06/07/2013
METODE PENGAJARAN BAHAN PUSTAKA Metode pengajaran: Perkuliahan, diskusi kelompok (setiap pertemuan), kuis, praktikum, penugasan
Bahan Pustaka Utama Haryadi Sarjono dan Lim Sanny.2012. Aplikasi Matematika untuk Bisnis dan Manajemen. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. M. Nababan. Pengantar Matematika untuk Ilmu Ekonomi dan Bisnis. 1994. Penerbit Erlangga, Jakarta.
06/07/2013
MATERI
KULIAH
Materi
seluruh pertemuan dapat diunduh di: Web STIE DEWANTARA Blog : www.resistav.wordpress.com
06/07/2013
Tata
tertib Datang tepat waktu: toleransi 30 menit (14.00 WIB) Telepon genggam di-silent/ getar Busana Bebas, pantas, sopan Tidak mengenakan sandal Tidak mengenakan kaos oblong
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
06/07/2013
(sequence atau progression) adalah suatu rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan mempunyai pola tertentu.
Barisan
06/07/2013
Secara
umum, barisan dapat didefinisikan sebagai suatu set bilangan yang dimulai dari indeks satu, dua, tiga, dan seterusnya, misal S1, S2, S3, ......, Sn.
yang merupakan unsur yang membentuk suatu barisan disebut dengan suku. Jadi S1, S2, S3, ......, Sn, masingmasing adalah suku pertama, suku kedua, suku ketiga, sampai dengan suku ke-n suatu barisan.
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
Bilangan-bilangan
Barisan dan Deret Hitung Barisan hitung terdiri dari susunan bilangan yang dibentuk menurut urutan tertentu dimana selisih antara suku-sukunya yang berurutan adalah sama. Dalam barisan hitung, setiap bilangan setelah suku pertama diperoleh dengan menambahkan bilangan sebelumnya dengan suatu bilangan dengan besaran yang tetap yang disebut dengan beda atau selisih.
Contoh : 10, 12, 14, 16, 18 Barisan 10, 12, 14, 16, 18 adalah merupakan barisan hitung yang selisih antara dua sukusukunya yang berurutan adalah sama yaitu 2.
Jadi setiap bilangan setelah suku pertama, diperoleh dengan menambahkan 2 terhadap bilangan sebelumnya.
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
Rumus untuk menghitung nilai suku ke-n suatu barisan hitung dapat dituliskan sebagai berikut : Sn = a + (n-1) b
Dimana : Sn = Nilai suku ke n a = Nilai suku pertama n = Banyaknya suku b = selisih atau beda (b bisa positif, bisa negatif, tapi b # 0)
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
Hitung
suku ke -16 dan jumlah deret hitung sampai suku ke 16 dari barisan hitung berikut : 10, 12, 14, 16, 18 PENYELESAIAN S1 = a=10 ; b = 2 ; n = 16 Suku ke-n dari suatu barisan hitung : Sn = a + (n-1) b S16 = 10 + (16-1) 2 = 40
10
Nilai suku pertama, dari suatu barisan hitung adalah 20 dan hasil nilai suku ke-10 adalah 38, hitunglah : Beda antara dua suku yang berurutan Nilai dari suku ke-21 Suku keberapa yang bernilai 100 PENYELESAIAN S1 = a = 20 ; S10 = 38 S10 = 20 + (10-1) b 38 = 20 + 9b 18 = 9b b =2
11
12
Rumus
untuk menghitung jumlah deret hitung dari barisan hitung yang terdiri dari n suku, adalah : Dn = n/2 (a + Sn) Atau Dn = n/2 (2a + (n-1) b)
06/07/2013
13
Jumlah
deret hitung sampai suku ke-n : Dn = n/2 (a+Sn) D16 = 16/2 (10 + S16) = 8 (10 + 40) = 400
06/07/2013
14
Barisan dan Deret Ukur Barisan ukur terdiri dari susunan bilangan yang dibentuk menurut urutan tertentu dimana rasio antara dua suku yang berurutan adalah sama. Dalam barisan ukur, setiap suku setelah suku pertama , diperoleh dengan mengalikan suku sebelumnya dengan sebuah bilangan dengan besaran yang tetap yang disebut rasio atau pembanding Contoh : 2, 6, 18, 54, 162 Barisan 2, 6, 18, 54, 162 adalah barisan ukur yang rasio antara dua suku yang berurutan adalah 3. Setiap bilangan setelah suku pertama, diperoleh dengan mengalikan bilangan sebelumnya dengan 3.
15
Nilai suku ke-n dari suatu barisan ukur dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sn = a.r
n-1
Dimana :
Sn a n r
= = = =
tetapi r # 1)
Nilai suku ke-n Nilai suku pertama Banyaknya suku Rasio atau pembanding (r bisa positif, bisa negatif
06/07/2013
16
Rumus untuk menghitung jumlah deret ukur dari suatu barisan ukur sampai suku ke-n, apabila rasio antara dua suku yang berurutan adaolah lebih kecil dari satu (r < 1) adalah : A ( 1 rn) Dn = 1-r
Rumus untuk menghitung jumlah deret ukur dari suatu barisan ukur sampai suku ke-n, apabila rasio antara dua suku yang berurutan adalah lebih besar dari satu ( r > 1 ) adalah : A ( rn 1) Dn = 1-r
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
17
Hitung suku ke-10 dan jumlah deret ukur sampai suku ke 10 dari barisan ukur berikut : 2, 6, 18, 54, 162 PENYELESAIAN a = 2 ; r = 3 ; n = 10 Suku ke-n dari suatu barisan ukur : Sn = a . r n-1 S10 = 2 (3) 10-1 = 2 (19.683) = 39.366 Jumlah deret ukur sampai suku ke n dengan r > 1 : Dn = a (rn-1) / r 1 = 2 (310 1) / 3 1 = 2 (59.048) / 2 = 59.048
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
18
Di bidang ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan suatu perusahaan, rumus-rumus yang berlaku dalam suatu barisan dan deret dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menjelaskan perkembangan beberapa kegiatan usaha secara kuantitatif. Kegiatan usaha tersebut misalnya adalah perkembangan produksi, biaya, harga, hasil penjualan, laba dan perkembangan kegiatankegiatantersebut dinyatakan dalam angka-angka dengan perkembangan yang mengikuti pola perubahan seperti yang diisyaratkan dalam barisan hitung atau barisan ukur, maka nilainilainya pada berbagai periode waktu yang diinginkan dapat ditentukan.
19
Dalam teori nilai uang rumus-rumus yang berlaku dalam suatu barisan dan deret dapat digunakan sebagai alat, misalnya untuk menghitung perubahan nilai uang dari waktu ke waktu pada suku bunga tertentu, menghitung nilai akumulasi pada masa mendatang dari sejumlah uang pada masa sekarang atau menghitung nilai sekarang dari jumlah uang yang diterima pada masa yang akan datang pada suku bunga tertentu, menentukan besar pembayaran secara cicilan pada suku bunga dan jangka waktu tertentu, menentukan bunga dari sejumlah uang dalam jangka waktu tertentu.
20
PT. XYZ menghasilkan suatu produk sebesar 10.000 unit pada tahun pertama produksinya dan menjualnya dengan harga sebesar Rp. 50.000 per unit. Jika tiap tahunnya perusahaan mampu meningkatkan produksinya sebesar 5.000 unit dan harga jual meningkat sebesar Rp. 2.500 per unit, tentukanlah : Tingkat produksi pada tahun ke-10 dan jumlah produksi selama 10 tahun tersebut. Tingkat harga pada tahun ke-10 Hasil penjualan pada tahun ke-10 PENYELESAIAN Peningkatan produksi setiap tahunnya dapat dinyatakan dalam barisan hitung sebagai berikut : 10.000, 15.000, 20.000, 25.000, ........ Jadi a = 10.000 ; b = 5.000 Dengan demikian, tingkat produksi (Q) pada tahun ke-10 adalah : Q10 = 10.000 + (10-1) 5.000 = 10.000 + (9) 5.000 = 10.000 + 45.000 = 55.000 unit Jumlah produksi selama 10 tahun adalah : D10 = 10/2 (10.000 + 55.000) = 326.000 unit
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
21
Peningkatan harga setiap tahunnya dapat dinyatakan dalam barisan hitung sebagai berikut: 5.000, 7.500, 10.000, 12.500, .... a=5.000 b=2.500 Dengan demikian, tingkat harga (P) pada tahun ke-10 adalah : P10 = 5.000 + (10 -1) 2.500 = 5.000 + (9) 2.500 = 5.000 + 22.500 = Rp. 27.500,- per unit
Hasil penjualan (Total Pevenue) pada tahun 10 adalah merupakan hasil kali antara tingkat produksi dengan tingkat harga pada tahun tersebut, jadi : TR10 = Q10 x P10 = 55.000
Resista Vikaliana, S.Si.MM 06/07/2013
22