Anda di halaman 1dari 20

Prolog Monolog: Jam 3 pagi di Hotel Prodeo Paradise.

Valerian Valentina: (Nafas terengah-engah, terbangun dari tidur dengan wajah shok. Kemudian melihat ke arah lemari kecil di sebelah kanannya, dan menemukan selembar kertas yang dicap darah.) Valerian Valentina: Penebusan

Dosa
ADEGAN 1

Monolog: Berawal dari sebuah laporan kasus teror oleh Valerian Valentina di Hotel Prodeo Paradise di Pulau Procklymbian. (Ketukan pintu) Inspektur Montgomery: Masuklah, Briptu. (Briptu Norman Caya memasuki ruangan dan memberikan hormat kepada Inspektur Montgomery. Inspektur Montgomery membalas hormat Briptu Norman Caya.) Inspektur Montgomery: Silahkan duduk. (Briptu Norman Caya menarik bangku.) Inspektur Montgomery: Sudahkah kau mendengar kasus di Pulau Procklymbian? Briptu Norman Caya: Tentang hotel misterius itu? Aku lupa apa namanya, Pro.. Pre? (mencoba mengingat-ingat) Inspektur Montgomery: Prodeo Paradise. Seorang wanita hilang minggu lalu dan sekarang ada seorang gadis yang melapor tentang kasus teror. Briptu Norman Caya: Ah itu! Ya, aku sudah mendengarnya akhir-akhir ini. Sebuah hotel misteri, pengunjungnya tak pernah melebihi jumlah jari-jariku dan lagi, kemana pemilknya itu? Si Prodeo muda itu bukan? Inspektur Montgomery: Entahlah, Scottland Yard tidak pernah memecahkan kasus itu. Dan tentu saja biayanya permalam yang dapat membuatku mati terbelalak. Terakhir ku dengar hampir 20000 poundsterling. Ngomong-ngomong, kau akan kutugaskan ke sana bersama Komandan Susieno Trijee. Briptu Norman Caya: Kau bercanda? Si Trijee idiot itu? (Memukul meja dan membelalak.) Inspektur Montgomery: Jangan terlalu terburu-buru menilainya. Duduklah kembali. Sebenarnya dia itu jenius, kau saja yang tidak menyadarinya, tidakkah kau ingat kasus berlian bulan lalu? Briptu Norman Caya: Itu hanya keberuntungan semata dan lagi kasus tersebut bisa dikatakan kasus kelas teri. (Acuh tak acuh.)

Inspektur Montgomery: Aku tidak ingin mendangar kau merendahkanya lagi, kalian berdua akan kuberangkatkan besok ke pulau Procklymbian. Sudah ku pesan dua tiket kepada manajer hotel tersebut. Aku tahu kau mabuk laut, tetapi seperti yang kita ketahui, untuk mencapai pulau itu hanya ada satu cara, dengan kapal pulau itu sendiri. Sungguh hotel yang misterius. Di sana kau akan dijemput oleh petugas hotel tersebut, aku sudah mengaturnya dengan manajer hotel. Oh ya, akan kukirimkan laporan kasus teror oleh gadis itu padamu sore ini. (Briptu Norman memberikan hormat dan keluar begitu saja) ADEGAN 2 Monolog: Setelah 2 jam perjalanan, tersisa 25 mil perjalanan laut. Dari kejauhan, Briptu Caya sudah dapat melihat puncak hotel itu. Komandan Susieno Trijee: (Menerobos kerumunan dengan paksa.) Permisi permisi. (Komandan Susieno Trijee memandang puncak Hotel Prodeo Paradise dengan takjub dan terkagumkagum akan arsitektur hotel tersebut.) Komandan Susieno Trijee: Wah apa itu? Taj Mahal raksasa? Bukankah kita sedang berada di Inggris? Aku baru tahu Taj Mahal ternyata terletak di Inggirs. (Menoleh kepada Briptu Caya.) Briptu Norman Caya: Bukan bodoh. Aku tak percaya mengapa Inspektur Montgomery bisa menjadikan kau sebagai partner kerjaku dalam kasus ini. Itu adalah puncak Hotel Prodeo Paradise. Komandan Susieno Trijee: Oh Hotel Prodeo Paradise! Aku pernah menginap seminggu disana. (Dengan sok tahu dan sedikit menyombongkan diri.) Briptu Norman Caya: Ah tidak mungkin! Mungkin maksudmu Hotel Porotdeo di dekat perbatasan. (Mulai merasa mual.) (Briptu Norman Caya menyenggol Komandan Susieno Trijee.) Komandan Susieno Trijee: Ada apa? Briptu Norman Caya: Sepertinya aku mengenal gadis yang sedang berdiri di samping Pria Tua yang memakai baju putih itu. Komandan Susieno Trijee: Ah masa sih! Jangan sok kenal deh, bilang aja mau PDKT. Briptu Norman Caya: Jangan berlaku kekanak-kanakan! Aku sudah punya empat cucu loh! Sepertinya baru-baru ini aku melihatnya. Ah sudahlah, mungkin di Magnum Cafe. (Mencoba melupakan sambil menahan muntah.) Briptu Norman Caya: Komandan... huek.. huek... huek. (Muntah di pangkuan Komandan Susieno Trijee.) ADEGAN 3

Monolog: Seorang pria berstelan resmi menunggu Briptu Norman Caya dan Komandan Susieno Trijee di pelabuhan saat sore hari. Pria tersebut memegang dua lembar foto di tangan kirinya dan menempelkan ponsel dengan tangan kanan ke telinganya. Curtiss Lirmani: Selamat sore tuan-tuan. Saya Curtiss Lirmani, resepsionis Hotel Prodeo Paradise. Saya ditugaskan untuk mengantar tuan-tuan ke hotel kami. Briptu Norman Caya: Selamat sore Curtiss. Saya Briptu Norman Caya dan ini rekan saya, Komandan Susieno Trijee. Kami datang untuk investigasi biasa. Curtiss Lirmani: Mari ikut saya, sebelah sini. Kita akan memakai mobil hotel. ADEGAN 4 Monolog: Di dalam kamar hotel Briptu Norman Caya. Briptu Norman Caya: Tidakkah kau menyadari ada sesuatu yang ganjil di sini? Komandan Susieno Trijee: Tentu, tadi aku mencium bau kemenyan sewaktu melihat-lihat di puncak hotel. Aku menciumnya saat melewati ruangan ke dua setelah tangga. Briptu Norman Caya: Bisakah kau memperhatikan sesuatu yang jauh lebih penting dari hal tersebut? Komandan Susieno Trijee: Maaf, ku kira itu penting. (Dengan wajah memelas.) Briptu Norman Caya: Yang mengusik benakku adalah mengapa si manajer hotel itu tidak mengirimkan orang lain untuk menjemput kita? Mengapa harus resepsionisnya? Bukankah lebih baik jika dia mengirimkan Office Boy? Atau jika dia mengirimkan resepsionisnya, mengapa dia sendiri yang menjaga meja resepsionis itu? Dan, mengapa hanya ada 10 kamar di hotel sebesar ini? Selain itu, mengapa OB disini tidak sampai sepuluh? Mengapa Komandan? (Tampak frustasi.) ADEGAN 5 Monolog: Keesokan harinya di ruang minum teh di Hotel Paradise, dimulai investigasi pertama. Briptu Norman Caya: Selamat pagi Nona Stafford. (Tersenyum ceria dan tampak bersahabat.) Erlena Stafford: Oh , selamat pagi Briptu (Tampak bingung dan menunggu Briptu Norman Caya untuk memperkenalkan dirinya.) Briptu Norman Caya: Briptu Norman Caya. (Menyodorkan tangan untuk bersalaman.) Erlena Stafford: Ah ya, saya sudah mendengar tentang rencana diadakannya penyelidikan di sini. Tentang kasus hilangnya Nona Alea Marshall bukan? Dan tentunya juga tentang terror terhadap si gadis itu juga? Saya lupa namanya siapa. Kalau tidak salah, Va,va,va (Mencoba mengingat-ingat.) Briptu Norman Caya: Valerian Valentina. (<emotong pembicaraan dari Erlena Stafford.) Ya, Anda cepat tanggap rupanya. Saya mengerti bagaimana perasaan Anda saat seorang polisi mendatangi Anda dan menanyakan beberapa hal, tentu tidak nyaman. Jadi, saya minta maaf dan memohon

