Anda di halaman 1dari 9

Tanggal Praktikum Jam Praktikum Dosen Pembimbing

: 28 Maret 2012 : 08.00 10.30 WIB : Prof Wasmen Manalu

Kelompok Praktikum : B1

DARAH III

Anggota Kelompok: (B04100152) 1. . (B04100154)* (B04100155) 3. (B04100158) 4. .. 2. .

1. Amalia Meini 2. Adam Kustiadi N 3. Aulia Manar Nafisa 4. Pawitra Lintang A

5. Ahmad Subagja W P (B04100159) 5. 6. Zulfi Nadhirul H (B04100161) 6.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


Pendahuluan

Sediaan ulas darah diwarnai dengan zat warna campuran asam dan basa (Giemsa, Wright, Hematoksilin eosin dan sebagainya) akan menyebabkan komponen komponen asam dari sel darah berwarna biru atau biru keunguan, dan komponen basa dari sel berwarna. Dengan menggunakan mikroskop, berbagai bentuk butir butir darah dapat diamati dan dipelajari, juga % jenis jenis butir darah putih dapat dihitung. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan ini sebagian dibentuk dalam sumsum tulang (granulosit, monosit, dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi dalam jaringan limfe (limfosit dan sel sel plasma). Kebanyakan dari sel sel ini akan dibawa atau diangkut menuju daerah yang mengalami peradangan berat, jadi sel sel ini menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi (Guyton, 1993). Menurut Dacie (1991), trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar merata. Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel trombosit). Dari preparat ulas yang telah diwarnai dengan Giemsa atau Wright, dihitung perbandingan jumlah trombosit dan butir butir berbentuk oval (eritrosit + trombosit) dan jumlah butir butir darah berbentuk oval per mm3 darah dihitung dengan menggunakan hemositometer, maka jumlah trombosit per mm3 dapat ditentukan. Dalam sistem ABO Golongan darah A pada eritrositnya terdapat aglutinogen A, golongan B pada eritrositnya terdapat aglutinogen B, golongan darah AB, pada eritrositnya terdapat aglutinogen A dan B, golongan darah O pada erotrositnya tidak terdapat aglutinogen A atau B. Penentuan golongan darah berdasarkan atas reaksi aglutinasi antara aglutinogen yang terdapat pada erotrosit dengan antiaglutinogen tersebut (aglutinin) yang terdapat di dalam serum/plasma. Misalnya Aglutinogen A + anti-aglutinogen A (anti-A) terjadi aglutinasi. Tetapi bila Aglutinogen A + anti-aglutinogen B (anti-B) tidak terjadi aglutinasi.

Bahan dan alat Gelas Objek 2 buah Bak pewarna, pipet tetes Mikroskop (obj; 10x ;ok. 10x) Zat warna Giemsa atau Wright Metil alkohol

Minyak emersi, xylol Alkohol 70%, kapas, jarum tusuk Buffer fosfat Ph 6.4 6.7 Pipet eritrosit Larutan BCB 0,3% Serum yang mengandung anti A Serum yang mengandung anti B Larutan fisiologis (kontrol) Preparat ulas darah yang telah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa

Metode kerja A. SEDIAAN APUS DARAH TEPI DAN DIFERENSIASI BDP 1) Tekhnik Membuat Sediaan Apus Darah - Dua buah gelas objek disiapkan dalam keadaan bersih - Setelah darah ditempatkan 2 cm dari ujung sebuah gelas objek (sebelah kanan) - Pegang bagian ujung lain gelas objek tersebut pada kedua sudutnya (sebelah kiri) dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri (atau letakkan saja gelas objek diatas meja yang rata). Dengan tangan kanan, pegang gelas objek lainnya (ibu jari dan keempat jari tangan kanan memegang pinggir pinggir gelas objek) dan letakan bagian ujung depan gelas objek ini pada gelas objek yang pertama, sehingga membentuk sudut 30 di depan setetes darah tadi. - Gerakan gelas objek yang ditangan kanan kebelakang (sudut tetap 30) sampai menyinggung tetesan darah tadi, sehingga darah menyebar sepanjang sudut antara kedua gelas objek. - Segera setelah darah menyebar, dengan hati hati, tanpa mengangkat gelas objek, dan sudut tetap 30, gelas objek ditangan kanan didorong kedepan, maka terbentuk sediaan apus yang tipis. Besarnya sudut antara kedua gelas objek menentukam ketebalan sediaan apus. Makin besar sudut, makin tebal sediaan apusnya. - Sediaan apus dikeringkan, kemudian diwarnai.

