Anda di halaman 1dari 3

Kiat Menjadi Manusia Ikhlas Untuk menjadi manusia ikhlas diperlukan latihan yang terus menerus.

Bila masih ada rasa mengeluh dalam menghadapi hidup, berpikiran negatif ketika datang cobaan dari Allah, berprasangka buruk ketika musibah datang, ingin diperhatikan orang ketika berkarya, itu tanda keikhlasan berkurang. 1. Mulailah dengan basmallah. Untuk menanamkan ikhlas dalam hati, mulailah setiap pekerjaan dengan ucapan bismillhirrahmnirrahm (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Dihayati maknanya, bahwa pekerjaan yang sekarang dikerjakan hanya semata ibdah (pengabdian) kepada Allah. Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Pemelihara seluruh alam (Q.S. al-Anm [6]: 162). 2. Lakukan yang terbaik. Karena kita sedang mengabdi kepada-Nya, maka harus berusaha melakukan yang terbaik (amal shalh), tidak asal-asalan, tidak sekedar berbuat. Allah berfirman: Dan katakanlah: bekerjalah (sebaik-baiknya), maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat amal perbuatanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, dan akan mengabarkan kepadamu tentang apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Taubah [9]: 105) 3. Hindarilah bekerja karena pamrih. Allah membenci riya (beramal untuk dilihat orang supaya mendapatkan sanjungan). Lihat Q.S. al-Nis [4]: 142, dan al-Mn : 6). Riya dikategorikan sebagai syirik samar yang sulit dideteksi. Rasulullah Saw. menengarai riya sebagai perilaku berbahaya yang dapat menimpa siapa saja, bahkan sekelas para sahabat. Beliau bersabda, Maukah kukabarkan kepada kalian mengenai sesuatu yang lebih aku takutkan menyerang kalian daripada al-Masih adDajjal? Para sahabat menjawab, Mau ya Rasulullah. Beliau berkata, Yaitu syirik yang samar.Tatkala seorang berdiri menunaikan shalat lantas membagus-baguskan shalatnya karena merasa dirinya diperhatikan oleh orang lain. (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah). Ibn Qayyim berkata: Tidak akan bersatu antara ikhlas di dalam hati dengan kecintaan terhadap pujian dan sanjungan serta ketamakan terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, kecuali sebagaimana bersatunya air dengan api atau biawak dengan ikan makanannya-. (al-Fawid: 143). 4. Jangan riya. Biasakan sedikit bicara banyak kerja. Bukan banyak bicara sedikit kerja. Membiasakan memberi tanpa orang lain tahu, sebagaimana yang dilukiskan Rasulullah Saw. tangan kanan memberi tangan kiri tidak melihatnya. Jangan seperti gambaran orang berilmu yang mencari ilmu untuk mengharap pujian. Rasulullah Saw. bersabda:Barangsiapa yang menuntut ilmu yang semestinya dipelajari demi mencari wajah Allah akan tetapi dia tidak menuntutnya melainkan untuk menggapai kesenangan dunia maka dia pasti tidak akan mendapatkan bau harum surga pada hari kiamat kelak. (HR. Abu Dawud).
Page 1 of 3

5. Bebaskan diri dari prasangka buruk. Upayakan selalu berpikir positif dalam hidup. Natjah (hasil) dari sebuah perbuatan terletak pada apa yang dipikirkan. Bila negatif akan menghasilkan produk negatif, tapi bila positif akan menghasilkan produk positif. Allah pun akan membela hamba-Nya sesuai dengan persepsi berpikir hambanya itu. Disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi: Ana inda zanni abd b (Aku berada pada persangkaan hamba-Ku). Bila sang hamba memiliki persangkaan buruk (s al-zann), akan buruk pula hasilnya, dan bila sang hamba memiliki persangkaan baik (husn al-zann), maka Allah akan berada di sisinya, membela dan mewujudkan apa yang dipikirkannya itu. 6. Geser Keseriusan Menjadi Keasyikan. Ketika kepala penuh dengan hal-hal serius, segala sesuatu akan terasa sulit dicapai. Coba geser keseriusan di kepala menjadi keasyikan di hati. Tarik napas dalam, embuskan perlahan. Tekan tombol rileks di kepala, senyum di wajah dan tenang di hati. Rasakan pelan segala urusan jadi begitu lancar dan penuh kemudahan. 7. Operasikan Pikiran Dengan Sengaja. Untuk jadi sukses, kaya atau bahagia, memang harus menciptakan pikiran yang membuat kita merasakan hal tersebut. Ubah kalimat Saya ingin bahagia menjadi Saya sudah merasa bahagia (dengan semua yang kita punya). Memang sulit dilakukan. Kebanyakan orang belum terbiasa puas dengan apa yang mereka punya. Namun, karena ini masalah kebiasaan, Anda hanya perlu berlatih. 8. Fokus Tapi Damai. Salah satu sebab kita mudah terbawa ke zona perasaan negatif adalah terlalu sering memaksa atau menuntut banyak dari diri kita sendiri. Memaksakan diri terus bekerja hingga energi habis, padahal kita hanya punya satu badan, dua tangan, dan dua kaki. Setelah lelah mendera, kita juga masih berharap bisa bersikap riang dan menyenangkan orang lain. Berbahagialah, apa pun situasinya dan izinkan diri Anda beristirahat. Setelah tubuh segar, perasaan pun akan kembali positif. 9. Menyetel Perasaan Positif. Perhatikan satu obyek yang menyenangkan di sekitar Anda (bisa barang, orang atau situasi). Rasakan benar-benar selama 2-3 menit betapa beruntungnya Anda memilikinya. Rasakan perubahan perasaan Anda. Pasti jadi lebih enak dan positif. Pindahkan perhatian Anda pada obyek lain dan lakukan hal yang sama. Lakukan sepanjang hari dan jagalah perasaan enak ini selama mungkin sambil beraktivitas. Semakin sering Anda melatih perasaan positif ini, makin berkurang perasaan tak enak di hati. 10. Selaraskan Pikiran Dengan Perasaan. Jika kehendak hati tidak sinkron dengan kehendak pikiran, biasanya muncul keraguan. Ini sama saja Anda menyabotase harapan untuk mencapai sesuatu tersebut. Anda perlu berlatih menyelaraskan pikiran dengan perasaan. Caranya, ubah kalimat Saya ingin langsing yang terasa kaku dengan Rasanya lebih enak ya, kalau saya langsing yang terasa lebih sejuk di hati.
Page 2 of 3

Page 3 of 3

Anda mungkin juga menyukai