Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN

Kampus Bumi Tadulako Tondo Telp (0451) 429738 ext. 311, 313 Palu - Sulawesi Tengah

Bahan Seminar Judul Nama/Stambuk Dosen Pembimbing Dosen Pembahas Mahasiswa pembahas Tempat Hari, Tanggal

: : : : : : : :

Hasil Penelitian Analisis Vegetasi Habitat Anoa (Bubalus spp) di Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong Sandyriel Tandilolo/ L 131 08 001 1. Ir. Hj. Retno Wulandari, MP 2. Ir. Rukmi. MP Dr. Ir. Hj. Wardah, MF.Sc Feri Sutarno Angge/ L 131 09 026 Ruang Seminar Fakultas Kehutanan Kamis, 25 Juli 2013

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Cagar Alam Pangi Binangga merupakan salah satu kawasan Suaka Alam di Sulawesi. Cagar Alam Pangi Binangga ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 399/Kpts-2/1998 tanggal 21 April 1998 dengan luas 6.000 ha. Cagar Alam Pangi Binangga terletak di wilayah Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Cagar Alam Pangi Binangga memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang dilindungi, namun fungsi utama ditetapkannya Cagar Alam Pangi Binangga sebagai kawasan konservasi yakni perlindungan Eboni (Diospyros celebica) yang tumbuh secara alami. Kawasan ini juga memiliki keanekaragaman satwa yakni Babirusa (Babyrousa babirussa), Monyet Boti (Macaca tonkeana) serta jenis burung dan kupu-kupu (Balai Konservasi Sumber Daya Alam, 1995). Jenis satwa yang endemik dan dilindungi di kawasan ini diantaranya adalah Anoa (Bubalus spp). Anoa (Bubalus spp) merupakan mamalia tergolong dalam famili bovidae yang tersebar hampir di seluruh pulau Sulawesi. Anoa tergolong satwa liar yang langka dan dilindungi Undang-Undang di Indonesia sejak tahun 1931 dan dipertegas dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Anoa (Bubalus spp) dikategorikan dalam satwa dengan status konservasi terancam punah (endangered) oleh IUCN. CITES juga memasukkan satwa langka ini dalam Appendix I. Dalam pelestarian satwa, perlindungan habitat merupakan salah satu faktor yang sangat penting mengingat ketersediaan pakan dan tingkah laku satwa sangat bergantung pada habitatnya. Untuk itu perlu adanya upaya konservasi terhadap habitat Anoa (Bubalus spp) sehingga keberadaannya di alam dapat dipertahankan. Olehnya itu, perlu dilakukan suatu penelitian tentang vegetasi yang menjadi habitat Anoa (Bubalus spp) di Cagar Alam Pangi Binangga.

1.2.

Rumusan Masalah

Populasi Anoa (Bubalus spp) di alam diperkirakan semakin lama semakin menurun, diperkirakan kurang dari 2.500 ekor individu dewasa (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010). Penyebab utama penurunan populasi Anoa diduga karena kerusakan terhadap habitatnya yang disebabkan oleh pengalihan fungsi hutan dan perburuan liar yang cenderung meningkat sehingga satwa ini semakin sulit untuk dijumpai. Untuk itu, guna menjamin kelestarian Anoa (Bubalus spp) maka perlu dilakukan kajian terhadap habitat Anoa (Bubalus spp). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu kegiatan penelitian tentang Analisis vegetasi yang menjadi Habitat Anoa (Bubalus spp) di Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi komponen vegetasi habitat Anoa (Bubalus spp) yang ada di Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya pengelolaan satwa liar khususnya konservasi Anoa (Bubalus spp) yang berada di Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN


2.1. Tempat dan Waktu

Penelitian telah dilaksanakan di Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2012. 2.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi komponen vegetasi yang menjadi penyusun habitat Anoa (Bubalus spp). Selain itu bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: - Label gantung, untuk mencatat nama ilmiah dan nama lokal spesimen yang akan dikoleksi. - Kertas koran, digunakan untuk membungkus spesimen yang akan diawetkan. - Spritus, untuk mengawetkan spesimen yang dikoleksi. Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: - GPS (Global Positioning System), digunakan untuk menentukan titik koordinat petak pengamatan. - Peta Cagar Alam Pangi Binangga, untuk memudahkan penentuan dan pencarian lokasi dalam penelitian. - Kantung plastik, untuk menyimpan spesimen tumbuhan yang dikumpulkan di lapangan. - Meteran, digunakan untuk mengukur petak pengamatan. - Tali rafia, untuk membuat petak pengamatan. - Tally sheet, untuk mencatat hasil pengamatan. - Pisau/ gunting stek, digunakan untuk memotong spesimen. - Kamera, untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi kegiatan penelitian - Alat tulis menulis, digunakan sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam proses penelitian.

2.3. Metode Penelitian Metode analisis vegetasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan penempatan petak pengamatan secara sengaja (Purposive sampling). Pada habitat Anoa (Bubalus spp) ditemukan 4 (empat) lokasi penempatan petak ukur berupa: jejak kaki (Lokasi I), Kotoran dan Jejak kaki (Lokasi II), kotoran (lokasi III), kotoran dan jejak kaki (Lokasi IV). Petak ukur pengamatan berbentuk bujur sangkar berukuran 40 m x 40 m. Setiap petak dibuat 4 sub plot yang berukuran 20 m x 20 m untuk tingkat pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, 2 m x 2 m untuk tingkat semai (Wardah dkk, 2011).
d d

Keterangan: a. b. Petak 20 m x 20 m untuk pengamatan tingkat pohon (diameter > 20 cm) Petak 10 m x 10 m untuk pengamatan tingkat tiang (diameter 10 - 20 cm). Petak 5 m x 5 m untuk pengamatan tingkat pancang (diameter < 10 cm, tinggi > 1,5 m). Petak 2 m x 2 m untuk pengamatan tingkat semai (tinggi < 1,5 m) dan tumbuhan bawah. (Fachrul, 2007)

c b b

40 m
a a

c.

d.
b c
d

b c
d

40 m

Gambar 1. Skema Petak ukur pengamatan 2.4. a. Jenis dan Sumber Data

Data Primer Data Primer berupa data jenis vegetasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian meliputi nama jenis, diameter dan jumlah individu. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari penelusuran pustaka dari instansi terkait, literatur serta laporan-laporan yang diperlukan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian seperti letak wilayah, luas wilayah dan kondisi biofisik lingkungan. 3.5. a. Prosedur Penelitian Adapun prosedur pengumpulan data meliputi beberapa tahapan yaitu: Orientasi lapangan bersama pemandu yang mengetahui gambaran secara umum tentang habitat Anoa (Bubalus spp) dengan melihat tanda-tanda adanya satwa Anoa yaitu jejak kaki, kotoran serta kubangan Anoa (Bubalus spp). Membuat petak-petak pengamatan pada habitat Anoa (Bubalus spp). Penempatan petak dilakukan secara sengaja (purposive sampling) di habitat Anoa (Bubalus spp).

b.

Tabel 1. Koordinat Pengamatan Habitat Anoa (bubalus spp) di Cagar Alam Pangi Binangga.
No 1 2 3 4 Lokasi I II III IV Kordinat S 0047'36,3" E 12001'24,3" S 0047'47,8" E 12001'44,4" S 0047'19,8" E 12001'45,1" S 0047'47,8" E 12002'17,4" Ketinggian Tempat 1022 mdpl 1119 mdpl 1082 mdpl 985 mdpl

c.

d.

Mengidentifikasi semua jenis vegetasi, diameter dan jumlah individu di dalam petak pengamatan pada tingkat pohon, tiang dan pancang. Sedangkan tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah diidentifikasi jenis dan jumlahnya. Apabila ada jenis yang tidak diketahui dilakukan pengambilan sampel yaitu dengan mengambil pucuk daun, bunga atau buah dari tumbuhan. Identifikasi jenis tumbuhan yang tidak diketahui dilakukan di Herbarium Celebence. Analisis Data

2.6.

Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jenis vegetasi habitat Anoa (Bubalus spp), selanjutnya dikaji menggunakan Analisis vegetasi pada setiap petak pengamatan berupa: a. Indeks Nilai Penting (INP) Menurut Fahrul (2007), Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan jumlah seluruh nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), dan Dominansi Relatif (DR). Untuk vegetasi pada tingkat semai, nilai pentingnya hanya dihitung dengan cara menjumlahkan nilai kerapatan relatif dengan frekuensi relatif. Untuk mendapatkan besaran-besaran tersebut digunakan rumus sebagai berikut : jumlah individu suatu jenis - Kerapatan (K) = luas seluruh petak contoh Kerapatan suatu jenis = Kerapatan seluruh jenis

- Kerapatan relatif (KR)

x 100%

- Frekuensi (F)

Jumlah petak ditemukan suatu jenis = Jumlah seluruh petak contoh Frekuensi suatu jenis = Frekuensi seluruh jenis Luas bidang dasar suatu jenis = Luas seluruh petak contoh Dominasi suatu jenis = Dominasi seluruh jenis

- Frekuensi Relatif (FR)

x 100%

- Dominasi (D)

- Dominasi Relatif (DR)

x 100%

b.

Indeks Kesamaan Jenis (Index of Similarity). Indeks kesamaan jenis dihitung berdasarkan rumus Costing (1956); Bray dan Curtis (1957); Greigh-Smith (1964) dalam Soerianegara dan Indrawan (1998), yaitu: 2W IS = x 100% A+B Dimana : IS = Indeks Kesamaan Jenis (Index of Similarity) W = Jumlah nilai penting terkecil untuk masing-masing jenis untuk kedua komunitas yang diamati A = Jumlah nilai penting masing-masing dari komunitas pertama B = Jumlah nilai penting masing-masing dari komunitas kedua Indeks kesamaan jenis merupakan suatu nilai yang menunjukkan kesamaan komposisi jenis tumbuhan antar kedua komunitas yang dibandingkan. Dua komunitas yang memiliki kelimpahan jenis yang persis sama memiliki IS= 100%, sebaliknya nilai IS= 0% jika komunitas memiliki kelimpahan jenis yang sama sekali berbeda. IS 75% apabila dua komunitas dianggap sama, dan IS 75% apabila dua komunitas dianggap berbeda. (Smith, 1973; Ludwigs and Renolds, 1988 dalam Wardah dkk, 2011). 2.7. Konsep Operasional a. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Habitat adalah suatu daerah yang merupakan tempat hidupnya organisme yang terdiri dari interaksi berbagai faktor lingkungan baik komponen biotik (vegetasi) maupun fisik (abiotik) seperti topografi, air dan tanah. Satwa liar adalah semua jenis sumber binatang yang hidup di darat, dan atau di air dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, atau binatang yang hidup bebas di ekosistem alam. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

b.

c.

d.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Jenis Vegetasi pada Habitat Anoa

Pada pengamatan habitat Anoa (Bubalus spp) di Cagar Alam Pangi Binangga ditemukan jejak kaki, bekas mencari makan, dan kotoran Anoa (Bubalus spp). Analisis vegetasi dilakukan pada lokasi yang menjadi habitat anoa (bubalus spp) diperoleh 31 jenis vegetasi dari 21 famili (lampiran 1) baik dari tingkat pohon, tiang, pancang, semai dan tumbuhan bawah. Hasil Analisis Indeks Nilai Penting pada habitat Anoa (Bubalus spp) disajikan pada lampiran 2, 3, 4, 5. 5 jenis vegetasi yang memiliki INP tertinggi pada pada tingkat pohon, tiang, pancang, semai dan tumbuhan bawah di habitat Anoa (Bubalus spp) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut menunjukkan adanya beberapa vegetasi yang selalu ditemukan dan merupakan jenis vegetasi dominan pada empat lokasi misalnya: Syzigium accuminatisimum, Castanopsis acuminatissima, Litsea formanii, Popowiia pisocarpa dan Calamus sp. Jenis-jenis vegetasi yang hanya ditemukan di tiga lokasi seperti Garuga floribunda, Dysoxyllum posasiticum, Litsea densiflora, Pouteria firma, Polyalthia laterifolia, Platea sp, Ardisia celebica, dan 5

