Anda di halaman 1dari 7

INSTRUMENTASI ELEKTRONIS

AKUISISI DATA PADA BIDANG KEDOKTERAN

Disusun Oleh : Nama NIM Jurusan/Prodi : Setiyo Wahyono : 5301411070 : Pendidikan Teknik Elektro

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

1. Akuisisi Data pada bidang Kedokteran Salah satu aplikasi DAS di bidang kedokteran yang akan dibahas di sini adalah perangkat untuk menghitung denyut jantung tiap menit. Sebelum membahas peralatan tersebut, akan dibahas mengenai jantung dan aktivitasnya.

A. Jantung Dan Aktivitasnya Jantung terdiri dari serabut otot yang terbagi dalam 4 ruangan (lihat gambar 5.16). Ruangan-ruangan tersebut terisi dengan darah ketika mengembang dan dikosongkan ketika jantung berkontraksi.

Gambar 5.16. (a) Ruangan-ruangan Jantung (disederhanakan) (b) Jantung Sebenarnya Kontraksi jantung terjadi secara periodik. Perioda dari akhir satu kontraksi ke akhir kontraksi berikutnya disebut "putaran kardiak", dimana tiap satu perioda relaksasi (disebut DIASTOLE), diikuti satu perioda kontraksi yang disebut SYSTOLE. Pada perioda diastole, jantung dalam keadaan relaks dan volumenya mengembang. Atrium kanan menerima darah yang mengandung C02 dari sirkulasi tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah yang mengandung 02 dari paru-paru. Perioda systole diawaIi dengan kontraksi otot-otot atrium yang diikuti kontraksi otot-otot ventrikeI. Pada systole atrial darah dari masing-masing atrium dipompa ke ventrikel yang sesuai, sedangkan pada systole ventrikular, darah dipompa dari ventrikel kanan ke seluruh tubuh dan dari ventrikel kiri ke paru-paru. Pada denyut normal, kedua atrium berkontraksi pada saat yang bersamaan, sementara ventrikel relaks dan mengembang. Ketika ventrikel berkontraksi, atrium relaks. Aktivitas mekanis jantung di atas, dapat berjalan dengan berirama berkat adanya suatu sistem elektris pada jantung. Sistem elektris jantung ini terdiri dari:

a. Sistem untuk membangkitkan impluse-impluse berirama untuk menghasilkan kontraksi berirama dari otot jantung. b. Sistem untuk menghantarkan impulse-impulse ini dengan cepat ke seluruh bagian jantung Bagian-bagian serabut jantung mempunyai kemampuan 'eksitasi sendiri' yaitu proses yang dapat menghasiIkan kontrkasi berirama secara otomatik. Pada keadaan normal, bagian yang paling dominan dalam hal ini adalah sekelompok syarat yang terletak dalam atrium sebelah kanan dan disebut Simpul S-A (Sinoatrial Node), oleh karena itu simpul S-A disebut 'prymary pace maker', dan dalam keadaan normal akan mengatur kecepatan denyut jantung. Pada keadaan tidak normal, fungsi ini bisa digantikan oleh simpul A-V ('Antrioventrikular Node') atau serat Purkinye. Bahkan walaupun jarang terjadi, titik tertentu pada otot atrium atau ventrikel dapat bertindak sebagai 'pacemaker'. 'Pacemaker' selain simpul S-A disebut sebagai 'etropic pacemaker', yang akan menghasilkan kontraksi bagian-bagian jantung secara abnormal.

B. Tranduser Penghitung Pulsa Denyut Jantung Tranduser yang dibutuhkan bekerja berdasarkan tekanan. Tekanan dari pulsa denyut jantung diubah menjadi sinyal listrik yang siap diolah.

- Transducer Piezzoelektrik Salah satu metoda untuk mengubah gaya dari pulsa denyut jantung manusia menjadi sinyal listrik adalah menggunakan piezzoelektrik. Sebuah sensor piezzoelektrik akan menghasilkan sinyal listrik jika sensor ini mendapat tekanan dalam bentuk pulsa-pulsa tekanan. Agar sensor ini dapat mengindera tekanan, sensor ini dilekatkan pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika yang akan diukur adalah denyut jantung manusia, maka sensor ini dilekatkan pada bagianbagian tertentu dari tubuh manusia dengan menggunakan perekat, misalnya dengan plester. Plester ini harus cukup erat menahan sensor, tetapi tidak terlalu kuat sehingga menghalangi sirkulasi darah. Sensor piezzoelektrik memiliki resistansi yang sangat besar. Outputnya harus disuapkan (diinputkan) pada penguat dengan resistansi yang sangat besar, sekurangkurangnya 1 M ohm atau lebih. Penguat yang cocok untuk sensor ini adalah penguat dengan menggunakan FET atau MOSFET. Penguat transistor biasa tidak cocok karena tahanan inputnya yang terlalu rendah. Sensor ini juga sangat sensitif, sehingga dibutuhkan kehatian-hatian dalam penanganannya. Transducer tidak boleh berada dalam suhu melebihi 120 Fahrenheit. Jangan mencoba mengukur tahanan dari sensor ini dengan ohmmeter, karena tegangan dari batere ohmmeter akan merusak susunan krystal.

- Transducer Perubahan Reluktansi Reluktansi adalah rasio antara gaya magnetomotive dan flux magnetik. Reluktansi diukur dengan satuan ampere-lilitan per Weber. Dengan menggunakan diapragm yang akan mengalami defleksi bila mendapat tekanan, reluktansi dari lilitan dapat diubah (lihat gambar). Lilitan L1 dialiri arus AC atau arus DC.

