Anda di halaman 1dari 14

Risalah Seminar

Nasional

Pengawetan

Makanan

Dengan

Iradiasi, Jakarta,

6 - 8 Juni 1983

PEMANFAATAN MAKANAN
Mohammad Ridwan *
ABSTRAK - ABSTRACT

TEKNOLOGI RADIASI UNTUK PENGAWETAN

Pemanfaatan teknologi radiasi untuk pengawetan makanan. Dengan mulai dicapainya sasaran swasembada pangan di Indonesia, maka langkah-Iangkah penyelamatan pangan dari kerusakan selama penyimpanan perlu mendapat penekanan yang lebih besar. Masalah pengawetan pangan dalam arti yang sangat luas, dari keinginan untuk menyimpan makanan yang berlebih, yang telah dikenal sejak zaman purba, sampai keinginan untuk menyelamatkan makanan dari kerusakan karena faktor-faktor luar, telah membuat para ahli untuk mengembangkan berbagai teknologi pengawetan pangan, yang telah kita kenai dewasa ini dan telah banyak dimanfaatkan masyarakat luas. Teknologi radiasi yang telah diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakat seperempat abad yang silam kini telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai industri dengan memberikan keuntungan bermilyar-milyar rupiah. Proses pengawetan panganpun telah lama memanfaatkannya untuk berbagai bahan pangan dan makanan dan telah dilepaskan ke masyarakat luas seperti berbagai jenis buah-buahan, berbagai jenis sayuran, berbagai jenis rempahrempah dan bumbu masak, berbagai jenis hasil laut, berbagai jenis daging, masakan jadi, gandum dan kentang. Dalam era dengan .;adangan energi yang harus selalu diperhitungkan, maka teknologi radiasi sebagai suatu teknologi modern yang hemat energi makin digemari. Dibandingkan dengan pasteurisasi panas misalnya, teknologi radiasi menghemat praktis 99% energi yang dipakai oleh cara panas tersebut. Keuntungan lain dari teknologi radiasi ialah mudah dikontrol, daiat dipakai dalam keadaan sudah terbungkus, menghemat bahan-bahan, prod uk dengan kualitas lebih baik (nilai tambah) dan mengurangi pencemaran. Biaya radiasi banyak ditentukan oleh kapasitas iradiator yang akan dibangun dan dosis iradiasi yang akan digunakan. Untuk iradiator dengan kapasitas iradiasi 8 ton bahan tiap jam dengan dosis 30 krad (0,3 kGy) dan dengan operasi 8.000 jam tiap tahun maka biaya iradiasi sekitar Rp. 4,-/ kg bahan. The application of radiation technology for food preservation. As the aim for self-support in the field of food in Indonesia is beginning to be accomplished, steps to secure food from spoilage during storage should receive more attention. The problems of food preservation in a . broad sense, ranging from the desire to preserve excessive food supply known from ancient times, to the need of saving food from spoilage due to extraneous factors, cause expertsJo develop v3fious food preservation techniques which are now known and widely applied by the people. Radiation technology which was first introduced to the industry and society a quarter of a century ago, is now widely utilized by various industries with profits amounting trillions of rupiah. Food preservation had for a long time been touched also by this radiation technology, and many countries of five continents have already utilized this technique on various food commodities and foods, which have then been released to be consumed by the society, such as fruits, vegetables, spices, marine products, meat, prepared food, wheat and potatoes. In an era where energy supply should be always taken into consideration, radiation as a modern, low energy technology is gaining attention. Compared with heat pasteurization, this technology practically saves 99% of energy. The technology gives many other benefits, i.e., it is easier to be controled, it can be applied when the commodity is already packed, does not need extensive material" and gives a better quality of products (higher value), while on the other hand minimized pollution. Irradiation cost is largely determined by the capacity of the irradiator to be built and the irradiation dose to be applied. For an irradiator with the capacity of 8 tons of commodity/hour, and a dose of 30 krad (0,3 kGy) and an operation time of 8,000 hours/year, the radiation cost is approximately Rp 4,-/kg commodity.

Badan Tenaga Atom Nasional

59

PENDAHULUAN

Menjelang akhir abad keduapuluh ini empat masalah utama dihadapi dunia yaitu masalah kependudukan, masalah lingkungan dan pemukiman, masalah energi dan masalah pangan. Untuk bidang yang terakhir ini telah dikembangkan berbagai teknologi untuk meningkatkan pengadaan pangan dan begitu pula berbagai teknologi telah dikembangkan untuk mengawetkan dan menyimpan bahan pangan dan makanan. Dewasa ini dikenal berbagai teknologi pengawetan, dari teknologi yang paling kuno, yaitu pengeringan sampai ke teknologi yang paling mutakhir, yaitu fumigasi. Beberapa teknologi pengawetan, seperti teknologi dengan penggunaan bahan pengawet dan teknologi fumigasi, memberikan dampak negatif terhadap pemakai maupun lingkungan. Teknologi radiasi yang mulai diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakat luas seperempat abad yang lalu (1), telah menunjukkan kenaikan kurang lebih 20% tiap tahun, dengan nilai keuntungan beberapa milyar rupiah. Industri pemakai teknologi radiasi ini antara lain ialah: I. Sterilisasi alat-alat kedokteran dan bahan-bahan farmasi. 2. Pelapisan permukaan produk kayu, kertas maupun logam. 3. Pengikatan sHang (cross-linking) isolasi kabel dan kawat untuk memperbaiki sifat-sifat ketahanan terhadap panas. 4. Pengikatan silang ballan-bahan plastik pembungkus. 5. Pembuatan plastik busa. 6. Komposit kayu plastik. Keuntungan-keuntungan penggunaan teknologi radiasi antara lain ialah: I. Penghematan energi 2. Penghematan bahan 3. Mudah dikontrol 4. Dapat dilakukan dalam keadaan terbungkus rapi 5. Tidak menimbulkan residu dan mengurangi pencemaran 6. Didapatkan produk dengan kualitas lebih (nilai tambah). Sebagai contoh misalnya, sterilisasi radiasi memerlukan energi sebesar 6,3 kWh/ ton, sedang sterilisasi panas memerlukan energi sebesar 310 kWh/ton. Suatu penghematan energi sebesar 98%. Contoh lain pasteurisasi radiasi memerlukan energi sebesar 0,76 kWh/ton sedang pasteurisasi panas memerlukan energi sebesar 230 kWh/ton. Di sini terjadi penghematan energi hampir 100% (2). Sejak beberapa tahun teknologi radiasi telah juga mulai dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pengawetan pangan.
TEKNIK RADIASI

Dalam teknologi radiasi sumber radiasi yang dipakai dapat berupa sumber radiasi sinar gamma, yaitu 60Co atau 137 Cs dan dapat pula berupa sinar elektron, yang dihasilkan oleh akselerator elektron. Akibat interaksi radiasi dengan materi, dapat terjadi berbagai proses kimia yang diantaranya dapat menghambat sintesa DNA dalam sel hid up yang selanjutnya berakibat proses pembelahan sel terganggu.

60

Bergantung pada dosis iradiasi yang dipakai maka penggunaan teknologi radiasi untuk mengawetkan makanan dapat dibagi at as berbagai tujuan seperti tertera pada Tabel1 (3).
STATUS DEW ASA INI

Sejak Uni Soviet di tahun 1958 melepaskan ke masyarakat makanan yang diawetkan dengan iradiasi, maka kemudian banyak negara te1ah mengikuti 1angkahnya. Berbagai negara kemudian melepaskan makanan yang diiradiasi ke masyarakat seperti yang tertera pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terse but terlihat bahwa sebanyak 39 jenis makanan yang diiradiasi telah diizinkan untuk dilepaskan ke masyarakat oleh sebanyak 22 negara. Setelah makin yakin, bahwa teknologi radiasi ini memberikan keuntungan-keuntungan, termasuk juga keuntungan ekonomis, beberapa negara kini sedang merencanakan, meme san dan membangun berbagai fasilitas iradiasi seperti yang tertera pada Tabel 3

(3).
BIA Y A PROSES RADIASI

Biaya proses radiasi tiap satuan berat dengan dosis iradiasi tertentu untuk suatu jenis bahan tertentu dapat dihitung dengan mengetahui faktor-faktor yang ikut menentukan yaitu (4) 1. Total investasi Biaya operasi yang terdiri dari harga operasi langsung (gaji pegawai dan pemeliharaan), harga operasi tak langsung ("overhead", dan lain sebagainya), dan biaya operasi tetap (depresiasi, pajak dan asuransi). 3. Modal kerja dan 4. Keuntungan yang diperkirakan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat perhitungan berikut ini, berdasarkan penga1aman pembangunaan dan operasi iradiator di BATAN, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. Sebuah iradiator yang akan dibangun, dan direncanakan untuk dosis disinfestasi serangga 0,3 kGy, dan iradiator itu hams mempunyai kapasitas iradiasi sebesar 8 ton/jam, dengan faktor efisiensi 60Co yang direncanakan 80% (efisiensi ada1ah perbandingan energi terserap dan energi terpancar) maka besarnya iradiator yang perlu dibangun ialah (5 - 7): W = ~1O x 6 x 103 X~x w= ~lOX8X103X%txd,3 150.000 Ci Dengan menggunakan harga sekarang 60Co = 0,97 US $/Ci maka didapatkan perhitungan sebagai berikut: 1. Total investasi: a. Harga 60Co (CIF) Rp. 225 juta b. Perala tan mekanik Rp. 273 juta c. Gedung dan tanah Rp. 400 juta 61 ~,3 x 67.480 Ci x67.480Ci 2.

Q.

On~mlo[~l

U~. 10 jub
Rp. 227 juta Rp. 113 juta : Rp. 1.248 juta Rp. 122 juta

2.

3.

e. "Direct plant cost" (25% dari a + b + C + d) f. Tak terduga (10% dari a + b + C + d + e) Jumlah total investasi Biaya operasi (terdiri dari gaji karyawan, supervisi, perawatan, depresiasi, asuransi, pajak dan overhead) Modal kerja

Rp.

30 juta

Dengan data tersebut maka dapat dihitung biaya proses radiasi, dengan asumsi bahwa selama setahun iradiator beroperasi 8.000 jam, seperti yang terlihat pada Tabel4. Perhitungan ini diambil dari harga-harga yang dipakai da1am pembangunan gedung iradiator 6(0 300.000 Ci di BATAN-PAIR, yang sedang berjalan dan diharapkan mulai beroperasi pada tanggal1 Agustus 1983. Sebagai perbandingan, dapat dilihat data dari iradiator 60Co yang dibangun di PAIR tahun 1978 sebesar 75.000 Ci, dengan asumsi tingkat inflasi 10% tiap tahun. Dengan mempergunakan formula seperti yang ada di halaman terdahu1u, dapat dihitung bahwa iradiator ini mempunyai kapasitas iradiasi 3,3 ton/jam untuk dosis iradiasi 0,3 kGy. Mengingat sistemnya yang lebih sederhana, maka biaya investasi total hanya akan mencapai Rp. 750 juta. Dengan inenggunakan perhitungan yang sarna didapatkan biaya proses radiasi sebesar Rp. 7,5-/kg bahan untuk dosis radiasi disinfestasi sebesar 0,3 kGy. Dengan melihat data pada tabel terse but terlihat bahwa biaya proses radiasi sangat murah dan masih akan lebih murah jika biaya investasi dapat ditekan. Seperti halnya untuk pembangunan fasilitas-fasilitas nuklir lainnya, maka biaya investasi di sinipun cukup tinggi. Tentunya tidak perlu setiap perusahaan mendiri kan iradiator sendiri-sendiri (in plant), tapi sebuah perusahaan layanan Gasa) bisa saja mendirikan sebuah iradiator (out plant) dan memberikan jasa iradiasi. PROSPEK PENGA WETAN PANGAN DENGAN RADIASI DI INDONESIA Secara hukum makanan yang diiradiasi dapat dilegalisasi pelepasannya ke ma syarakat, jika dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa makanan terse but am an untuk dikonsumsi manusia. Penelitian untuk membuktikan bahwa makanan itu aman untuk dikonsumsi I ("wholesomeness test") dilakukan terhadap binatang. Penelitian ini cukup banyak makan waktu dan maha!. Karena itu pada tahun 1971 dibentuk suatu proyek penelitian internasional "wholesomeness" di Karlsruhe, Jerman Barat yang bertugas melakukan penelitian dan mengumpulkan informasi tentang makanan yang diiradiasi. Dari hasil-hasil berbagai penelitian, maka komisi gabungilll para ahli F AO/WHO/IAEA pada bulan November 1980 telah menyimpulkan dan merekomendasikan bahwa semua bahan pangan dan makanan yang diiradiasi dengan dosis tidak melebihi 10 kGy aman untuk dimakan

(8).
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia selama ini terhadap berbagai komoditi seperti hasil laut (9 - 18), beras (19), gandum (20), rempah62

rempah (21, 22) dan makanan ternak (23) memberikan gambaran tentang telah dikuasainya teknologi pengawetan dengan iradiasi ini dengan prospek ekonomi yang dapat diperhitungkan. Komoditi ekspor hasil pertanian dan perkebunan (komoditi non-migas) yang digalakkan dewasa ini oleh Pemerintah dapat menggunakan teknologi radiasi ini untuk memperbaiki mutu dan mengurangi kerusakan karena penyimpanan dan pengiriman yang makan waktu lama. Komoditi lainpun dapat menggunakannya dalam rangka penyimpanan dan pengawetan untuk memenuhi penyediaan pangan jangka panjang di Indonesia, dengan mematikan serangga perusak, kapang, mencegah pertunasan dan lain sebagainya. Karantina buah-buahan: maupun pencegahan pembusukan dapat pula diarahkan untuk menggunakan teknologi radiasi ini. Dalam perjalanan penelitian dan pengembangan pengawetan makanan dengan radiasi yang selama ini dilakukan di Indonesia, penelitian "wholesomeness" tidak pernah dilakukan, mengingat jangka waktu yang panjang dan biaya yang cukup mahal, dan selama ini diikuti pula oleh negara-negara berkembang dan beberapa negara maju yang hanya berorientasi pada hasil-hasil penelitian yang dikeluarkan oleh proyek penelitian internasional "wholesomeness" di Karlsruhe Jerman Barat atau negara-negara maju lainnya. Dengan segala macam pertimbangan ini, kini tinggal terserah pada masyarakat dan pihak yang berwewenang untuk mempertimbangkan pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. llmuwan dengan beroreintasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialaminya selalu mencari konsep-konsep, metode-metode dan teknologi-teknologi baru yang lebih menguntungkan manusia dalam rangka memanfaatkan alam sekitar. Ilmuwan meminimalkan risiko at au dampak yang mungkin ada dan memaksimalkan keuntungan/benefit dari konsep, metode dan teknologi yang dihasilkannya. Terpulang pada manusia jugalah untuk mengkaji dan memanfaatkannya.

63

1. 2. 3. 3. 5.

6.

7.

8. 9. 10.

II. 12.

13.

14. IS. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

UNDP-IAEA, Dokumen RAS/79/063/C/OI/18, "Revised Proposal", Part I (1980) ll-12. MOH. RIDWAN, "Radiasi dalam proses industri", Almanak Nubika 1982, PUSNUBIKA AD (1982) 301-310. MUNSIAH MAHA, Prospek penggunaan tenaga nuklir dalam bidang teknologi pangan, Bulletin BATAN 3 2 (1982) 19 - 28. MOH. RIDW AN, Co-60 plant for radiation vulcanization of natural rubber latex, Makalah untuk Technology Transfer Meeting, Jakarta, November 1982. MOH. RIDWAN, Irradiator sinar gamma, akselerator elektron dan biaya proses radiasi serta penggunaannya dalam industri. Makalah untuk Seminar Penggunaan Isotop dan Radiasi Dalam Industri, Jakarta, Maret 1977. BRYNJOLFSON, A., "Faktor influencing Economic Evaluation of Irradiation Processing" in Factor Influencing the Economical Application of Food Irradiation, Proceeding of A. Panel, IAEA, Vienna (1973) 13 - 35. BRYNJOLFSON, A., "Machine irradiation sources and irradiation technology", in Chemical and Food Application of Radiation, Nuclear Engineering, part XIX, American Institute of Chemical Engineers (1968) 71 - 86. ----Wholesomeness of Irradiated Food, Report of Joint FAO/IAEAfWHO Expert Committee, Technical Report Series 659, WHO, Geneva (1981). MARTOJUDO, l.W., Mikroorganisme patogen pada ikan laut sebelum dan sesudah radiasi, BAT AN , PPPJ/T.25/74. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., SIAGlAN, E.G., CHOSDU, R., Combined gamma irradiation and potassium sorbate treatment to extend the shelf-life of pre cooked chub mackerel (Rastrelliger sp), BAT AN, PPPJ /G.38/1978. ROCHESTRI SOFY AN, Pengaruh radiasi sinar gamma dan "blanching" pada beberapa sifat protein dan aktivitas enzi'1la proteolitik ikan, BATAN, PPPJ/PA/1979. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., CHOSDU, R., SIAGIAN, E.G., NASRAN, S., Pengawetan bandeng asap dengan perIakuan kombinasi k&licm sorbat dan iradiasi, BATAN, PPPJ/P.8/1979. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., CHOSDU, R., SIAGIAN, E.G.,'NASRAN, S., Combination of potassium sorb ate and irradiation treatments to extend the shelf-life of cured fish products, BATAN, PAIR/P.24/1980. MUNSIAH MAHA, PURWANTO, Z.I., KICKY, L.T.K., Studies on bulk packaging of ir radiated dried fish, BATAN, PAIR/PAO/1981. ROCHESTRI SOFY AN, Pengaruh radiasi sinar gamma pada Iipida ikan, BATAN, PAIR/G. 80/1981. MUNSIAH MAHA, HARSOYO, Penggunaan iradiasi untuk mencegah gangguan 'kapang pada ikan asap kering, BATAN, PAIR/P.55/1982. HARIY ADI, R.S., MUNSIAH, M., Disinfestasi serangga ikan asap dengan iradiasi, BAT AN PAIR/P.70/1982. MUNSIAH MAHA, PURWANTO, Z.I., NASRAN, S., Transportation and consumer acceptance studies of irradiated dried fish, BA TAN, PAIR/P. 78/1983. SOEGIARTO, C.l., Hubungan an tara peningkatan jumlah serangga hama beras dan susut beras dalam penyimpanan, BATAN, PPPJ/G.35/1977. ' RAHA YU CHOSDU, MUNSIAH, M., 'Pengaruh radiasi disinfestasi pada beberapa sifat fisik dan kimia tepung gandum, BAT AN, PAIR/G.63/1980. SAPUTRA, T.S., SOEDARMAN,.H., Gamma irradiation of spices, BATAN, PAIR/P. 74/ 1982. SAPUTRA, T.S., MAHA, M., PURW ANTO, Z.I., Quality changes of irradiated spices stored in various packaging materials, BATAN, PAIR/P. 77/1983. SIAGIAN, E.G., SUSIANA., Radiasi Makanan Ternak, BAT AN, PAIR/P.66/1982.

64

Tabell.

Besarnya dosis iradiasi untuk berbagai tujuan pengawetan (3). 0,50 10,00 25,00 3,00 0,10 0,20 0,80 3,00 0,05 - 60,00 0,12 Besarnya dosis (KGy)

Menunda 1,25 kematangan buah-buahan Membunuh semua mikroba yang ada Menghilangkan MenghiIangkan Menurunkan Disinfestasi serangga kandungan parasit mikroba dalam patogen mikroba Menghambat pertunasan No. Tujuan pengawetan daging segar

Tabel 2. Jenis makanan yang diiradiasi yang dilepaskan ke masyarakat dan negara pelepasnya serta tahun pelepasannya (3). Nama produk Kentang Negara pemakai pemberian izin serta tahun

Bawang Bombay

Bawang Putih

Rusia (1958), Kanada (1960), Amerika Serikat (1964), Israel (1967), Hongaria (1969), Spanyol (1969), Denmark (1970), Uruguai (1970), Belanda (1970), Bulgaria (1972), Perancis (1972), Philipina (1972), Jepang (1972), Italia (1973), Chili (1974), Jerman (1974), Cekoslowakia (1976), Afrika Selatan (1977) dan Belgia (1980). Kanada (1965), Rusia (1967/ 1973), Israel (1968), Belanda (1971/1975), Bulgaria (1972) Hongaria (1973), Thailand (1973), Italia (1973), Spanyol (1975), Cekoslowakia (1976), Perancis (1977), Afrika Selatan (1978) dan Jepang (1980). Bulgaria (1972), Italia (1973), Perancis (1977) dan Afrika Selatan (1978).

