Anda di halaman 1dari 6

Shale Gas Nisa Indah Pujiresya Dear all..

saya nisa, saat ini masi kuliah semester 6 di Padjadjaran University. Awal Feb, saya mengikuti 6th SEAPEX-AAPG SLC di Jogja. Dalam rangkaian seminar di acara tsb, saya tertarik untuk tahu lbh banyak mengenai gas shale reservoir, terutama di Indonesia. Apa karakteristik utama yg cocok menjadi gas shale reservoir? mungkin tidak diterapkan/ dikembangkan di Indonesia? Mohon pencerahan dari akang teteh semuanya.. Terimakasih Nisa I. Pujiresya Dear kang Joi, Kang Rawindra, Kang Fajri, dan Kang Hidayat Terimakasih atas info serta link2 yang diberikan. saya ingin cari referensi lbh bnyk mengenai shale gas karena berencana ingin meng-arrange satu course ttg bahasan materi tsb di kampus. kebetulan materi tsb belum pernah diberikan di course2 yg pernah diadakan sebelumnya. Mungkin akang2 mau share ilmu di Unpad.. Rawindra Nisa, Ciri utama shale gas adalah tingginya TOC (total organic carbon) karena punya hubungan linier dgn kandungan gas. Parameter ini biasanya juga sepadan dgn thermal maturity dari reservoar. Lazim diukur di lab dari inti batuan (core sample) berdasarkan vitrinite reflectance; bila >1 mengindikasikan gas window. Saya agak sangsi dgn prospek pengembangan shale gas di tanah air, karena memerlukan teknologi hydraulic fracturing yang mahal (di sini) untuk membebaskan gas dari matriks batuan serpih. Seperti biasa tergantung keekonomian ... Takutnya di sini masih lebih mudah dan lebih murah mengembangkan sandstone atau carbonate gas daripada shale gas. Nisa Indah Pujiresya tanya lagi ya kang Rawindra...

jadi untuk mengetahui apakah shale tsb prospek atau tidak, hanya dari geochemical analysis saja? dari segi kedalaman dmn shale berada, apakah berpengaruh jg pada kualitas gas? melihat lapangan2 yg sudah diproduksi di indonesia, bisa tidak diterapkan jg pengembangan shale gas, apa harus dikembangkan di frontier area? Rawindra Sebaiknya yg menjawab kawan2 G&G, karena shale gas di sini masih pada tahap eksplorasi atau setidaknya tahap appraisal. Menurut saya, analisis geokimia pasti tidak cukup untuk menilai prospectivity. Studi regional perlu utk mengukur sebaran/ketebalan formasi yang selanjutnya dipakai menghitung potensi (bulk volume) dari shale gas. Mengenai kedalaman formasi shale, saya kira makin dalam makin baik atau makin tinggi TOCnya, kan proses dlm hydrocarbon kitchen itu kombinasi P,T dan umur. Juga dalam memproduksi sumur2nya, flowing bottomhole pressure yg tinggi akan menghemat biaya (atau menunda penyediaan) kompresor gas. Frontier area? Maksudnya offshore, deep sea? Lupakan saja. Sebab rekening frac job dari Schlumberger, Halliburton atau BJ bisa jutaan $/sumur. Itu pun akan menhasilkan gas well deliverability maksimum 10 mmcfd, dan frac job itu biasanya harus diulang setiap 2 - 3 thn. Saya punya bbrapa literatur mengenai Barnett shale gas development, yg riwayat pengembangannya sdh lebih 10 thn; bisa dikirim via japri atau baiknya diupload melalui perkenan mas moderator. Hidayat Kebetulan sore ini baca artikel menarik tentang shale gas. bisa di cek link d bawah ini http://www.fool.com/investing/general/2011/02/07/unconventional-gas-isnow-lurking-in-asia.aspx yang di katakan pak rawindra benar soal harga satu sumur untuk hydraulic proppant frac bisa mencapai jutaan dollar, tergantung berapa stages frac yg d lakukan. pengalaman saya di south east texas paling banyak dapat mencapai 18 stages untuk satu sumur dengan kedalaman 12000 ft untuk TVD dan 18000 ft untuk MD nya. tapi harga nya mesti disesuaikan dengan price lokal terutama harga proppant nya.

