Anda di halaman 1dari 0

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kejang Demam
1. Pengertian
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan
ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering di jumpai pada anak-anak dan
menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18
bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun (Dona L. Wong, 2008).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal
yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden,
2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh suhu rektal di atas 38 C
yang di sebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang
menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listirik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu rektal di atas 38
C. (Riyadi dan sujono, 2009).
Kejang demam suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun, yang berkaitan dengan
demam namun tanpa adanya tanda- tanda infeksi intracranial atau penyebab yang jelas.
4% anak- anak prasekolah pernah mengalami kejang, selama ini yang paling sering ditemui adalah kejang
demam. Sering terdapat riwayat serangan kejang demam pada anggota keluarga lain.
Kejang demam ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul pada saat awal-awal demam. Penyebab
yang paling sering adalah ispa. Kejang ini merupakan kejang umum dengan pergerakan klonik selama
kurang dari 10 menit. Sistem saraf pusat normal dan tidak ada tanda- tanda deficit neurologis pada saat
serangan telah menghilang. Sekitar 1/3 anak akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam,
4
tetapi sangat jarang yang mengalami kejang setelah usia 6 tahun. Kejang yang lama, fokal, atau berulang,
atau gambaran EEG yang abnormal 2 minggu setelah kejang, menunjukan diagnosis epilepsy. (Roy
Meadow and Simon newel, 2005).
Kejang demam ditimbulkan dengan adanya demam yang lebih dari 38C dan infeksi yang dapat
menyebabkan kejang-kejang pada anak di bawah 5 tahun.
2. Etiologi
Penyebab kejang demam masih belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak, tingginya suhu tubuh,
bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Biasanya suhu
demam lebih dari 38,8C dan terjadi saat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan
suhu yang lama .(Dona L. Wong, 2008).
Penyebab kejang mencakup faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital, faktor genetik, penyakit
infeksi(ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolisme, trauma, neoplasma toksin,
sirkulasi, dan penyakit degeneratif susuna saraf. Kejang di sebut idiopatik bila tidak dapat di temukan
penyebabnya (Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, 2002)
Etiologi dan patogenesis tidak diketahui tetapi tampaknya ada pengaruh genetik yang kuat karena
frekunsi kejang demam meningkat di antara anggota keluarga. Insiden pada orang tua berkisar antara 8 %
- 22% dan pada saudara kandung 9 %- 17%. ( Abraham M. Rudolph, 2006)
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain : infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis.(Riyadi dan sujono, 2009).
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis penyebab
terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksis yang di hasilkan oleh mikro organisme dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan pengaturan suhu
di hipotalamus sebagai tanda tubuh dalam bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di
hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi
peningkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan di sertai pengeluaran mediator
kimia sepeti epinefrin dan prostagladin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan
potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion
Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase
depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan respon kesadaran, otot
ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasme sehingga anak beresiko terhadap injuri dan
kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasme bronkus. (Riyadi dan sujono, 2009).
2. Manifestasi klinik
Manifestasi yang terjadi pada kejang demam adalah: sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam
pertama sakit, sering sewaktu suhu tubuh meningkat cepat, tetapi pada sebagian anak, tanda pertama
penyakit mungkin kejang dan pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun. Derjat demam bukan
merupakan faktor kunci yang memicu kejang. Selama suatu penyakit, setelah demam turun dan naik
kembali sebagian anak tidak kembali kejang walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama, dan sebagian
anak yang lain tidak lagi mengalami kejang pada penyakit demam berikutnya walaupun tercapai tingkat
suhu yang sama. (Abraham M. Rudolph, 2006)
Sebagian besar pasien mengalami kejangdemam jinak dan hanya akan sekali kejang selama suatu
penyakit demam. Hanya 20% dari kejang demam pertama bersifat kompleks. Dari pasien yang
mengalami kejang demam kompleks, sekitar 80% mengalami kejang kompleks sebagai kejang pertama.
