Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat

di antara para pelaku usaha. Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan yang keluar-masuk pasar. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di bidangnya. Perusahaan dituntut untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya, dengan cara meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaannya. Dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan perlu mengelola sumber daya yang dimilikinya se-efisien mungkin. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat meliputi, modal, tenaga kerja, mesin-peralatan, dan sebagainya. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan seringkali menemukan banyak hambatan, salah satunya ialah mengelola modal kerja yang tersedia menjadi optimal. Modal kerja adalah dana yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, pembayaran utang, dan pembayaran lainnya (Sutrisno, 2009:39). Jadi, dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar, yang meliputi kas atau bank, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan, yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

operasional perusahaan, serta digunakan untuk melunasi utang lancarnya, di mana tingkat perputarannya tidak lebih dari satu tahun. Modal kerja perusahaan harus dikelola seoptimal mungkin. Pengelolaan modal kerja yang tepat, dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sedangkan pengelolaan modal kerja yang tidak tepat, dapat menghambat proses produksi dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Indikator adanya pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi pengelolaan modal kerja (Husnan, 2007). Efisiensi pengelolaan modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), yang di dalamnya terkandung komponen kas, piutang, persediaan, dan utang lancar. Perputaran modal kerja dimulai saat kas pertama kali diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Semakin tinggi perputaran modal kerja, semakin optimal pula pengelolaan modal kerjanya, sehingga profitabilitas perusahaan juga meningkat. Dilihat dari sumber permodalannya, perusahaan di Indonesia dapat dibedakan menjadi perusahaan tertutup (private company) dan perusahaan terbuka (go public company). Private company mendapatkan tambahan modal dari pemiliknya, yaitu pemilik individual. Berbeda halnya dengan go public company, perusahaan ini mendapatkan tambahan modal dari hasil penjualan sahamnya kepada publik, dan dari laba ditahan. Oleh sebab itu, modal yang dimiliki oleh go public company pada umumnya relatif lebih besar dibandingkan private company. Berdasarkan pemaparan di atas, muncul suatu pertanyaan, apakah dengan semakin banyaknya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh go public company,

menyebabkan pengelolaan modal kerjanya

pun menjadi

lebih optimal

dibandingkan private company? Dapat kita lihat, perusahaan-perusahaan terbaik di Indonesia memang pada umumnya merupakan perusahaan yang telah go public, seperti PT. Astra International Tbk., PT. Unilever Indonesia Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk. Berdasarkan pengelolaan modal kerjanya, meskipun perusahaan-

perusahaan terbaik di bidangnya merupakan perusahaan yang go publik, tidak menutup kemungkinan bahwa private company dapat lebih optimal mengelola modal kerjanya, sehingga menghasilkan laba yang optimal pula dibandingkan dengan go public company. Adanya pandangan tersebut menimbulkan suatu gap, oleh sebab itu penulis akan melakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh go public food and beverages company versus private food and beverages company, terkait dengan profitabilitas.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dibentuk

rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pengelolaan modal kerja pada go public food and beverages company lebih optimal dibandingkan private food and beverages company? 2. Berdasarkan pengelolaan modal kerjanya, apakah go public food and beverages company dapat menghasilkan laba yang lebih optimal

dibandingkan private food and beverages company?

1.3

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan optimalisasi pengelolaan modal kerja pada food and beverages go public company dan private company. 2. Mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap profitabilitas food and beverages go public company dan private company.

1.4

Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, adapun manfaat dari

penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademik: a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait tentang pengelolaan modal kerja. b. Memberikan informasi dan gambaran riil kepada mahasiswa mengenai pengelolaan modal kerja perusahaan terbuka dan tertutup. 2. Manfaat Praktik: a. Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan yang merupakan obyek penelitian ini, khususnya dalam mengelola modal kerja se-efisien mungkin, agar dapat menghasilkan laba yang optimal. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan dan pengambilan keputusan, mengenai pengelolaan modal kerja.

c. Memberikan informasi dan gambaran riil kepada masyarakat umum mengenai pengelolaan modal kerja perusahaan terbuka dan tertutup.