untuk di indonesia mungkin harus ada studi lanjutan lagi, karena tidak semua shale mempunyai tingkat ke ekonomisan yang sama, bisa jadi kandungan clay di shale yg ada di indonesia lebih tinggi di banding negara lain yang berdampak tidak optimumnya Conductivity yang di hasilkan frac terhadap biaya dari project tersebut. mungkin kawan2 yang lain dapat menambahkan. Muhammad Walfajri Sekadar tambahan info mengenai shale gas. Ini saya copykan dari email2 lama di milist IAGI. WK Gas Shale Segera Ditawarkan Jakarta, Jumat 12 Maret 2010 Untuk mempercepat pengembangan gas unconventional, terutama gas shale, Pemerintah akan segera menawarkan wilayah kerja gas shale, baik melalui joint study maupun lelang reguler. Kami akan lakukan penawaran secepatnya. Sekarang masih dipersiapkan, ungkap Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas A. Edy Hermantoro. Wilayah kerja gas shale yang akan ditawarkan terutama berlokasi di daratan (onshore). Pertimbangannya, biaya yang dikeluarkan akan lebih murah atau ekonomis. Sekarang kita onshore dulu, yang biayanya murah, katanya. Dikatakan, pada saat ini Pemerintah sedang melakukan persiapan secara teknis yaitu melakukan pemetaan lokasi-lokasi yang potensial untuk dikembangkan gas shale-nya. Setelah secara teknis selesai, kita mempersiapkan regulasinya. Isinya antara lain pengaturan bisnis pengusahaan, imbuh Edy. Meski masih dalam taraf persiapan, jika ada investor yang ingin melakukan penelitian mengenai potensi gas shale di lokasi tertentu, menurut Edy, hal itu bisa saja dilakukan. Kalau ada investor yang mau paralel yaitu mencari (besaran) potensinya, silakan saja. Itu butuh waktu sekitar 6 bulan. Setelah itu dia bisa melakukan joint study. Malah bisa lebih cepat, paparnya. Potensi gas shale Indonesia terutama berada di Kawasan Indonesia Timur. Berdasarkan data yang dikeluarkan ITB, potensi gas shale mencapai 1.000 TCF. Namun hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut. Gas shale adalah gas yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Gas shale ekonomis dikembangkan jika letaknya

tidak terlalu di dalam bumi yaitu sekitar 300-400 meter di bawah permukaan. Di Amerika, gas shale telah dikembangkan sejak tahun 2000 dan pada 2004 diperkirakan dapat menghasilkan gas sebesar 16 BCF. Australia juga telah mengembangkan gas shale dan diperkirakan mulai dapat berproduksi pada 2015-2016. Eropa juga baru mulai mengembangkan gas shale. Makanya kita jangan ketinggalan. Ini kan berebut investor, ujar Edy. From: Awang Satyana Saya kebetulan jadi salah satu anggota di Tim Migas untuk Penawaran Shale Gas ini. Ada beberapa hal yang harus diluruskan dari berita tersebut dan beberapa info awal (sekali). Tim baru terbentuk dan masih mengumpulkan ide2 serta pandangan2 dari berbagai pihak. 1. Terminologi - yang benar adalah shale gas, bukan gas shale sebab gas shale adalah shale yang cenderung menghasilkan gas (gas prone shale), gas dari shale source rocks bisa bermigrasi ke reservoir batupasir, batugamping, Basement, dsb. ; sedangkan yang dimaksudkan di sini adalah ekstraksi gas dari "reservoir" shale, sehingga meskipun perbedaannya tipis, sudah disepakati di Tim bahwa terminologi yang dipakai adalah shale gas. Lihat publikasi AAPG tentang Barnett shale, itu pun menggunakan terminologi shale gas, bukan gas shale. 2. Telah disepakati pula di Tim bahwa regulasi yang akan ada nantinya mengatur ekstraksi hidrokarbon dari shale sebagai "reservoir", bukan hanya shale gas, tetapi juga shale oil (minyak yang diekstraksi dari shale "reservoir") sebab terdapat kasus juga bahwa ada oil yang diekstraksi dari shale; bagaimana kalau nanti regulasinya shale gas terus yang diekstraksi ternyata minyak -apakah butuh regulasi shale oil ? Untuk mengantisipasi ini maka regulasi dibuat umum, yaitu ekstraksi hidrokarbon dari "reservoir" shale. 3. Oil shale tidak sama dengan shale oil; oil shale adalah oil-prone shale source rocks yang tersingkap di permukaan yang ditambang lalu secara industri diekstraksi sedemikian rupa sehingga minyaknya bisa dikeluarkan ("diperas') meniru generasi minyak di bawah sana. Sementara shale oil adalah minyak yang diekstraksi di sumur yang menembus shale sebagai source rocks dan memaksanya mengeluarkan minyak melalui fracturing, seperti pada pekerjaan shale gas recovery. 4. Shale oil cenderung terdapat di wilayah2 dalam (kitchen) di Indonesia Barat (kandidat utama : Central Sumatra, Sunda-Asri, West Natuna, Barito), sementara shale gas terdapat di kitchen2 Indonesia Timur (mis Lengguru, Masela Deep).

