Anda di halaman 1dari 26

HAKIKAT PENGGUNAAN AKUNTANSI MAKALAH (Teori Akuntansi) diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pada mata kuliah

Teori Akuntansi dibimbing oleh: Dr.Rozmita Dewi YR.,S.Pd.,M.Si

disusun oleh: Rizal Alfian Gian Santika Ghia Giovani Hilmi Mutashim Imas Siti Nurhasanah Nisa Gina Hanifah 1003044 1002141 1003038 1005471 1001775 1006670

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan nikmat iman dan islam sehingga kita masih dapat berjihad di jalan-Nya dalam rangka menuntut ilmu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Allah. Salawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa umat manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang menderang. Disusunnya Makalah ini, ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Teori Akuntansi yang membahas tentang Hakekat Penggunaan Akuntansi. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Disadari sepenuhnya, bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, baik dalam penyajiannya, maupun penguraianya. Oleh karena itu, besar harapan penulis, semoga pembaca khususnya dosen pembina, dapat memaklumi kekurangan yang terdapat pada makalah ini, karena penulis masih dalam tahap proses pembelajaran. Karena segala kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Bandung, 21 September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 2.1 DEFINISI DAN PERANAN AKUNTANSI.................................................2 2.1.1 Definisi akuntansi....................................................................................2 2.1.2 Akuntansi : seni atau ilmu.......................................................................3 2.2.3 Sifat dan peranan akuntansi....................................................................3 2.2 PENGUKURAN DALAM AKUNTANSI...................................................4 2.2.1.Hakikat Pengukuran dalam Akuntansi ...................................................4 2.2.2.Jenis Ukuran............................................................................................4 2.2.3.Jenis-jenis skala.......................................................................................6 2.3 PEMIKIRAN AKUNTANSI PENCATATAN BERPASANGAN ..............6 2.5 KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN PERUBAHANNYA...........................13 2.6 AKUNTANSI YANG DIRANCANG.........................................................13 2.6.1. Hipotesis kesalahan penyajian keuangan secara selektif.....................13 2.6.2. Perataan laba........................................................................................14 2.6.3. Manajemen laba...................................................................................14 2.6.4. Kreativitas dalam akuntansi.................................................................15 2.6.5. Kecurangan dalam akuntansi...............................................................15 2.7 PROLETARISASI TEKNIS DAN IDEOLOGI PARA AKUNTAN.........16 2.8 KESADARAN PARA PENGGUNA YANG DIREKAYASA...................17 2.9 PERSFEKTIF ETIKA DALAM AKUNTANSI.........................................18 2.9.1 Etika utilitarian......................................................................................18 2.9.2 Etika deontologi....................................................................................20 2.9.3 Pemikiran akan kelayakan.....................................................................21 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

ii

BAB I PENDAHULUAN Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered Accountant (FCA, CA or ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant (ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public Accountant (CPA) dan Certified General Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan yang bersertifikat disebut BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik. Peranan seorang akuntan didalam sebuah perusahaan sangat penting, karena secara tidak langsung seorang akuntan memberikan infomasi terkait kegiatan yang dijalankan oleh sebuah perusahaan. Adanya informasi akuntansi dapat menentukan arah perusahaan dalah hal penentuan strategi untuk jangka pendek maupun jangka panjang serta pelaksanaan kegiatan operasi yang dijalankan terkait dengan kegiatan bisnis harus terus berjalan. Seorang akuntan harus dapat menyusun informasi yang sebenar-benarnya terjadi tanpa ada hal yang di tutupi sehingga dalam penggunaanyatidak terjadi kekeliruan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI DAN PERANAN AKUNTANSI 2.1.1 Definisi akuntansi Definisi akuntansi seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American Institute of Certified Public (AICPA) adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dalam satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang sebagian umumnya memiliki sifat keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya. Definisi akuntansi menurut Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison (2007:4) adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Kesimpulannya bahwa akuntansi itu adalah sesuatu yang mengukur bisnis, dari mulai penggolongan transaksi dan pengumpulan data lainnya menjadi laporan keuangan, dan setelah selesai menjadi laporan keuangan akan diambil suatu keputusan dari laporan tersebut. Definisi-definisi diatas menjelaskan akuntansi sebagai suatu seni atau suatu aktivitas jasa dan mengartikan bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna untuk bidang-bidang tertentu. The Handbook of Accounting menegaskan bidang-bidang berikut ini dimana akuntansi dapat memberikan manfaatnya, yaitu : pelaporan keuangan, penentuan dan perencanaan pajak, audit-audit independen, pemrosesan data dan sistem informasi, akuntansi manajemen dan biaya, akuntansi laba nasional dan konsultasi manajemen. Telah banyak riset dan praktik yang telah membawa akuntansi ke batas yang baru menjadikan akuntansi sebuah ilmu yang lengkap. Misalnya, sebagai tambahan dari jasa audit tradisional, para akuntan dapat memberikan banyak macam jasa yang berhubungan dengan kualitas dari informasi. Dikenal sebagai jasa assurance, jasa ini adalah jasa professional independen untuk meningkatkan kualitas informasi ataupun isinya bagi pengambil keputusan.