kejujuran Anda dalam memberikan informasi yang sebenar-benarnya. (Memandang dalam ke arah Erlena Stafford.) Erlena Stafford: Tentu saja Briptu, saya akan menolong sebisa saya. Saya sungguh menginginkan kasus ini cepat selesai. (Menjawab dengan sangat antusias.) Briptu Norman Caya: Baiklah, saya kira kita mulai saja. Karena waktu saya tidak terlalu banyak dan tentu anda juga mempunyai banyak hal untuk dilakukan. Sejak kapan Anda menginap di hotel ini Nona Stafford? Erlena Stafford: Sejak tujuh hari yang lalu terhitung sejak hari ini. Tepatnya, satu hari setelah hilangnya Alea Marshall. (Mencatat jawaban Erlena Stafford.) Briptu Norman Caya: Sebenarnya saya di sini bukan untuk kasus Nona Marshall. Saya ditugaskan untuk menyelidiki kasus Nona Valerian Valentina. Apakah Anda mengenal Nona Valentina secara pribadi? Erlena Stafford: Maksud Anda pribadi? Jika maksud Anda mengenal secara dekat, tentu tidak. Bahkan saya tidak pernah berbicara dengannya. Briptu Norman Caya: (Merenung.) Baiklah Nona Stafford, saya kira cukup sekian. Untuk saat ini, saya hanya ingin mengetahui pendapat orang tentang Nona Valentina. Tetapi, karena Anda tidak mengenalnya, jadi ya sampai di sini saja. Briptu Norman Caya: (Berdiri hendak pergi, kemudian mengingat sesuatu dan berbalik kea rah nona Erlena Stafford.) Ah ya Nona Stafford, satu hal lagi. Apa pendapat Anda tentang hotel ini? Elena Stafford: (Menerawang.) Nyaman dan damai. Tetapi sedikit berbau sesuatu di sini. Aku meraskan hal-hal yang tidak beres di hotel ini ,seperti ada sesuatu yang janggal dan berbau misteri, ya tapi sudah lah aku disini hanya untuk berlibur. Briptu Norman Caya: Baiklah nona , sekali lagi terima kasih atas informasinya. (Lalu berbalik dan pergi.) ADENGAN 6 Monolog: Briptu Norman pergi menghampiri Susieno Trijee dan berjalan menuju arah taman di belakang hotel pada siang hari. Komandan Susieno Trijee: Aku sedikit curiga dengan manajer hotel ini, tadi pagi aku melihatnya mengendap-ngendap di taman dekat kolam renang seperti menyembunyikan sesuatu. Briptu Norman Caya: Apakah kau yakin tentang hal itu? Mungkin kau salah lihat. Komandan Susieno Trijee: (melepas topi) Sebenarnya aku sedikit bingung, ada yang janggal disini. Komandan Susieno Trijee: (menginjak sesuatu) Apa ini? Briptu Norman Caya: (Menengok ke arah komandan)

Komandan Susieno Trijee: (membuka benda yang ditemukannya tersebut dan terkejut) Bukankah ini Passport? Mengapa tertulis nama Alea Marshall? Briptu Norman Caya: (terkejut) Bukankah seharusnya barang ini sudah ditemukan oleh Scotland Yard sebagai barang bukti? Aku makin tidak mengerti kasus ini. Komandan Susieno Trijee: Dan ada yang janggal, mengapa foto di passport ini berwarna hitam putih? Briptu Norman Caya: (Mengambil ponsel dan menekan nomor telpon Inspektur Montgomerry sambil berjalan menjauhi Komandan Susieno Trijee.) Briptu Norman Caya: Selamat siang Inspektur. (Tersenyum dengan ramah dan memasukkan tangan ke kantung celana.) Briptu Norman Caya: Sejauh ini semuanya baik-baik saja. Tetapi ada beberapa hal yang membingungkan di sini. Aku dan Komandan Trijee baru saja menemukan sebuah passport. Dan anehnya, tertulis nama Alea Marshall sebagai pemilik passport ini. Bukankah seharusnya passport ini berada bersama barang bukti lainnya? Briptu Norman Caya: (Melihat menerawang dan mengangguk-angguk dengan ragu.) Briptu Norman Caya: Oh begitu ya. Jadi memang passportnya belum ditemukan, tetapi mengapa harus di halaman ini? Oh ya Inspektur, ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan. (Makin menjauh dari Komandan Susieno Trijee dan makin terlihat serius.) ADEGAN 7 Monolog: Valentina Valeria telah pulang dari paket berkeliling Pulau Procklymbian dan menghampiri Curtiss untuk meminta kunci kamar hotelnya. Curtiss Lirmani: Selamat sore Nona Valentina. Ini kunci hotel Anda. Valerian Valentina: Selamat sore Curtiss. Ah ya terimakasih. Apakah polisi-polisi itu sudah tiba? Curtiss Lirmani: Sudah, mereka tiba kemarin sore. Saya sendiri yang menjemputnya. Valerian Valentina: Benarkah? Dimana mereka sekarang? Curtiss Lirmani: Terakhir saya lihat mereka ada di halaman belakang sedang mengobrol, lalu Briptu Norman Caya terlihat sibuk dengan ponselnya. (Manajer Hotel datang menghampiri Curtiss dan Valerian.) Manajer Hotel: Selamat sore Nona Valerian. Kelihatannya, hotel saya menjadi sedikit ramai dengan beberapa orang baru ini. Yah, seharusnya saya mengatakan terimakasih kepada Anda (Tersenyum sinis terhadap Valerian.) Valerian Valentina: Maaf Pak, bukan maksud saya untuk mengganggu ketentraman hotel ini. Saya hanya melaporkan apa yang terjadi untuk melindungi diri saya.

Manajer Hotel: Ya ya ya, saya tahu. Dan sepertinya Anda juga senang dengan semua perhatian yang tertuju pada Anda. Curtiss, ikuti saya. (Manajer Hotel berjalan tak acuh meninggalkan Valentina dan Curtiss mengikutinya dengan patuh.) ADEGAN 8 Monolog: Keesokan harinya di ruang minum teh Hotel Prodeo Paradise. Briptu Norman Caya: Komandan, lihat ke arah jam dua. Komandan Susieno Trijee: (Melihat jam tangannya.) Briptu Norman Caya: Bukan itu maksudku, bodoh! Maksudku, lihatlah ke arah jam dua, anggap badanmu adalah pusat jarum jarum, lalu arah pandangan lurusmu adalah jam duabelas. Sekarang, lihatlah kea rah jam dua. Komandan Susieno Trijee: Ah aku mengerti maksudmu Briptu, aku hanya ingin mengecek apakah arlojiku berjalan dengan baik. (Menampik hinaan dari Briptu Norman Caya.) Komandan Susieno Trijee: (Melihat ke arah jam dua, kemudian menampakan wajah yang biasa-biasa saja. Tetapi setelah memperhatikan dengan seksama, dia tercengang.) Komandan Susieno Trijee: Bukankah itu gadis yang kita lihat di kapal sewaktu perjalanan ke hotel ini? Briptu Norman Caya: Nah itu dia! Sejak tadi aku memperhatikannya. Dan lihatlah siapa yang duduk di sampingnya! Valerian Valentina! Ada hubungan apa mereka? Komandan Susieno Trijee: Ya mana ku tahu, mengapa tidak kau tanyakan saja kepada mereka sendiri? Daripada kau mati penasaran. Briptu Norman Caya: Apakah kau piker aku sebodoh itu untuk menghampiri mereka dan bertanya Hai gadis, ada hubungan apa kalian berdua bercakap-cakap? Oh ayolah Komandan, gunakanlah otakmu yang katanya cemerlang itu. (Berpikir sebentar.) Tunggu dulu, bagaimana jika kau hampiri mereka dan ajaklah bicara secara santai? Yah, seperti basa-basi. Komandan Susieno Trijee: (Mempertimbangkan sebentar, lalu mengangguk.) Baiklah, ayo Briptu. Briptu Norman Caya: Oh tidak, aku tidak ikut. Ku kira badanku sedang tidak enak. Aku akan naik dan tidur saja. Baiklah, semoga beruntung Komandan. (Komandan Susieno Trijee berjalan meninggalkan meja minum tehnya dan menghampiri meja Nona Valerian dan temannya.) Komanda Susieno Trijee: Halo gadis-gadis, bolehkah saya bergabung? (Menyapa dengan sikap sok dekat, Nona Valerian dan temannya hanya mengangguk.) Komandan Susieno Trijee: Oh ya, nama saya Komandan Susieno Trijee. Anda Nona Valerian Valentina bukan? (Menjabat tangan Valentina Valerian, Valentina hanya mengangguk.) Seharusnya

kita bertemu kemarin dan membicarakan kasus Anda, tapi berhubung Anda sedang menjalani paket mengelilingi pulau, ya apa boleh buat. Lalu siapakah teman Anda ini, Nona? Valentina Valerian: Oh perkenalkan, ini Nona Lisa Sawyer. (Komandan Susieno Trijee menjabat tangan Lisa Sawyer.) Komandan Susieno Trijee: Sepertinya kita pernah bertemu sebelum ini, bukankah begitu Nona? (Bertanya kepada Lisa Sawyer.) Lisa Sawyer: Oh ya tentu, di kapal. Anda bersama seorang teman, kalau tidak salah, orang yang barusan duduk bersama Anda adalah orangnya. Komandan Susieno Trijee: Ah ingatan yang bagus. Ya, dia Briptu Norman Caya. Sayang, dia sedang tidak enak badan. Oh ya, ngomong-ngomong apa yang membuat Anda berlibur di sini? Bukankah tidak nyaman berlibur saat ada kasus orang hilang di hotel ini. Terlebih, Anda berlibur sendirian. (Dengan tatapan menyelidik.) Lisa Sawyer: Apakah kita sedang dalam wawancara yang seperti dalam novel? Komandan Susieno Trijee: Oh tentu saja bukan, hanya sekedar obrolan biasa. Hahahaha. (Tertawa terlalu berlebihan, yang lain tertawa dengan terpaksa.) Lisa Sawyer: Padahal, terkadang saya ingin sekali menjadi bagian dari suatu kasus. Entah menjadi korban, maupun pelaku. Oh baiklah, sampai mana kita tadi? Ah ya mengapa liburan di sini. Sejujurnya, saya sudah merencanakan liburan ini sejak enam bulan lalu, kebetulan sekaranglah saya baru mempunyai waktu libur, maklum menjadi sekretaris di London bukanlah pekerjaan yang mempunyai banyak waktu luang. Dan lagi, saya sudah mengumpulkan uang dengan susah payah, lalu mengapa harus membuang kesempatan ini hanya karena kasus itu? Komandan Susieno Trijee: Ah ya benar juga. Jadi Anda seorang sekretaris. Dan tentunya saya sudah tau pekerjaan Anda Nona Valerian. Inspektur Montgomery yang memberitahu, penulis bukan? Valerian Valentina: Ya, penulis kolom di The Times. Sungguh sesuatu yang tidak mengenakkan untuk berkenalan seperti ini. Komandan Susieno Trijee: Ya, memang tidak nyaman. Jadi, Anda berdua sudah kenal sejak lama atau hanya sebagai sesama pengunjung hotel yang suka berinteraksi? Lisa Sawyer: Sesama pengunjung hotel yang suka berinteraksi tentunya. (Menjawab dengan terburu-buru.) Valerian Valentina: Saya membutuhkan teman untuk berbicara dan berkeluh kesah tentang kasus teror ini dan kebetulan Nona Lisa mau menjadi pendengar yang baik. (Memandang dan tersenyum ke arah Lisa Sawyer.) Komandan Susieno Trijee: Yah, sungguh menyenangkan memiliki teman untuk diajak bicara. (Tiba-tiba terdiam semua dan terasa canggung.)