1.5

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima

bab, yaitu: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang penelitian terdahulu, uraian teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian analisis data yang diteliti serta hasil dari penelitian. BAB 5 PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu Penelitian yang bertema tentang efisiensi pengelolaan modal kerja ini,

mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Adapun 3 penelitian terdahulu yang digunakan ialah sebagai berikut. Penelitian pertama dilakukan oleh Kulkanya Napompech (2012), dengan judul Effect of Working Capital Management on the Profitability of Thai Listed Firms, hasil penelitiannya ialah bahwa profitabilitas perusahaan yang berada di Thailand (yang diproxy-kan dengan laba kotor), dapat dipengaruhi oleh periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang, periode pembayaran utang, periode keterikatan dana pada modal kerja, serta ukuran perusahaan. Penelitian kedua dilakukan oleh Melita, Maria, dan Petros (2010), dengan judul The Effect of Working Capital ManagementOn Firms Profitability: Empirical Evidence From An Emerging Market, hasil penelitiannya ialah bahwa profitabilitas perusahaan (yang diproxy-kan dengan ROA), dapat dipengaruhi oleh periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang, periode pembayaran utang, periode keterikatan dana pada modal kerja, serta pertumbuhan penjualan, namun dalam penelitian ini ukuran perusahaan tidak mempengaruhi tingkat profitabilitas. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dikti Kusmeidi Ruwindas (2011), dengan judul Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi

Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya), hasil penelitiannya ialah bahwa profitabilitas perusahaan (yang diproxy-kan dengan laba sebelum pajak), dapat dipengaruhi oleh pengelolaan modal kerjanya. Berdasarkan dari ketiga hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan modal kerja dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan, baik perusahaan yang sudah go publik maupun perusahaan tertutup. Hanya saja, besarnya pengaruh tersebut, sangat ditentukan oleh pengelolaan modal kerja masing-masing perusahaan. Adapun penelitian terdahulu dan penelitian sekarang memiliki persamaan dan perbedaan. Tabel 2.1 Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang Penelitian sekarang Dikti (2011) Profitabilitas CV Dandy Handycraft Tasikmalaya Dessy Natalia (2013) Profitabilitas Perusahaan food and beverages tertutup dan terbuka Sampel Periode 255 2007-2009 430 1998-2007 1 2003-2010 10 2007-2012

Keterangan Nama Kulkanya (2012) Rasio Objek

Penelitian terdahulu Melita, dkk (2010) Profitabilitas Semua industri yang terdaftar di Bursa Efek Cyprus

Profitabilitas Semua industri yang terdaftar di Bursa Efek Thailand

Sumber: Kulkanya (2012), Melita dkk (2010) dan Dikti (2011)

2.2

Landasan Teori Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan

dengan penelitian. Teori tersebut meliputi laporan keuangan, rasio keuangan, dan modal kerja. 2.2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan perusahaan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas atau laporan arus dana (Wikipedia, 2013). Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba rugi. 1. Neraca Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajibankewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of financial position, karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow report.

2.

Laporan laba-rugi Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan

yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut: a. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau jasa) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. b. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses). c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income and expenses). d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. 2.2.2 Rasio Keuangan Menurut Munawir (2007:65), analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Menurut Weston dan Brigham (2001:138), rasio keuangan meliputi rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, pertumbuhan, dan evaluasi.

10

Penelitian ini, hanya menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas ini diindikasikan melalui Gross Profit Margin, yang berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. 2.2.3 Modal Kerja Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Uang yang telah dikeluarkan diharapkan dapat kembali masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek dari hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus-menerus berputar setiap periodenya selama perusahaan masih berjalan. Pengertian Modal Kerja Menurut Munawir (2007:114-116) ada 3 konsep pengertian modal kerja: 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang

11

bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya. 3. Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan

12

digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya: Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut. Untuk tahun ini sebagian aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok barang yang dijual dan laba yang didapat dari penjualan barang tersebut. Harga pokok dari barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja. Jenis Modal Kerja Jenis modal kerja menurut Riyanto (2010:61) digolongkan menjadi 2 yaitu modal kerja permanen dan modal kerja variabel. 1. Modal kerja permanen ialah modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk menjalankan fungsinya secara terus menerus untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen terdiri dari 2 modal kerja yaitu: a. Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus tersedia pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha atau operasinya. b. Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal kerja variabel ialah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:

13

a.

Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b.

Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c.

Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah (tidak tentu) karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Pentingnya Modal Kerja Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang besar dan saksama dari manager keuangan. Karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar dalam menjalankan bisnis. Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran operasi sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan memberikan beberapa keuntungan lain. Menurut Munawir, dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (2007:116-117), pentingnya modal kerja ialah sebagai berikut: 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

14

2.

Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

3.

Menjamin dimilikinya kredit perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4.

Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

5.

Memungkinkan bagi para pengusaha untuk memberi syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi para pelanggannya.

6.

Memungkinkan bagi para perusahaan untuk dapat beropersi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

Sumber Modal Kerja Kebutuhan modal kerja akan terus meningkat seiring dengan

perkembangan usaha perusahaan. Sumber modal kerja dapat bersal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Menurut Munawir (2007:120), pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari: 1. Hasil operasi perusahaan. Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugilaba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang bersasal dari operasi perusahaan. 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

15

Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. 3. Penjualan aktiva tidak lancar. Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang sudah tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. 4. Penjualan saham atau obligasi. Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan, di samping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan obligasi. Penggunaan Modal Kerja Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja (Munawir 2007:125) adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, dan supplies kantor.

16

2.

Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya.

3.

Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang misalnya dana obligasi, dana pensiun pegawai, dan dana ekspansi.

4.

Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya utang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5.

Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotik, utang obligasi serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar atau adanya penurunan utang jangka panjang.

6.

Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas. Di samping itu terdapat pemakaian modal kerja atau aktiva lancar yang

tidak merubah jumlah modal kerja maupun jumlah aktiva itu sendiri yaitu pemakaian modal kerja yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar misalnya: 1. 2. 3. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang menjadi piutang wesel.

17

Efisiensi Modal Kerja Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi, 2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali. Adanya kelebihan modal kerja dalam perusahaan dapat disebabkan oleh: 1. 2. 3. Pengeluaran obligasi/saham dalam jumlah yang lebih dari yang diperlukan. Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti. Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran dividen, untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan lain yang serupa. 4. Konversi atau perubahan aktiva tetap ke dalam modal kerja. Konversi perubahan bentuk yang tak disertai dengan penggantian dari aktiva tetap ke dalam modal kerja dengan jalan proses depresiasi, deplesi dan amortisasi. 5. Karena akumulasi atau penimbunan sementara dari berbagai dana yang disediakan untuk investasi-investasi dan sebagainya. Sedangkan terjadinya kekurangan modal kerja menurut Wijaya (1995: 9396) dapat disebabkan oleh : 1. 2. 3. 4. 5. Karena kerugian usaha. Adanya kerugian luar biasa (Extraordinary Losses). Kebijakan dividen yang kurang baik. Penggunaan modal kerja untuk memperoleh aktiva tak lancar. Kenaikan tingkat harga umum

18

Indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dilihat dari perputaran modal kerja (Husnan, 1997:98) yang dimulai dari aset kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisiens yang pada akhirnya rentabilitas semakin tinggi. Pengukuran Efisiensi Modal Kerja Untuk mengukur efisiensi modal kerja dapat diukur dari kebutuhan modal kerja perusahaan. Besarnya modal kerja suatu perusahaan ditentukan dengan 2 metode, yaitu: (Sutrisno 2012:45) 1. Metode Keterikatan Dana Pada metode ini terdapat dua faktor, yakni periode terikatnya modal kerja dan proyeksi kebutuhan kas rata-rata per hari. Periode terikatnya modal kerja adalah jangka waktu yang diperlukan mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi. Semakin lama periode terikatnya modal kerja akan semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian sebaliknya bila periode terikatnya modal kerja semakin kecil kebutuhan modal kerja juga semakin kecil. Sedangkan pengeluaran kas per hari, merupakan pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong, pembayaran upah dan pembayaran biaya pemasaran.

19

2.

Metode Perputaran Modal Kerja Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan dengan cara menghitung

perputaran elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.

