Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

Penyakit yang disebabkan oleh makanan (foodborne diseases) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia hingga saat ini. Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengawasan Penyakit dan Sanitasi Lingkungan Kementerian Kesehatan, sampai tahun 2000 kasus keracunan makanan masih terjadi setiap tahun dengan angka kematian yang fluktuatif. Pada tahun 1995, Case Fatality Rate (CFR) keracunan makanan mencapai 2,06% (37 kasus berat dari total 1795 kasus yang terjadi di 15 propinsi dari seluruh Indonesia). Jumlah ini sedikit mengalami penurunan pada tahun 1996, yakni 1,34%, (31 kasus berat dari total 2308 kasus yang terjadi di 10 provinsi dari seluruh Indonesia). Pada tahun 2000, CFR mengalami penurunan menjadi 0,96% (19 kasus berat dari 2.010 kasus). Keracunan makanan sebagian besar disebabkan oleh konsumsi makanan yang berasal dari masakan dapur rumah tangga, catering, penjual makanan kaki lima atau penjual makanan keliling, dan rumah makan/restoran.1 Keracunan makanan disebabkan oleh banyak faktor, baik mikroorganisme

(Staphylococcus, E. coli), fungi, maupun substansi kimia (pewarna makanan dan nitrat, dan pestisida).1,2 Pada dasarnya, jumlah kasus keracunan makanan di Indonesia belum dapat dimonitor dan dilaporkan dengan akurat karena kasus yang dilaporkan lebih sedikit dibandingkan kasus yang sebenarnya terjadi. Hal ini dapat dimengerti karena gejala keracunan makanan mempunyai variasi yang sangat luas mulai dari gejala yang sangat ringan sampai berat bahkan kematian. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pencegahan dan penanganan berupa promosi dan edukasi kesehatan dan kebersihan makanan, manajemen pengolahan makanan yang baik, serta monitoring dan supervisi yang melibatkan seluruh pihak untuk meminimalkan kasus keracunan makanan yang berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.2

BAB II ISI

2.1 Definisi

Keracunan makanan merupakan penyakit yang terjadi setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri dan atau toksin yang dihasilkannya, parasit, virus, atau bahan kimia.2 Terjadinya penyakit karena makanan sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai diagram F oleh Wagner dan Lanoix tahun 1959, yaitu penularan penyakit melalui 5F, yaitu: F (fly) atau lalat, F (finger) atau tangan, F (fluid) atau air, F (field) atau tanah, dan F (food) atau makanan. Gejala awal yang kemudian dapat digunakan untuk menduga adanya keracunan, yaitu: 1) seseorang yang sebelumnya dalam keadaan sehat mendadak menjadi sakit setelah makan atau minum suatu bahan; 2) beberapa orang menunjukkan gejala yang sama setelah makan atau minum bahan yang sama; dan 3) adanya warna, rasa, bau yang berlainan dengan kebiasaan pada bahan yang telah dimakan atau diminum. Tiga macam bentuk keracunan yaitu: (1) keracunan akut , timbul setelah pemberian bahan sebanyak satu kali dosis besar; (2) keracunan subakut, timbul setelah pemberian bahan berulang-ulang dalam jangka waktu pendek, dan (3) keracunan kronis, yang timbul dalam waktu yang lama dengan interval berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dengan dan dalam dosis yang kecil.1 Bahan makanan yang mudah tercemar sehingga menjadi sumber utama keracunan makanan antara lain: daging, telur, produk susu, ikan, kerang-kerangan, buah-buahan, sayuran, makanan kering, dan makanan siap saji, dengan tanda-tanda kerusakan, antara lain mengalami perubahan warna (menjadi hijau, kuning, atau hitam), rasa, bau, dan tekstur/kekentalan.1,2

Anda mungkin juga menyukai