Casearia grewiaacfolia. Selain itu juga ada jenis-jenis vegetasi yang hanya ditemukan di dua lokasi misalnya: Antidesma stipulare, Orophea celebica, Pinanga sp, Didymochlaena truncatula dan Areca vestiaria. Jenis-jenis vegetasi yang ditemukan pada beberapa lokasi tersebut kemungkinan merupakan vegetasi yang penting bagi Anoa (Bubalus spp) sebagai habitatnya. Jenis-jenis vegetasi dominan pada habitat Anoa (Bubalus spp) mempunyai peranan penting sebagai sumber pakan, tempat istirahat dan tempat berlindung dalam mendukung kehidupan satwa liar ini. Tabel 2. Jenis-Jenis Vegetasi Dominan pada lokasi pengamatan habitat Anoa (Bubalus spp)
Tingkat Vegetasi Lokasi I Jenis Dominan Dysoxyllum posasiticum Castanopsis acuminatissima* Garuga floribunda Syzigium accuminatisimum* Litsea densiflora* Casearia grewiaacfolia Ardisia celebica* Tiang Litsea formanii* Polyalthia laterifolia Antidesma stipulare Popowiia pisocarpa Lokasi II INP Jenis Dominan 31,55 Castanopsis acuminatissima* 30,86 Syzigium accuminatisimum* 22,45 Litsea densiflora* 21,19 Antidesma stipulare Polyalthia 20,26 laterifolia 39,22 Litsea formanii* 35,80 Popowiia pisocarpa Lokasi III Lokasi IV INP Jenis Dominan INP Jenis Dominan INP 37,97 Syzigium Dysoxyllum 29,91 33,83 accuminatisimum* posasiticum 32,28 Pouteria firma 28,06 Platea sp 27,84 24,26 Orophea celebica 27,99 23,56 20,71 60,54 43,57 Litsea formanii* Castanopsis acuminatissima* Popowiia pisocarpa Dysoxyllum posasiticum Polyalthia laterifolia Elaeocarpus angustifolius* Castanopsis acuminatissima* Garuga 24,81 floribunda 19,90 Litsea formanii* 40,09 Litsea densiflora 27,60 Ardisia celebica 26,76 26,09 25,08 24,11 63,49 56,00 35,81 32,52 28,74 49,49 41,29 24,73 23,90 23,14 25,02 18,64 16,51 16,51 14,38

Pohon

23,46 Orophea celebica 42,35 23,15 22,05 64,10

Eurya acuminata* 35,92 Pancang Antidesma stipulare Pinanga sp* Platea sp Didymochlaena truncatula* Calamus sp* Semai dan Tumbuhan Bawah Popowiia pisocarpa Areca vestiaria* 31,54 30,58 28,74 24,70 21,59 15,61 13,79

Litsea densiflora* 13,79


*

Casearia grewiaacfolia Syzigium * Ardisia celebica 26,57 25,07 accuminatisimum Popowiia Pouteria firma 25,77 Goniothalamus sp 20,91 pisocarpa Garuga Elaeocarpus Orophea celebica 59,95 68,19 floribunda angustifolius Goniothalamus 47,25 Platea sp 39,55 Pinanga sp* brevicuspis Popowiia Ardisia celebica* 45,02 37,06 Litsea formanii pisocarpa Casearia Eurya acuminata* 24,67 32,71 Pouteria firma grewiaacfolia Garuga 23,15 Pouteria firma 32,71 Bridelia glauca floribunda Popowiia Didymochlaena 21,43 Calamus sp* 20,33 pisocarpa truncatula* Semecarpus 21,43 Areca vestiaria* 17,63 Calamus sp* forstenii Polyalthia Popowiia 19,05 17,63 Ardisia celebica laterifolia pisocarpa Elaeocarpus Calamus sp* 16,67 Drypetes sp 17,63 angustifolius* Antidesma Astronia Lithocarpus 16,67 14,93 stipulare microphylla celebicus*