2.1.2 Akuntansi : seni atau ilmu Seiring dengan banyaknya perdebatan yang berkepanjangan menyangkut pertanyaan menegnai apakah akuntansi merupakan seni atau ilmu (sains). Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan bahwa harus mengajarkan dan melakukan pendekatan legalistik terhadap akuntansi. Sedangkan para pendukung akuntansi adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan agar mengajarkan model pengukuran akuntansi untuk dapat memberikan pandangan yang lebih konseptual kepada para mahasiswa akuntansi mengenai apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya. Tetapi terdapat satu pandangan yang dikenal luas saat ini yang menyebutkan bahwa akuntansi adalah suatu ilmu sosial yang lengkap. Argumentasi ini dijabarkan dengan sangat tepat oleh Mautz sebagai berikut : Akuntansi berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan kelompok sosial; akuntansi berkepentingan dengan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas hubungan sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti bagi orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi soaial; akuntansi pada hakikatnya bersifat mental. Menurut dasar pedoman-pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu sosial. 2.2.3 Sifat dan peranan akuntansi Sifat-sifat baik (virtue) dari praktik akuntansi meliputi : 1. kejujuran dari akuntan pada umumnya dan auditor pada khususnya, 2. memiliki kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain dalam bentuk penyelenggaraan dan akuntabilitas, 3. sensitif terhadap nilai kerja sama dan konflik dengan mengantisipasi terjadinya konflik dan menciptakan adanya semacam penegakan kerja sama melalui penggunaan teknik-teknik akuntansi manajemen,

4. sifat akuntansi yang komunikatif dengan menceritakan pengalamanpengalaman ekonomi melalui dialog-dialog akuntansi, 5. penyebaran informasi ekonomi dengan memberikan informasi mengenai ekonomi untuk pengambilan keputusan. Tetapi kadang kala realisasi dari sifat-sifat di atas dihalangi oleh kendala-kendala seperti : 1. dominasi dari imbalan eksternal yang mengancam kebebasan auditor, 2. kekuatan institusi yang merusak, 3. kegagalan membedakan antara sifat baik dengan hukum. Peranan dari akuntansi adalah untuk memberikan informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas perusahaan dalam lingkungannya. Hasil yang terjadi tersebut, paling baik disajikan melalui apa yang disebut oleh FASB sebagai spektrum informasi. Spektrum ini terdiri atas laporan keuangan, catatan terhadap laporan keuangan, cara-cara pelaporan keuangan dan informasi lainnya. Hanya laporan keuangan perusahaan, termasuk catatancatatannya yang diaudit. Dalam artian bahwa auditor telah melakukan penilaian yang independen untuk memberikan fakta bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar dan kinerja perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2.2 PENGUKURAN DALAM AKUNTANSI 2.2.1.Hakikat Pengukuran dalam Akuntansi Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukuran sekaligus suatu disiplin komunikasi. Pengukuran memiliki arti pemberian angkaangka pada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan tertentu. 2.2.2.Jenis Ukuran Terdapat beberapa jenis ukuran yang mungkin dalam akuntansi: 1. Ukuran-ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung.

Ukuran langsung atau utama adalah ukuran nyata dari suatu objek yang ia miliki. Ukuran tidak langsung diambil secara tidak langsung melalui suatu transformasi aljabar dari sejumlah angka yang mencerminkan ukuran langsung dari beberapa objek. Objek atau atribut ini adalah objek objek intrinsik dari suatu ukuran tidak langsung. Kebanyakan ukuran yang digunakan dalam akuntansi adalah ukuran tidak langsung yang dihasilkan dari beberapa transformasi. Tingkat transformasi itulah yang memberikan perbedaan antara apa yang dianggap sebagai suatu ukuran langsung ataupun tidak langsung, dan sekaligus menentukan sumber dari kesalahan dalam pengukuran. Jadi, kesalahan pengukuran akan dapat terjadi baik dalam kuantifikasi awal atau dalam proses transformasi. 2. Dilihat dari dimensi waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai ukuran lampau, masa kini, atau ukuran masa depan yang masing masing mengacu pada kejadian dimasa lampau, masa kini atau di masa depan. 3. Dapat diklasifikasikan sebagai suatu ukuran retrospektif, kontemporer atau ukuran prospektif. 4. Pengukuran dapat berupa: a) Pengukuran fundamental, dimana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuia dengan referensinya terhadap hukum alam, dan tidak bergantung pada pengukuran dan variabel lain. b) Pengukuran turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan bergantung kepada adanya teori empiris . 5. Pengukuran dapat dilakukan ketika teori teori empiris yang telah dikonfirmasikan mungkin dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka atau dibuat melalui suatu keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi yang arbiter. Kebanyakan pengukuran dalam akuntansi adalah pengukuran melalui keputusan resmi, meskipun suatu pendekatan ilmiah