Lisa Sawyer: Maaf Komandan, saya harus meninggalkan kalian berdua. Saya mempunyai jadwal berkeliling pulau hari ini dan akan dimulai 30 menit lagi. Saya lebih suka datang lebih awal daripada harus ditunggu. Senang berkenalan dengan anda, Komandan. Komandan Susieno Trijee: Ah sudah banyak yang berbicara seperti itu, saya memang supel. Silahkan Nona Lisa, jangan sampai terlambat, saya juga menyukai ketepatan waktu. (Tersenyum kepada Lisa.) Lisa Sawyer: Selamat bersenang-senang. Oh ya Vale, jika kau ingin ngobrol denganku, kau bisa mendatangiku saat aku sedang ada di hotel. Aku akan dengan senang hati mendengarkanmu. Baiklah, permisi. (Meninggalkan Komandan Susieno Trijee dan Valentina berdua.) Komandan Susieno Trijee: Wah, saya jadi membayangkan Nona Lisa bekerja di perusahaan seperti apa. Karena setahu saya gaji sekretaris biasa tidak mampu membiayai untuk liburan di hotel ini. Valerian Valentina: Maksud Anda, Komandan? Komandan Susieno Trijee: Tidak(terdiam sebentar).oh iya kenapa kau tidak takut untuk memberitahukan masalah mu ke orang lain?bukankah itu berbahaya? Valentine Valerian: Oh itu,sebenarnya aku juga seikit tidak percaya tapi mau apa lagi disini aku hanya berlibur sendirian tanpa keluarga,lalu aku mengalami teror seperti yang anda ketahui. Jika hotel ini ramai pasti aku akan berbicara dengan orang lain yang mungkin kuanngap akan lebih menenangkan. Komandan Susieno Trijee: Baiklah Nona Valerian mungkin itu sudah cukup, bagaimana jika sekarang kita mulai saja wawancaranya? Valerian Valentina: Tentu saja komandan. Akan kita mulai dari mana? (Tersenyum terpaksa.) Komandan Susieno Trijee: Sebenarnya saya sudah mengetahui kasus Anda, tetapi saya ingin mendengarnya langsung dari Anda. Setiap detailnya, mengapa Anda datang ke sini, bagaimana reaksi Anda tentang hilangnya Nona Alea Marshall, bagaimana Anda mendapatkan teror pertama Anda, sampai bagaimana reaksi orang-orang di sekitar Anda terhadap teror tersebut. Valerian Valentina: Baiklah komandan, mungkin Anda mendengar tentang kesuksesaan novel saya yang terbaru, London Bridge? Lima juta kopi sudah terjual dan tentu saja saya mendapat untung yang besar. Selain itu, saya juga mendengar tentang kemisteriusan hotel ini, jadi saya memutuskan untuk menghabiskan uang tersebut di sini, siapa tahu saya mendapatkan inspirasi untuk membuat novel. (Menjawab dengan antusias.) Komandan Susieno Trijee: Oh begitu rupanya. (Menimbang-nimbang.) Lalu, bagaimana dengan Nona Alea? Apakah Anda mengenalnya? Pernahkah Anda mengobrol dengannya? Saya dengar Anda tiba dua hari sebelum hilangnya dia. Selain itu, saya ingin mengetahui pendapat pribadi Anda tentang dia dan hilangnya dia. (Tatapan menyelidik.) Valerian Valentina: Saya tidak terlalu banyak mengobrol dengan Alea. Saya pernah mengobrol beberapa kali dan itu pun karena kami berpapasan, hanya sekedar basa-basi lah. Ah ya, dia pernah memberi pendapat tentang novel saya. Katanya novel terbaru saya kurang mengandung unsur

mistis. Saya tidak mengerti apa maksudnya. Saya kira saya telah membuatnya begitu mistis, bahkan bagian covernya, saya harus menyuruh (Terpotong oleh ucapan Komandan Susieno Trijee.) Komandan Susieno Trijee: Nona Valerian, saya kira kita tidak sedang membicarakan novel Anda. Jadi, apa pendapat Anda tentang dia dan hilangnya yang secara misterius? (Tersenyum ramah.) Valerian Valentina: Ya, dia orang yang misterius dan sedikit berbau mistis saya kira. Hilangnya? Saya kira, itu sesuatu yang menarik. Mungkin, dapat saya jadikan sebuah novel. Seorang wanita hilang secara misterius di hotel yang terkenal misterius dengan kemisteriusannya. Dan mungkin, manajer hotel itu terlibat. Komandan Susieno Trijee: Apa maksud Anda dengan manajer hotel yang terlibat? Apakah Anda mengetahui sesuatu? (Tatapan menyelidik.) Valerian Valentina: Tidak tidak, itu hanya sebuah ide untuk novel saya yang selanjutnya. Komandan Susieno Trijee: Baiklah Nona, sekarang saya ingin mendengar dimana Anda saat hilangnya Nona Alea. Valerian Valentina: Saya sedang belajar diving di Pantai Utara pulau ini. Karena jaraknya cukup jauh dari sini, saya menginap di sana untuk dua hari. Hari kedua adalah hari hilangnya Alea. Komandan Susieno Trijee: Lalu, bagaimana dengan teror itu? Valerian Valentina: Teror pertama datang dua hari setelah hilangnya Alea. Pertama saya kira ini hanya lelucon, tetapi saya kira tidak setelah mendapat teror-teror selanjutnya. Teror pertama adalah seekor burung dara mati ada di lemari pakaian saya, dan ia mati dengan sayatan di leher dan tidak memiliki bola mata. Lalu teror kedua datang satu hari setelah teror pertama, mungkin ini tidak terlihat seperti teror, tetapi bagi saya ini sangat kejam. Seseorang merobek-robek novel pertama saya, Tali Vampir Bertaring, dan robekan-robekan itu disebarkan di kamar saya! Sungguh kejam! Lalu teror yang ketiga datang dua hari setelah teror kedua. Kira-kira sekitar jam tiga pagi saya terbangun karena mimpi buruk, dan reflek saya melihat kea rah kiri untuk membuang ludah tiga kali, lalu saya menemukan secarik kertas yang ditulis dia atas kertas papirus dengan bercak darah Penebusan

Dosa. Dan sampai saat ini, saya belum mendapat teror keempat.
Komandan Susieno Trijee: Baiklah Nona Valerian, saya kira cukup sekian, mengingat hari sudah senja. Terimakasih atas waktu Anda. Valerian Valentina: Sama-sama Komandan. Seharusnya saya yang berterimakasih. Anda yang telah membantu saya dalam kasus teror ini. (Tersenyum hangat.) ADEGAN 9 (Pintu kamar manajer hotel dibuka secara paksa.) Jenny Prodeo: Kau pikir apa yang kau lakukan? Membiarkan skandal-skandal itu terjadi di hotelku? Kau ingin semuanya terbongkar?

