Anda di halaman 1dari 14

BAB I

Nuryadi.2000.Dasar-dasar Reproduksi Ternak.Malang:Universitas Brawijaya Anonymous.2008.Chapter 6 Spermatogenesis and Maturation of Spermatozoa. Gilbert, S.F. 1985.

Developmental Reproductive Biology. Sunderland: Sinauere Associates Inc. Johnson, M., Everitt, B. 1990. Essential in Reproduction. London: Blackwell Science Pub Oxford PENDAHULUAN Gametogenesis pada Hewan Ternak mencakup pembentukan sperma yang disebut spermatogenesis, maupun pembentukan telur yang disebut oogeneis. Pada semua hewan, kecuali spons, gametogenesis terbatas pada bagian tubuh tertentu, yang biasanya berkembang sebagai alat gonad, yaitu testis atau ovarium. Gamet keluar dari tubuh melalui saluran telur dan ovarium, serta saluran sperma dan testis. Struktur testis hewan sangat berbeda. Alat itu dapat merupakan kantung, saluran atau terdiri dari sejumlah besar ruang-ruang kecil. Dinding tubulus sperma dilapisi dengan sel germinal primitif yang disebut spermatogenium. Setelah organisme masak secara seksual, beberapa spermatogonium mulai melaksanakan spermatogenesis, yaitu pembentukan sperma masak sedangkan yang lain terus membelah secara mitosis ddan menghasilkan spermatogonium lebih banyak untuk spermatogenesis kemudian. Ovum atau telur berkembang dalam ovarium dari sel kelamin yang belum masak yaitu oogonium. Dalam perkmbangan awal, oogonium mengalami banyak pembelahan mitosis yang berurutan untuk membentuk oogonium tambahan yang berkromoosom diploid. Oogonium berkembang menjadi oosit primer dan memulai pembelahan meio+sis pertama. Proses yang terjadi di dalam nukleus yaitu sinapsis atau pembentukan tetrad dan pemisahan homolog adalah sama dengan yang terjadi pada spermatogenesis, hanya saja pembagian sitoplasmanya tidak sama sehingga menghasilkan satu sel yang besar yaitu oosit sekunder yang mengandung kuning telur

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pubertas Pada ternak jantan didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana ternak jantan sudah menghasilkan spermatozoa yang mampu mengadakan fertilisasi atau dengan kata lain spermatogenesis sudah berlangsung. Saat itu spermatozoa fertile sudah dapat dijumpai dalam dalam ejakulatnya. Khusus pada sapid an kerbau, menurut Almquist dan Amman, 1976) menyatakan bahwa pubertas dicapai jika dalam ejakulatnya telah dijumpai spermatozoa minimal 50 juta dan dari jumlah ini didapat minimal 10 % nya bergerak progresif. Pubertas pada sapi, domba, kuda dan babi terjadi pada umur 10-12, 4-6, 13-18, dan 4-8 bulan. Pada sapi perbedaan waktu terbentuknya spermatozoa dalam tubuli seminiferi dengan ditemukannya spermatozoa dalam ejakulat kira-kira 10 minggu. Kriteria seekor ternak jantan telah mencapai pubertas : 1.spermatogenesis telah sempurna 2.perkembangan penis sudah sempurna 3.libido sudah muncul pada diri ternak jantan. kriteria tersebut diimbangi dengan adanya sejumlah perubahan yang dapat dilihat berawal sejak beberapa minggu sebelum spermatozoa fertile ditemukan dalam ajakulatnya. Perubahan tersebut meliputi : perubahan konformasi tubuh, meningkatnya agresivitas dan libido atau keinginan mengawini lawan jenisnya, cepatnya pertumbuhan penis dan testes, sobeknya frenulum preputium, sehingga penis secara bebas dapat keluar masuk dari dan ke dalam preputiumnya. Perkembangan fungsi testicular adalah hal yang utama dalam pengamatan munculnya pubertas. Perkembangan ini diatur oleh system hormonal. Luteinizing hormone (LH) diperlukan untuk perkembangan dan fungsi dari sel-sel leydig. Pemunculan FSH dan prolactin membuat sel leydig lebih responsive terhadap LH pada ternak jantan muda, dengan cara meingkatkan dan mempertahankan letak reseptor bagi LH. Perkembangan dari sel leydig ini akan meningkatkan konsentrasi testosterone. Efek-efek synergetic dari testosterone dan FSH dapat memacu perkembangan dari sel sertoli, sel penghasil androgen binding protein (ABP) dan persiapan bagi tubuli seminiferi untuk memproduksi spermatozoa. Pubertas bukanlah dewasa kelamin (sexual maturity) pada ternak jantan. Beberapa domba dan babi jantan telah digunakan dalam perkawinan dan mempunyai fertilitas tinggi setelah mencapai umur kira-kira 6 bulan. Namun produksi spermatozoa dari pejantan terus meningkat sampai mencapai umur kira-kira 18 bulan. Pada sapid dan kuda produksi spermatozoa total akan terus meningkat sampai mencapai umur kira-kira 3 tahun. Pada hewan betina pubertas dicerminkan oleh terjadinya estrus dan ovulasi. Sebelum pubertas, saluran reproduksi betina dan ovarium perlahan lahan bertambah ukuran dan tidak menunjukkan aktivitas fungsional. Pertumbuhan yang lambat ini sejajar dengan pertumbuhan

berat badan sewaktu hewan berangsur dewasa ( Toelihere, 1985 ). Pubertas, kecuali pada pada hewan hewan yang bermusim, umumnya terjadi apabila berat dewasa hamper tercapai dan kecepatan pertumbuhan mulai mennurun. Hal ini berarti bahwa timbulnya pubertas mungkin berhubungan melalui beberapa jalan dengan suatu perubahan keseimbangan antara pengeluaran gonadotropin dan hormone pertumbuhan oleh kelenjar adenohypophisa. Umur dan berat hewan sewaktu timbulnya pubertas berbeda beda menurut species. Karena pengaruh lingkungan, estrus sering terjadi pada umur yang sedemikian rendahnya sehingga apabila terjadi konsepsi maka kelahiran akan berbahaya karena kelahiran (Toelihere, 1985 ). Masa Pubertas : Kuda 10 24 bulan Sapi, bangsa eropah 6 18 bln Sapi, Brahman dan zebu 12 30 bln kerbau 2-3 thn Domba 6 12 bulan babi 5-8 bulan ( Toelihere, 1985 ).

2.2 FaktorFaktor Yang Memepengaruhi Pubertas Pubertas di control oleh mekanisme mekanisme fisiologik tertentu yang melibatkan gonad dan kelenjar adenohypophisa, maka pubertas tidak luput dari pengaruh factor herediter dan lingkungan yang bekerja melalui organ organ tersebut (Toelihere, 1985). Musim; pemeriksaan ovaria pada babi di rumah potong menunjukkan bahwa musim pemotongan, jadi musim kelahiran, mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pubertas (Toelihere, 1985 ). Suhu; pengaruh suhu lingkungan yang konstan terhadap timbulnya pubertas pada sapi sapi dara Brahman ( Zebu ). Pada sapi sapi dara yang dikandangkan pada suhu 800F ( 28.90C ) pubertas dicapai pada rata rata umur 398 hari dibandingkan dengan 300 hari pada 500 F (100C). Pada sapi sapi dara yang ditempatkan dengan kondisi luar, pubertas dicapai pada umur 320 hari. Makanan; makanan yang cukup perlu untuk fungsi endokrin yang normal. Tingkatan makanan tampaknya mempengaruhi sintesa pelepasan hormone dari kelenjar kelenjar endokrin (Toelihere, 1985). Faktor faktor genetic; faktor faktor genetic yang mempengaruhi umur pubertas dicerminkan oleh perbedaan antar bangsa, strain, kelompok pejantan dan oleh persilangan dan inbreeding. Pada umumnya, sapi sapi Brahman dan Zebu mencapai pubertas lebih lambat 6 sampai 12 bulan dari pada sapi sapi bangsa eropah ( Toelihere, 1985 ).