terhadap penyusunan teori akuntansi dan verifikasinya mencoba untuk memberikan pengujian empiris yang dibutuhkan. 2.2.3.Jenis-jenis skala Jenis-jenis skala dapat diuraikan dalam istilah umum sebagai skala nominal, ordinal, interval atau rasio. a) Skala nominal (nominal scale) akan membantu dalam penentuan keseimbangan, seperti penomoran pemain sepak bola. Skala ni merupakan sistem pengklasifikasian atau pelabelan yang sederhana seperti dalam kasus kode akun. b) Skala ordinal (ordinal scale) membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil suatu hal, seperti tingkat mutu wol atau nomor jalan, Skala ini merupakan urutan sisitem preferensi. c) Skala interval (interval scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval atau perbedaan suhu dan waktu. Skala ini memberikan nilai yang seimbang kepada interval dianatara angka angka yang telah diberikan. d) Skala rasio (ratio scale) membantu dalam penetuan keseimbangan dari rasio, titik nol alamiah, dimana diketahui jarak dari titik tersebut ke paling sedikit satu objek. 2.3 PEMIKIRAN AKUNTANSI PENCATATAN BERPASANGAN Pembukuan berpasangan adalah praktik standar untuk pencatatan transaksi keuangan. Proses pembukuan hanya meliputi pencatatan transaksi-transaksi ke dalam berbagai jurnal dan pemberian klasifikasi kode perkiraan buku besar (yaitu pengumpulan data keuangan mentah). Hal ini akan menjadi dasar untuk sistem akuntansi yang mengumpulkan dan mengorganisir data mentah menjadi informasi yang berguna. Sistem ini didasarkan pada konsep bahwa suatu bisnis dapat dijabarkan dengan menggunakan beberapa variabel atau rekening, yang masing-

masing menjelaskan satu aspek dari bisnis tersebut dari sudut moneter. Setiap transaksi memiliki efek ganda yang akan dijelaskan selanjutnya. Akuntansi pencatatan berpasangan mulai dikenal melalui risalah Biarawan Luca Pacioli mengenai pembukuan. Di satu bagian dari lima bagian bukunya yang berjudul Summa de Aritmetica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita, yang diterbitkan tahun 1494, ia memberikan suatu deskripsi mengenai pembukuan pencatatan berpasangan. Dalam formulasinya yang paling sederhana, double entry system adalah suatu formulasi where-got, where-give (darimana, kemana). Temuan mengenai pencatatan dengan sistem buku berpasangan yang merupakan bangunan dasar dari akuntansi modern tidak terlepas dari berkembangnya ilmu aritmatika, yaitu yang di kembangkan dari persamaan aljabar (sebuah ilmu hasil ijtihad pemikiran muslim ternama yaitu al-jabar), al-jabar atas al-gebra telah menjadi dasar persamaan akuntansi. Sejarah membuktikan beberapa sistem pencatatan perdagangan sebenarnya telah berkembang di madinah al-munawwarah padatahun 662 M atau bertepatan dengan tahun 1 hijriyah/aduan 1997 petugas yang melakukan pencatatan dan pemerikasaan serta menjaga pencatatan di sebut diwan, pacioli mengungkapakan bahwa sistem pencatatan telah ada dan di gunakan di venica italia lebih dari 200 tahun, dalam bukunya setiap transaksi harus di catat 2 kali dalam jurnal yaitu di sisi kredit dan di sisi debet, meskipun pacioli bukanlah penemu tata buku berpasangan namun sangat membantu dalam menyebarkan mengenai gagasan tata buku berpasangan ke seluruh eropa. Ciri-ciri mendasar sistem akuntansi yang dikemukakan Lucs Pacioli adalah sistem berpasangan yaitu pencatatan peristiwa ekonomi dalam dua aspek Debet dan Kredit, sehingga diperoleh hasil pencatatan yaang sistematis dan mudah dikontrol. Sistem itu berkembang dan mendasari sistem akuntansi yang dipakai dalam dunia usaha sekarang ini. Akuntansi pencatatan berpasangan terdiri dari dua jenis, yaitu akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kausal. Kedua jenis penctatan tersebut bergantung pada keseimbangan dari debit dan kredit. Akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional ditunjukkan untuk