Anak yang kemungkinan besar mengalami kejang demam kompleks tidak dapat diketahui pasti sebelum
kejadian. Namun, mereka cendrung bherusia kurang dari 18 bulan dan memiliki riwayat difungsi
neurologik atau gangguan perkembangan.
3. Derajat / klasifikasi
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu : kejang parsial sederhana dan kejang
parsial kompleks.
Kejang Parsial sederhana.
Kesadaran tidak terganggu dapat mencangkup satu atau lebih hal berikut ini
1. Tanda-tanda motoris : Kedutan pada wajah, tangan, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setiap kejang sama.
2. Tanda atau gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh
dari udara, parestesia.
4. Gejala psikik : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
Kejang Parsial Kompleks.
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat
mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik : Mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan
mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainya. Dapat tanpa otomatisme
tatapan terpaku. (Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, 2002).
D. Komplikasi
Akibat terkena serangan penyakit kejang demam secara mendadak dapat terjadi komplikasi sebagai
berikut pnemonia aspirasi, asfiksia dan retradasi mental (Cecily L. Betz dan Linda A. sowden 2002).
E. Penatalaksanaan
Terapi
Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dimiringkan, pakaian di longgarkan dan pengisapan lendir,
Pemberian kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Kompres diletakan pada jaringan
penghantar panas, dan Tirah baring
Terapi medis
Terapi obat epileptik adalah dasar dari penatalaksanaan medis. Terapi obat tunggal adalah terapi yang
paling disukai, dengan tujuan menyeimbangkan kontrol kejang dan efek samping yang merugikan. Obat
pilihan didasrkan pada jenis kejang, sindrom epileptik, dan variabel pasien.
Mekanisme kerja obat-obat antiepileptik bersifat kompleks dan belum jelas sepenuhnya. Obat
antikolvulsan dapat mengurangi letupan neural, membantu aktivitas asam amino penghambat, atau
mengurangi letupan letupan lambat dari neuron talamus. Berikut ini terdapat antikonvulsan yang umum
dipakai : Fenobarbital, Feniton, Karbamazepim, Asam valproat, Primidon.
Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam, pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi
jaringan, pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan dalam pemberian
terapi intravena dan pemeriksaan laboratorium.
F. Konsep Tumbuh Kembang Anak.
Pengertian tumbuh kembang. Pertumbuahan sebagai suatu peninagkatan jumlah dan ukuran sel pada saat
membelah dan mensintesis protein baru menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau
sebagian bagian sel. (Dona L wong, 2009).
Perkembangan adalah tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan
perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran. (Dona L wong, 2009).
Pengertian Tumbuh Kembang Anak usia 0-2 Tahun. (D.B. Jeliffe, 1994:10) Pertumbuhan ini juga bisa
dikatakan sebagai bertambahnya atau proses perubahan dari sebelumnya masih seperti biasa menjadi
sesuatu yang berkembang, atau juga pertumbuhan ukuran badan atau bagian-bagian yang lainnya yang
diikuti dengan bertambahnya keterampilan dan daya kreatifitas anak sebagai hasil dari suatu
perkembangan yang semakin lama semakin kompleks bagian-bagian tubuh beserta seluruh fungsinya.
Anak Usia 2-5 Tahun.
Masa kanak kanak akan dicapai ketika si anak melewati masa bayi yaitu sekitar usia 2-5
tahun. Masa Kanak-Kanak ini akan dibagi menjadi 2 bentuk periode diantaranya adalah
sebagai berikut:
Periode awal yaitu berumur 2 tahun dan 6 tahun Periode akhir, pada masa periode inilah
anak akan mengalami perubahan mulai dari anak berumur 6 tahun hingga anak
mengalami pematangan seksual.
Perkembangan Fisik Masa Kanak-Kanak
Berat Badan anak, berat badan anak rata-rata setiap tahunnya bertambah 3-5 pon. Pada
saat usia 6 tahun berat badan anak harus kurang 7 kali berat badan ketika anak baru lahir.