5. Rencananya, regulasi tidak akan diterapkan ke semua company/kontraktor. Bila ada existing company yang di dalam WK-nya ada kitchen yang punya potensi shale gas/oil; maka si company bisa melakukan eksplorasi shale gas/oil tersebut tanpa menggunakan kontrak baru. Tetapi bila ada kitchen ex relinquishment (jadi wilayah terbuka) yang dipelajari berpotensi mengandung shale gas/oil; maka untuk mendapatkan WK di wilayah kitchen tersebut, harus melalui regulasi shale reservoir ini. Sedapat mungkin harus dihindari tumpang tindihnya berbagai kontrak (migas, shale reservoir, cbm, batubara, pertambangan, dll.) di WK yang sama. 6. Secara teknis, shale gas dan shale oil recovery hanyalah menambah tingkat efiesiensi ekspulsi gas dan minyak dari shale. Secara alami, shale source rocks mengeluarkan (ekspulsi) minyak atau gas yang digenerasikannya bila dua syarat terpenuhi : (1) volume generasi minyak/gas di dalamnya sudah cukup, (2) tersedia microfracturing sebagai jalan ekspulsi. Bila dua syarat itu dipenuhi, maka terjadilah ekspulsi (first migration) yang kemudian akan memasuki trap melalui secondary migration. Microfracturing terjadi melalui berbagai mekanisme, a.l. overpressure dan generasi minyak/gas sendiri. Bila efisiensi ekspulsi suatu shale di dalam kitchen untuk mengeluarkan gas adalah 60 %, maka artinya masih terdapat 40 % gas yang sudah tergenerasikan yang tak bisa dikeluarkan; teknologi fracturing dalam shale gas menolong sisa gas yang tak terkeluarkan secara alami itu (misalnya karena minimalnya natural microfracturing) untuk diproduksikan. 7. Beberapa Kontraktor migas besar di Indonesia telah diindikasikan akan mengerjakan shale gas/shale oil pada masa depan. Tim akan mengundang mereka untuk mengetahui ide dan pandangan2nya sebelum regulasi dibuat. Potensi Indonesia untuk shale gas/shale oil cukup baik, bagaimana membuat regulasinya agar menarik calon investor tetapi juga sekaligus dapat bermanfaat dan menguntungkan Negara/Indonesia tentu perlu pemikiran dan seni2 tertentu. Joi Surya Dharma Mba Nisa, Walaupun saya tidak tahu banyak tentang Shale Gas namun saya sempat hadir di sesi Tapping Indonesia's Unconventional Gas Resource, dan 3 dari 4 pembicaranya memaparkan khususnya tentang Shale Gas terutama di Indonesia. Berikut potensi yang sudah di Map ESDM dan ITB,

Jika ingin download paparan lengkap Shale Gas, silahkan klik http://joi4energy.com/breaking-news/ kemudian scroll down cari berikut INDOGAS 2011 Conference, with theme Clean Energy for Sustainable Development Didalamnya pilih Panel Discussion 3.

Anda mungkin juga menyukai