tetap menjaga persamaan akuntansi fundamental yang merangkum posisi klasifikasional tersebut : AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS PEMILIK. Sedangkan akuntansi pencatatan berpasangan kausal yaitu pencatatan yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara suatu kenaikan dengan penurunan. Mis : Dr Peralatan 20.000 Cr Kas 20.000 2.4 Prinsi-prinsip akuntansi yang berlaku umum Prinsip Akuntansi Berlaku Umum dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Miller at.al (1985:7) mengatakan GAAP adalah rangkaian aturan yang umum dan spesifik yang dinamis yang harus diikuti oleh penyusun laporan keuangan. IAI (2001;411.1) menjelaskan prinsip akuntansi berlaku umum adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. Dengan pengertian yang hampir sama, Miller (1985:7) menyatakan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP) merupakan rajutan dari berbagai aturan dan konsep. Aturan dan konsep ini awalnya dikembangkan dari praktik tetapi telah ditambah dan dikurang oleh badan yang punya otoritas. Prinsip akuntansi beraku umum mengacu pada berbagai sumber. Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia menurut IAI (2001:411.2) adalah sebagai berikut: a. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia; b. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut; c. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik

akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tersebut pada butir b yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik; d. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara lebih baik. Dari uraian di atas bahwa sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI, pernyataan pakar pelaporan, dan praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui berlaku umum. Sehubungan dengan sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum ini, Miller et. al (1985;17) menyatakan ada tiga tingkatan (three-level hierarchy) yang dapat digunakan untuk menentukan apakah praktik merupakan GAAP. Tingkatan ini terdiri dari: 1. Pernyataan Otoritatif (Authoritative pronouncement); 2. Publikasi resmi (official publication); 3. Sumber-sumber lain (other sources). Tingkatan ini bersifat hirarki yang mengandung arti bahwa tingkatan pertama harus digunakan terlebih dahulu. Tingkatan kedua dan ketiga dapat digunakan jika tingkat pertama tidak mengatur. Dapat disimpulkan bahwa GAAP menurut Miller adalah standar yang ditetapkan oleh FASB serta APB Opinion dan ARB yaitu yang termasuk dalam tingakatan pertama (authoritative pronouncement). Tingkatan lainnya bukan GAAP tetapi dapat digunakan sebagai pedoman dalam praktik. Nikolai dan Bazley (1988: 6) menyebut urutan sumbersumber prinsip akuntansi berlaku umum (Sources of GAAP) yaitu: 1. FASB Statements of Standards and Interretation, APB Opinions, dan AICPA Accounting Research Bulletins; 2. FASB Technical Bulletins, AICPA Accountants Interpretations, Industry

Audit Guides, Industry Accounting Guides, and Statement of Position; 3. General practice; 4. Securities and Exchange Commission regulations; 5. Internal Revenue Service regulations; 6. Accounting literature. Dalam konteks standar pengukuran yang berlaku umum, ada dua konsep yang harus di penuhi diantaranya sebagai berikut: 1. Konsep entitas usaha, membatasi dua ekonomi dalam sitem akuntansi terhadap data yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, misalnya seorang konsultan perorangan yang sekaligus sebagai seorang kepala keluarga, harus memisahkan keluarganya. 2. Konsep biaya, bahwa nilai suatu set dicatat berdasarkan nilai perolehannya bukan berdasarkan nilai pasar atau nilai penawaran, konsep biaya ini didukung dengan satu konsep lain diantaranya sebagai berikut: Konsep objektivas, yang melandasan pencatatan dan pembukuan laporan antara perusahaannya sebagai konsultan dan keuangan

akuntansi pada bukti objektif, konsep unit yang pengukuran yang mensyaratkan data ekonomi dicatat dalam satuan mata uang . bila di Indonesia kita menggunakan rupiah (Rp) tetapi dinegara lain tentunya di sesuaikan dengan jenis mata uang yang dipegang Negara yang bersangkutan.

2.4.1 IFRS IFRS adalah singkatan dari International Financial Reporting

Standards atau Standar Pelaporan Keuangan Internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). IFRS merupakan bagian akuntansi internasional untuk mengatur dan melaporkan informasi keuangan, Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi

10

Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan. 2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Penggunaan IFRS sebagai dasar standard nasional dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasar IFRS Elemen Laporan Keuangan 1. 2. 3. 4. 5. Neraca Laporan Laba Komperhensif Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Arus Kas Catatan Atas Laporan 6. Laporan Posisi Keuangan pada Perioda Komparatif Basis Pengukuran 1. 2. 3. 4. Manfaat Penerapan IFRS meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). mengurangi biaya SAK. meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. meningkatkan transparansi keuangan. Biaya Perolehan Biaya Kini Nilai Realisasi dan Nilai Sekarang.

Keuangan

Penyelesaian

11

menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.4.2 Perbandingan GAAP dan IFRS Beberapa Perbedaan antara GAAP dan IFRS menirut Harry ditinjau dari : Tujuan Laporan Keuangan: Pengakuan dan pengukuran Asumsi dasar KarakteristikKualitatif Pengakuan dan pengukuran Prinsip Informasi Akuntansi Element Laporan Keuangan Pengakuan dan pengukuran Kendala GAAP digunakan terutama oleh perusahaan yang melaporkan hasil keuangan mereka di Amerika Serikat. GAAP jauh lebih luas dibandingkan dengan aturan berbasis dari IFRS. IFRS lebih berfokus pada prinsip-prinsip umum dari GAAP, sehingga hasil yang diperoleh dengan menggunakan IFRS lebih mudah dipahami dibandingkan GAAP. IFRS digunakan terutama oleh perusahaan melaporkan hasil keuangan mereka di mana saja di dunia kecuali Amerika Serikat. Standar Akuntansi Keuangan, atau GAAP, adalah kerangka akuntansi yang digunakan di Amerika Serikat. Pada tujuan laporan keuangan : GAAP menyediakan laporan yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit, Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan, dan Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya. IFRS Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.