Tinggi Badan, Pertambahan tinggi badan yang dialami anak kira-kira 3 inci pada setiap
tahunnya. Jadi ketika anak usia 6 tahun anak kira-kira mempunyai tinggi badan sekitar
46,6 inci.
Postur Tubuh, Postur tubuh anak akan mengalami perubahan ketika masa kanak-kanak
ini akan tampak perbedaannya, seperti akan terlihat anak yang bertubuh gemuk, kurus.
Perbandingan Tubuh, Bentuk atau perbandingan akan nampak begitu berbeda pada anak.
Karena akan terlihat dengan jelas tubuh anak ketika usia bayi dengan usia kanak-kanak.
Tulang Serta Otot, Tumbuh perkembangan tulang dan otot ini tergantung kalsium atau
makanan yang diserap oleh si anak.
Gigi, Selama 4-6 bulan anak akan mengalami perkembangan yaitu dengan adanya
pertumbuhan gigi.
Tumbuh Kembang Anak Dari Segi Bahasa
Pada masa anak-anak ini akan sangat berbeda dengan masa bayi karena anak akan
mampu dengan cepat menghafal atau mengucapkan banyak bentuk kosakata, bahkan ia
mampu menggunakan 3 ataupun 4 kata untuk kalimat yang akan ia ucapkan.
Tumbuh Kembang Anak Dari Segi Sosial. Pada masa ini anak akan melakukan hubungan
atau kontak dengan orang yang ada disekitar atau lebih karena masa ini adalah masa
dimana anak akan melakukan hubungan intelektual yang sangat baik dimulai.
Tumbuh Kembang Anak Dari Segi kepribadian. Dalam kepribadian yang akan dilakukan
ataupun didapat oleh anak akan sangat banyak dipengaruhi prilaku dari orang tua ataupun
dari faktor lingkungan anak itu bersosialisasi dengan masyarakat seperti disekolahan.
Tumbuh Kembang Dari Segi Emosional. Pada masa ini emosional anak akan tidak stabil
karena anak akan begitu cepat emosi dikarenakan sifat ego yang tinggi atau tidak mau
mengalah apa yang ada didalam hatinya akan ia luapkan beserta emosinya tersebut.
Tumbuh Kembang Anak Dari Segi Moral Tumbuh Kembang Moral pada saat anak
sekarang akan cukup rendah karena pertumbuhan tingkat intelektual anak belum
mencapai dimana anak akan dapat memahami dengan baik. Hal ini disebabkan karena
anak masih didalam masa pembelajaran.
G. Konsep Hospitalisasi
Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut bukan saja
anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang
kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan
membuat stress anak meningkat. Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak
terapi juga pada orang tuanya.
Stressor umum pada hospitalisasi
Perpisahan, Kehilangan kendali, Perubahan gambar diri, Nyeri dan Rasa takut
Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
Berpisah dengan orang tua dan sparing, Fantasi-fantasi dan kecemasan tentang kegelapan, monster,
pembunuhan dan binatang buas diawali dengan yang asing, Gangguan kontak social jika pengunjung
tidak diizinkan, Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit, Prosedur yang menyakitkan dan
takut akan cacat dan kematian .
Reaksi orang tua pada hospitalisasi anak
1. Denial tidak percaya akan penyakit anak
2. Marah/merasa bersalah, merasa bersalah karena tidak bisa merawat anaknya
3. Ketakutan, frustasi dan cemas, tingkat keseriusan penyakit, prosedur tindakan medis, dan
ketidaktahuan
4. Depresi, terjadi setelah masa
Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi
1. Pendekatan Empirik
Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam hospitalisasi, metode
pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu ;
a. Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.
b. Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka sendiri dan peka
terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Pendekatan melalui metode permainan
Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
a. Bermain merupakan kegiatan
1) Menyenangkan atau dinikmati
2) Fisik
3) Intelektual
4) Emosi
5) Sosial
6) Untuk belajar
7) Perkembangan mental
8) Bermain dan bekerja
b. Tujuan bermain di rumah sakit
1) Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat.
2) Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui permainan.
c. Prinsip bermain di rumah sakit
1) Tidak membutuhkan banyak energy
2) Waktunya singkat
3) Mudah dilakukan
4) Aman
5) Kelompok umur
6) Tidak bertentangan dengan terapi
7) Melibatkan keluarga
d. Fungsi bermain
1) Aktifitas sensori motorik
2) Perkembangan kognitif
3) Sosialisasi
4) Kreatifitas
5) Perkembangan moral therapeutic
6) Komunikasi
e. Klasifikasi bermain
1) Sosial affective play
Belajar memberi respon terhadap lingkungan. Orang tua berbicara atau memanjakan anak
senang, tersenyum, mengeluarkan suara, dan lain-lain.
2) Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek disekitarnya, bermain air atau pasir.
3) Skill play
Anak memperoleh keterampilan tertentu, Mengendarai sepeda, memindahkan balon, dan
lain-lain.
4) Dramatic play atau tole play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu , contohnya ; perawat, dokter, ayah, ibu, dan
lain-lain.
f. Karakteristik social
1) Solitary play
Dilakukan oleh balita (todler) atau pre school, bermain dalam kelompok, permainan sejenis,
tak ada interaksi, tak tergantung, bermain dalam kelompok, aktivitas sama, tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, bermain dengan keinginannya, school
age atau adolescent, permainan terorganisasi terencana, ada aturan-aturan tertentu
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
Tahap perkembangan anak, status kesehatan, Jenis kelamin, alat permainan
Stressor dan Reaksi sesuai tumbuh kembang pada anak
Masa todler (2-3 tahun). Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak
dengan tahapnya.
a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
b. Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih.
c. Pengingkaran atau denial
d. Mulai menerima perpisahan
e. Membina hubungan secara dangkal
f. Anak mulai menyukai lingkungannya
Gangguan peran orang tua dan keluarga
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi, perasaan yang muncul dalam hospitalisasi ;
Takut, Cemas, Perasaan sedih, Frustasi
Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi. Marah, cemburu, benci, rasa bersalah
H. Pengkajian Keperawatan
Identitas klien. Nama klien, umur klien, jenis kelamin klien, agama klien, suku bangsa klien, pendidikan
klien, alamat klien.
Keluhan utama. Keluhan yang umumya yang terjadi pada pasien kejang demam: panas tinggi melebihi
38C, kejang-kejang
Riwayat penyakit sekarang adanya demam yang di alami anak di atas38C demam ini dilatarbelakangi
adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial seperti tonsilitis, faringitis. sebelum serangan kejang
pada pengkajian sttus kesehatan biasanya anak tida mengalami kelainan apa-apa. anak masih menjalani
aktifitas sehari-hari.
Riwayat penyakit yang pernah di derita Penyakit apa saja yang pernah di derita
Riwayat imunisasi apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat di hindarkan.
Riwayat gizi Status gizi dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko,
apabila terdapat faktor predisposisi, pasien yang mendreita kejang demam sering mengalami keluahan
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini terus berlanjut dan tidak di sertai denagan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
Kondisi lingkungan, Kondisi lingkungan rumah baik, terdapat tempat pembuangan sampah di
lingkungannya, rumah klien tidak terlalu dekat denagan jalan raya.
Pola kebiasaan Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, Eliminasi
BAB : kadang-kadang mengalami diare / konstipasi., Eliminasi BAK : apakah sering kencing, sedikit, /
banyak, sakit / tidak, Tidur dan istirahat : sering mengalami kurang tidur kualitas dan kuantitas tidur
maupun istirahatnya kurang, kebersihan : Upaya keluaraga menjaga kebersiha rumah, Perilaku dan
tanggapan keluaraga bila ada keluaraga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan,
Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut hingga
ujung kaki.
Sistem integumen
Dari hasil pemeriksaan turgor kulit elastic, temperature kulit hangat, warna kulit
kemerahan, kedaan kulit baik, tidak luka insisi, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit
pada daerah pemasangan infuse baik tidak ada phlebitis dan tanda-tanda infeksi, kedaan
tekstru rambut baik, kebersihan terjaga.
Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG) di pakai untuk membantu dan menetapkan
jenis dan fokus dari kejang. Diagnosa epilepsi tidak hanya tergantung pada temuan EEG
yang abnormal. Tidur alami lebih disukai selama EEG meskipun sedasi dengan
pemantauan mungkin diindikasi
2. Uji laboratorium yang di minta berdasarkan riwayat anak dan hasil pemeriksaan.
Pungsi lumbal, hitung darah lengkap, panel eleektrolit, pemantauan kadar obat
antiepileptik.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan kejang demam menurut (Cecily L. Betz dan Linda
A. Sowden, 2002).
1. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan respon terhadap lingkungan.
2. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan peningkatan frekuensi kekambuhan.
3. Resiko tinggi koping keluarga dan koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang prognosis atau perjalanan penyakit.
J. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus kejang demam yaitu (Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, 2002) :
Kejang
1. Lindungi anak dari cedera.
a. Jangan mencoba untuk merestrein anak.
b. Jika anak anak berdiri atau duduk sehingga terdapat kemungkinan jatuh, turunkan anak tersebut agar
tidak jatuh.
c. Jangan memasukan benda apapun kedalam mulut anak.
d. longgarkan pakaiannya bila ketat.
e. Cegah anak agar tidak terpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang mungkin terbentur dengan anak
dan singkirkan semua benda tajam dari daerah tersebut.
f. Miringkan badan anak untuk memfasilitasi bersihan jalan nafas dari sekret.
2. Lakukan observasi secara teliti dan catat aktivitas kejang untuk membantu diagnosis atau pengkajian
respons pengobatan.
a. Waktu awitan dan kejadian pemicu
b. Aura ( semacam peringatan akan terjadinya kejang)
c. Jenis kejang atau deskripsi gerakan motoris dan tingkat kesadaran.
d. lamanya kejang.
e. Intervensi selama kejang ( pemberian obat atau tindakan keselamatan)
f. Fase postical
g. Tanda-tanda vital
K. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah disusun / di temuakan, yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dan dapat terlaksana dengan baik di lakukan
oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan dapat juga bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainya seperti ahli gizi dan fisioterapi. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan di
beriakan oleh psien. Berikut ini metodnya dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuahan
keperawatan yang dapat di lakuakan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah di tentukan.
2. Menyiapkan tenaga yang di perlukan.
3. Menyiapkan lingkunagan yang terapeutik.
4. Membantu dalam melakukan aktivita sehari-hari.
5. Memberikan asuha keperawatan langsung.
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah dan memodfikasi
rencana keperawatan yang sudah ada, mengidentifikasi area di mana bantuan di butuhkan untuk
mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan. Implementasi dari asuahan
keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan personal. setelah implementasi,
perawat menuliskan dalam catatn klien deskripsikan singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur
spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan
implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastiakan bahwa orang yang didelegasikan
terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan. (Patrisia A. Potter,
2005).
L. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan yang dapat di gunakan sebagai alat ukur
kebehasilan suatu asuhan keperawatan yang telah di buat meskipun evaluasi dianggap tahap terkhir dari
proses keperawatan.Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur
kemajuan kilen dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan ke
efektifan rencana atau perlu di rubah dan membantu asuahan keperawatan yang baru atau masalah yang
baru.
Evaluasi sumatif dalah evalusi akhir yang menggambarkan apakah tujaun tercapai atau tidak, sesuai
dengan rencana atau hanya akan timbul masalah. fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses
keperawatan dan hasil dari kualitas pelayanan tindakan keperawatan Evaluasi proses harus di lakukan
segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap
tindakan. Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai.
metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keprawatan, open-
chart audit, pertemuan kelompok, interview dan observasi dengan klien, dan menggunakan sistem SOAP
atau model dokumentasi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai