Anda di halaman 1dari 2

Azas Perlindungan Konsumen :.

Perlindungan konsumen di Indonesia diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) Azas Pembangunan Nasional, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Azas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Azas Keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya, secara adil. Azas Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual. Azas Keamanan dan Keselamatan Konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa ayang dikonsumsi atau digunakan. Azas Kepastian Hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Pemerintah sebagai stakeholder pembangunan memiliki peran vital dalam pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan konsumen, yang pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh dari berbagai unsur pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Dalam Pasal 29 UUPK dinyatakan: 1. 2. 3. 4. Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri/Menteri teknis terkait. Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upaya untuk: 1. Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antata pelaku usaha dan konsumen; 2. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; 3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang perlindungan konsumen

Selain pembinaan, peranan pemerintah adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen. Dalam Pasal 30 UUPK disesbutkan bahwa pemerintah bersama masyarakt dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat adalah pihak-pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan. Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan perundang-undangannya. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, selain dilakukan atas penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapn ketentuan peraturan perundang-undangannya, juga dilakukan atas barang/jasa yang beredar dipasar. Hak-hak Konsumen :. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya

Kewajiban Konsumen :. 1. 2. 3. 4. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut (Pasal 5 UUPK)

BPKN Melayani Pengaduan dari Masyarakat, LPKSM dan Pelaku Usaha BPKN telah merumuskan konsep prosedur pengaduan dan penanganan keluhan tentang kebijakan perlindungan konsumen dari masyarakat. LPKSM, atau Pelaku Usaha. Untuk itu sedang disusun prosedur penerimaan pengaduan, yang ditetapkan dalam Keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional. Pengaduan adalah pengungkapan data dan/atau informasi tentang ketidakpuasan dalam perlindungan konsumen yang dialami oleh masyarakat, LPKSM atau pelaku usaha kepada BPKN. Tujuan penerimaan pengaduan: Menganalisis pengaduan dari masyararakat, LPKSM atau pelaku usaha, selanjutnya menyusun saran atau rekomendasi (perlindungan konsumen) untuk disampaikan kepada Pemerintah dan atau kepada instansi terkait untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Prinsip-prinsip penerimaan pengaduan oleh BPKN adalah adanya kemudahan akses, keadilan, ensien dan efektif. Pengaduan yang diterima BPKN meliputi dua kategori yakni: 1. Pengaduan tentang permintaan penyelesaian sengketa antara masyarakat dengan pelaku usaha. 2. Pengaduan tentang ketidakpuasan masyarakat, LPKSM dan atau pelaku usaha atas kebijakan pemerintah yang terkait masalah perlindungan konsumen.

Bila dipandang perlu, maka dalam penerimaan pengaduan ini BPKN dapat meminta keterangan atau pendapat para ahli sesuai bidangnya untuk memberikan masukan. Untuk sementara ini, pengaduan dapat disalurkan melalui: Badan Perlindungan Konsumen Nasional - BPKN Lantai 11 Gedung I - Kementrian Perdagangan Republik Indonesia Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 INDONESIA Telp. : [62-21] 34833819 Fax. : [62-21] 3848662 email : voice@bpkn.go.id website : http://www.bpkn.go.id

Anda mungkin juga menyukai