Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan kepada pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai perwujudan dari amanat tersebut, pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah membuat dan memberlakukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) untuk dijadikan acuan, pedoman dan dasar hukum penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 17). Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memegang peranan penting dan fundamental dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional serta memberikan landasan bagi pembentukan keperibadian peserta didik. Dalam kurikulum 2004 mengisyaratkan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran ilmiah. Berdasarkan indikator tersebut, harus tercipta suatu kondisi pembelajaran yang bermakna baik ditinjau dari pengembangan isi, bahan dan proses pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan bagaimana pula pendekatan dan strategi/teknik mengajar serta metode yang dipakai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.Keberhasilan pembelajaran secara khusus dan pendidikan secara umum merupakan harapan dari orang tua, masyarakat dan pemerintah. Keberhasilan pembelajaran ditandai oleh adanya perubahan kemampuan atau kecakapan yang sebelumnya tidak dimiliki, kemudian muncul setelah melakukan proses belajar mengajar sehingga hasil belajar menjadi lebih mantap dan bermakna. 1

2 Sebagai seorang guru profesional dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah hendaknya mengetahui memahami dan mencoba untuk menerapkan metode yang dapat mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan agar tercipta suasana yang mendorong keaktifan siswa, seorang guru hendaknya menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dengan alasan: 1.1.1. Membangkitkan keingintahuan siswa terhadap inti permasalahan. 1.1.2. Mendorong keinginan siswa secara sistematis, kreatif, dan logis. 1.1.3. Melatih mental siswa dengan menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran. 1.1.4. Memberikan kesempatan pada siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk belajar sesuatu yang baru. Metode pembelajaran merupakan salah satu alat menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang harus dikuasai oleh guru. Dengan menguasai metode pembelajaran, guru dapat mengkomunikasikan bahan pelajaran dengan baik dan menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Dalam menggunakan metode mengajar, bukan hanya guru saja yang aktif dalam pembelajaran, melainkan diharapkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Peneliti merasa perlu mengembangkan metode yang memungkinkan terjadinya interaksi tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting, dengan pertanyaan yang tersusun baik dan teknik yang tepat dapat berdampak positif yaitu: 1.1.1. Kelas menjadi aktif karena tidak hanya mendengarkan saja. 1.1.2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi. 1.1.3. Menuntut proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. 1.1.4. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Dalam proses belajar mengajar, siswa kurang berkonsentrasi terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Banyak siswa yang ngobrol denga temannya dan bermain ketika proses pembelajaran berlangsung, ditambah pula dengan masih banyaknya siswa yang pasif daripada yang aktif.

3 Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu membangkitkan dan meningkatkan motivasi dan minat siswa melalui metode yang tepat dan efektif sesuai dengan kebutuhan. Karena itulah peneliti akan melaksanakan penelitian terhadap siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Atas Dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab melalui penelitian tindakan kelas.

1.2.Perumusan Masalah Secara umum, masalah yang akan dijadikan fokus penelitian adalah berkenaan dengan penerapan metode tanya jawab dalam pelaksanaan pembelajaran pengetahuan sosial di Kelas X MAN Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Secara khusus, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1. Bagaimana aktifitas belajar siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk sebelum menggunakan metode tanya jawab dalam pelaksanaan pembelajaran

pengetahuan sosial..? 1.2.2. Bagaimana aktifitas belajar siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk dalam pelaksanaan pembelajaran pengetahuan sosial dengan menggunakan metode tanya jawab..? 1.2.3. Bagaimana hasil belajar siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk dengan menggunakan metode tanya jawab dalam pelaksanaan pembelajaran pengetahuan sosial..?

1.3.Tujuan Penelitian Peneletian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran pengetahuan sosial di Kelas X MAN Idi Rayeuk melalui penerapan metode tanya jawab. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu: 1.3.1. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk sebelum menggunakan metode tanya jawab pada pembelajaran pengetahuan sosial. 1.3.2. Untuk mengetahuan aktifitas belajar siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk dalam proses pembelajaran pengetahuan sosial dengan menggunakan metode tanya jawab. 1.3.3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk dengan menerapkan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran pengetahuan sosial.

4 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah dasar dengan menggunakan metode tanya jawab, adapun manfaatnya yaitu: 1.4.1. Bagi guru/peneliti a. Meningkatkan kemampuan guru dalam rangka mengelola proses

pembelajaran secara variatif dengan metode yang lebih tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. b. Lebih memahami kendala dan permasalahan serta solusi pemecahan masalah dalam pembelajaran. c. Menambah wawasan/pengetahuan dalam penelitian, khususnya dalam menggunakan metode tanya jawab. 1.4.2. Bagi Pembaca a. Mengembangkan pola pikir ke arah pemikiran kritis. b. Menumbuhkembangkan minat dan motivasi untuk meningkatkan

pengetahuan dan wawasan berpikir.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalaminteraksi dengan lingkungannya (Surya dalam Sumaatmadja, dkk,. 2002.15). Bertitik tolak dari definisi tersebut, pembelajaran merupakan suatu proses yang dialami individu melalui pengalaman-pengalaman baru dalam serangkaian interaksi di suatu lingkungan pendidikan sehingga dapat mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Pembelajaran dalam konteks pendidikan secara umum merupakan suatu upaya mengembangkan potensi anak, sehingga menciptakan pengalaman baru dalam kehidupannya melalui proses pembelajaran baik melalui jalur formal di sekolah maupun pendidikan di jalur luar sekolah. 2.1.2. Konsep Dasar Pengetahuan Sosial Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (Kurikulum, 2004 : 2) Pada hakekatnya pengetahuan sosial merupakan suatu mata pelajaran yang menjadi bahan dan alat untuk mempelajari, menelaah dan merefleksikan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah kelompoknya, baik masyarakat lokal, regional maupun masyarakat global dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian maka pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang membekali siswa untuk menjalani kehidupan dengan mencermati dan memaknai fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya dan mengembangkan sikap, moral dan nilai bangsa dan proses menuju kedewasaan.

6 2.1.3. Tujuan dan Fungsi Pengetahuan Sosial a. Tujuan kurikuler pengetahuan sosial adalah: 1. Mengajarkan konsep dasar sosiologi, ekonomi, sejarah dan

kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis 2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial 3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global (Kurikulum, 2004 : 2) b. Pengetahuan sosial di SMA berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia (Kurikulum, 2004 : 2).