2.3

Kerangka Berpikir Kerangka berpikir untuk penelitian mengenai perbandingan efisiensi

pengelolaan modal kerja pada go public company dan private company terkait dengan profitabilitas, dapat digambarkan sebagai berikut. Efisiensi Modal Kerja

Perputaran kas Perputaran persediaan Perputaran piutang

Perputaran utang

Perputaran Modal Kerja

Profitabilitas

20

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya adalah untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai hubungan antara fenomena yang diuji, di mana dalam hal ini penelitian akan menggambarkan efisiensi pengelolaan modal pada perusahaan food and beverages yang tertutup maupun terbuka, serta mengetahui besarnya keterkaitan antara efisiensi pengelolaan modal kerja perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang dapat dihasilkan.

3.2

Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan enam variabel, yang meliputi: (1) perputaran

kas, (2) perputaran persediaan, (3) perputaran piutang, (4) perputaran utang dagang, (5) perputaran modal kerja, (6) marjin laba kotor (gross profit margin).

3.3

Definisi Operasional Bagian ini menjelaskan tentang definisi operasional dari variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Perputaran Kas Perputaran kas (cash turnover) adalah berapa kali perusahaan telah memutar kas selama periode pelaporan, yang dihitung dari omset tunai berdasarkan

21

pendapatan perusahaan dibagi saldo kas rata-rata selama periode tersebut. Perputaran kas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki siklus kas yang cepat (Kamus bisnis, 2013). Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang rebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti behwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. sebaliknya kalau perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. 2. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar selama satu periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan rata-rata. Besarnya tingkat perputaran persediaan tergantung pada sifat barang, letak perusahaan dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat disebabkan over investment dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan efektif menghasilkan laba. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggi menunjukkan suatu keadaan yang baik (Ilmu-ekonomi, 2013). 3. Perputaran Piutang

22

Perputaran piutang (accounts receivable turnover) adalah rasio penjualan kredit bersih dengan piutang usaha rata-rata. Ini adalah ukuran seberapa cepat pelanggan membayar tagihan mereka. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar. 4. Perputaran Utang Dagang Utang dagang merupakan utang yang timbul karena kegiatan biasa bisnis, saat perusahaan membeli dari pemasoknya, yang mengijinkan perusahaan untuk membayar setelah pengantaran barang atau jasa tersebut (Keown, 2000:651). Utang dagang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan jangka pendek. Perputaran utang dagang dapat diukur dengan membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata utang dagang. Semakin kecil perputaran utang dagang perusahaan, semakin baik. 5. Perputaran Modal Kerja Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir 2007:80). 6. Marjin Laba Kotor (gross profit margin)

23

Marjin laba kotor adalah perbedaan antara biaya marjinal dan pendapatan penjualan, dihitung dengan laba kotor dibagi dengan penjualan bersih, dan dinyatakan dalam persentase (Kamus bisnis, 2013). Rasio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Data gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross profit margin ratio yang diperoleh dan bila dibandingkan standar rasio akan diketahui apakah marjin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya (Munawir, 2001:99).

3.4

Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer, maupun data sekunder. Data

primer meliputi data mengenai gambaran umum perusahaan tertutup serta laporan keuangan, yang didapatkan melalui survei perusahaan dan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan terkait. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data mengenai gambarau umum perusahaan terbuka beserta laporan keuangannya, yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia melalui situs resminya, yaitu www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

3.5

Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian berupa survei

perusahaan dan wawancara dari pihak manajemen perusahaan tertutup, guna

24

mendapatkan informasi berupa gambaran umum perusahaan beserta laporan keuangannya, serta menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan ICMD serta dari berbagai buku pendukung, dan literatur lainnya. 3.6 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.6.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008:115). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages tertutup dan terbuka yang terdaftar di BEI. 3.6.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2008:116). Sampel dalam penelitian ini adalah lima perusahaan food and beverages yang terbuka, dan lima perusahaan food and beverages yang tertutup. Adapun daftar perusahaan food and beverages yang terbuka dan tertutup, ialah sebagai berikut. No. 1 2 3 4 5 Perusahaan Tertutup PT. Tirta Bahagia PT. Sinar Sosro PT. Manohara Asri PT. Garudafood PT. Wings Food Perusahaan Terbuka PT. Akhasa Wira International Tbk. PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk. PT. Mayora Indah Tbk. PT. Siantar Top Tbk. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