2.3 Gametogenesis Gametogenesis adalah proses diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa. Tergantung dari siklus hidup biologis organisme, gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen haploid. Gametogensis dibagi menjadi 3 fase: 1.Fase perbanyakan (multiplication) Oogonia/spermatogonia membelah, memperbanyak diri, yang makin lama makin tua dan akhirnya berhenti membelah. Selama fase ini setiap gambaran mitosis menunjukkan jumlah kromosom yang diploid. 2.Fase pertumbuhan (growth) Berlangsung setelah pembelahan sel-sel terhenti dan transformasi (perubahan bentuk) spermatogonia/oogonia oleh pertumbuhan menjadi spermatocyt I (berasal dari spermatogonia) atau spermatocyt primer dan oocyt I (berasal dari oogonia) atau oocyt primer. Di dalam pembetukan oocyt, perubahan ini disebabkan atau disertai oleh akumulasi yolk di dalam cytoplasmanya. 3.Fase pemasakan (maturation) Dalam spermatogenesis di dalam testis tiap spermatocyt I membelah sekali membentuk 2 sel yang disebut spermatocyt II (sekunder), dan kemudian masing-masing spermatocyt II membelah lagi hingga dari 2 sel ini terbentuk 4 sel yang disebut spermatid. Spermatid ini serupa besarnya dan masing-masing akan mengalami meta-morfologis menjadi spermatozoon. Di dalam fase ini pembelahan selnya bukan mitosis melainkan meisosis atau pembelahan reduksi. Meiosis I: Spermatocyt I Spermatocyt II, yang masing-masing berkromosom monoploid (haploid) Meiosis II: Spermatocyt II Spermatid, masing-masing berkromosom monoploid (haploid) Gametogenesis meliputi spermatogenesis dan oogenesis. spermatogenesis merupakan pembentukan sel kelamin jantan (inti sel sperma), oogenesis merupakan pembentukan sel kelamin betina (inti sel telur/ovum). Gametogenesis melibatkan proses pembelahan sel mitosis dan meiosis. 2.3.1 Spermatogenesis Proses spermatogenesis terjadi didalam tubula seminiferus testis. Proses ini dimulai dari proses diferensiasi sel-sel germinal primordial menjadi spermatogonium. Spermatogonium ini mempunyai jumlah kromososm diploid (2n). Spermatogonia ini menempati membran basah atau bagian terluar dari tubulus seminiferus. Spermatogonia ini akn mendapatkan nutrisi dari sel-sel

sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia akan bermitosis berkali-kali mebentuk spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. Proses pembentukan spermatosit sekunder, dimulai saat spermatosit primer menjauhi dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak, dan terjadilah meiosis pertama membentuk dua spermatosit sekunder yang masing-masing memiliki kromososm haploid (1n). Proses meiosis pertama ini langsung diikuti dengan pembelahan meiosis kedua yang membentuk empat spermatid masing-masing dengan kromosom haploid. Akhirnya spermatid akan bertranformasi membentuk spermatozoa. Proses spermatogenesis ini terjadim pada suhu normal tetapi lebih rendah dari pada suhu tubuh, dan proses ini juga dipengaruhi oleh sel sertoli (Isnaeni, 2006). Jumlah spermatozoa yang dihasilkan dalam sehari dari berbagai jenis ternak telah dilaporkan sebagai berikut:

Jenis ternak produksi prematozoa adalah : Domba 8 Sapi pedaging 4 Sapi Perah 7 Babi 15 - 20 Kuda 10

Jadi jika dilihat dari tahapannya, proses spermatogenesis dibagi menjadi tiga tahapan : 1.Tahapan Spermatocytogenesis Yaitu tahapan dimana spermatogonia bermitosis menjadi spermatid primer, proses ini dipengarui oleh sel sertoli, dimana sel sertoli yang meberi nutrisi-nutrisi kepada spermatogonia, sehingga dapat berkembang menjadi spermatosit. 2.Tahapan Meiosis Merupakan tahapan spermatosit primer bermiosis I membentuk spermatosis sekunder dan langsung terjadi meiosis II yaitu pembentukan spermatid, dari spermatosit sekunder. Proses ini terjadi saat spermatosit primer menjauhi lamina basalis, dan sitoplasma semakin banyak. 3.Tahapan Spermiogenesis

Merupakan tahapan terakhir pembentukan spermatozoa, dimana terjadi transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa. Tahapan ini terdiri dari empat fase : yaitu fase golgi, fase tutup. fase akrosom, dan fase pematangan.Setelah terbentuk spermatozoa, Sperma ini terdiri dari tiga bagian yaitu kepala sperma, leher sperma, dan ekor sperma. A. Kepala sperma, pada kepala sperma terdapat akrosoma yang terbentuk dari badan golgi dan mengandung enzim hialuronidase yang berfungsi untuk melisiskan bentuk telur. Pada bagian ini juga terdapat inti sperma yang menyimpan sejumlah kode/informasi genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. B. Leher Sperma, pada bagian ini banyak mengandung mitokondria, sehingga tempat ini merupakan tempat oksidasi sel untuk membentuk energi, sehingga sperma dapat bergerak aktif. C. Ekor Sperma, bagian ini merupakan alat gerak sperma menuju ovum (Syamsuri, 2003).

Mekanisme Descendens Testiculorum Dilihat penurun testes secara embriologi, testis dan mesonefros dilekatkan pada dinding belakang perut melalui mesenterium urogenital, dengan terjadinya degenerasi mesonefros pita pelekat tersebut berguna sebagai mesenterium untuk gonad. Kearah kaudal, mesenterium ini menjadi ligamentum genitalis kaudal. Sruktur lain yang berjalan dari kutub kaudal testis adalah gubernakulum yaitu pemadatan mesenkim yang kaya matriks ekstraseluar. Selanjutnya testis akan turun mencapai cincin inguinal interna, pada manusia sekitar bulan ketujuh, dan kemudian baru akan melewati kanalis inguinalis menuju ke scrotum. Selama proses penurunannya, testis diselubungi oleh perpanjangan peritoneum (prosessus vaginalis) yang mengarah ke skrotum fetal. Testis turun ke bawah di belakang prosessus vaginalis yang normalnya terobliterasi pada saat kelahiran membentuk pelapis testis paling dalam (tunica vaginalis). Faktor yang mengendalikan testis antara lain pertumbuhan keluar

bagian ekstraabdomen gubernakulum menimbulkan migrasi intrabdomen, pertambahan tekanan intrabdomen yang disebabkan pertumbuhan organ mengakibatkan turunnya testis melalui canalis inguinalis dan regresi bagian ekstraabdomen gubernakulum menyempurnakan pergerakan testis masuk ke dalam skrotum. Proses ini juga dipengaruhi oleh hormon androgen dan MIS( mullerian inhibiting substances).Lebih mudahnya penurunan testes terjadi melalu dua tahap atau dua fase, yaitu fase penurunan transabdominal dan fase migrasi inguino-scrotal. Pada fase pertama testis tertahan di annulus inguinalis internus oleh ligamentum kaudal yang disebut dengan Gubernakulum. Penahanan ini mencegah testis untuk bergerak naik seperti halnya ovarium pada betina. Perkembangan gubernakulum tergantung pada Insuline-Like Hormone 3 (INSL-3) dan reseptornya yaitu Leucine-rich repeat-containing G protein coupled receptor 8 (LGR-8). Pada fase yang kedua, testis bermigrasi dari area inguinalis interna menuju skrotum. Gubernakulum akan membesar dan akan menyebabkan pelebaran pada canalis inguinalis. Kemudian pengerutan dari gubernakulum dan adanya tekanan intra abdominal yang tinggi yang dapat mendesak testis untuk bergerak melalui canalis inguinalis. Fase inguino-skrotal ini tergantung pada androgen.