12

Beberapa kasus, IFRS lebih fleksibel daripada GAAP. beberapa standar akuntansi internasional (IAS) memungkinkan suatu perusahaan untuk memilih salah satu diantara dua perlakuan alternatif dalam akuntansi untuk item tertentu. juga, IFRS umumnya memiliki lebih sedikit pedoman peraturan (tidak terlalu banyak peraturan) daripada GAAP, sehingga penilaian/pertimbangan lebih lanjut diperlukan dalam menerapkan IFRS. IFRS merupakan system akuntansi berbasis prinsip/principle-based accounting system (prinsip-prinsip luas dengan aturan rinci yang terbatas), sedangkan GAAP adalah sistem berbasis aturan. Namun, dalam beberapa kasus, IFRS lebih rinci dari GAAP

2.5 KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN PERUBAHANNYA


Pengertian kebijakan akuntansi menurut Elden S Hendriksen diterjemahkan oleh Marianus Sinaga (1996:109) mengatakan bahwa Kebijakan akuntansi adalah proses pemilihan metodepelaporan, alternatif, sistem pengukuran dan teknikpengungkapan tertentu diantara semua yang mungkintersedia untuk pelaporan keuangan oleh suatuperusahaan. Sedangkan kebijakan akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:1) adalah Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip - prinsip,dasar dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yangdigunakan manajemen untuk penyusunan dan penyajianlaporan keuangan. SEC melalui accounting release No. 177 menentukan bahwa perubahan akuntansi dibuat untuk memperoleh metode akuntansi yang lebih baik, dengan menggunakan pertimbangan bisnis yang masuk akal dalam pemilihannya, sementara kedua pemilihan tersebut bertindak sesuai mekanisme pengendalian. 2.6 AKUNTANSI YANG DIRANCANG Aspek-aspek dari akuntansi yang dirancang termasuk konsep-konsep yang berbeda seperti: (a) hipotesis salah saji keuangan secara selektif, (b) perataan laba, (c) manajemen laba, (d) akuntansi kreatif, dan (e) kecurangan akuntansi. 2.6.1. Hipotesis kesalahan penyajian keuangan secara selektif Hipotesis dari salah saji keuangan yang selektif, seperti yang dikemukakan oleh Revsine menyatakan bahwa masalah ini bukanlah suatu yang

13

incidental, melainkan hasil dari aturan-aturan pelaporan yang fleksibel dan menyusun yang disebarluaskan oleh para penyusun standar yang telah ditangkap oleh subjek yang dimaksudkan dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan. 2.6.2. Perataan laba Perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Dari beberapa studi yang membedakan beberapa potensi jenis perataan yang berbeda, artikel yang ditulis Eckel memberikan klasifikasi yang lebih mendetail mengenai berbagai jenis arus perataan laba. Pembedaan yang pertama dinyatakan antara perataan yang dibuat atau disengaja dan perataan alami. Pembedaan kedua adalah untuk mengklasifikasikan perataan yang dibuat atau disengaja tadi menjadi suatu perataan artifisial atau perataan nyata. 2.6.3. Manajemen laba Copeland (1968 :10) dalam Utami (2005) mendefinisikan manajemen labasebagai, some ability to increase or decrease reported net income at will. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer. Scott (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua, yaitu: Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management). Kedua, dengan memandangmanajemen laba dari perspektifefficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai

14

pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing)dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. 2.6.4. Kreativitas dalam akuntansi Creative accountingadalah semua proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dan lain-lain) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999). Creative accountingpada dasarnya berarti permainan angka-angka dalam laporan keuangan. Kreativitas dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda tergantung dari tujuan yang dimiliki oleh pembuat laporan akuntansi. Bentukbentuk kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literature-literatur sebagai berikut: 1) Akuntansi mandi besar (big bath) Akuntansi mandi besar (big bath accounting) pada umumnya mengacu kepada langkah-langkah yang diambil oleh manajemen untuk secara drastic mengurangi laba per saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba per saham di masa depan. 2) Akuntansi kreatif Akuntansi kreatif (creative accounting) adalah transformasi angka-angka akuntansi keuangan dari arti yang sebenarnya menjadi apa yang diinginkan oleh pembuatnya dengan mengambil keuntungan dari aturan-aturan yang ada dan/atau mengabaikan beberapa atau seluruh aturan sisanya. 2.6.5. Kecurangan dalam akuntansi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) menerangkan kecurangan akuntansi (fraud accounting) adalah: 1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan,

15

2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam organisasi bisnis, kecurangan dapat dilakukan untuk atau terhadap perusahaan tersebut. Maka kecurangan ini disebut sebagai kecurangan korporat (corporate fraud). Manajemen atau orang yang berada pada posisi yang bisa dipercaya dapat pula melakukan kecurangan. Maka hal itu disebut kecurangan manajemen atau kejahatan kerah putih (white-collar crime). Kecurangan dapat melibatkan penggunaan sistem akuntansi untuk menggambarkan citra yang salah mengenai perusahaan. Maka ini merupakan bentuk dari kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting). Kecurangan juga dapat melibatkan kegagalan auditor untuk mendeteksi kesalahan ataupun penyajian yang keliru. Inilah yang disebut kegagalan audit (audit failure). 2.7 PROLETARISASI TEKNIS DAN IDEOLOGI PARA AKUNTAN Elemen pertama dari konflik di zaman baru ini adalah munculnya perbedaan-perbedaan kelas baru diantara para akunan. Telah terjadi pertumbuhan akuntan yang sangat pesat dalam tenaga kerja, sehingga memunculkan persaingan diantara para tenaga kerja. Terjadinya persaingan dalam lingkungan pekerjaan memiliki empat aspek: orang tersebut diasingkan dari objek yang ia produksi, dari proses produksi, dari dirinya sendiri dan dari komunitas rekan-rekannya. Dalam kondisi terasing ini, pola pikir dari para akuntan, kesadaran mereka, sebagian besar hanya merupakan pencerminan dari kondisi yang mereka temukan dan posisi yang mereka tempati dalam proses produksi. Apa yang sebenarnya dihasilkan oleh perkembangan-perkembangan ini adalah proletarisasi atas akuntan, yang bekerja menurut suatu pembagian tenaga kerja yang disusun dan diawasi oleh manajemen, mengikuti aturan-aturan yang ada.

16

2.8 KESADARAN PARA PENGGUNA YANG DIREKAYASA


Para pemegang saham dan para pengguna informasi selalu meminta informasi yang lebih banyak dan lebih baik karena pemikiran mengenai dominasi ideologis akan memperdebatkan bahwa hierarki sosioekonomi relatif tidak mempan terhadap informasi pada saat rapat tahunan atau rapat-rapat lainnya. Dominasi kapitalis atas informasi dapat diungkapkan dalam tiga pernyataan : 1. aturan kelas dari manajemen memberikan produk informasi yang mereka ciptakan; 2. dominasi semacam itu dipelihara oleh penegasan negara atas perjanjianperjanjian dalam kontrak, perlindungan hak milik dan penjagaan ketertiban masyarakat; dan 3. sarana-sarana informasi yang diatur oleh manajemen, seperti laporan tahunan dan rilis pers, memungkinkan manajemen untuk menyebarkan informasi yang berguna bagi perlindungan kepentingan-kepentingannya sendiri. Tiga pernyataan diatas memungkinkan manajemen untuk menyampaikan keyakinan-keyakinannya kepada para pengguna dan dalam prosesnya dapat membentuk pemahaman mereka akan perusahaan. Apa yang diperoleh oleh pengguna adalah kesadaran yang direkayasa (manufactured consciousness) yang kompatibel dengan ekspektasi dari manajemen. Kadang dalam proses yang mengarah kepada kesadaran yang direkayasa ini, manajemen mungkin mengganti suatu kesadaran palsu melalui suatu proses yang memiliki istilah bermacam-macam, dari perataan laba hingga kecurangan dalam pelaporan keuangan. Dalam merekayasa kesadaran dari para pengguna melalui penyebaran informasi secara selektif tadi, manajemen juga dapat menambahkannya dengan pencucuain otak dan hipnotis secara kolektif atau pengondisian sosial. Persoalan utama dari penjabaran diatas adalah bahwa pengguna informasi sebaiknya mendapatkan informasi dengan baik. Tugas yang benar dari manajemen adalah mengumumkan kebenaran, mengungkapkan kesalahan dan mengidentifikasikan

17

seluruh hambatan yang dapat menghalangi pertanyaan, pemahaman dan tindakan yang efisien. Ideologiekritik, suatu pendekatan yang serupa, yang diberi nama pendekatan etis terhadap akuntansi keuangan yang didasarkan pada konsepkonsep kewajaran, keadilan, kesamaan dan kebenaran. Bagi para pengguna informasi untuk mendapatkan informasi sepenuhnya membutuhkan paling sedikit kompetensi minimal, bukan hanya masalah teknis namun juga moral dan empiris. Ketidakmampuan untuk memenuhi kompetensi-kompetensi ini akan membuka pengguna terhadap dominasi ideologis yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan akuntansi, dengan hasrat untuk memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri.

2.9 PERSFEKTIF ETIKA DALAM AKUNTANSI


Para akuntan akan menemukan bahwa mereka mengerjakan tugas seharihari di suatu lingkungan yang dikelola oleh suatu kumpulan aturan, prinsip, dan praktik yang kompleks. Dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, mereka diminta untuk melakukan satu peran tertentu. Para akuntan menghadapi aturan-aturan hukum atau formal dalam berperilaku dan juga unsur-unsur moral yang diciptakan oleh situasi-situasi tertentu. Dengan menerima peran-peran tertentu, akuntan pada saat yang bersamaan menerima kewajiban yang berhubungan dan bertanggungjawab moral dari peran tersebut, atau seperti yang dikatakan oleh F.H Bradley: Tidak ada yang melebihi posisi dan pekerjaan saya, yang lebih tinggi ataupun lebih indah. Artinya terdapat suatu etika di belakang posisi dan pekerjaan saya yang perlu untuk diperhitungkan. Berbagai kategori dari persfektif etis atau mode-mode pemikiran etis dapat diterapkan dalam akuntansi. Mereka akan ditinjau tepat sebelum pembahasan mengenai implementasi, pengajaran, dan riset mengenai etika dalam akuntansi. 2.9.1 Etika utilitarian Etika utilitarian atau utilitarianismesebagai suatu pendekatan dalam memecahkan isu-isu moral juga dikenal pula dengan istilah konsekuentialisme

18

(consequentialism). Pendekatan ini melihat apakah suatu tindakan dapat dianggap secara moral benar atau salah dengan hanya didasarkan kepada konsekuensi akibat dari kita melakukannya. Tindakan yang tepat adalah tindakan yang memberikan konsekuensi terbaik, atau kegunaan yang paling besar. Asumsi implisitnya adalah bahwa biaya dan manfaat suatu tindakan dapat diukur berdasarkan suatu skala numeric yang umum dan dapat ditambahkan atau dikurangkan satu sama lain. Kepentingan yang perlu diperhatikan ketika memilih suatu tindakan adalah pendekatan-pendekatan yang tidak egois dan altruistic atau memntingkan kepentingan orang lain, yang memperhitungkan kegunaan yang paling banyak bagi seluruh orang yang dipengaruhi oleh tondakan tersebut. Keunggulan dari etika utilitarian berhubungan dengan: Sasaran moralitas: Dinyatakan bahwa moralitas adalah suatu hal yang penting karena kinerja dari suatu tindakan yang tepat akan mengarah kepada kepuasan umum dari kehendak manusia. Proses pemikiran moral: Kaum konsekuentialis paling tidak menawarkan suatu prosedur yang secara relative jelas untuk menemukan tindakan apa yang peling tepat untuk dilakukan: mendaftar semua alternatif yang ada, memastikan kemungkinan konsekuensinya, dan mengevaluasi konsekuensi tersebut dilihat dari segi implikasi yang mereka berikan ke[ada semua orang yang terpengaruh. Fleksibilitas dan pengecualian: Kita hanya perlu mengakui kasus-kasus khusus di mana terdapat alasan yang baik untuk meyakini bahwa konsekuensi-konsekuensi dari mengikuti aturan moral tradisional adalah lebih buruk daripada konsekuensi dari membuat suatu pengecualian. Menghindari konflik aturan: Dari sudut pandang konsektualitas, adanya konflik dalam aturan adalah suatu pertanda bahwa kita sedang berhadapan dengan salah satu keadaan yang luar biasa di mana kita tidak dapat begitu saja mengukuti aturan-aturan yang sesuai. 19

Kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan utilitarianisme adalah: Penolakam dari kewajiban khusus: Utilitarianisme tidak

memperhitungkan kewajiban-kewajiban moral khusu kita kepada orangorang yang memiliki hubungan khusus dengan kita. Penolakan dari hak asasi: Utilitarianisme tidak memperhitungkan adanya hak-hak asasi masing-masing individu dalam menentukan isu-isu moral. Penolakan dari keadilan: Dengan hanya memerhatikan satu factor, para konsekuentialis telah melupakan factor-faktor moral penting yang lainnya, seperti keadilan, yang oerlu dipertimbangkan.

Permasalahan yang serius dalam pengukuran yakni dalam artian bahwa beberapa manfaat dan biaya dapat berinteraksi dengan pengukuran, banyak manfaat dan biaya dari tindakan tidak diramalkan dan diukur dengan pasti, dan terdapat kurangnya kejelasan mengenai apa yang dapat dihitung sebagai keuntungan dan apa yang dapat dihitung sebagai biaya. 2.9.2 Etika deontologi Etika deontologi sebagai salah satu pendekatan dalam memecahkan isu-isu moralitas dikenal pula dengan istilah moralitas berbasis aturan (rule-based morality). Pendekatan ini mempertimbangkan suatu tindakan yang menurut moral benar jika ia telah sesuai dengan aturan moral yang tepat. Sebuah tindakan yang melanggar aturan tersebut namun ternyata menghasilkan suatu hal yang menguntungkan akan tetap dianggap salah. Sumber-sumber aturan tersebut dapat berupa teologis yang mengandung artian bahwa tindakan-tindakan tersebut adalah merupakan suatu tindakan yang benar atau salah.