2.2.Ruang Lingkup Pembelajaran Pengetahuan Sosial Pada dasarnya mata pelajaran pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah dasar meliputi tiga bahan kajian, yaitu: 2.2.1. Pengetahuan sosial, meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi. 2.2.2. Sejarah, meliputi peningkatan sejarah, sejarah perjuangan bangsa. 2.2.3. Kewarganegaraan : pendidikan Pancasila, sikap, nilai dan hak asasi manusia. 2.2.4. Menurut Kurikulum (2004 : 3), ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosial aspek: (1) Sistem sosial dan budaya; (2) Manusia, tempat dan lingkungannya; (3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan; (4) Waktu, berkelanjutan dan perubahan; (5) Sistem berbangsa dan bernegara.

2.3.Metode Tanya Jawab 2.3.1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Suryosubroto, 1995 : 149). Menurut Rusyan (1996 : 3) metode merupakan suatu tata cara untuk melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu maka dengan demikian metode pembelajaran adalah suatu tata cara yang berhubungan erat dengan pelaksanaan proses belajar

7 mengajar. Metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan (Suprayekti, 2003 : 13). Dari pengertian tersebut, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan guru dalam interaksi dengan siswapada saat proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam memilih metode pembelajaran, banyak faktor yang

mempengaruhi dan hendaknya dipertimbangkan. Surahmad dalam Djamarah (1996 : 184) mengemukakan sebagai berikut: (a) Tujuan dengan berbagai jenis dan tugasnya; (b) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; (c) Situasi dengan berbagai keadaannya; (d) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; (e) Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda. 2.3.2. Pengertian Metode Tanya Jawab Menurut Rusyan (1996 : 7), metodenya tanya jawab yaitu salah satu cara penyampaian pelajaran kepada siswa dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa apabila ada pertanyaan dari guru atau sebaliknya Moedjiono dan Dimyati (1991/1992 : 41) memberi batasan, metode tanya jawab dapat diartikan sebagai Format interaksi antara guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon lisan dari siswa, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan guru pada diri siswa. Dari pertanyaan tersebut dapat diartikan metode tanya jawab adalah cara penyampaian bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar yang berbentuk pertanyaan yang harus dijawab, sehingga terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa untuk memperoleh pengalaman guru pada siswa. Penggunaan metode tanya jawab dimaksudkan agar siswa lebih termotivasi untuk belajar selama proses belajar mengajar, sehingga baik guru dan siswa sama-sama aktif dalam proses pembelajaran. 2.3.3. Tujuan Metode Tanya Jawab Menurut Moedjiono dan Dimyati (1991/1992 : 41), pemakaian metode tanya jawab dalam suatu proses belajar mengajar bertujuan: a. Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses belajar mengajar b. Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun sosial

8 c. Memberikan rasa aman pada siswa, melalui pertanyaan kepada seorang siswa yang dapat dipastikan bisa menjawab pertanyaan d. Mendorong siwa untuk melakukan penemuan (inkuiri) dalam rangka memperjelas suatu masalah e. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas. Kelima tujuan pemakaian metode tanya jawab tersebut dapat dicapai secara maksimal dan optimal apabila guru memakai metode tanya jawab secara tepat. 2.3.4. Prosedur Pemakaian Metode Tanya Jawab Menurut Moedjiono dan Dimyati (1991/1992 : 48-49) terdapat empat tahap dalam prosedur pemakaian metode tanya jawab agar pemakaian metode tanya jawab dapat mencapai hasil yang lebih baik. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Tanya Jawab Langkah persiapan ini dimaksudkan agar guru selalu membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. b. Tahap Awal Tanya Jawab Pada awal pertemuan yang menggunakan metode tanya jawab, guru diharapkan memberikan penjelasan atau pengarahan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. c. Tahap Pengembangan Tanya Jawab Lima strategi yang dapat digunakan untuk memvariasikan pengajuan pertanyaan, yakni: (1) The mixed strategy; (2) The peaks strategy; (3)The plateaus strategy; (4) The inductive strategy; (5) The deductive strategy. d. Tahap Akhir Tanya Jawab Guru bersama para siswa membuat ringkasan isi pelajaran yang telah disajikan selama tanya jawab. 2.3.5. Keterampilan Bertanya a. Pengertian Bertanya Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan (Hasibuan dan Moedjiono, 1995 : 62)

9 Pertanyaan yang diajukan guru tidak semata-mata untuk

memperoleh informasi tentang pengetahuan siswa, tetapi yang lebih jauh lebih penting untuk mendorong para siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Hasibuan dan Moedjiono (1995:62-63) mengelompkan keterampilan bertanya ke dalam dua bagian, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. 1. Keterampilan Bertanya Dasar a) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat b) Pemberian acuan c) Pemusatan kearah jawaban yang diminta d) Pemindahan giliran menjawab e) Penyebaran pertanyaan f) Pemberian waktu berpikir g) Pemberian tuntunan. 2. Keterampilan Bertanya Lanjutan Keterampilan bertanya lanjutan dibentuk atas dasar penguasaan keterampilan bertanya dasar. Komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya lanjutan adalah a) Pengubahan bentuk tuntutan tingkat kognitif pertanyaan b) Pengaturan urutan pertanyaan c) Penggunaan pertanyaan melacak d) Peningkatan terjadinya interaksi. Dalam penerapan metode tanya jawab pada pembelajaran

pengetahuan sosial di Kelas X, peneliti menerapkan keterampilan bertanya dasar. Tentu disesuaikan dengan pokok bahasan dan karakteristik siswa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini berkaitan dalam kawasan bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru serta meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Basuki Wibawa, 2003 : 9) Chein dalam Wibawa (2003 : 15) mengelompokkan jenis penelitian ke dalam empat jenis penelitian tindakan kelas, yaitu: 3.1.1. Penelitian tindakan kelas diagnostic 3.1.2. Penelitian tindakan kelas partisipan 3.1.3. Penelitian tindakan kelas empiris 3.1.4. Penelitian tindakan kelas eksperimental.

3.2.Data Penelitian Penentuan sumber data didasarkan atas jenis data yang telah ditentukan.Pada tahapan ini ditentukan sumber primer dan sekunder, terutama pada penelitian yang bersifat normatif yang didasarkan pada sumber dokumen atau bahan bacaan.Penelitian kualitatif, sedangkan penelitian empirik atau yang kita sebut dengan penelitian kuantitatif. Penelitian yang diambil yaitu penelitian tindakan kelas pada siswa Kelas X MAN Idi Rayeuk yang berjumlah 30 orang, 14 laki-laki, 16 perempuan yang bertempat di Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur.

