Anda di halaman 1dari 4

Cari

Main menu
Skip to primary content Skip to secondary content

Home About Artikel

Post navigation
Previous Next

Kalam itu qidam atau huduts (III)


Posted on Januari 3, 2011 Makna ketiga dari kata Logos atau ho Logos adalah kitabullah (kitab Allah) atau perkataan Allah yang tertulis. Lalu, kalam dalam makna ketiga (yaitu: kitabullah) itu bersifat qidam atau huduts? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu memperhatikan beberapa tinjauan sebagai berikut: 1. Tinjauan Materiil Kitabullah secara materiil tersusun atas kertas, tinta, sampul, jilid, dan sebagainya. Material penyusun kitab adalah ciptaan (makhluk) dan bersifat huduts. 2. Tinjauan Bahasa Bahasa (tata bahasa, lafaz, huruf, ejaan, dsb) itu tumbuh dan berkembang secara dinamis melalui waktu berabad-abad. Bahasa Aram, Ibrani, Yunani, dan Arab juga tumbuh dan berkembang. Sejarah tumbuh berkembangnya bahasa-bahasa tersebut dapat dilacak antara lain dari tumbuh dan berkembangnya alfabel sebagai berikut:

Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan bahasa itu dapat diketahui bahwa bahasa itu bersifat huduts dan berkodrat ciptaan (makhluk).

Kalam itu qidam (tak berawal) atau huduts (berawal) (2)


Posted In: Tauhid atau Keesaan Allah, Kalam Save as PDF | Print | Email

(Lanjutan seri 1) Makna kedua kata Logos atau ho Logos Firman (Kalam) dalam kaitannya dengan Allah adalah segala yang dikatakan, diucapkan, disabdakan, atau difirmankan oleh Allah. Sementara itu, Allah tidak terdiri dari bagian-bagian. Jadi, Allah tidak punya mulut sebagaimana ciptaan-Nya. Ini berarti, ungkapan perkataan yang keluar dari mulut-Ku (kata Ku merujuk kepada Allah) merupakan ungkapan yang mengandung kias. Arti ungkapan tersebut adalah: firman (perkataan) itu dikatakan, diucapkan, disabdakan, atau difirmankan oleh Allah keluar dari diriNya. Dari sini dapat diketahui bahwa firman atau kalam itu keluar dari Allah.

Demikian pula perkataan (firman) yang keluar dari mulut-Ku tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, melainkan akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadaNya. (Yesaya 55:11) Hal tersebut menunjukkan, sebelum firman (perkataan) itu dikatakan, diucapkan, disabdakan, atau difirmankan oleh Allah keluar dari diriNya, firman (perkataan) itu telah ada di dalam diri Allah. Amsal 8:22-25 menjelaskan bahwa sebelum firman atau perkataan dilahirkan (dikatakan, diucapkan, disabdakan, atau difirmankan) keluar oleh Allah, firman atau perkataan itu telah ada di dalam diri Allah sebagai Ilmu Allah. 22 23 24 25 22 Allah telah memiliki aku pada mula pekerjaanNya, pada zaman purbakala, sebelum karya cipta-Nya yang pertama-tama. 23 Sudah sejak kekekalan aku ter-set (= berada pada diri ALLAH), dari awal mula sebelum bumi ada. 24 Sebelum samudera raya dan sumber-sumber yang sarat dengan air ada, aku telah lahir. 25 Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu daripada bukit-bukit, aku telah lahir (Amsal Sulaeman 8:22-25)

Dengan demikian, tindakan berfirman bukanlah tindakan menciptakan firman, melainkan tindakan melahirkan firman (perkataan) yang semula berada di dalam Allah sebagai Ilmu Allah. Kata kias melahirkan disini dalam arti mengatakan, memfirmankan, mengucapkan, mengungkapkan keluar, atau mengeluarkan hal yang tadinya berada di dalam. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai hubungan antara Kalam dalam makna Ilmu Allah (makna pertama kata Logos) dengan Kalam dalam makna perkataan Allah (makna kedua kata Logos) demikian perkataan Allah adalah Ilmu Allah yang dikatakan (difirmankan) atau dilahirkan oleh Allah. Ilmu Allah bersifat qidam (tak berawal). Perkataan Allah adalah Ilmu Allah yang dikatakan (difirmankan) atau dilahirkan oleh Allah. Maka, perkataan Allah memiliki sifat Ilmu Allah, yaitu bersifat qidam (tak berawal). Jadi, makna kedua kata Logos atau ho Logos Firman (Kalam) dalam kaitannya dengan Allah (yaitu segala yang dikatakan, diucapkan, disabdakan, atau difirmankan oleh Allah) adalah bersifat qidam . Kata Logos atau ho Logos dalam makna pertama (Ilmu Allah, Kalam Nafsi, Kalam Hakiki) dan dalam makna kedua (Kalam yang difirmankan) bersifat qidam. Bagaimana dengan makna ketiga kata tersebut terkait dengan Allah? Apakah juga bersifat qidam atau huduts? Bersambung ke Kalam itu qidam atau huduts (3)

Anda mungkin juga menyukai