Manajer Hotel: Tenanglah, polisi-polisi jahanam itu hanya menyelidiki kasus hilangnya si Alea dan teror terhadap Veleria. Mereka tidak akan mengusik kita. Jenny Prodeo: Kau tidak mengerti, aku pernah berurusan dengan polisi, dan polisi selalu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi bila mereka mencium sesuatu yang tidak lazim. Manajer Hotel: Aku akan melakukan sebisaku untuk menyembunyikan ini semua. Lagipula, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah itu akan menambah curiga mereka? Jenny Prodeo: Entahlah, terpikir olehku untuk menampilkan siapa pemilik hotel ini di depan para polisi itu, agar mereka tidak terlalu curiga. Dan aku juga ingin membuat kesan yang baik di depan mereka. Lagipula percuma bila aku pulang sekarang, cepat atau lambat mereka akan tahu bahwa aku pernah berada di sini. (Mulai melunak.) Manajer Hotel: Yasudah, mungkin itu yang terbaik. Mari, akan kuantarkan kau ke kamar tamu. ADEGAN 10 Monolog: Hari keempat Briptu Norman Caya dan Komandan Susieno Trijee di Hotel Prodeo Paradise. Mereka sedang menikmati teh pagi di ruang minum teh bersama seluruh pengunjung hotel lainnya. Manajer Hotel: Perhatian. Saya selaku manajer hotel, akan mengenalkan Anda kepada pemilik hotel ini. Kita sambut Jenny Prodeo! (Tepuk tangan meriah.) Jenny Prodeo: Cukup cukup. Saya kira terlalu berlebihan, Pak. (Tersenyum kea rah manajer.) Baiklah, mungkin kedatangan saya di sini membuat kalian terkejut. Saya di sini untuk mencairkan suasana di hotel tercinta kita ini yang belakangan ditimpa oleh musibah yang tak habisnya. Jadi, saya merencanakan, hari ini kita akan mengadakan pinknik bersama. Seluruh pengunjung hotel. (Terdengar tepuk tangan dari seluruh ruangan.) Jenny Prodeo: Terimakasih terimakasih. Jadi, kita akan mengunjungi Taman Lavender Procklymbian yang terletak di bagian tenggara pulau ini. Saya sendiri belum pernah mengunjunginya, tetapi setahu saya taman itu penuh dengan bunga lavender. (Tersenyum ke seluruh ruangan.) (Curtis datang dengan membawa keranjang piknik.) Curtiss Lirmani: Semuanya sudah siap, Nona. Jenny Prodeo: Baiklah, karena Curtiss telah selesai menyiapkan perlengkapan piknik, jadi saya kira kita akan berangkat sebentar lagi. Saya akan memberikan waktu untuk kalian untuk menyiapkan barang-barang yang akan kalian bawa. Monolog: Setelah 15 menit. Jenny Prodeo: Baiklah, saya kira semua sudah mengumpul. Curtiss, tolong cek. (Curtiss mulai menghitung dan memberi centrang pada daftar tamunya.) Curtiss Lirmani: Semuanya sudah lengkap, Nona Jenny.

Jenny Prodeo: Baiklah, mari kita berangkat. Lebih baik, kita berjalan kaki saja agar lebih dapat mengenal satu sama lain. Monolog: Kedelapan orang yang mempunyai pribadi yang berbeda-beda itu pun berjalan bersamasama. Mereka berjalan berdamping-dampingan. Di barisan depan terdapat Jenny Prodeo bersama Valentina Valerian, di belakangnya Manajer Hotel bersama Curtiss Lirmani. Lalu di barisan ketiga terdapat Erlena Stafford dan Lisa Sawyer, dan di barisan paling belakang ada Briptu Norman Caya yang didampingin Komandan Susieno Trijee. Monolog: Ketika di perjalanan menuju Taman Lavender Procklymbian. Erlena Stafford: Hai ku rasa kita belum berkenalan. Lisa Sawyer: Ah ya, namaku Lisa Sawyer. Panggil saja Lisa. (Menjabat tangan Erlena Stafford.) Erlena Stafford: Erlena Stafford, cukup Elen. Lisa Sawyer: Aku baru tiba empat hari yang lalu dan disibukkan oleh paket berkeliling pulau ini. Tidak banyak yang ku kenal di sini, hanya Valerian Valentina dan Komandan Susieno Trijee. Erlena Stafford: Aku juga tidak mengenal banyak orang, bahkan hanya Briptu Norman Caya. Curtiss Lirmani: Kalau begitu, mari kita berkenalan. Saya Curtiss Lirmani. (Menjabat tangan Erlena Stafford.) Erlena Stafford: Erlena Stafford. (Menjabat tangan Curtiss Lirmani.) Curtiss Lirmani: Curtiss Lirmani. (Menjabat tangan Lisa Sawyer.) Lisa Sawyer: Lisa Sawyer. (Menjabat tangan Curtiss Lirmani.) Manajer Hotel: Curtiss, jangan sok kenal, kau mengganggu mereka! (Membentak Curtiss Lirmani.) Curtiss Lirmani: Maaf Pak, saya hanya ingin mempunyai teman baru. Maaf Nona Erlena, maaf Nona Lisa. (Terlihat murung.) Lisa Sawyer: Ah tidak apa-apa, Pak. Curtiss tidak mengganggu, justru kami senang mendapatkan teman baru, ya tidak Len? (Menengok ke arah Erlena Stafford.) Erlena Stafford: Ya ya tentu saja. (Terbangun dari lamunannya dan langsung memandang menyelidik ke arah Manajer Hotel.) Manajer Hotel: Ya, terserah Anda. (Bersikap acuh tak acuh.) Monolog: Curtiss Lirmani pun mengobrol bersama Erlena Stafford dan Lisa Sawyer. Sedangkan Jenny Prodeo sibuk menanyai Valerian Valentina tentang kasus terornya. Jenny Prodeo: Hari yang cerah bukan Nona Valerian? Valerian Valentina: Ya, sangat cocok untuk berpiknik. Kau memang pintar dalam memilih hari.

Jenny Prodeo: Ya, aku hanya ingin membuat suasana mencair dari kasus-kasus yang menegangkan belakangan ini. (Tersenyum sinis.) Valerian Valentina: Aku sangat minta maaf dengan ini semua. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk mebuat imej hotelmu rusak. Jenny Prodeo: Tentu saja, tidak apa-apa. Aku tidak menyalahkanmu, aku menyalahkan diriku sendiri karena membiarkan kasus-kasus seperti ini terjadi di hotel yang ku kelola. (Tersenyum hangat.) Valerian Valentina: Terimakasih sudah mengerti. (Tersenyum canggung.) Jenny Prodeo: Tentu saja. Aku tahu itu berat bagimu untuk menghadapi semua ini. Mungkin bila itu terjadi padaku, aku akan meninggalkan negeri ini dan pergi ke timur untuk menghindar dari teror tersebut. (Tertawa sumbang.) Valerian Valentina: Kau wanita yang kuat, mana mungkin kau akan melakukannya. Kau mengatakannya hanya untuk menghiburku. Jenny Prodeo: Ah, tidak seperti itu juga (Memandang ke arah depan dengan serius.) Hey lihat itu tamannya! Kita sudah sampai! (Berteriak memberitahu kepada rombongan.) Manajer Hotel: Akhirnya sampai juga. Curtiss, kau harus memijati kakiku! (Sedikit membentak ke arah Curtiss Lirmani.) Jenny Prodeo: Baiklah, kebetulan sekarang masih jam 10, jadi kalian mempunyai waktu bebas untuk mengelilingi taman ini sampai jam setengah 12. Karena, kita akan makan siang bersama jam 12. Sebelum makan siang, saya akan mengadakan sebuah permainan kecil. Erlena Stafford: Hem Jenny, ku kira aku akan di sini saja karena kakiku terkilir sewaktu perjalanan ke sini tadi. Jenny Prodeo: Oh tentu saja tidak apa-apa, akan kupanggilkan Curtiss untuk mengurutmu. Tunggu sebentar. Monolog: Setelah 15 menit Jenny Prodeo mencari Curtiss Lirmani. Jenny Prodeo: Sepertinya Curtis sedang berkeliling taman ini dengan manajer. Tunggu saja sebentar, nanti juga dia kembali. Oh ya, kemana yang lain? Erlena Stafford: Mereka berjalan bersama-sama mengelilingi taman, semuanya tanpa kita dan Manajer Hotel serta Curtiss Lirmani. Jenny Prodeo: Oh. Baiklah. Monolog: Pada pukul 11.40. Jenny Prodeo: Aku heran, kemana saja mereka pergi. Sudah jam segini, tetapi belum ada yang kembali. (Briptu Norman Caya dan Komandan Susieno Trijee datang.)