2) Tekhnik Mewarnai Sediaan Apus Darah Pewarnaan dengan zat warna Giemsa - Sediaan apus darah yang sudah dikeringkan di udara, dimasukan ke dalam metil alkohol (cairin fiksasi) selama 5 menit. - Angkat, keringkan, kemudian dimasukkan ke dalam larutan zat warna Giemsa, biarkan selama 30 menit.

- Angkat preparat, dan cuci kelebihan zat warna dengan menggunakan air keran yang mengalir. - Keringkan di udara, atau menggunakan kertas isap (preparat diletakan diantara dua lembar kertas isap dan perlahan lahan ditekan tekan) Pewarnaan dengan zat warna Wright - Letakkan horizontal sediaan apus darah (yang sudah dikeringkan) pada bak pewarna - Tetesi seluruh permukaan apusan darah dengan larutan zat warna Wright sebanyak 10 15 tetes, dan biarkan selama 1 menit. - Tambahkan larutan buffer fosfat sebanyak zat warna yang dipakai tadi pada seluruh permukaan preparat (tanpa membuang zat warna). Usahakan agar larutan buffer bercampur dengan larutan zat warna. - Biarkan sampai terbentuk lapisan hijau metalik (mengkilat) pada permukaan preparat 4 menit. - Buang cairan, dan cuci preparat dengan aquadest, atau di bawah air keran yang mengalir. - Keringkan di udara atau dengan kertas isap. - Periksa di bawah mikroskop untuk melihat apakah cukup baik pewarnaanya. Bila tidak cukup, dapat diwarnai lagi. 3) Cara Memeriksa Sediaan Apus, Identifikasi Macam Butir Butir Darah dan Hitung % Jenis Jenis Leukosit - Siapkan mikroskop dengan objektif 100x dan okuler 10x - Periksa seluruh permukaan preparat, preparat yang baik akan menunjukan warna kontras merah, biru keunguan, dan biru tua, misalnya : a. Eritrosit berwarna merah b. Inti leukosit berwarna ungu tua atau biru tua c. Granula di dalam sitoplasma granulosit ada yang berwarna merah, biru atau netral (antara merah dan biru) d. Trombosit berwarna kebiru biruan. 4) Cara Menghitung % Jenis Jenis BDP (Diferential Leucoyte Count) - Setelah bentuk jenis jenis BDP diamati/dipelajari, hitunglah % masing masing jenis pada preparat ulas darah tersebut. - Agar butir darah yang telah dihitung tidak terulang lagi, dilakukan cara menghitung seperti menghitung butir darah.

- Bila telah selesai bekerja, bersihkan mikroskop sebelum dikembalikan/disimpan dengan lap yang bersih dan halus. Bila menggunakan minyak emersi, bersihkan dengan menggunakan xylol. B. MENGHITUNG JUMLAH TROMBOSIT CARA TIDAK LANGSUNG Catat data jumlah butir darah merah yang telah diperolah sebelumnya Hitung banyaknya trombosit yang terdapat dalam 1000 butir butir darah berbentuk oval (eritrosit + trombosit) dari preparat ulas yang telah diwarnai Lakukan perhitungan di bawah mikroskop dengan obyektif 100x dan okuler 10x dengan memakai minyak emersi Jumlah trombosit per mm3 darah dihitung dari kedua hasil perhitungan tersebut diatas.