3.3.Instrumen Penelitian Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data pada penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu:

10

11 3.3.1. Wawancara Wawancara digunakan sebagai instrumen penelitian tindakan kelas, dengan tujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan dan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari pelaksanaan action (Rohmadi, 1997 : 34) 3.3.2. Observasi Lembar panduan observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktifitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. 3.3.3. Tes Hasil Belajar Instrumen ini digunakan untuk menjaring validitas data mengenai peningkatan hasil belajar siswa melalui post test, tes formatif yang sifatnya kualitatif, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

3.4.Pengolahan dan Analisis Data Secara garis besar, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 3.4.1. Pengumpulan, kodifikasi, dan kategorisasi data 3.4.2. Validitas data (triangkulasi data, audit trail, member check) dan c) interpretasi data.

3.5.Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X MAN Idi RayeukKecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Karakteristik lokasi dan subjek penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.5.1. Letak geografis, MAN Idi Rayeuk di daerah yang sangat strategis yaitu di Jalan Medan-Banda Aceh Idi Rayek Aceh Timur. 3.5.2. Kondisi sosial ekonomi siswa yang belajar di sekolah ini sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, dengan latar belakang pekerjaan orang tua bertani dan buruh musiman. 3.5.3. Keadaan guru yang bertugas di MAN Idi Rayeuk terdiri dari 10 orang, dengan kualifikasi pendidikan S1 dan DII. 3.5.4. Kondisi siswa Kelas Xjumlah 30 orang siswa, terdiri dari 14 orang siswa lakilaki dan 16 orang siswa perempuan, tingkat intelegensinya berbeda-beda. 3.5.5. Prestasi belajar siswa cenderung lebih meningkat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian Setelah mengadakan penelitian dengan memvariasikan metode tanya jawab pada materi pokok, diperoleh data sebagai berikut : 4.1.1. Hasil penelitian Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini telah disusun silabus, rencana pembelajaran, daftar pertanyaan, yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan memvariasikan metode tanya jawab. Lembar pengamatan dibuat untuk menilai kemampuan afektif dan psikomotorik, yang menunjukkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu disusun juga lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengajar, untuk membantu pelaksanaan pengambilan data dipilih observer yaitu guru bidang studi, yang sebelumnya sudah diberi penjelasan mengenai kriteria penilaian. Tes evaluasi siklus I dibuat berdasarkan kisikisiuntuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes berupa soal pilihan ganda berjumlah 25 soal. Untuk persiapan mengajar, diadakan latihan mengajar seminggu sebelumnya dengan materi pasar, serta memberitahukan kepada siswa kelas X MAN Idi Rayeuk bahwa materi pembentukan harga pasar akan disampaikan dengan memvariasikan metode tanya jawab serta memberikan sedikit penjelasan mengenai metode tersebut. Memerintahkan siswa untuk mempelajari materi pembentukan harga pasar sebelum materi tersebut diajarkan. b. Pelaksanaan Guru menjelaskan pengertian permintaan barang dan jasa, tapi situasi kelas belum terkendali, sebagian murid ada yang memperhatikan dan sebagian siswa ada yang ramai sendiri bahkan ada yang membuat coratcoret yang tidak bermakna.Guru berusaha untuk menegur dan melanjutkan kembali pembelajaran. Setelah itu guru mengajak siswa untuk belajar menggambar kurva permintaan di buku masing- masing dengan daftar permintaan yang berbeda, tapi ada siswa yang bingung dan guru memberi 12

13 bimbingan. Pembelajaran dilanjutkan dengan menjelaskan faktor yang mempengaruhi permintaan dan macam- macam permintaan, siswa diminta untuk mencari contoh dari macam- macam permintaan yang telah dijelaskan sebelumnya.Kemudian guru melanjutkan pembelajaran dengan

menjelaskanhukum permintaan dan siswa diminta untuk menyimak. Pembelajaran dilanjutkan dengan menerapkan metode tanya jawab dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh guru. Suasana kelas menjadi ramai, sebagian siswa menjadi marah- marah karena tidak siap menerima pertanyaan dari guru sehingga masih membutuhkan banyak bimbingan dari guru. Pertanyaan- pertanyaan dilontarkan oleh guru dan sebagian siswa ada yang tunjuk jari karena bisa menjawab pertanyaan, ada pula siswa yang diam dan ada pula siswa yang menyangkal jawaban siswa lain. Pada saat itu guru memberikan bimbingan, motivasi dan pujian kepada siswanya. Metode tanya jawab selesai dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal dengan guru sebagai pemimpin sekaligus nara sumber. Disini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya tentang materi yang belum paham.Guru juga memberi penjelasan tentang hal yang diperdebatkan, meluruskan konsep yang masih keliru dan menguatkan materi-materi yang penting.Siswa mendengarkan, mencatat informasi dari guru, mencocokkan informasi guru dengan buku.Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Selesai memberikan tindakan, diadakan tes evaluasi siklus I. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa agar mempelajari dan menyiapkan materi untuk pertemuan selanjutnya. c. Pengamatan Hasil pengamatan siklus I dicatat dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Data hasil Tes Pada siklus I dalam pembelajaranyang diberikan adalah memvariasikan metode tanya jawab nilai rata-rata siswa mencapai 66,46 dengan persentase ketuntasan belajar klassikal adalah 86,48 %.

14 Perbandingan nilai hasil belajar siswa sebelum dan akhir siklus I dapat dilihat dalam tabel 6 berikut :

Tabel 6. Data Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Akhir Siklus I Hasil Tes Data Awal Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 25 Rata- rata nilai tes 53,85 Persentase ketuntasan belajar 23,1 % secara klassikal Sumber: Pengolahan data hasil tes pada siklus I 2. Lembar Observasi Siswa Hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa dengan metode tanya jawab pada siklus I dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Pada Akhir Siklus I Kategori penilaian belajar No Afektif dan Psikomotorik Jumlah Siswa Persentase Siswa 1. Amat baik 7 Orang 23,64% 2. Baik 18 Orang 46,71% 3. Kurang 5 Orang 12,64% 4. Amat Kurang Sumber data : Pengolahan hasil belajar afektif dan psikomotorik pada Siklus I Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar afektif dan psikomotorik 18 siswa. Dengan demikian ketuntasan klassikal hasil belajar afektif dan psikomotorik pada siklus I adalah 46,2 %. 3. Lembar Aktivitas Observasi Guru Pada siklus I, guru dalam membuka pelajaran masuk dalam kategori baik karena relevan dengan materi dan memberikan appersepsi. Dalam menjelaskan materi pelajaran masuk dalam kategori cukup karena dalam menjelaskan relevan dengan materi tetapi situasi belum terkendali.Dalam pengungkapan pertanyaan masuk dalam kategori cukup karena dalam pengungkapan pertanyaan jelas tetapi tidak singkat. Dalam memberi waktu berpikir masuk dalam kategori cukup karena kadang-kadang saja guru memberi waktu berpikir. No 1 2 3 4 Setelah Siklus I 88 36 66,46 86,48%