Keterangan: Pakan Anoa (Bubalus spp) Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis vegetasi pada tingkat pohon didominasi oleh Castanopsis acuminatissima dan Syzigium accuminatisimum. Jenis tersebut juga dominan pada tingkat tiang, tetapi tidak dominan pada tingkat pancang dan semai. Sedangkan jenis Antidesma stipulare relatif dominan pada semua tingkat pertumbuhan. Ada juga beberapa jenis vegetasi yang dominan pada tingkat tiang, pancang dan semai tetapi tidak dominan pada tingkat pohon. Kemungkinan jenis-jenis vegetasi tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat 6

karena faktor kerapatan sehingga persaingan untuk mendapatkan unsur hara maupun cahaya matahari semakin tinggi. Wardah dkk (2011), menyatakan bahwa perbedaan jenis pohon dominan pada setiap tingkatan pertumbuhan dapat disebabkan oleh perbedaan kebutuhan sumberdaya terutama cahaya matahari antar jenis pohon yang ada. Secara garis besar peranan vegetasi terhadap Anoa bukan hanya sekedar sebagai sumber ketersediaan pakan, namun juga mempunyai peranan penting untuk mendukung kehidupan satwa liar ini. Vegetasi berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat berteduh dan berlindung yang aman dari cuaca buruk, gangguan perambahan hutan dan perburuan serta serangan predator. Untuk hidup dan berkembang, Anoa memerlukan vegetasi dan pelindung untuk pergerakan, makan, mendapatkan air, tidur, berkembang biak, dan memelihara anakanaknya (Alikodra, 2010). 15 jenis vegetasi dari 11 famili yang menjadi sumber pakan Anoa (Bubalus spp) pada tingkat pohon, tiang, pancang, semai dan tumbuhan bawah dapat dilihat pada tabel 3. Tabel tersebut menunjukkan bagian-bagian tumbuhan yang dimakan Anoa (Bubalus spp) terdiri dari pucuk/ daun muda, buah, batang dan umbut dari pucuk batang tanaman. Tabel 3. Jenis-Jenis Vegetasi serta bagian-bagian Vegetasi yang dimakan oleh Anoa (Bubalus spp)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Ilmiah Ardisia celebica Areca vestiaria Calamus sp Castanopsis acuminatissima Didymochlaena truncatula Elaeocarpus angustifolius Eurya acuminata Lithocarpus celebicus Litsea densiflora Litsea formanii Marantha arundinaceae Pandanus sp Syzigium accuminatisium Pinanga sp Zingiber sp Famili Myrsinaceae Arecaceae Arecaceae Fagaceae Hypodematiaceae Elaeocarpaceae Theaceae Fagaceae Lauraceae Lauraceae Maranthaceae Pandanaceae Myrtaceae Arecaceae Zingiberaceae Bagian tumbuhan yang dimakan Pucuk/ daun muda, buah Daun muda, buah, umbut/ batang muda Daun muda, umbut/ batang muda Pucuk/ daun muda, buah Daun muda, umbut/ batang muda Pucuk/ daun muda, buah Pucuk/ daun muda Pucuk/ daun muda Pucuk/ daun muda Pucuk/ daun muda Pucuk/ daun muda Daun muda, umbut/ batang muda Daun muda, buah Daun muda, umbut/ batang muda Pucuk/ daun muda, buah

Beberapa pakan Anoa (Bubalus spp) pada tabel 3 memiliki kesamaan dengan jenis pakan yang ditemukan pada tempat-tempat penelitian sebelumnya. Vegetasi pakan jenis Areca sp (Arecaceae) Zingiber sp ( Zingiberaceae) juga terdapat di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (Pujaningsih dkk, 2004). Jenis Lithocarpus sp (Fagaceae), Pinanga sp (Arecaceae) adalah jenis pakan yang juga terdapat di Cagar Alam Morowali (Peuru, 2011). Jenis Castanopsis accuminatissima, Syzigium accumutissimum, Calamus sp (Arecaceae), Pandanus sp (Palmae) juga terdapat di Hutan Lindung Desa Sangginora (Sandrit, 2012). Sedangkan jenis pakan lainnya tidak terdapat pada tempat-tempat di atas hal ini diduga karena Anoa telah beradaptasi dengan vegetasi yang berada di habitatnya. Pujaningsih dkk (2004), menyatakan bahwa Anoa mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi untuk mengkonsumsi pakan alternatif. Beberapa vegetasi pakan jenis Ardisia celebica, Castanopsis accuminatisimma, Calamus sp, Eurya acuminata, Lithocarpus celebicus, Litsea densiflora, Litsea formanii, Syzigium accuminatisium, dan Zingiber sp selalu hadir pada keempat lokasi (Lampiran 2, 3, 4, 7

5) dan cukup mendominasi di tiap lokasi pengamatan. Hal ini menunjukan bahwa ketersediaan pakan-pakan tersebut cukup baik. Wardah dkk (2011), menyatakan jenis-jenis yang secara konsisten hadir pada setiap lokasi pengamatan merupakan vegetasi kunci untuk menentukan habitat Anoa. 3.2. Indeks Kesamaan Jenis Perbandingan kesamaan jenis (Index of Similarity) antara lokasi pengamatan pada masing-masing tingkat vegetasi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa lokasi I dan II, lokasi I dan IV, lokasi II dan III ada kecenderungan mirip pada jenis vegetasi tingkat pohon dan semai serta tumbuhan bawah, tetapi pada tingkat tiang dan pancang cenderung berbeda. Sementara lokasi II dan IV, lokasi III dan IV cenderung mirip pada tingkat pancang dan semai serta tumbuhan bawah tetapi pada tingkat pohon dan tiang cenderung berbeda. Sedangkan pada lokasi I dan III lebih cenderung mirip pada jenis vegetasi tingkat pohon, pancang semai dan tumbuhan bawah, tetapi agak berbeda pada tingkat tiang. Jenis vegetasi pada tingat semai cenderung mirip di keempat lokasi yang memiliki indeks kesamaan jenis > 75%. Sedangkan jenis vegetasi pada tingkat tiang cenderung sedikit berbeda di keempat lokasi dengan indeks kesamaan < 75%. Tabel 4. Perbandingan Indeks Kesamaan jenis (Index of Similarity) pada masing-masing lokasi pengamatan di habitat Anoa (Bubalus spp)
Lokasi Lokasi I Tingkat Vegetasi Pohon Tiang Pancang Semai dan Tumbuhan Bawah Pohon Tiang Pancang Semai dan Tumbuhan Bawah Pohon Tiang Pancang Semai dan Tumbuhan Bawah Lokasi II 82,63 66,18 74,53 87,77 Lokasi III 75,29 72,94 86,57 88,52 78,86 71,73 63,06 86,98 Lokasi IV 80,45 69,73 71,71 83,23 74,28 62,66 76,94 84,21 74,96 62,00 76,74 77,53

Lokasi II

Lokasi III

Secara umum dapat dikatakan bahwa keempat lokasi tersebut hampir mirip karena memiliki IS melebihi 50%. Jadi keempat lokasi tersebut merupakan habitat bagi Anoa (Bubalus spp) di Cagar Alam Pangi Binangga.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Vegetasi Habitat Anoa (Bubalus spp) di Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga, dapat dikemukakan kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Ditemukan 31 jenis dari 21 famili yang menjadi vegetasi habitat Anoa (Bubalus spp) di keempat lokasi penelitian. Sedangkan jenis vegetasi yang menjadi pakan Anoa (Bubalus spp) ada 15 jenis dari 11 famili. 2. Jenis vegetasi pakan Anoa (Bubalus spp) yang mempunyai INP tertinggi pada keempat lokasi yaitu: Syzigium accuminatisimum, Castanopsis acuminatissima, Litsea formanii,

3.