C. GOLONGAN DARAH Bersihkan ujung jari dengan kapas beralkohol, dan keringkan Tusuk ujung jari dengan lanset, dan teteskan atau tempelkan darah yang keluar pada gelas objek di tiga tempat Tambahkan : a. Serum yang mengandung anti-A pada tetesan darah di sebelah kanan b. Serum yang mengandung anti-B pada tetesan darah di sebelah kiri c. Larutan fisiologis pada tetesan darah yang di tengah Campurkan perlahan lahan dengan menggunakan tusuk gigi yang bersih atau dengan cara menggoyang goyangkan gelas objek ke depan dan ke belakang, jaga agar ketiga tetesan tidak saling bercampur Biarkan beberapa saat periksa apakah ada reaksi aglutinasi pada tetesan darah tersebut yang ditandai oleh adanya titik titik di dalam larutan Tetesan darah yang ditengah sebagai kontrol tidak terjadi aglutinasi Bila : a. Darah + anti-A terjadi aglutinasi, dan darah + anti-B tidak terjadi aglutinasi, maka golongan darah adalah : A b. Darah + anti-A tidak terjadi aglutinasi, dan darah + anti-B terjadi aglutinasi, maka golongan darah adalah : B c. Darah + anti-A terjadi aglutinasi, dan darah + anti-B terjadi aglutinasi, maka golongan darah : AB d. Darah + anti-A tidak terjadi aglutinasi, dan darah + anti-B tidak terjadi aglutinasi, amak golongan darah : O

Hasil dan Pembahasan Volume ruangan kamar hitung yang digunakan dalam perhitungan BDP adalah 4 kotak besar (besar kotak W dalam gambar 14) = 4 x 1 mm2 x 1/10 mm = 4/10 mm3. Jadi jika jumlah BDP dalam ruangan yang dihitung adalah = 256 butir, maka 1 mm3 = 10/4 x 256. Perhitungan ini belum ditambahkan faktor pengenceran. Faktor pengenceran pada Leukosit adalah 20x dengan perhitungan, kita menghisap darah pada pipet leukosit sampai 0,5 lalu hisap larutan pengencer sampai 11. Setelah itu dikocok seperti angka 8. Ketika akan dihitung, di kamar hitung dikurangi 1 bagian yang tidak ikut tercampur (dibuang), sehingga pengenceran adalah 10 dibagi 0,5 yaitu 20x. Jadi bila sudah ditambah dengan faktor pengenceran total perhitungan butir darah putih adalah = 20 x 10/4 x 256 butir = 256 x 50 butir = 12.800 butir/mm3 Tidak ditemukan diferensiasi dan persen jumlah leukosit maupun jumlah trombosit pada pratikum ini. Sehingga praktikkan mendapat data dari beberapa literature yang ada. Menurut Spence (1987), butir darah putih dapat dideferensiasi menjadi granulosit (butir darah putih yang bergranul) dan agranulosit (butir darah putih yang tidak bergranul). Granulosit terbagi menjadi eosinofil (granula berwarna merah dan besar), basofil (granula berwarna biru tua dan besar) dan neutrofil (granula netral tidak berwarna dan halus) yang terbagi lagi menjadi neutofil muda (inti berbentuk batang) dan neutrofil tua ( inti berbentuk segmen). Sedangkan agranulosit (butir darah putih yang tidak bergranul) terbagi menjadi limfosit (Inti bulat berwarna biru tua dan sitoplasma sedikit yang berwarna biru muda) dan monosit (inti berlekuk berwarna biru tua dan sitoplasma banyak yang berwarna biru muda). Jumlah jenis butir darah putih di dalam darah adalah sebagai berikut, neutrofil 20 - 60 %, eosinofil 14 %, basofil 1- 7 %, limfosit 40 80 %, dan monosit 1- 4 %. Macam Leukosit Keterangan

Neutrofil

memiliki

granula

sitoplasma

berwarna

biru

kehitaman. Neutrofil mampu melakukan gerakan amuboid. Karena sel ini memiliki bentuk inti yang bervariasi dari 2 lobus atau lebih yang dihubungkan dengan benang kromatin maka Neutrofil digolongkan dalam leukosit polimorfonuklear selain basofil dan eosinofil (Spence, 1987)

Basofil memiliki granula sitoplasma yang besar yang terlihat ungu kemerahan sampai biru kehitaman dengan pewarnaan Wright. Granula sel ini dapat menutupi inti. Basofil melepaskan histamin dan heparin (Spence, 1987) Basofil