15 Guru dalam memberi giliran kepada siswa masuk dalam kategori baik karena guru memberi giliran kepada siswa secara acak. Pada siklus I, guru memberi penguatan atas jawaban siswa masuk dalam kategori baik karena guru memberikan penguatan tetapi kadang-kadang. Dalam interaksi (bertanya dan menjawab) pada siklus I ini masuk dalam kategori baik karena interaksi terjadi 2 arah dan guru kembali melempar pertanyaan pada siswa.Variasi gerakan guru masuk dalam kategori baik karena benar-benar bervariasi.Dalam mengelola kelas masuk dalam kategori cukup karena suasana kelas terkendali karena sikap guru.Dalam menutup pelajaran masuk dalam kategori cukup karena guru membuat rangkuman sendiri.

Aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat dalam tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Aktivitas guru pada siklus I No Indikator Penilaian 1 Membuka Pelajaran B 2 Menjelaskan Materi Pelajaran C 3 Pengungkapan Pertanyaan C 4 Memberi Waktu Berpikir C 5 Memberi Giliran kepada siswa secara acak B 6 Memberi Penguatan atas Jawaban Siswa B 7 Berinteraksi dalam bertanya danmenjawab B 8 Variasi Gerakan Guru B 9 Pengelolaan Kelas C 10 Menutup Pelajaran C Sumber data : Pengolahan hasil aktivitas guru pada siklus I Kategori Baik Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup

Pada siklus I aktivitas guru dalam pembelajaran masuk dalam kategori cukup dan perlu ditingkatkan pada siklus II untuk memperbaiki kegagalan yang terjadi pada siklus I. d. Refleksi Siklus pertama merupakan siklus awal, suasana dalam proses belajar mengajar belum ada perkembangan yang cukup berarti. Artinya siswa masih banyak yang ramai dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Di bawah ini dipaparkan kelebihan dan kelemahan kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran melalui metode tanya jawab pada siklus I sebagai berikut :

16 1. Kelebihan :
a) Ketika diskusi secara klasikal, siswa mau mendengarkan dan

mencatat informasi dari guru.


b) Siswa mampu mencocokkan informasi dari guru dengan buku c) Guru sudah memberi pujian kepada siswa, seperti menyatakan: baik,

bagus, dan kamu pintar.


d) Guru menyatakan rasa simpatik kepada siswa dengan cara

menganggukkan kepala, mengiyakan atau dengan roman muka yang berseri. Dilakukan dengan spontan dan luwes dengan bahasa yang dimengerti oleh siswa.
e) Guru memberi semangat dan dorongan kepada siswa dengan

mengatakan, tadi pertanyaan dan jawaban sudah bagus besok ditingkatkan lagi.
f) Guru memberi rangsangan berpikir untuk memecahkan masalah

kepada siswa. Guru memberi pertanyaan- pertanyaan pada siswa. 2. Kelemahan :


a) Ketika guru menjelaskan materi pelajaran, banyak siswa yang ramai

dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru.


b) Keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat belum tampak

secara menyeluruh. Sesekali siswa termasuk pandai, bertanya kepada guru, sementara siswa yang lain hanya diam.
c) Dalam mengomentari tanggapan atas penjelasan dari guru, masih

didominasi oleh siswa yang pandai. Siswa yang kurang pandai tidak pernah menjawab pertanyaan dari guru.
d) Siswa belum termotivasi untuk memberikan reaksi terhadap

penjelasan guru bahkan ada beberapa siswa yang tidak begitu peduli dengan proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan guru. Hal tersebut tampak jelas dengan adanya beberapa siswa yang minta ijin ke kamar mandi secara bergantian.
e) Disisi lain, guru masih terpaksa dengan pola pembelajaran

informatif, dimana menggunakan metode ceramah yang lebih dominasi sehingga sikap yang hendak digali dan dikembangkan pada siswa belum terwujud secara optimal.

17
f) Guru belum bisa mengendalikan suasana kelas yang ramai.

Secara keseluruhan hasil pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut: a. Nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus I sebesar 66,46; dengan ketuntasan klasikal 86,48 %. b. Dari segi kognitif, ada 5 siswa yang belum tuntas c. Dari hasil penelitian afektif dan psikomotorik, sebanyak 18 siswa dinyatakan lulus atau tuntas, dan ada 12 siswa yang dinyatakan tidak lulus atau tidak tuntas. Dari hasil tersebut, maka permasalahan pada pelaksanaan siklus I adalah: a. Dari hasil tes masih ada 5 siswa yang belum tuntas b. Ada 12 siswa yang tidak lulus dari segi afektif dan psikomotoriknya Dengan demikian proses pembelajaran akan diperbaiki pada siklus II sehingga dapat : a. Menuntaskan 5 siswa yang belum tuntas, sehingga rata- rata kelas menjadi meningkat. b. Menuntaskan 12 siswa yang belum lulus atau belum tuntas nilai afektif dan psikomotoriknya. 4.1.2. Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan Pada tahap ini telah disusun silabus, rencana pembelajaran, tugas siswa, daftar pertanyaan, yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab. Lembar pengamatan dibuat untuk menilai kemampuan afektif dan psikomotorik yang menunjukkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu disusun juga lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengajar, untuk membantu pelaksanaan pengambilan data dipilih observer yaitu guru bidang studi, yang sebelumnya sudah diberi penjelasan mengenai kriteria penilaian. Tes evaluasi siklus II dibuat berdasarkan kisi-kisiuntuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.Tes berupa soal pilihan ganda berjumlah 23 soal. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran yang telah dibuat.

18 Kegiatan diawali dengan apersepsi untuk mengingat kembali materi yang lalu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menanyakan apakah siswa telah mempelajari materi, hampir seluruh siswa menjawab sudah. Guru melanjutkan dengan pertanyaan motivasi yang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa seharihari. Guru melanjutkan pelajaran dengan memberi tugas siswa untuk pretest, terlihat masih ada beberapa siswa yang berjalan-jalan melihat pekerjaan temannya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas menjadi terlalu lama. Selama mengerjakan tugas ada beberapa siswa yang masih membutuhkan bimbingan dari guru. Setelah selesai hasilnya dikumpulkan, kemudian guru melanjutkan pelajaran dengan menulis di papan tulis menjelaskan tentang penawaran barang dan jasa serta harga keseimbangan, selanjutnya memulai dengan tanya jawab. Sebelum tanya jawab dimulai, guru menjelaskan kepada siswa dan menunjuk beberapa siswa secara acak untuk mempresentasikan hasil tugas yang telah dikerjakan. Namun masih ada siswa yang tidak mau maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerjaannya sehingga masih membutuhkan banyak bimbingan. Guru mempersilahkan siswa mempresentasikan hasil kerjaannya, selanjutnya dibuka pertanyaan, tanggapan maupun masukan dari siswa lain. Pada siklus II ini siswa mulai berani menyatakan pendapatnya, tanpa di perintah oleh guru siswa memberikan tanggapan, masukan dan pertanyaan. Selesai presentasi dilanjutkan guru memberikan pertanyaan kepada siswa berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan dilontarkan oleh guru dan siswa banyak yang sudah bisa menjawab pertanyaan tetapi jawaban dari siswa masih membutuhkan bimbingan dari guru karena jawaban siswa tidak sempurna. Selesai metode tanya jawab dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal dengan guru sebagai pemimpin sekaligus nara sumber. Disini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya tentang materi yang belum paham. Pertanyaan tidak hanya dijawab oleh guru, tapi siswa juga diberi kesempatan untuk menjawabnya. Guru meluruskan jawaban siswa, menambah dan menguatkan materi-materi yang penting.

19 Siswa mendengarkan, mencatat informasi dari guru, mencocokkan informasi guru dengan buku. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Selesai memberikan tindakan, diadakan tes evaluasi siklus II, selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa agar mempelajari dan menyiapkan materi untuk pertemuan selanjutnya. c. Pengamatan 1. Data Hasil Tes Pada siklus II dalam pembelajaran pembentukan harga pasar materi yang diberikan adalah penawaran dan harga keseimbangan, dengan menerapkan metode tanya jawab nilai rata-rata siswa mencapai 72,4 dengan persentase ketuntasan belajar klassikal adalah 89 %. Perbandingan nilai hasil belajar siswa sebelum dan akhir siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 8. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Akhir Siklus II No 1 2 3 Hasil tes Data Awal Siklus I 88 36 66,46 86,48% Siklus II 91 39 72,4 89%

Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 25 Rata-rata nilai tes 53,85 4 Persentase ketuntasan 23,1% belajarsecaraklassikal Sumber Data : Pengolahan Hasil Tes siklus II 2. Lembar Observasi Siswa

Hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa dengan metode tanya jawab pada siklus II dapat dilihat dalam tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Pada Akhir Siklus II Kategori penilaian belajar Afektif dan Jumlah Siswa Persentase Psikomotorik Siswa 1 Amat baik 10 orang 35,46% 2 Baik 16 orang 39,28% 3 Kurang 4 orang 10,25% 4 Amat Kurang Sumber data: Pengolahan hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa siklus II No

20 Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar afektif dan psikomotorik 26 siswa. Dengan demikian ketuntasan klassikal hasil belajar afektif dan psikomotorik pada siklus II adalah 64,10 %. 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada siklus II, guru dalam membuka pelajaran masuk dalam kategori amat baik karena relevan dengan materi, memberikan appersepsi dan memotivasi siswa.Dalam menjelaskan materi pelajaran masuk dalam kategori baik karena dalam menjelaskan relevan dengan materi dan situasi terkendali.Dalam pengungkapan pertanyaan masuk dalam kategori baik karena dalam pengungkapan pertanyaan jelas dan tidak tergesa-gesa. Dalam memberi waktu berpikir masuk dalam kategori baik karena kadang- kadang guru memberi waktu berpikir kadang-kadang tidak. Guru dalam memberi giliran kepada siswa masuk dalam kategori baik karena guru memberi giliran kepada siswa secara acak. Pada siklus II, guru memberi penguatan atas jawaban siswa masuk dalam kategori amat baik karena guru memberikan penguatan atas semua jawaban siswa.Dalam interaksi (bertanya dan menjawab) pada siklus II ini masuk dalam kategori amat baik karena interaksi terjadi multi arah dan pertanyaan dijawab siswa.Variasi gerakan guru masuk dalam kategori baik karena bervariasi. Dalam mengelola kelas masuk dalam kategori baik karena suasana kelas terkendali, guru menegur sesuai keadaan.Dalam menutup pelajaran masuk dalam kategori baik karena tanpa bantuan guru, siswa membuat rangkuman.

21 Aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat dalam tabel 11 berikut ini : Tabel 11. Aktivitas guru pada siklus II No Indikator Penilaian 1 Membuka Pelajaran A 2 Menjelaskan Materi Pelajaran B 3 Pengungkapan Pertanyaan B 4 Memberi Waktu Berpikir B 5 Memberi Giliran kepada siswa secara acak B 6 Memberi Penguatan atas Jawaban Siswa A 7 Berinteraksi dalam bertanya danmenjawab A 8 Variasi Gerakan Guru B 9 Pengelolaan Kelas B 10 Menutup Pelajaran B Sumber data : Pengolahan hasil aktivitas guru pada siklus II Kategori Amat Baik Cukup Cukup Cukup Baik Amat Baik Amat Baik Baik Cukup Cukup

Pada siklus II, aktivitas guru dalam pembelajaran masuk dalam kategori baik dan perlu ditingkatkan pada siklus III untuk memperbaiki kegagalan yang terjadi pada siklus II. d. Refleksi Gambaran umum pelaksanaan siklus II ini mulai membaik tetapi masih perlu ditingkatkan lagi agar tujuan penelitian dapat tercapai. Di bawah ini dipaparkan kelebihan dan kelemahan kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran melalui metode tanya jawab sebagai berikut : 1. Kelebihan a) Ketika guru menjelaskan, siswa sudah bisa memperhatikan penjelasan dari guru b) Keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat sudah merata. Dalam hal ini mengeluarkan pendapat, sudah ada perimbangan kemampuan mengeluarkan pendapat antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. c) Dominasi siswa pandai dalam menjawab pertanyaan cenderung berkurang. Hal ini disebabkan siswa lain sudah banyak yang mampu dan berani menjawab pertanyaan dari guru. d) Menjelaskan isi dari masalah-masalah dalam materi pokok yang disampaikan, guru dalam menyampaikan materi sudah baik dan sudah tepat waktu, sudah ada interaksi guru dan siswa dengan baik. Guru sudah berupaya semaksimal mungkin mengoptimalkan

22 interaksi belajar mengajar, dengan melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, diantaranya melalui diskusi dan tanya jawab. e) Memberi pujian pada siswa, guru selalu memberi pujian kepada siswa setelah kegiatan berakhir dengan berkata bagus, baik dan mengacungkan jempol. f) Mengatakan rasa simpatik kepada siswa dengan menganggukkan kepala dan menepuk bahunya. g) Memberi semangat dan dorongan kepada siswa, dengan mengatakan atau memberi pesan, jangan putus asa dan terus berusaha, rajin belajar agar menjadi pandai. h) Memberi rangsangan berfikir untuk memecahkan masalah kepada siswa yaitu memberi pertanyaan-pertanyaan bervariasi agar anak tertarik dan selalu belajar, maupun bertambah wawasannya. 2. Kelemahan a) Dalam mengerjakan tugas, beberapa siswa ada yang jalan-jalan untuk melihat pekerjaan temannya. b) Tugas siswa yang dikerjakan secara individu mengahabiskan banyak waktu. c) Belum ada kesadaran dari siswa sendiri untuk tunjuk jari dalam mengajukan maupun menjawab pertanyaan. Secara keseluruhan hasil pelaksanaan Siklus II adalah sebagai berikut : a. Nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi Siklus II sebesar 72,4 dengan ketuntasan klasika 89 %. b. Dari segi kognitif, ada 4 siswa yang belum tuntas belajar c. Dari hasil penilaian afektif dan psikomotorik, sebanyak 26 siswa dinyatakan lulus dan 4 siswa dinyatakan belum lulus atau tidak tuntas. Dari hasil tersebut, maka permasalahan pada pelaksanaan siklus I adalah: a. Dari hasil tes masih ada 4 siswa yang belum tuntas b. Ada 4 siswa yang tidak lulus dari segi afektif dan psikomotoriknya. Dengan demikian proses pembelajaran akan diperbaiki pada siklus II sehingga dapat: a. Menuntaskan 4 siswa yang belum tuntas, sehingga rata-rata kelas menjadi meningkat.

23 c. Menuntaskan 4 siswa yang belum lulus atau belum tuntas nilai afektif dan psikomotoriknya. 4.1.3. Hasil Penelitian Siklus III a. Perencanaan Pada tahap ini telah disusun silabus, rencana pembelajaran, tugas siswa, daftar pertanyaan, yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan memvariasikan metode tanya jawab. Lembar pengamatan dibuat untuk menilai kemampuan afektif dan psikomotorik yang menunjukkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu disusun juga lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengajaruntuk membantu pelaksanaan pengambilan data dipilih observer yaitu guru bidang studi, yang sebelumnya sudah diberi penjelasan mengenai kriteria penilaian. Tes evaluasi siklus III dibuat berdasarkan kisi- kisiuntuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes berupa soal pilihan ganda berjumlah 23 soal. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan apersepsi untuk mengingat kembali materi yang lalu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menanyakan apakah siswa telah mempelajari materi pembelajaran, seluruh siswa menjawab sudah. Guru melanjutkan dengan pertanyaan motivasi yang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari.Siswa serentak menjawab dengan pendapatnya sendiri-sendiri.Kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kelompok yang anggotanya heterogen, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Guru meminta agar siswa duduk berhadapan dalam kelompoknya. Kemudian guru membagikan tugas dan masing-masing kelompok mulai bekerja sesuai dengan tugas yang ada.Terlihat siswa sibuk bekerja dengan kelompoknya masing-masing.Pada siklus III ini setiap kelompok telah belajar secara mandiri dan guru memantau kerja tiap-tiap kelompok.Selesai berdiskusi dan mencatat hasilnya, guru mempersilahkan perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

24 Kemudian dibuka pertanyaan, tanggapan, maupun masukan dari kelompok lain. Kelompok-kelompok tampak aktif berdiskusi, dan guru memotivasi. Selesai presentasi dilanjutkan guru memberikan pertanyaan kepada siswa berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan dilontarkan oleh guru dan siswa banyak yang sudah bisa menjawab dengan benar. Selesai metode tanya jawab dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal dengan guru sebagai pemimpin sekaligus nara sumber. Disini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya tentang materi yang belum paham.Pertanyaan tidak hanya dijawab oleh guru, tapi siswa juga diberi kesempatan untuk menjawabnya. Guru meluruskan jawaban siswa, menambah dan menguatkan materi-materi yang penting. Siswa mendengarkan, mencatat informasi dari guru, mencocokkan informasi guru dengan buku.Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Selesai memberikan tindakan, diadakan tes evaluasi siklus III. Selanjutnya guru membagi kuesioner untuk siklus III. c. Pengamatan 1. Data Hasil Tes Pada siklus III dalam pembelajaran materi yang diberikan, dengan menerapkan metode tanya jawab nilai rata -rata siswa mencapai 80,6 dengan persentase ketuntasan belajar klassikal adalah 97,44 %. Perbandingan nilai hasil belajar siswa sebelum dan akhir siklus III dapat dilihat dalam tabel 12 berikut :

Tabel 12. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Akhir Siklus III Hasil tes Data awal Siklus I Nilai tertinggi 80 88 Nilai terendah 25 36 Rata- rata nilai tes 53,85 66,46 Persentase ketuntasan 23,1% 86,48% belajar secara klassikal Sumber Data : Pengolahan Hasil Tes siklus III No 1 2 3 4 Siklus II 91 39 72,4 89% Siklus III 91,30 60,87 80,60 97,44%

25 2. Lembar Observasi Siswa Hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa dengan metode tanya jawab pada siklus III dapat dilihat dalam tabel 13 berikut ini :

Tabel 13. Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Pada Akhir Siklus III Kategori penilaian belajar Afektif Jumlah Siswa Persentase dan Psikomotorik Siswa 1 Amat baik 27 orang 82,05% 2 Baik 7 orang 17,94% 3 Kurang 4 Amat Kurang Sumber data: Pengolahan hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa siklus III No Pada siklus III siswa yang mencapai ketuntasan belajar afektif dan psikomotorik 30 siswa. Dengan demikian ketuntasan klassikal hasil belajar afektif dan psikomotorik pada siklus III adalah 92,3 %. 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada siklus III, guru dalam membuka pelajaran masuk dalam kategori amat baik karena relevan dengan materi, memberikan appersepsi dan memotivasi siswa.Dalam menjelaskan materi pelajaran masuk dalam kategori amat baik karena dalam menjelaskan relevan dengan materi, situasi terkendali dan perhatian siswa terpusat.Dalam pengungkapan pertanyaan masuk dalam kategori amat baik karena dalam pengungkapan pertanyaan jelas, singkat dan mudah

ditangkap.Dalam memberi waktu berpikir masuk dalam kategori amat baik karena guru memberi waktu berpikir secukupnya. Guru dalam memberi giliran kepada siswa masuk dalam kategori amat baik karena guru memberi giliran kepada siswa secara merata dan sesuai dengan kemampuan. Pada siklus III, guru memberi penguatan atas jawaban siswa masuk dalam kategori amat baik karena guru memberikan penguatan atas semua jawaban siswa.Dalam interaksi (bertanya dan menjawab) pada siklus III ini masuk dalam kategori amat baik karena interaksi terjadi multi arah dan pertanyaan dijawab siswa.Variasi gerakan guru masuk dalam kategori baik karena bervariasi.

26 Dalam mengelola kelas masuk dalam kategori amat baik karena suasana kelas terkendali, guru menegur dan memuji sesuai keadaan. Dalam menutup pelajaran masuk dalam kategori amat baik karena dibawah bimbingan guru, siswa membuat rangkuman.

Aktivitas guru pada siklus III dapat dilihat dalam tabel 14 berikut ini : Tabel 14. Aktivitas guru pada siklus III No Indikator Penilaian 1 Membuka Pelajaran A 2 Menjelaskan Materi Pelajaran A 3 Pengungkapan Pertanyaan A 4 Memberi Waktu Berpikir A 5 Memberi Giliran kepada siswa secara acak A 6 Memberi Penguatan atas Jawaban Siswa A 7 Berinteraksi dalam bertanya danmenjawab A 8 Variasi Gerakan Guru B 9 Pengelolaan Kelas A 10 Menutup Pelajaran A Sumber data : Pengolahan hasil aktivitas guru pada siklus III Kategori Amat Baik Amat Baik Amat Baik Amat Baik Amat Baik Amat Baik Amat Baik Baik Amat Baik Amat Baik

Pada siklus III, aktivitas guru dalam pembelajaran masuk dalam kategori amat baik. Sedangkan tanggapan siswa terhadap metode Tanya Jawab setelah siklus III berakhir dapat dilihat dalam tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Tanggapan Siswa Terhadap Metode Tanya Jawab No Kategori tanggapan siswa 1 Sangat positif 2 Positif 3 Negatif 4 Sangat Negatif Sumber data : Pengolahan hasil kuisioner siswa Jumlah siswa 22 orang 8 orang -

Dengan demikian secara klassikal tanggapan siswa terhadap metode Tanya Jawab sebesar 31,33 masuk dalam kategori sangat positif. d. Refleksi Gambaran umum pelaksanaan siklus III ini sudah baik dan dapat dilakukan guru secara konstan.

27 Di bawah ini dipaparkan kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran melalui metode tanya jawab sebagai berikut: 1. Ketika guru menjelaskan, siswa sudah bisa memperhatikan penjelasan dari guru 2. Keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat sudah merata. Dalam hal ini mengeluarkan pendapat, sudah ada perimbangan kemampuan mengeluarkan pendapat antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. 3. Siswa berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan. 4. Siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik dan dapat berdiskusi dbaik dengan kelompok maupun secara klasikal. 5. Menjelaskan isi dari masalah- masalah dalam materi pokok yang disampaikan, guru dalam menyampaikan materi sudah baik dan sudah tepat waktu, sudah ada interaksi guru dan siswa dengan baik. Guru sudah berupaya semaksimal mungkin mengoptimalkan interaksi belajar mengajar, dengan melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, diantaranya melalui diskusi dan tanya jawab. Dampak yang dapat dilihat adalah munculnya interaksi multi arah, sehingga tujuan dari metode tanya jawab dapat terwujud. 6. Memberi pujian pada siswa, guru selalu memberi pujian kepada siswa setelah kegiatan berakhir dengan berkata bagus, baik dan

mengacungkan jempol. 7. Mengatakan rasa simpatik kepada siswa dengan menganggukkan kepala dan menepuk bahunya. 8. Memberi semangat dan dorongan kepada siswa, dengan mengatakan atau memberi pesan, jangan putus asa da terus berusaha, rajin belajar agar menjadi pandai. 9. Memberi rangsangan berfikir untuk memecahkan masalah kepada siswa yaitu memberi pertanyaan- pertanyaan bervariasi agar anak tertarik dan selalu belajar, maupun bertambah wawasannya.

28 Secara keseluruhan hasil pelaksanaan Siklus III adalah sebagai berikut : a. Nilai rerata siswa pada tes evaluasi Siklus III sebesar 80,60 dengan ketuntasan klasikal 97,44 %. b. Dari segi kognitif, ada 0 siswa yang belum tuntas belajar c. Dari hasil penilaian afektif dan psikomotorik, sebanyak 27 siswa dinyatakan lulus dan 3 siswa dinyatakan belum lulus atau tidak tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa maka

dipaparkan hasil yang dicapai, pada umumnya aktivitas siswa sampai pada siklus ketiga ini siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar yang disampaikan guru secara baik dan tertib. Peningkatan prestasi nampak dengan adanya perubahan-perubahan terutama tingkah laku seperti yang tadinyapemalu atau pendiam sekarang sudah mau mengemukakan pendapat, berani bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum jelas, dapat menerima pendapat orang lain, menghargai sesama teman.Karena hasil penelitian pada siklus III sudah sesuai dengan harapan, maka tidak dilanjutkan untuk siklus berikutnya.

2.2.Pembahasan Guru dan siswa merupakan dua faktor penting dalam setiap penyelenggaraan proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai unsur utama dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus merancang model pembelajaran yang efektif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Salah satu tolak ukur bahwa pembelajaran berkualitas atau tidak, dapat diketahui melalui hasil belajar siswa. Jika siswa-siswi mempunyai hasil belajar yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di sekolah tersebut memang berkualitas. Sebaliknya, jika hasil belajar siswa rendah, besar kemungkinannya bahwa proses pembelajaran di sekolah tersebut kurang berkualitas. Pada umumnya hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sistem pengelolaan kurikulum 2004 menuntut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu peneliti memvariasikan metode tanya jawab untuk meningkatkan hasil belajar IPS Ekonomi, terutama pada materi pokok pembentukan harga pasar, pada siswa kelas X MAN Idi Rayeuk tahun pelajaran

29 2011/2012. Penelitian ini didesain dengan menggunakan model penelitian tindakan kelas karena bertujuan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran. Observasi awal dilakukan untuk mengidentifikasikan pokok permasalahan pada penelitian ini.Untuk persiapan mengajar seminggu sebelumnya dilakukan latihan mengajar agar siswa terbiasa dengan kehadiran guru baru, serta peneliti sebagai guru dapat mengetahui lebih jauh karakteristik masing-masing siswa.Berdasarkan pada penelitian dapat dikatakan bahwa memvariasikan metode Tanya Jawab dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata tes pada masing-masing siklus yang mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata nilai tes mencapai 66,46, pada siklus II nilai rata-rata tes siswa mencapai 72,4 dan pada siklus III nilai rata- rata tes mencapai 80,60. Pada siklus I ketuntasan belajar secara klassikal mencapai 86,48%, siklus II mengalami ketuntasan belajar secara klassikal sebesar 89% dan siklus III mengalami ketuntasan belajar secara klassikal sebesar 97,44% . Dengan demikian hasil belajar kognitif siswa pada siklus I dan II sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai 65 atau mencapai ketuntasan 65 %. Pada siklus I hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa kategori amat baik ada 7 siswa, pada siklus II ada 10 siswa dan pada siklus III ada 27 siswa. Siswa dengan kategori baik pada siklus I ada 18 siswa, pada siklus II ada 16 siswa dan pada siklus III ada 7 siswa.Siswa dengan kategori kurang pada siklus I ada 5 siswa, pada siklus II ada 4 siswa dan pada siklus III tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang. Ketuntasan belajar mencapai 75% ada 18 siswa ( 46, 2 %) pada siklus I, 26 siswa ( 64,10%) pada siklus II dan 30 siswa ( 92,3 % ) pada siklus III. Dengan demikian, pada siklus III hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa sudah memenuhi indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sekurangkurangnya 75% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar 75 %. Pada siklus I hasil belajar kognitif siswa sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan, namun hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan, sehingga dilanjutkan dengan siklus II untuk memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian. Pada siklus II hasil belajar kognitif siswa sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan, namun hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa belum memenuhi

30 indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga dilanjutkan dengan siklus III untuk memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian. Pada siklus III, hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian. Dengan demikian pada siklus III siswa merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan, hal ini terbukti dari tanggapan siswa yang masuk dalam kategori positif ada 8 siswa dan kategori sangat positif ada 22 siswa sehingga dapat menambah minat dan motivasi siswa dalam belajar. Dengan meningkatnya motivasi dan minat siswa dalam belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Belum tercapainya indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dikarenakan masih ditemukannya permasalahan- permasalahan yang ada pada siklus I. Pada siklus I ditemukan permasalahan yang antara lain adalah siswa mula-mula kurang bisa menerima metode yang digunakan oleh guru, siswa marah-marah, suasana kelas menjadi ramai dan akhirnya suasana menjadi tegang. Namun setelah diberi pengertian oleh guru akhirnya mereka juga bisa menerima. Selain itu karena sudah terbiasa dengan pembelajaran yang teacher oriented sehingga siswa menjadi bingung. Siswa juga enggan mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru sehingga guru harus menunjuk siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Pada siklus II guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran, memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan dengan memberikan reward, dan meminta siswa untuk mencermati tugastugas siswa. Pada siklus III sudah tidak ditemukan lagi kendala-kendala yang sangat berarti, karena siswa sudah dapat menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan metode tanya jawab. Pada siklus III siswa sudah berperan aktif dalam pembelajaran, mau bertanya dan menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk oleh guru, apa bila ada materi yang tidak bisa diterapkan dengan metode tanya jawabseperti membuat grafik, maka guru melakukan peneguhan (pencerahan) untuk menyatukan berbagai pandangan. Siswa juga sudah mampu mengerjakan tugas dengan baik, situasi kelas terkendali dan pembelajaran terasa nyaman.Berdasarkan pandangan teori

konstruktivisme, salah satu prinsip paling penting adalah guru tidak hanya semata-mata

31 memberikan pengetahuan kepada siswa.Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide dengan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa dalam mencapai pemahaman, namun diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. (Nur dan Wikandari 2000:2). Penerapan pembelajaran memvariasikan metode tanya jawab pada materi pokok pembentukan harga pasar merupakan cara yang dapat membantu siswa dalam mengekspresikan diri, memupuk dan mengembangkan kemampuannya sendiri karena keterlibatan siswa selama proses pembelajaran sehingga dengan terlibat dalam pembelajaran maka siswa akan memahami materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin dalam Qomariyati (2004 : 49) yang menyatakan bahwa pembelajaran akan lebih dapat berkesan bila siswa terlibat langsung didalamnya. Hal ini dipertegas oleh Rejeki dalam Qomariyati (2004 : 49) yang menyatakan bahwa dengan menambah variasi model pembelajaran yang menarikdan menyenangkan, melibatkan siswa dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa sehingga siswa lebih dapat memahaminya. Dalam pembelajaran dengan memvariasikan metode tanya jawab, guru mendorong, menuntun dan membimbing siswa agar siswa mempunyai pemikiran yang sistematis, kreatif dan kritis. Setiap siswa mempunyai pemikiran dan pendapat yang berbeda- beda sehingga dalam menyampaikan jawaban, pendapat, gagasan maupun pertanyaan, siswa dilatih untuk menghargai jawaban, pendapat, gagasan maupun pertanyaan dari siswa yang lain. Dengan hal tersebut, berarti siswa memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun sosial dalam pembelajaran.

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan memvariasikan metode tanya jawab, menggunakan desain penelitian tindakan kelas, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MAN Idi Rayeuk tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dibuktikan dengan: 5.1.1. Hasil belajar kognitif siswa yaitu terbukti dengan perolehan nilai tes dari masing-masing siklus yang mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata tes siswa mencapai 66,46, pada sikus II mencapai 72,4 sedangkan pada siklus III mencapai 80,60 . Ketuntasan klassikal pada siklus I sebesar 86,48%, pada siklus II sebesar 89% dan pada siklus III sebesar 97,44%. 5.1.2. Hasil belajar Afektif dan psikomotorik siswa pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar 75% ada 18 siswa ( 46, 2%), pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar afektif dan psikomotorik 75% ada 26 siswa (64,10 %) sedangkan pada siklus III siswa yang mencapai ketuntasan belajar afektif dan psikomotorik 75% ada 30 siswa ( 92,3 % ).

5.2.Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut : 5.2.1. Pembelajaran dengan memvariasikan metode tanya jawab dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam rangka menambah variasi model mengajar karena metode tanya jawab dapat memotivasi siswa untuk mempersiapkan diri dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 5.2.2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan memvariasikan metode tanya jawab sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dengan cara memodifikasi desain atau rancangan penelitian (misalnya eksperimen) sehingga diperoleh perubahanperubahan yang lebih signifikan.

32

Anda mungkin juga menyukai