Briptu Norman Caya: Maaf, kami telat, tadi kami bermain labirin dulu dan agak tersesat. Loh Nona Lisa dan Nona Valerian belum sampai rupanya? Erlena Stafford: Yah seperti yang kau lihat. Jenny Prodeo: Omong-omong, apakah kau melihat Curtiss dan Pak Manajer? Komandan Susieno Trijee: Aku mendengar suaranya ketika di labirin, tetapi tidak terlalu jelas. Mungkin mereka masih tersesat di labirin. Monolog: Setelah 10 menit berlalu. Jenny Prodeo: Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan. Mereka telat begitu lama, aku khawatir. Komandan Susieno Trijee: Hey lihat itu Nona Lisa! Briptu Norman Caya: Nona Lisa, apakah kau bertemu dengan Nona Valerian, Curtiss, dan Pak Manajer? Lisa Sawyer: Loh? Valerian ternyata belum sampai? Aku berpisah dengannya di labirin, kami memutuskan untuk berpisah agar lebih cepat keluar. Sedangkan Curtiss dan Pak Manajer tidak terlihat di labirin. Erlena Stafford: Hey lihat itu Curtiss dan Pak Manajer! Komandan Susieno Trijee: (Lari menghampiri Curtiss dan Pak Manajer.) Apakah kalian melihat Nona Valerian? Manajer Hotel: Tidak, kami saja baru keluar dari labirin. Curtiss Lirmani: Loh, bukannya tadi Nona Valerian bersama Nona Lisa? Lisa Sawyer: Memang, tapi kemudian kami berpisah . (Menjawab dengan mimik khawatir.) Jenny Prodeo: Baiklah, ku kira ini tidak baik. Entah kenapa, aku punya firasat buruk. Bagaimana jika kita berpencar agar cepat menemukan Valerian. Monolog: Setelah setengah jam mencari. Lisa Sawyer: (Berlari-lari ke arah Briptu.) Briptu Briptu Briptu heh heh heh. (Nafas terengahengah karena berlari. Briptu Norman Caya: Valerian menangis. (Sambil menunjuk ke arah danau.) (Briptu Norman Caya berlari ke arah danau.) Monolog: Briptu Norman Caya menemukan tubuh Valerian Valentina yang terbalut dengan pakaiannya yang serba ungu dan bersimbah darah tak berdaya di dekat danau. Di tangan kanannya tergenggam sebuah pistol. Dan tepat di tengah dahinya terdapat lubang karena tembakan. Kemudian datanglah yang lain, Nona Erlena pun juga datang dengan dituntun oleh Curtiss Lirmani. Jenny Prodeo: Dia sudah pergi. Sepertinya karena bunuh diri.

Komandan Susieno Trijee: Tidak mungkin bunuh diri! Dia kidal! Erlena Stafford: Aaaaaaa kemana jari-jari kelingking tangannya? (Semua menoleh ke arah mayat Valerian Valentina.) Lisa Sawyer: Dan lagi lihat tanda di atas kedua matanya! Briptu Norman Caya: Sepertinya aku pernah melihat tanda itu. ADEGAN 11 Monolog: Satu hari setelah kasus pembunuhan terhadap Valerian Valentina, akhirnya mayat korban dibumikan di Pulau Procklymbian. Briptu Norman Caya pun sedang mengobrol serius dengan Komandan Susieno Trijee di ruang hotelnya. Briptu Norman Caya: Pemakaman yang menyedihkan bukan? Komandan Susieno Trijee: Ya, aku masih bingung mengapa jari-jari kelingkingnya hilang. Briptu Norman Caya: Kita akan memecahkan kasus ini. Percayalah padaku. Oh ya, ingatkah kau tentang passport Alea Marshall? Komandan Susieno Trijee: Tentu saja, sesuatu yang kita temukan di taman. Briptu Norman Caya: Aku melihat ada bekas darah di passportnya. Dan bekas darah itu membentuk lambang yang sama seperti yang terbentuk di dahi Valerian Valentina. Komandan Susieno Trijee: Jadi maksudmu orang yang menculik Alea Marshall adalah orang yang sama dengan yang membunuh Valerian Valentina? Briptu Norman Caya: Aku lebih suka seperti itu. Tetapi sewaktu aku menggeledah kamar Alea Marshall, aku menemukan sebuah cincin yang berbentuk sama seperti lambang itu. Komandan Susieno Trijee: Kau menggeledah kamar Alea Marshall? Kapan? Briptu Norman Caya: Sewaktu ku bilang aku sedang sakit, sebetulnya aku tidak sedang sakit. Aku hanya ingin agar Lisa Sawyer tidak melihatku menggeledah kamar Alea Marshall, karena kamarnya berda di samping kamar Alea Marshall. Komandan Susieno Trijee: Pantas saja. Kau tahu, aku merasa aku pernah melihat Lisa Sawyer memakai kalung seperti itu, tetapi aku lupa kapan. Briptu Norman Caya: Ah, mungkin hanya bayanganmu saja. Malah aku seperti pernah melihat Curtiss memakai kalung seperti lambang itu. Komandan Susieno Trijee: Aneh, terkadang aku melihat diri Alea Marshall dalam sikap Lisa Sawyer, meskipun aku tidak pernah mengenal Alea Marshall. Briptu Norman Caya: Omong-omong, aku sudah memberitahu Inspektur Montgomery tentang peristiwa ini. Katanya dia akan mengirimkan beberapa anak buahnya untuk membantu kita menyelidiki pulai ini, terlebih hotel ini.