Eosinofil memiliki granula yang sama besar dan berwarna kemerahan (asidofilik). Granula eosinofil ukurannya lebih besar daripada granula neutrofil. Sel ini melakukan fagositosis yang lebih selektif daripada neutrofil (Junqueira, 1980) Eosinofil

Terdapat 2 macam limfosit, yaitu limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit besar memiliki inti yang memenuhi sitoplasma dengan kromatin padat bergumpal berwarna biru tua. Sitoplasma limfosit tidak mengandung granula. Sedangkan limfosit kecil memiliki sitoplasma yang relatif lebih besar dibanding dengan limfosit besar (Wirawan et al, 1996) Limfosit

Monosit merupakan sel yang paling besar dibandingkan dengan sel lain. Sitoplasmanya bersifat basofilik. Monosit mampu melakukan gerakan amuboid dan dapat meninggalkan pembuluh darah lalu masuk ke haringan di mana sel ini akan membesar menjadi makrofag. (Spence, 1987) Monosit Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah 100.000 per mm3, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat. Jumlah trombosit kelinci normal diperkirakan sebanyak 100 140 per mm3. Berikut adalah gambar trombosit menurut literature (Spence, 1987).

Uji berikutnya adalah uji golongan darah pada 5 orang praktikkan yang golongan darahnya berbeda. Praktikkan yang bernama Qomah memiliki golongan darah A. Sedangkan Amel dan Talitha memiliki golongan darah B, Ryan memiliki golongan darah AB, dan Sista memiliki golongan darah O. Cara untuk menentukan golongan darah seseorang adalah sebagai berikut, bila sample darah + zat anti A = menggumpal, berarti golongan darahnya A. Bila sample darah + zat anti B = menggumpal, maka golongan darahnya B. Bila sample darah + zat anti A = tidak menggumpal dan ditambah zat anti B = menggumpal, berarti golongan darah AB. Bila sample darah + zat anti A = tidak menggumpal dan ditambah zat anti B = tidak menggumpal, berarti golongan darah O Reaksi yang terjadi antara aglutinogen yang terdapat pada eritrosit dengan anti-aglutinogen yang terdapat didalam serum/plasma disebut aglutinasi. Pada golongan darah A didalam sel darahnya terdapat aglutinogen A dan aglutinin B.sehingga apabila ditetesi serumA sel darah merahnya akan menggumpal karena serum antiA mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah golongan A dan AB. Sedangkan bila ditetesi dengan serum anti B darahnya tidak menggumpal, karena serum anti B dapat menggumpalkan darah B dan AB.tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah A dan AB. Individu yang bergolongan darah B memiliki antigen B. Pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan anti bodi terhadapantigen A dalam serum darahnya (aglutinin a)sehingga apabila ditetesi serum anti A darahnya tidak menggumpal.karena serum anti A tidak ada pengaruhnya terhadap golonga darah B dan O. Sehingga apabila ditetesi serum anti B darah nya akan menggumpal,karena mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah B dan AB. Golongan darah AB mamiliki golongan darah A tambah B serta tidak menhasilkan anti boditerhadap antigen A maupun Bsehingga apabila ditetesi serum anti A darahnya akan menggumpal,dan apabila ditetesi serum anti B darahnya juga akan menggumpa.karena serum antiA mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah golongan A dan AB. Sedangkan B mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah B dan AB.

Seorang yang bergolongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen tapi memproduksi antibodi terhadap antigen Adan B.apabila golongan darah O ditetesi serum anti A dan B maka darahnya tidak akan menggumpal,karena serum tersebut tidak adapengaruhnya terhadap golongan darah O.

Kesimpulan

Jawaban Pertanyaan

Daftar Pustaka Dacie, S.J.V. dan Lewis S.M. (1991). Practical Hematology 7th ed. Longman Singapore Publishers Ptc. Ltd. Singapore. Guyton AC. (1993). Diabetes and Arterial Hpertension. In : Diabetes Mellitus Type II : Symposium in Stockholm ; 79-82 Junquiera LC. And Carnerio J. (1980). Histologi Dasar (Basic Histology). EGC. Jakarta Spence AP and Mason EB. (1987). Human Anatomy and Physiology. 3rd ed. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.\ Wirawan R dan Silman E. (2000). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana. Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai