Anda di halaman 1dari 3

Nama NPM

: Rina Chairunnisa : 1102009247

Pembimbing : dr. Muhammad Syarif, Sp.OG

I. IDENTITAS PASIEN - Nama - Usia - Jenis Kelamin - Agama - Alamat - Tanggal masuk RS - Tanggal Periksa II. ANAMNESIS Keluhan Utama Resume :

: Ny. J : 36 tahun : Perempuan : Islam : Jl. Dukuh IA RT 07/01 No.01 Kel. Dukuh-Kec. Kramat jati : 26 Agustus 2013 : 03 September 2013

: Perdarahan dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS

Pasien Ny. J, 36 tahun dengan G3P1A1 hamil 32-33 minggu datang ke poliklinik kandungan RSUD Pasar Rebo pada tanggal 07 Agustus 2013 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak kemarin. Pendarahan lumayan banyak, berwarna merah segar. Keluhan tidak disertai nyeri perut. Pasien pernah mengalami seperti ini sebelumnya saat usia kehamilan 24-25 minggu, tetapi hanya flek, sedikit, tidak disertai nyeri perut dan muncul apabila pasien terlalu capek. Riwayat obstetri, pasien mempunyai riwayat abortus spontan pada kehamilan pertama dan dilakukan kuret, riwayat Sectio Caesar pada kehamilan kedua dengan plasenta previa. Pemeriksaan fisik (setelah Sectio Caesar), didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, dan yang lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan USG tampak bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan letak janin melintang. Laboratorium pre-operasi (27 Agustus 2013) : Hb : 9,0 g/dl Ht : 27% Leukosit : 4420 ul Trombosit : 177.000 ul

Laboratorium post operasi (28 Agustus 2013) Hb : 4,6 g/dl Ht : 14% Leukosit : 8830 ul Trombosit : 122.000 ul

Laboratorium setelah transfusi (30 Agustus 2013) o o o o Hb : 7,7 g/dl Ht : 27% Leukosit : 9130 ul Trombosit : 163.000 ul

III. DIAGNOSIS NH6 P2 A1 post SC a/i bekas SC dengan Perdarahan Antepartum ec Plasenta Previa IV. PENATALAKSANAAN Tirah baring/bed rest Medikamentosa - Cefadroxil 2x500 mg - Asam mefenamat 2x500 mg - Tramadol 3x50 mg - Transfusi PRC 500 cc Operatif Tindakan Sectio Caesar dilanjutkan dengan Histerektomi pada tanggal 28 Agustus 2013. V. ANALISIS KASUS Pasien Ny. J usia 36 tahun datang ke poliklinik kandungan dan di diagnosis G3P1A1 hamil 32-33 minggu dengan perdarahan antepartum ec plasenta previa. Perdarahan antepartum yaitu perdarahan dari jalan lahir setelah usia kehamilan 22 minggu. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber dari plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak berasal dari plasenta seperti servik biasanya tidak terlalu bahaya. Perdarahan antepartum dibagi menjadi placenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan akibat sebab lain. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh pembukaaan jalan lahir ostium uteri internum. 1,2 Diagnosis tersebut ditegakan berdasarkan dari anamnesis pasien mengeluh adanya perdarahan yang keluar dari jalan lahir sudah 2 hari, berwarna merah segar, tidak disertai nyeri perut sebelumnya. Keluhan tersebut juga pernah dirasakan oleh pasien saat usia kandungan 24-25 minggu, timbul hanya flek sedikit dan muncul apabila pasien terlalu capek, lalu perdarahan berhenti. Dari data anamnesis pasien, didapatkan beberapa faktor resiko yang mengakibatkan pasien mengalami plasenta previa, yaitu usia pasien lebih dari 30-35 tahun, multiparitas, riwayat tindakan sebelumnya mengingat pasien sebelumnya pernah mengalami abortus pada kehamilan pertama lalu dilakukan kuretase, riwayat sectio caesar pada kehamilan kedua dengan plasenta previa. 1,2,3

Pengaruh Plasenta Previa pada kehamilan bisa menyebabkan perubahan letak janin. Karena ostium uteri internum terhalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam pintu atas panggul sehingga terjadilah kelainan letak janin, seperti letak kepala mengapung, letak sungsang atau letak lintang. Pada pasien ini dilakukan USG dengan hasil tampak bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan letak janin melintang. 3 Dalam penanganannya, setelah pasien masuk poliklinik kandungan, di jadwalkan untuk sectio cesaria. Section Caesar dilakukan pada pasien tanggal 28 Agustus 2013, karena terjadi perdarahan. Dilahirkan bayi laki-laki dengan berat 3160 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala 36 cm. Setelah dilakukan Sectio Caesar pada pasien, dilanjutkan dengan Histerektomi. Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita dengan pengangkatan rahim (uterus). Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit perdarahan obstetri yang parah, tindakan histerektomi pascapartum dapat menyelamatkan nyawa. Operasi dapat dilakukan dengan laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan dengan caesar (disebut histerektomi caesar). Sebagian besar histerektomi paripartum dilakukan untuk menghentikan perdarahan akibat atonia uterus yang tak teratasi, perdarahan segmen bawah uterus yang berkaitan dengan insisi sesar atau implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar uterus, mioma besar, dysplasia serviks yang parah, dan karsinoma insitu. Gangguan implantasi plasenta, termasuk plasenta previa dan sectio caesar berulang seperti pada pasien, sekarang menjadi indikasi tersering untuk dilakukan histerektomi caesar. 1,4

DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham, F. Gary et al. 2013. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta : EGC 2. Wiknjosastro Hanifa, S. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 3. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri edisi 2 jilid 1. Jakarta : EGC 4. Dutta. 2007. Hysterectomy made easy. Jaypee

Anda mungkin juga menyukai