Komandan Susieno Trijee: Baguslah. Hem, terkadang aku merasa aneh tentang kedatangan Jenny Prodeo yang tiba-tiba. Terlebih sehari sebelum kematian Valerian. Tetapi, tidak mungkin dia yang membunuhnya, dia selalu bersama Erlena, kecuali pada saat mencari Valerian. Yah, kita semua sendirian saat mencari, jadi semuanya berkemungkinan membunuh, termasuk diriku. Hahaha. (Tertawa berlebihan.) Briptu Norman Caya: Ya, mungkin sewaktu mencari kau menemukannya kemudian kau membawanya ke danau. Dan pernyataanmu bahwa kau pernah melihat Lisa memakai kalung yang memiliki lambang yang sama dengan tanda di dahi Valerian adalah untuk mengalihkan perhatianku. Dan ternyata kau adalah salah satu perkumpulan rahasia di pulau ini. Hahaha. Komandan Susieno Trijee: Entah kenapa kau membuatnya terdengar seram. Briptu Norman Caya: Kau yang memulainya, aku hanya menjalankan imajinasiku. Oh ya aku punya rencana, bagaimana kalau malam ini kita periksa taman di dekat kolam renang? Aku penasaran apa yang waktu itu Manajer Hotel itu lakukan. Komandan Susieno Trijee: Ide yang bagus, siapa tahu dia yang menculik Alea dan membunuh Valerian. Jadi, kau tidak perlu mencurigaiku lagi. ADEGAN 12 Monolog: Dua hari setelah kematian Valerian Valentina. (Kamar Manajer Hotel dibuka dengan paksa oleh Komandan Susieno Trijee.) Manajer Hotel: Ada apa ini? Briptu Norman Caya: Anda ditahan atas tuduhan pembuatan uang palsu. Apapun yang Anda katakana akan dipakai di pengadilan sebagai bukti. Komandan Susieno Trijee: Jangan khawatir, bosmu juga akan kutahan. Meskipun dia sedang melarikan diri ke dermaga, tetapi anak buahku sudah menyusulnya. Yah, setidaknya kalian bisa berbagi ruangan ketika di prodeo sesungguhnya. Taukah kau arti prodeo? Mungkin orang-orang lebih mengenalnya dengan penjara. Monolog: Jenny Prodeo pun ditangkap di dermaga selatan Pulau Procklymbian. Jenny Prodeo dan Manajer Hotel pun dibawa ke Scotland Yard oleh para polisi, tetapi Briptu Norman Caya dan Komandan Susieno Trijee tetap menetap di Hotel Prodeo untuk menyelesaikan kasus hilangnya Alea Marshall dan kasus pembunuhan Valentina Valerian. Komandan Susieno Trijee: Mungkinkah Curtiss terlibat dalam pembuatan uang palsu tersebut? Briptu Norman Caya: Tentu saja tidak, dia hanya dijadikan kambing oleh si manajer itu. Akhirnya misteri kemegahan hotel ini terpecahkan. Oh ya, sore ini kau harus mewawancarai Lisa Sawyer tentang pembunuhan Valerian. Aku ingin kasus ini cepat selesai. Komandan Susieno Trijee: Baiklah. Lalu siapa yang akan mewawancarai Erlena Staford? Briptu Norman Caya: Kau juga. Ada sesuatu yang mengganjal benakku.

Komandan Susieno Trijee: Bolehkah aku mewawancarainya berdua sekaligus? Briptu Norman Caya: Jangan, kau harus memperhatikan ekspresi mereka dengan cermat. Buatlah mereka terpojok. Komandan Susieno Trijee: Baiklah, akan ku usahakan. Akan ku taruh kuris mereka di pojok. Hahaha, apa? Bukankah itu lucu? Oh baiklah Bapak Serius. ADEGAN 13 Monolog: Komandan Susieno Trijee menghampiri Lisa Sawyer yang sedang duduk di taman dekat kolam renang. Komandan Susieno Trijee: Selamat pagi Nona Lisa. Boleh saya duduk? Lisa Sawyer: Tentu. Pasti Anda ingin menanyai saya tentang pembunuhan Valerian. Gadis yang malang. Komandan Susieno Trijee: Ya, begitulah. Saya ingin Anda menceritakan saat Anda di labirin dan bagaimana Anda berpisah dengannya sampai Anda menemukan mayatnya di danau. Lisa Sawyer: Sehabis Jenny mengumumkan bahwa kita boleh berkeliling taman, kami langsung menuju labirin, karena mendengar tentang rumitnya labirin itu. Selain itu, Valerian bercerita bahwa dia pernah beberapa kali bermain di labirin itu, jadi kami pun memberanikan diri untuk masuk. Tetapi, setelah menemui jalan buntu, akhirnya kami tersesat. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk berpencar, dan siapa pun yang menemukan jalan keluar terlebih dahulu harus menunggu dan berteriak agar yang lain bisa mengikuti suaranya. Setelah berpisah, saya menemukan jalan keluar. Tetapi, ketika berteriak memanggil namanya, tidak ada yang menyahut. Jadi, saya piker dia sudah keluar duluan. Akhirnya saya pun, pergi meninggalkan labirin. Komandan Susieno Trijee: Omong-omong, apakah kau mendengar Curtiss dan Pak Manajer? Lisa Sawyer: Tidak sama sekali. Komandan Susieno Trijee: Baiklah, lalu bagaimana kau menemukan mayat Valerian? Lisa Sawyer: Pertama-tama aku menemukan selendang hijaunya sekitar 200 meter lebih dari danau, jadi aku terpikir untuk mengeceknya ke danau. Ketika aku melihat tubuhnya yang penuh dengan darah, aku langsung berlari ke Briptu Norman Caya. Komandan Susieno Trijee: (Memandang dengan perasaan aneh.) Lisa Sawyer: Ada apa komandan? Ada yang salah dari pernyataan saya? Komandan Susieno Trijee: Oh tentu tidak. Baiklah saya kira cukup sekian. Saya ada jadwal mewawancarai Erlena Stafford. Terimakasih Nona atas waktu dan kejujurannya. (Tersenyum sinis.) Lisa Sawyer: Apapun untuk kasus ini Komandan. (Tersenyum tulus.) Monolog: Komandan Susieno Trijee langsung berjalan menuju kamar Erlena Stafford untuk mewawancarainya.