65

Lanjutan Tabel 2 Negara pemakai serta tahun pemberian izin Rusia (1964) dan Bulgaria (1972). Rusia (1964) dan Bulgaria (1972) Belanda (1969) dan Cekoslowakia (1976). Belanda (1969) Belanda (1969), Hongaria (1973), Afrika Selatan (1978) dan Belgia (1980). Afrika Selatan (1978). Belanda (1969). Belanda (1974). Belanda (1974) Belanda (1975). Belanda (1971) dan Hongaria (1974) Rusia (1959) dan Bulgaria (1972). Amerika Serikat (1963) dan Kanada (1969). Rusia (1964) Rusia (1964), Belanda (1971/ 1976), Kanada (1973) dan Afrika Selatan (1978). Rusia (1967). Belanda (1970). Kanada (1973) dan Belanda (1976). Rusia (1966) dan Bulgaria (1972). Inggris (1969). Belanda (1969) dan Jerman (1972). Belanda (1972) Perancis (1977) dan Belgia (1980). Hongaria (1974). Hongaria (1978).

Nama produk Buah-buahan kering Buah-buahan dan sayuran segar Jamur merang Asparagus Arbei

Mangga Biji coklat Sayuran pengisi kroket Tepung campuran adonan Andevi Rempah-rempah dan sambal Bebijian Gandum dan tepung gandum Daging setengah masak Daging ayam

Masakan daging Udang Daging ikan "cod".dan "haddock". Masakan pekatan kering Makanan untuk pasien rumah sakit Makanan beku untuk rumah sakit Makanan cair segar yang dikalengkan Bawang merah Bumbu campuran Campuran bumbu kering untuk daging cincang kaleng

66

Lanjutan Tabel 2 Negara pemakai serta tahun (1978). (1976). Belanda Australia Belanda Selatan (1979). (1978). (1978). Afrika Selatan (1977). (1977). (1980). dan pemberian "plaice" izinNama Produk

67

Tabel 3. Pembangunan irradiator Co-60 di berbagai negara (3). Negara . sayuran (150) ("mobile") untuk .sedang dirancang Penelitian dan PeMunich Gammaster November Ede 1980 Pilot industri Industri 1982 RT 4101 1981 1980 Iradiator untuk sayuran bawang lradiator Industri (100) (500) JS 9000 (60) (100) (300) dirancang/1981 berja1an dipertimbangkan dirancang Irradiator Semi-industri Gamma-cell untuk 500 (100) bawang (30) (20) sedang sedang dirancang/1980/1982. (USA sedang 3) dirancang/1980 dipesan . / 1983 Pilot (50) dibangun dipesan/1983 dipesan/1981 dipesan Jenis sumber Status/tahun (kCi Co-60) penggunaan

ator industri n 0)~ (100) 0) i (100) an

68

Tabel 4. Perhitungan biaya proses radiasi untuk iradiator dengan aktivitas 150.000 Ci, kapasitas 8 ton/jam untuk dosis 0,3 kGy dengan faktor efisiensi 30%. 20% 25% 10% 15% kerja 5,9 Harga 3,9 4,9 6,9 radiasi/kg Dosis (Rp.) 0.3 kGy bahan investasi + modal Rencana keuntungan dari total