Jika diafragma dibuat dari metal dan posisinya berubah-rubah karena adanya tekanan, maka pada lilitan L2 akan dihasilkan tegangan imbas (induksi) karena besarnya medan magnet yang diderita L2 dad L1 akan berubah-berubah sesuai dengan perubahan membran/diafragma logam tadi. Tegangan imbas di L2 kemudian dikuatkan oleh amplifier untuk pengolahan selanjutnya.

C. Heart Rate Counter Integrated Circuit Salah satu aplikasi DAS di bidang kedokteran yang akan dibicarakan di sini adalah rangkaian terintegrasi digital menggunakan metoda gate array untuk menghitung pulsa denyut jantung. Penghitung pulsa denyut jantung ini mempunyai fungsi sebagai berikut : - dapat menghitung pulsa denyut jantung - dapat menampilkan hasil hitungan tersebut - dapat membunyikan alarm jika denyut jantung kurang atau lebih dari keadaan normalnya. Alat ini bekerja berdasarkan penghitungan jumlah pulsa pada selang tertentu yang pada dasarnya merupakan pengukuran rata-rata denyut jantung. Jadi sistem tersebut pada dasarnya merupakan perangkat pencacah (rate) pulsa/denyut jantung. Hasil pencacahannya ditampilkan pada peraga bilangan dengan satuan jumlah pulsa permenit. Diagram blok perangkat ini dapat dilihat pada gambar 5.17 dan kemudian dirinci pada gambar 5.18

Gambar 5.17.Diagram blok

Gambar 5.18.Diagram terinci Secara umum cara kerjanya sebagai berikut : 1. 'Sensor Amplifier' dan 'Pulse Shaper' (blok A) mengambil data denyut jantung dan merubahnya menjadi pulsa. 2. Pencacah naik (blok B) direset dan kemudian mulai mencacah naik pulsa yang masuk dari blok A sambil timer (blok C) juga mulai menghitung suatu selang waktu. 3. Setelah timer menyatakan selang waktu selesai, pencacahan naik dihentikan dan kemudian bilangan pada pencacah naik tadi dikonversikan ke bentuk bcd pada pencacahan bcd (blok D).

4. Hasil konversi pada pencacah bcd selanjutnya dimultipleks waktu dan dikodekan ke bentuk kode peraga segmen tujuh pada blok E dan F. Tiap blok pada diagram diatas kemudian diimplementasikan sesuai dengan fungsinya menggunakan rangkaian elektronika (digital dan analog). Pada bagian ini ditentukan bagian rangkaian yang akan diimplementasikan dalam ASICs dan bagian yang harus direalisasikan diluar ASICs. Pada saat perancangan dilakukan, perangkat lunak yang digunakan belum memiliki/belum dapat menggunakan rangkaian analog untuk diikutkan dalam perancangan. Oleh karena itu, bagian rangkaian analog tidak dapat ditempatkan didalam rangkaian ASICsnya. Rangkaian analog yang berisikan 'sensor amplifier' dan 'pulse dirancang menggunakan penguat operational dan sebuah Schmitt Trigger. shaper'

Karena bagian analog tidak dapat dibuat dalam chip, maka inputnya harus sudah dalam bentuk pulsa logika.

Gambar 5.19. Diagram Blok PPI Keterangan : - Pulsa luar yang masuk melalui PL mulai dihitung jika ada pulsa START - Hasil hitungan ditampilkan pada 7 segmen melalui OA -OG dan OCC1-OCC3 - RC adalah bagian input pulsa dock - NR adalah bagian untuk mereset rangkaian PPI - SM untuk memilih mode yang digunakan - Saluran MODE adalah output untuk menampilkan mode kerja yang dipilih - Toolow: indikator jika jurnlah pulsa datang dibawah normal (lebih kecil dari 40 pulsa/detik) - Toolhigh: indikator jika pulsa datang diatas normal (lebih besar dari 150 pulsa/detik) - Speaker akan mengeluarkan bunyi jika toolow /toohigh

Gambar 5.20. Diagram blok PPI Iengkap Cara kerja: - Controller menunggu adanya sinyal start sambil memberikan sinyal MSE (yang memungkinkan perubahan mode) - Setelah mendapat sinyal START, controller memberikan sinyal PLE sehingga counter M1 mulai menghitung pulsa yang masuk (PL), sementara timer menghitung waktunya. - Bila timer sudah sampai perioda yang diberikan pada selektor (M9), maka timer memberikan sinyal T pada kontroller. - Controller mereset BCD Counter (M2) dan mempersiapkan counter M1 untuk menghitung turun. - Controller selanjutnya memberikan sinyal AE ke counter checker (M6 + M7) dan kembali ke keadaan semula. - BCD Counter selalu memberikan datanya pada multiplekser dan count checker. - Multiplekser, BCD to SS decode, driver, mengeluarkan hasil hitungannya. - Count checker memeriksa bilangan pada BCD jika ada sinyal AE.

D. Keuntungan Dari pembahasan diatas dapat dilihat, bahwa proses menggunakan DAS memberikan banyak. keuntungan, jika dibandingkan dengan proses tanpa DAS.

Keuntungan itu antara lain: - Pemrosesan pengamatan sinyal jantung menjadi lebih akurat daripada jika tidak menggunakan DAS, karena tidak tergantung dari pengamat - Pengambilan data bisa terus-menerus, dan otomatis (tidak perIu operator). - Pemrosesan lebih cepat. - Gangguan lingkungan lebih sedikit. - Dapat memberikan respon dengan cepat terhadap ketidaknormalan denyut jantung.

Anda mungkin juga menyukai