(Ketukan pintu kamar Erlena Stafford.) Erlena Stafford: Iya, silahkan masuk. Oh, rupanya Anda, Komandan. Apa kabar? Komandan Susieno Trijee: Seperti yang Anda lihat, masih diberi kesempatan bernafas untuk menyelidiki kasus ini. Erlena Stafford: Ah Anda bisa saja, Komandan. (Senyum terpaksa.) Komandan Susieno Trijee: Apakah Anda sedang sibuk? Kebetulan saya ingin menanyai beberapa hal kepada Anda. Erlena Stafford: Tentu saja tidak. Apa yang ingin Anda tanyakan, Komandan? Komandan Susieno Trijee: Sebetulnya tidak banyak yang ingin saya tanyakan. Berhubung Anda tidak pergi kemana-mana selama di taman. Baiklah, sewaktu Anda di taman, apakah Jenny pernah pergi dari sisi Anda? Erlena Stafford: Tidak, kami selalu bersama, kecuali pada saat mencari Valerian, tentu kami berpisah. Komandan Susieno Trijee: Oh baiklah. Lalu, apakah Valerian pernah mengatakan sesuatu yang penting atau yang menurut Anda agak aneh? Erlena Stafford: Setahuku tidak, tetapi dia pernah menyebutkan bahwa ternyata dia keturunan Keraton London. Komandan Susieno Trijee: Oh ya saya mengetahuinya. Erlena Stafford: Kalau tidak salah, Alea Marshall juga keturunan Keraton London, bukan? Komandan Susieno Trijee: Kemana arah pembicaraan Anda, Nona? Erlena Stafford: Hanya mengira-ngira bahwa hilangnya Alea Marshall ada hubungannya dengan pembunuhan terhadap Valerian Valentina. Komandan Susieno Trijee: Yah, biarkanlah kami yang menangani Nona. Oh ya, bagaimana Anda tahu bahwa Alea Marshall adalah keturunan Keraton ? (Tatapan menyelidik.) Erlena Stafford: (Terlihat bingung untuk sejenak.) Saya pernah membacanya di koran, setelah hilangnya dia tentu saja media mengekspos dirinya secara besar-besaran. Komandan Susieno Trijee: Ah ya tentu saja. (Diam sejenak.) Baiklah Nona, saya kira sebaiknya kita sudahi wawancara ini. Terimakasih atas waktu Anda dan tentu saja pandangan Anda. ADEGAN 14 Monolog: Briptu Norman Caya sedang membaca beberapa berkas di balkon kamar hotelnya dan tiba-tiba pintu di ketuk. Komandan Susieno Trijee: Ini aku, boleh aku masuk?

Briptu Norman Caya: Oh silahkan. Komandan Susieno Trijee: Sedang apa kau? Briptu Norman Caya: Hanya beberapa berkas menarik. (Komandan Susieno memandang sekilas dan mencoba memperhatikan beberapa berkas secara seksama, sambil bercerita dan menanyakan beberapa hal.) Komandan Susieno Trijee: Aku tidak tahu bahwa media mengetahui bahwa Alea Marshall keturunan Keraton London. Briptu Norman Caya: Bukannya berita itu memang tidak dipublikasikan? Komandan Susieno Trijee: (Terlihat sedikit kaget, lalu memandang menerawang.) Briptu Norman Caya: Ada apa ini? Ada sesuatu yang aneh? Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Komandan Susieno Trijee: Kau tahu, mungkin Erlena Stafford lah yang menculik Alea dan membunuh Valerian. Briptu Norman Caya: Imajinasimu terlalu tinggi, Bung. Apa dasarmu mengatakan seperti itu? Komandan Susieno Trijee: Anehkah bila Erlena mengetahui bahwa Alea keturunan Keraton London? Briptu Norman Caya: Darimana dia mengetahuinya? (Terlihat terkejut.) Komandan Susieno Trijee: Dia bilang dia membacanya di koran. Tetapi, jika media tidak mengetahuinya, kemungkinan dia berbohong. Atau, sudah pasti dia berbohong, ya memang itu pasti. Briptu Norman Caya: Sial, ini semua mengubah presepsiku. Jika memang Erlena menyimpan sesuatu, kita harus mengetahuinya. Kau tahu, aku pikir Lisa lah pembunuhnya, tetapi aku sedikit ragu karena tidak tahu motifnya, dan lagi kau datang dengan kabar tersebut. Aku semakin buta akan kasus ini. Komandan Susieno Trijee: Tenanglah, kita akan memecahkan kasus ini dengan segera. Setidaknya, kita akan memecahkan kasus ini sebelum kita menyusul Valerian. Briptu Norman Caya: Berhentilah bercanda, kau membuatku takut. Komandan Susieno Trijee: Aku jadi curiga, mengapa kita tidak mencurigai Curtiss? Mungkin dia lah pembunuhnya! Hahaha. Hey, foto siapa ini? Sepertinya aku sudah lama mengenalnya. Briptu Norman Caya: Alea Marshall. Aneh, aku juga merasa seperti itu. (Mengerutkan kening dengan dalam.) Komandan Susieno Trijee: Kau tahu, terkadang aku merasa bahwa dia tidak hilang. Terkadang, aku merasakan kehadirannya. Dia memiliki aura mistis tersendiri bagiku.

Briptu Norman Caya: Ya ya ya, kau dapat berimajinasi sendirian. Aku ingin tidur, sudah dua hari terakhir ini aku tidak tidur. ADEGAN 15 Monolog: Hari ketiga setelah hari suram itu terjadi. Curtiss Lirmani: (Sedikit berlari kecil untuk mengejar Erlena Stafford.) Nona Erlena Nona Erlena Tunggu sebentar, ini ada paket untuk Anda. Erlena Stafford: (Menengok ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang.) Oh ya, terima kasih Curtiss. Lain kali, kau taruh saja di kamar ku ya. Curtiss Lirmani: Baik Nona. Monolog: Mereka tidak sadar bahwa sepasang mata tajam sedang menonton pertunjukan mereka itu. Komandan Susieno Trijee: (Menepuk bahu Briptu Norman Caya.) Apa yang sedang kau tonton? (Berbisik di telinga Komandan Susieno Trijee.) Briptu Norman Caya: Kau tahu, aku semakin mencurigai wanita itu. (Mengarahkan matanya kepada Erlena Stafford.) Komandan Susieno Trijee: Tunggu sampai kau lihat apa yang ku temukan, ku akan mengubah presepsimu. Sepertinya kasus ini semakin menemui akhirnya. Penebusan dosa yang gagal. Briptu Norman Caya: Apa maksudmu Briptu? Komandan Susieno Trijee: Aku harus meyakinkan diriku dulu, kau datang saja malam ini ke kamarku. Briptu Norman Caya: Baiklah. ADEGAN 16 Monolog: Malam penebusan dosa. (Briptu Norman Caya mengetuk pintu kamar hotel Komandan Susieno Trijee, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya Komandan masuk tanpa izin.) Briptu Norman Caya: Briptu? Briptu? Apakah kau di dalam? (Briptu Norman Caya menuju ke arah meja kerja Komandan Susieno Trijee dan menemukan sebuah novel.) Komandan Susieno Trijee: Sepertinya kau sudah menemukannya Komandan. (Masuk tiba-tiba.) Briptu Norman Caya: Penebusan dosa? Oleh Alea Marshall? Apa maksudnya ini? Komandan Susieno Trijee: Tidakkah kau bisa melihat semua ini Komandan? Ingatkah kau saat kau menyebutku idiot? Sepertinya kata-katamu tidak beralasan. Asal kau tahu, saat kau sibuk dengan

berkas-berkas tidak bergunamu itu, aku pergi ke perpustakaan dan mencari sesuatu tentang penebusan dosa. Kemudian, aku menemukan novel (Terpotong oleh kehadiran Erlena Stafford.) Erlena Stafford: Komandan, ku kira kita terlambat. Upacara itu akan segera dimulai. Dapatkah kau mencium bau kemenyan ini? Komandan Susieno Trijee: Mari, kita harus buru-buru. Apalagi yang kau tunggu Briptu? Bukankah ini yang kau inginkan? Menyelesaikan kasus ini bukan? (Menarik tangan Briptu Norman Caya.)

Anda mungkin juga menyukai