25

3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan cara simple random sampling. Menurut Sugiyono (2008:118), probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Simple Random Sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

3.7

Teknik Analisis Data Penelitian ini akan menganalisis efisiensi pengelolaan modal kerja, yang

diukur melalui perputaran kas, piutang, persediaan, utang dagang, dan perputaran modal kerja. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis rasio profitabilitas, yang diukur melalui Marjin laba kotor (gross profit margin). Guna mengetahui besarnya pengaruh efisiensi pengelolaan modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan, hasil dari efisiensi pengelolaan modal kerja diregresikan dengan rasio profitabilitas (marjin laba kotor). 3.7.1 Analisis Efisiensi Pengelolaan Modal Kerja Untuk menganalisis efisiensi modal kerja menggunakan metode

perputaran modal kerja. Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran

26

utang (Sutrisno 2012:47). Langkah-langkah dalam menentukan efisiensi pengelolaan modal kerja, ialah sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata aktiva lancar dan utang lancar yang digunakan sebagai

unsur modal kerja. Rata-rata kas =

Rata-rata persediaan =

Rata-rata piutang =

Rata-rata utang dagang =

2.

Menghitung perputaran unsur-unsur modal kerja Perputaran unsur-unsur modal kerja di atas, dihitung dengan menggunakan

metode perputaran (turnover), sebagai berikut:

Perputaran Kas =

= .... kali

Perputaran Piutang =

= .... kali

Perputaran Persediaan =

= .... kali

Perputaran Utang =

= .... kali

27

3.

Menghitung periode keterikatan dana pada masing-masing unsur modal kerja Periode keterikatan dana pada masing-masing unsur modal kerja, dihitung

dengan tujuan untuk mengetahui periode keterikatan dana pada modal kerja perusahaan.

Periode terikatnya kas =

x 1 hari = .... kali (p)

Periode terikatnya piutang =

x 1 hari = .... kali (q)

Periode terikatnya persediaan =

x 1 hari = .... kali (r)

Periode terikatnya utang =

x 1 hari = .... kali (s)

4.

Menghitung periode keterikatan dana pada modal kerja Periode keterikatan dana pada modal kerja, dihitung untuk mengetahui

perputaran modal kerja perusahaan. Periode keterikatan dana pada modal kerja = p + q + r + s

5.

Menghitung perputaran modal kerja Perputaran modal kerja merupakan tolok ukur dari penilaian efisiensi

pengelolaan modal kerja suatu perusahaan. Adapun formula perputaran modal kerja, ialah sebagai berikut. Perputaran modal kerja= (s) = .... kali

28

3.7.2 Analisis Profitabilitas Perusahaan Rasio profitabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah marjin laba kotor (gross profit margin). Adapun formulanya, ialah sebagai berikut. Marjin Laba Kotor (GPM) = x 100%

3.7.3 Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Profitabilitas Penelitian ini tidak hanya menghitung besarnya efisiensi pengelolaan modal kerja perusahaan, dan tingkat profitabilitasnya, namun juga mengukur besarnya pengaruh efisiensi pengelolaan modal kerja terhadap tingkat

profitabilitas yang dapat dihasilkan perusahaan. oleh sebab itu, peneliti akan melakukan uji regresi berganda, yang meliputi uji-F dan uji-t. Data yang sudah dihitung sebelumnya, akan dianalisis dengan menggunakan e-views 7.

29

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Charitou, M.S., Maria, E., Lois, P., 2010, The Effect of Working Capital Management On Firms Profitability: Empirical Evidence From An Emerging Market, Journal of Business & Economics Research, Volume 18 No. 12:63-68.

Horne, J. C. V., dan Wachowicz, J. M., 2009, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

Houston, J. F., dan Brigham, E. F., 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, S., 2007, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty.

Napompech, K., 2012, Effects of Working Capital Management on the Profitability of Thai Listed Firm, International Journal of Trade, Economics and Finance, Volume 3 No. 3:227-232. Riyanto, B., 2010, Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE.

Ruwindas, K. D., 2011, Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya).

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, 2012, Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ekonosia.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonosia.

Anda mungkin juga menyukai