69

DISKUSI

P. LOAHARANU: Indonesia is a major exporter of spices and more countries in Europe have approved irradiated spices for consumption. Is BATAN ready to serve the need of the spice industry by treating commercial quantities of spices? MOH. RIDWAN: Yes, BATAN is ready now. For small amount BATAN can offer radiation services just now. For a higher amount, or for very high amount, we have to wait a little bit until 1st August 1983 after commissioning our big irradiation facility. NELLY: Bagaimana orang awam dapat mengetahui bila suatu industri telah mengiradiasi produk-produknya sehingga hargapun lebih tinggi daripada yang tidak diiradiasi bila tidak diberi label Gaminan mutu). MOH. RIDWAN: Tanpa label tidak akan ketahuan bahwa produk-produk tadi telah diiradiasi. Pelabelan tergantung Ditjen POM/Depkes. Orang sekarang ingin dapat kualitas/mutu yang baik. Jadi kalau harga naik - tapi dapat dipertanggungjawabkan masyarakat tentunya dapat menerima. HARIY AD! : Mohon komentar tentang aspek sosial dari penggunaan iradiasi, misalnya penyempitan ruang kerja akibat digunakannya teknik ini. MOH. RIDWAN: Teknologi ini adalah teknologi komplementer dan lanjutan teknologi proses yang ada. Justrujika sekarang ini diterima, akan memberikan kemungkinan perluasan lapangan kerja. HUSNAINI: Apakah suatu produk yang sudah diradiasi dapat diidentifikasi secara laboratories untuk dapat membedakannya dengan yang belum diiradiasi. MOH. RIDWAN: Sulit sekali bahkan boleh dikatakan mungkin. SIn RAHA YU: Apakah ada alat/cara untuk mendeteksi makanan yang telah diiradiasi dan sehubungan dengan pengawasan dosis aman apakah dapat diketahui pula telah diiradiasi berapa krad? MOH. RIDWAN: Tidak. Dosis berapa juga sulit dideteksi kalau sudah dilakukan. Dosis diketahui oleh pelaksana iradiasi, dengan alat ukur atau perhitungan. dengan peralatan-peralatan sederhana tidak

70

SUNARY A: Bagaimana halnya dengan masalah keresahan pada pembuangan sampah radiasi yang dikaitkan dengan isi prasaran yang menyatakan bahwa iradiasi akan mengurangi pencemaran. MOH. RIDWAN: Sampah radioaktifjsampah nuklir anan memberikan pencemaran kalau dibuang di sembarang temp at dan susah dikontrol. Dengan proses radiasi tidak akan ada sampah yang terbuang, bahkan prosesnya menguntungkan karena mengurangi pencemaran. MONANG MANULLANG : Bagaimana pendapat Pak Ridwan tentang kemungkinan bertambahnya dosis radiasi yang diterima tiap orang per hari sebagai bertambah banyaknya makanan yang dikonsumsi dengan proses iradiasi ditambah dengan radiasi dari lingkungan. Sudah adakah penelitian dari BATAN tentang berapa jumlah radiasi yang diterima setiap orangjtahun berasal dari lingkungan di Indonesia. MOH. RIDWAN: Makanan yang diiradiasi tidak menimbulkan radiasi sarna sekali, sehingga tidak mungkin akan ada pertambahan dosis radiasi yang diterima masyarakat, kecuali dari lingkungan. Radiasi yang diterima setiap orangjtahun di Indonesia tidak diteliti, karena hal ini normal namun data dosis yang diterima para pekerja radiasi di Indonesia di manapun ia bekerja, kecuali DepkesjRumah Sakit ada pada BATAN. YAY ASAN LEMBAGA KONSUMEN: Melihat keuntungan-keuntungan dari teknologi radiasi yang Bapak kemukakan tadi, sejauh mana animo dari industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia? Dari inventarisasi kemungkinan aplikasi radiasi oleh industri-industri terse but mungkin sudah dapat diperkirakan kapan bisa direalisasi di Indonesia bila sudah ada legalisasi. MOH. RIDWAN: Seminar ini justru ingin mengundang respon dan animo industri setelah BATAN, yakin teknologi ini sudah dikuasai baik dari segi teknik, ekonomis, dan keamanan. Hari inipun bisa dalam jumlah terbatas. Dalam jumlah besar, menunggu selesainya iradiator BATAN yang besar, yang akan mulai beroperasi tanggall Agustus 1983.

1.

2.

1.

2.

1.

2.

1.

2.

71

Anda mungkin juga menyukai