjadi terlalu gemuk," ujar Dr. Eve Van Cauter, seorang Profesor Kesehatan di Universitas Chicago, yang terlibat dalam riset. Dalam eksperimen yang dilakukan terhadap sekitar 1.000 orang sukarelawan, dijumpai bahwa orang-orang yang hanya tidur selama lima jam memiliki ghrelin 15 persen lebih banyak dibanding yang tidur delapan jam. Mereka yang kurang tidur juga memiliki leptin 15 persen lebih sedikit. Selanjutnya, Dr Taheri juga mengatakan, ada bukti-bukti bahwa anak-anak berusia dua tahun sekalipun memiliki resiko menjadi gemuk bila kurang waktu tidur. "Kita harus menyadari bahwa tidur bukanlah kegiatan yang membuang-buang waktu. Kita harus menyadari dampaknya bagi kesehatan kita." Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan di Universitas Chicago, ditemukan, orang-orang yang tidur hanya empat jam tiap malam selama dua malam mengalami penurunan leptin sebanyak 18 persen dan peningkatan ghrelin hingga 28 persen. Mereka yang kurang tidur juga cenderung mencari makanan manis dan berlemak. Memang ada beberapa orang tertentu yang tidak menjadi gemuk walau tidurnya sebentar saja. Mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Thatcher misalnya, hanya tidur empat jam sehari dan tidak menjadi terlalu gemuk. Begitu pula dengan Napoleon dan Hitler. Namun dalam kebanyakan kasus, seperti pada Winston Churchill, kecenderungan kurang tidur menyebabkan gemuk berlaku. Pria yang hanya tidur beberapa jam ini tidak bisa dikatakan langsing.

Kurang Tidur = Tambah Gemuk Lifestyle + / Kamis, 27 Oktober 2011 09:31 WIB

Kurang tidur di malam hari hanya akan merusak mood Anda keesokan harinya. Hal ini juga menyebabkan gangguan kesehatan pada pinggang Anda. Penelitian terbaru dari the American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa kurang tidur dapat menambah berat badan Anda, seperti yang dilansir oleh Reader'sDiggest. Para peneliti di the New York Obesity Nutrition Research Center di Rumah Sakit St. Luke's-Roosevelt menemukan bahwa kurang tidur dapat membakar kalori sama banyak dengan istirahat yang cukup, tetapi orang yang kurang tidur mengonsumsi lebih dari 300 kalori per hari. Padahal sebenarnya kita hanya membutuhkan 3.500 kalori untuk menambah berat badan, kelebihan kalori akan membuat tubuh kita kelebihan berat. Tetapi ada beberapa alasan lain yang menyebabkan kurangnya tidur dapat menambah berat badan kita, kata spesialis gangguan tidur, Michael Breus. Ketika kita terlalu sedikit memejamkan mata, sistem metabolisme tubuh semakin lambat dalam menghasilkan energi. Keterlambatan ini memicu peningkatan hormon kortisol, yang dapat meningkatkan nafsu makan. Tubuh Anda memerlukan lebih banyak energi, jadi tubuh meminta lebih banyak makanan. Alasan lainnya, kurang tidur dapat menyebabkan tubuh kita menghasilkan lebih banyak ghrelin, hormon lain yang menyebabkan rasa lapar, dan berkurangnya leptin, hormon yang bertugas untuk memberitahu bahwa perut kita sudah terlalu penuh. Hal ini menyebabkan tubuh kita ingin mengonsumsi lebih banyak makanan tetapi sensitivitas yang memberi tahu kapan kita harus berhenti makan berkurang. Belum lagi, ketika terjaga, Anda mempunyai waktu lebih banyak untuk ngemil. "Semakin lama Anda terjaga, akan semakin besar keinginan Anda untuk makan," Kata Breus. "Dan mungkin Anda mengonsumsi makanan yang tinggi lemak atau karbohidrat." Faktor lain yang menyebabkan naiknya berat badan adalah tubuh membakar kalori selama tidur, ketika Anda benar-benar tertidur nyenyak. Dan kurang tidur berarti kurangnya waktu juga untuk membakar kalori. Untuk kesehatan maksimal, para ahli mengatakan, Anda harus tidur selama 7,5 jam di malam hari. Jika Anda mengalami kesulitan tidur, lakukan latihan pada siang hari, hal ini membuat tubuh Anda lelah pada malam harinya. Selain itu jauhkan kekhawatiran Anda akan tugastugas Anda, dan tetap lakukan kegiatan-kegiatan santai sebelum tidur, seperti mendengarkan musik atau menonton film favorit Anda. Jadi, mulai sekarang usahakan tidur yang cukup supaya berat badan Anda tetap terjaga. (kpl/ICH)

Anda mungkin juga menyukai