20

Karena adanya keterbatasan-keterbatasan dari dua sumber di atas, digunakan kriteria yang diterapkan berdasarkan atas konsekuensi menerapkan suatu kumpulan aturan-aturan moral tertentu, atau kemampuan yang seharusnya kita miliki mengenai intuisi moral. 2.9.3 Pemikiran akan kelayakan Karena kekuatan dan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh etika utilitirianisme dan deontologi, suatu kompromi yang sesuai akan menjadi suatu hal yang ideal. Salah satu kompromi yang diusulkan oleh W.W.May adalah dengan menggunakan aspek-aspek dari kedua pendekatan tersebut. Satu alternative baik dari etika utilitarianisme maupun etika deontologi ditawarkan oleh pemikiran akan kelayakan (notion of fittingness). Kelayakan (fittingness), yang berasal dari konsep Yunani kuno kathokonda, dapat digunakan untuk mengevaluasi moralitas dari suatu tindakan melalui suatu referensi terhadap apakah mereka pantas dan sesuai dengan etos yang diakui bersama-sama oleh individu dan masyarakat. Martin Heiddeger mengatakan bahwa etos adalah kewajiban dan tradisi yang diterima dengan sukarela, yang berhubungan dengan kebebasan dalam berperilaku dan bersikap, dan pembentukan situasi historis seseorang. Etos menentukan respon kelayakan, arena bagi percakapan dan tindakan moral. Dibandingkan dengan pandangan-pandangan etika yang lain, pemikiran akan kelayakan mengusulkan suatu bentuk pergeseran yang dramatis. Seperti yang dikatakan oleh Calvin Scharg:Pergeseran ini adalah pergeseran menjauh dari keunggulan pernyataan teologis) apakah akhir dari seseorang jika dilihat dari esensinya sebagai suatu anugerah alam?), keunggulan dari pertanyaan deontologi (apakah tugas tanpa pamrih dari seorang manusia?) dan keunggulan dari pertanyaan utilitarian (apakah hal yang terbaik dari jumlah yang terbanyak?). Pertanyaan Bagaimana seseorang memberikan respon yang layak? adalah, kita menyampaikan, lebih originatif daripada pertanyaan mengenai akhir hayat, kewajiban kan kebaikan. Hanya dengan menjawab pertanyaan ini maka akhir hayat, kewajiban dan kebaikan menjadi satu konteks untuk definisi.

21

Pemikiran akan kelayakan menempatkan individu dalam suatu konteks tanggungjawab dan resvonsitivitasnya terhadap etos yang di dalamnya terkumpul kepentingan-kepentingan social dan politik dari masyarakat di sekeliling. Bagi Reinhold Niebuhr, tindakan kelayakan tersebut adalah bagian dari etika tanggung jawab. Bagaimana yang lain beraksi terhadap tindakan sebelumnya dan bagaimana mereka akan bereaksi terhadap tindakan yang serupa menentukan suatu tindakan yang bertanggung jawab. Tindakan responsive harus menerjemahkan reaksi-reaksi lama dan menyesuaikan dirinya di dalam reaksi baru. Kelayan menjadi criteria untuk mengevaluasi pilihan-pilihan moral. Seperti yang kembali dinyatakan oleh Scharg: Bahasa mengenai moralitas adalah bahasa mengenai responsivitas dan tanggung jawab serta jika ada yang perlu dibahas mengenai etika dari semua ini maka ia perlu menjadi suatu etika bagi respons kelayakan.

DAFTAR PUSTAKA Fess, Philip E., Warren Carls S., (1990), Accounting Principles: 16th Edition, Cincinatti:South Western Publishing Co.

22

Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Teori Akuntansi, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Rosjidi. 1999. Teori Akuntansi. Tujuan, Konsep, dan Struktur, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia IAI, (2001), Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat Miller, Paul B.W., Searfoss D., Gerald, Smith, Kenneth A., (1985), Intermediate Accounting; Second Edition, Illinois: Richard D. Irwin. Nikolai, Loren A., Bazley, John D., (1988), Intermediate Accounting, Massachuset: PWS-KENT Publishing Company. Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA , Perbedaan Kerangka Konseptual USGAAP dan IFRS Riahi Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory Edisi 5. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat. http://pengertianakuntansimenurut10paraahli.blogspot.com/ Diakses Pada Tanggal 19 September 2013 Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers http://anggipericles.wordpress.com/2012/11/23/etika-dalam-akuntansi-keuangandan-akuntansi-menejemen/ Diakses Pada Tanggal 19 September 2013 http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/06/16/perataan-laba/ Tanggal 20 September 2013 Diakses Pada

23

Anda mungkin juga menyukai