2.3.2 Kontrol hormonal pada Spermatogenesis Pada sapi dan domba terdapat 5-7 gelombang pada LH per hari., kemudian diikuti hal yang sama pada testosterone. Peranan pokok LH dalam pengaturan spermatogenesis adalah merangsang pelepasan testosterone. Hormone testosterone dan FSH berperanan pada tubuli seminiferi memacu berlangsungnya spermatogenesis. Testosterone memiliki peranan yang dominan pada tahap-tahap tertentu dalam spermatocytogenesis. FSH mempunyai peranan dominant dalam pengaturan spermiogenesis. Adapun testosterone dan FSH keduanya memiliki peranan secara langsung pada sel-sel benih (germ cells) dan atau tidak langsung melalui sel sertoli. Sel sertoli dipacu oleh FSH untuk menyekresikan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Androgen binding protein berfungsi sebagai carrier bagi testosterone, sehingga testosterone siap berperanan pada tubuli seminiferi selama berlangsung spermatogenesis dan transportasi spermatozoa menuju rete testis, vasa efferentia masuk epididymis. Androgen binding protein diabsorbsi dalam epididymis. Mekanisme control negative feedback dan positive feedback antara hypothalamus, pituitary, dan testis dalam pengaturan sekresi hormone-hormon gonadotropin (FSH dan LH) dan hormone gonadal steroid (testosterone), mungkin serupa dengan ternak betina. Prostaglandin dari golongan F, jenis dua alpha (PGF2) telah didemonstrasikan dapat memacu pelepasan LH dan testosterone. Maka secara tidak langsung PGF2 berperan dalam pengaturan feedback antara hypothalamus, pituitary anterior dan testes.

2.2.4 Bentuk Sperma Yang Tidak Normal Selama proses spermatogenesis maupun pada saat setelah diejakulasikan sering ditemui adanya bentuk sperma yang tidak normal (abnormal). Abnormal sperma dapat primer dapat pula sekunder. 1.Abnormalitas primer: abnormalitas yang terjadi pada saat spermatogenesis yaitu di dalam tubulus seminiferus Contohnya: Macrocephalic (kepala besar) Microcephalic (kepala kecil) Kepala dua Ekor dua Ekor melingkar Bagian tengah melingkar/bengkok Pyriformis 2.Abnormalitas sekunder: abnormalitas yang terjadi setelah sperma meninggalkan tubulus seminiferus, selama perjalanan di epididimis, ejakulasi dan faktor-faktor lain (suhu tinggi, tempat penampungan tidak bersih, dsb) Contohnya: Ekor/kepala putus Cytoplasmic droplet

2.2.5 Metabolisme energi pada spermatozoa Sumber energi pada spermatozoa: fruktosa, inositol, plasmalogen, sorbitol, GPC. 1.Fructosa 2 asam laktat + 2 ATP (14.000 calori) anaerob Terjadi pada saat penyimpanan 2.Fructosa CO2 + H2O + 38 ATP (266.000 calori) aerob Terjadi pada saluran reproduksi betina 3. ATP + H2O ADP + HPO3= + 7000 calori/mol SPERMATOGENESIS PENGERTIAN: Urutan peristiwa pembentukan sel sel sperma melalui pembelahan secara mitosis dan meiosis . Spermatogenesis terjadi dalam 2 proses , yaitu : MITOSIS dan MEIOSIS I & MEIOSIS II

Spermatogonium mengalami pembelahan mitosis membentuk spermatogonia A yang selanjutnya berkembang menjadi spermatogonia B Spermatogonia tumbuh dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer (2n) Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi 2 spermatosit sekunder (n) Spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis II menjadi 4 spermatid. Selanjutnya spermatid mengalami proses pematangan sperma (spermiogenesis) Spermatid mengalami proses pemadatan materi nukleus spermatid membentuk kepala spermatozoa, reduksi sitoplasma menjadi bagian middle dan ekor sperma, cap sperma (akrosom) berasal dari sel badan golgi. Sperma dibentuk di di tubulus seminiferus menuju epididimis untuk proses pematangan sperma (penambahan hormon, enzim dan gizi) Sperma menuju saluran vas deferens untuk penambahan cairan semen (kelenjar bulbouretralis, prostat, dan seminal vesikunalis)

2.3 Oogenesis Oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula dalam ovarium terjadi oosit primer yang kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk oosit sekunder (yang besar) dan benda kutub (yang kecil). Inti kedua sel tersebut sebenarnya sama besar, tetapi berbeda dalam jumlah plasma sel. Benda kutub itu tidak diketahui nasibnya dan tidak penting. Oogenesis sekunder kemudian membelah lagi menjadi sel ovum sempurna dan sel kutub kedua yang kecil. Sel kutub kedua itupun tidak berfungsi dalam reproduksi. Baik sel kutub primer dan sel kutub sekunder itu haploid, demikian pula ovum. Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel-sel primordial atau oogonium. Oogonium akan berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi

dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa pubertas. Pada masa pubertas terjadilah oogenesis. Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel-sel primordial atau oogonium. Oogonium akan berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa pubertas. 2.4 Proses Oogenesis 2.4.1 Sel-Sel Kelamin Primordial Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial. 2.4.2 Folikel Primordial Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer. 2.4.3 Oosit Primer Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA. 2.4.4 Pembelahan Meiosis Pertama Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. 2.4.5 Oosit Sekunder

Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.