4. 4.2.

dan Calamus sp. Sedangkan jenis Popowiia pisocarpa mempunyai INP tertinggi tetapi bukan merupakan pakan Anoa. Jenis vegetasi pakan Anoa (Bubalus spp) yang selalu hadir pada keempat lokasi tetapi yaitu: Ardisia celebica, Castanopsis accuminatisimma, Calamus sp, Eurya acuminata, Lithocarpus celebicus, Litsea densiflora, Litsea formanii, Syzigium accuminatisium, Zingiber sp. Indeks Nilai Kesamaan Jenis (Index of Similarity) di keempat lokasi penelitian pada semua tingkat vegetasi dapat dikatakan hampir mirip yaitu antara 62,00 - 88,52% Saran

Diharapkan agar vegetasi yang menjadi habitat Anoa (Bubalus spp) di Cagar Alam Pangi Binangga dapat dipertahankan dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar kawasan untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak habitat dan mengancam keberadaan anoa seperti perburuan dan perkebunan liar.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 1995. Informasi Kawasan Konservasi di Sulawesi Tengah. Departemen Kehutanan. Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah. 2010. Cagar Alam Pangi Binangga Sulawesi Tengah. Palu. Basri, M. dan Rukmi. 2011. Jenis dan Kandungan Tanin Pakan Satwa Anoa http://medpet.journal.ipb.ac.id, diakses pada tanggal 13 Maret 2012. (Bubalus sp).

Bakri. 2009. Analisis vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan pada Pohon di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Universitas sumatera utara. Medan. http://repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 8 Maret 2013. Burton J. A., S. Hedges dan A. H. Mustari. 2005. The Taxonomic Status, Distribution and Conservation of The Lowland Anoa (Bubalus depressicornis) and Mountain Anoa (Bubalus quarlesi). http://www.wildcattleconservation.org, diakses pada tanggal 10 Maret 2012. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. Kusmana, C. dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Labiro, E. 2001. Analisis Komposisi Pakan Utama Satwaliar Anoa (Bubalus sp) di Kawasan Hutan Taman Nasional Lore Lindu. Tesis. Universitas Mulawarman. Tidak dipublikasikan.

Mondjompi, D. 2009. Analisis Jenis Vegetasi Habitat Anoa Dataran Rendah (bubalus depressicornis)di Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Tidak dipublikasikan. Mustari, A. H. 2003. Ecology and Conservation of Lowland Anoa (Bubalus depressicornis) in Sulawesi, Indonesia. Ekologi dan Konservasi Lowland Anoa (Bubalus depressicornis) di Sulawesi, Indonesia. Abstract. Disertasi PhD. University of New England. Australia. http://www.scribd.com, diakses pada tanggal 2 April 2012. Peuru, D. 2011. Karakteristik Biofisik Habitat Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) di Kawasan Cagar Alam Morowali. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Tidak dipublikasikan. Pujaningsih, R. I., B. Sukamto, dan E. Labiro. 2004. Identifikasi dan Teknologi Pengolahan Pakan Hijauan dalam Upaya Penangkaran Anoa. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id, diakses pada tanggal 27 Maret 2012. Sandrit, A. 2012. Karakteristik Biofisik Habitat Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) Di Kawasan Hutan Lindung Desa Sangginora. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Tidak dipublikasikan. Semiadi, G., B. Mannullang, J. Burton, A. Schreiber, A. H. Mustari, dan the IUCN SSC Asian Wild Cattle Specialist Group. 2008. Bubalus depressicornis. In: IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. http://www.iucnredlist.org, diakses pada tanggal 27 Maret 2012. Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wardah, E. Labiro, S. Dg Massiri, Sustri, Mursidin. 2011. Identifikasi Vegetasi Kunci Habitat Anoa di Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Makassar. Whitten, A. J., M. Mustafa dan G. S. Henderson. 1987. The Ecology of Sulawesi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2010. Anoa. http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 27 Maret 2012.

10

Anda mungkin juga menyukai