Tujuan
1.
2.
Mempelajari pengaruh kadar suspensi pati terhadap reaksi hidrolisa pati. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa pengaruh kadar suspensi pati terhadap konstanta kecepatan reaksi
Sedangkan berdaasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan
-rA = k. C pati. C air k = k . Cair dengan rA = -dCA/dt maka Apabila CA = CA0 (1-xA), dan diselesaikan dengan integral
Katalisator
Suhu dan Tekanan Pencampuran (pengadukan)
Perbandingan zat pereaksi
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Bahan : Glukosa Tepung Pati Rajawali NaOH HCl Indikator MB Fehling A dan B Aquades Alat : Gelas ukur Termometer Erlenmeyer Statif dan klem Buret Labu leher tiga Labu takar
Gambar Alat
6 5 7
4 3 2
1
Keterangan: Magnetic stirer + heater Waterbatch Labu leher tiga Termometer Pendingin balik Klem Statif
PROSEDUR PERCOBAAN
Persiapan awal Menghitung densitas pati Menghitung densitas HCl Membuat glukosa standar Standarisasi larutan fehling Penentuan kadar pati awal -10 gram pati dilarutkan dalam 100 ml HCl -Masukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan 600C selama 1 jam. -Setelah itu didinginkan, diencerkan dengan aquades sampai 500 ml lalu diambil 20 ml dan dinetralkan dengan NaOH (pH = 7). -Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml. Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 5 ml glukosa standard, -Dipanaskan sampai mendidih. Lalu ditambahkan 3 tetes indikator MB. -Larutan dititrasi dengan glukosa standard hingga berubah warna menjadi warna merah bata. -Catat V titran yang dibutuhkan (M)
Hidrolisa pati -HCl, aquadest, pati yang telah ditentukan sesuai variabel dimasukkan dalam labu leher tiga. -Dipanaskan sampai suhu 60OCanggap sebagai t0 diambil sampel sebanyak 5 ml. -Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 5 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai mendidih. -Ditambahkan 3 tetes indikator MB. -Dititrasi dengan glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna merah bata. -Catat V titran yang dibutuhkan (M). - Pengambilan sampel dilakukan setiap selang waktu 4 menit sebanyak 6 kali yaitu 20 menit.
Prosedur titrasi 5 ml fehling A + 5 ml fehling B + 5 ml glukosa standar (jika ada hasil hidrolisa, prosedur diatas ditambah 5 ml sampel hasil hidrolisa) Dipanaskan sampai mendidih 100 detik dari mendidih ditambah 3 tetes indikator MB 2 menit kemudian dititrasi dengan glukosa standar, catat volume titran
HASIL PERCOBAAN
PEMBAHASAN
menghasilkan harga k yang semakin kecil 2. Variabel 1 (10% suspensi pati) lebih kental sehingga menyebabkan pergerakan molekul lambat dan tumbukan yang dihasilkan lebih sedikit daripada variabel 2 (20% suspensi pati) 3. Semakin sedikit tumbukan yang dihasilkan maka harga k semakin kecil, begitu pula sebaliknya semakin banyak tumbukan maka harga k yang dihasilkan juga semakin besar
menghasilkan konversi yang lebih kecil 2. pada variabel 2 lebih lengket daripada variabel 1 sehingga factor tumbukan yang dihasilkan lebih sedikit yang mengakibatkan konversi pada variabel 2 lebih kecil daripada variabel 1
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Semakin kecil % suspense pati maka konversi yang dihasilkan semakin besar 2.Semakin kecil % suspense pati maka konstanta kecepatan reaksi semakin besar
SARAN
Suhu operasi harus dijaga konstan
Dalam pengamatan penentuan TAT harus teliti Titrasi diulang sampai 3 kali agar hasilnya lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA
Endang dan Dwi. 2010.Jurnal Pengaruh Variasi Temperatus dan Konsentrasi Katalis Pada Kinetika Reaksi Hidrolisa Tepung Kulit Ketela Pohon, Universita Sebelas Maret ) http://wenimandasari.blogspot.com/2012/07/tetapanlaju-reaksi-dan-energi-aktivasi.html