2.5 Pengaruh Hormon dalam Oogenesis Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali. OOGENESIS PENGERTIAN: Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur . Oogenesis terjadi dalam 2 proses , yaitu : MITOSIS dan MEIOSIS I & MEIOSIS II

Sel sel primordial yang berada pada lapisan basal kantung ovarium berdiferensiasi menjadi sel oogonium Sel oogonium memperbanyak diri dengan pembelahan mitosis Sel sel oogonium tumbuh dan berdiferensiasi menjadi oosit primer dan berhenti ketika wanita baligh Hipofisis anterior menghasilkan hormon FSH untuk menstimulasi oosit primer melanjutkan pembelahan secara meiosis Oosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi oosit sekunder dan polotid Oosit sekunder yang sudah matang siap diovulasikan dari ovarium ke oviduk Jika ada sperma membuahi maka akan menstimulasi pembelahan meiosis II yang akan menghasilkan sel ovum dan polotid

Ovum akan tumbuh dan berkembang menjadi lapisan lapisan folikel (primer, sekunder, dan tersier). Folikel membesar dan membentuk antrum kemudian menjadi folikel de graff

Hormon estrogen menghambat FSH dan merangsang LH . Jika telur siap diovulasikan maka folikel de graff mengeluarkan sel telur (oosit sekunder) Oosit sekunder dilepaskan ke tuba Fallopi menunggu fertilisasi sperma, folikel de graff yang kehilangan sel ovumnya disebut korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron Jika terjadi fertilisasi, korpus luteum akan berkembang, progesteron berfungsi mempersiapkan terjadinya kehamilan Jika tidak terjadi kehamilan produksi progesteron akan menurun, korpus luteum terdegenerasi, endometrium meluruh dari dinding rahim / menstruasi

Lapisan sel telur yang matang : Cumulus Oophorus Corona Radiata Pellucida Zone

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Gametogenesis adalah proses diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa. Tergantung dari siklus hidup biologis organisme, gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen haploid. Gametogenesis adalah proses diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa. Tergantung dari siklus hidup biologis organisme, gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen haploid Gametogensis dibagi menjadi 3 fase:Fase perbanyakan (multiplication),Fase pertumbuhan (growt),Fase pemasakan (maturation) Proses spermatogenesis terjadi didalam tubula seminiferus testis. Proses ini dimulai dari proses diferensiasi sel-sel germinal primordial menjadi spermatogonium. Spermatogonium ini mempunyai jumlah kromososm diploid (2n). Spermatogonia ini menempati membran basah atau bagian terluar dari tubulus seminiferus. Spermatogonia ini akn mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia akan bermitosis berkali-kali mebentuk spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. Oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula dalam ovarium terjadi oosit primer yang kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk oosit sekunder (yang besar) dan benda kutub (yang kecil). Inti kedua sel tersebut sebenarnya sama besar, tetapi berbeda dalam jumlah plasma sel. Benda kutub itu tidak diketahui nasibnya dan tidak penting. Oogenesis sekunder kemudian membelah lagi menjadi sel ovum sempurna dan sel kutub kedua yang kecil. Sel kutub kedua itupun tidak berfungsi dalam reproduksi. Baik sel kutub primer dan sel kutub sekunder itu haploid, demikian pula ovum. Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel-sel primordial atau oogonium. Oogonium akan berkembang menjadi oosit primer.Proses Oogenesis terdiri Sel-Sel Kelamin Primordial,Folikel Primordial,Oosit Primer,Pembelahan Meiosis Pertama.

Anda mungkin juga menyukai