Anda di halaman 1dari 26

BAB VI BEBERAPA ASPEK AWAL ALIRAN KOMPRESIBEL

1.

Pendahuluan.

Pada tanggal 30 September 1935, ahli aerodinamika terkemuka

dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Roma, Italia. Beberapa dari mereka datang dengan pesawat yang saat itu berjalan lambat dengan kecepatan 130 mi/jam. Ironisnya orang-orang tersebut berkumpul untuk membicarakan aerodinamika pesawat bukan pada 130 mi/jam melainkan pada kecepatan yang luar biasa, sebesar 500 mi/jam atau lebih. Dari undangan saja, raksasa aerodinamika seperti Theodore von Karman dan Eastman Jacobs dari Amerika Serikat, Ludwig Prandtl dan Adolf Busemann dari Jerman, Jakob Ackeret dari Swiss, G.I.Taylor dari Inggris, Arturo Crocco dan Enrico Pistolesi dari Italia, dan lain-lainnya, berkumpul dalam Konferensi Volta ke V yang bertema Kecepatan yang tinggi dalam penerbangan. cepat dan semakin tinggi. Meskipun mesin jet belum dikembangkan, mereka diyakinkan bahwa masa depan penerbangan adalah semakin Saat itu beberapa insinyur aeronautika merasa bahwa pesawat tidak akan pernah bisa terbang lebih cepat dari kecepatan suara, mitos tentang hambatan suara menyebar melalui lapisan penerbangan. Saat itu ada pula yang menyampaikan tentang teknik-teknik tenaga penggerak untuk penerbangan berkecepatan tinggi, termasuk roket dan ramjet. Suasana dalam Konferensi Volta V menggembirakan dan menegangkan; konferensi tersebut meluncurkan komunitas aerodinamika dunia ke dalam bidang penerbangan subsonic dan supersonic berkecepatan tinggi suatu bidang yang saat itu umumnya adalah kecepatan penerbangan 130 mi/jam di tahun 1935. Tujuan dari bab ini dan selanjutnya dari buku ini adalah untuk menyajikan dasar-dasar dari penerbangan berkecepatan tinggi semacam itu. Berlawanan dengan aliran incompresibel kecepatan rendah, aspek yang sangat penting dari aliran kecepatan tinggi adalah bahwa kerapatannya berubah-ubah. Aliran semacam itu disebut compressible flows (aliran yang dapat dikompresi/dimampatkan). 2. Selain perubahan kerapatan (variable density), aspek-aspek yang sangat Misalnya, aliran udara pada kondisi permukaan Energi internal dari

penting dari compressible flow kecepatan tinggi adalah energi. Aliran kecepatan tinggi merupakan aliran berenergi tinggi. laut yang bergerak dengan kecepatan dua kali kecepatan suara.

63 1 kg udara tersebut adalah 2,07 x 10 5 J, sedangkan energi kinetiknya lebih besar, yaitu 2,31 x 105J. dan muncul dan Jika kecepatan aliran dikurangi, beberapa energi kinetik ini akan hilang kembali sebagai penambahan dalam energi internal, yang sehingga penting.

meningkatkan temperatur gas. Maka dalam aliran berkecepatan tinggi, transformasi energi perubahan temperatur merupakan pertimbangan Pertimbangan semacam itu dibahas dalam ilmu thermodinamika. Karena itu thermodinamika merupakan unsur yang vital dan penting dalam studi tentang compressible flow. Tujuan pertama dari bab ini adalah untuk meninjau kembali secara singkat aspek-aspek tertentu dari thermodinamika yang sangat esensial untuk pembahasan kita selanjutnya tentang compressible flow. 3. Tinjauan Singkat Tentang Thermodinamika. Pentingnya thermodinamika

dalam analisa dan pemahaman tentang compressible flow ditekankan dalam bagian di atas. Maka tujuan dari sub bagian ini adalah untuk meninjau kembali aspek-aspek thermodinamika yang penting untuk compressible flow. Ini tidak dimaksudkan sebagai pembahasan tentang thermodinamika secara mendalam, melainkan hanya tinjauan gagasan mendasar dan persamaan yang akan digunakan secara langsung dalam bab selanjutnya. Jika anda telah mempelajari tentang thermodinamika, tinjauan ini bisa menjadi pengingat tentang beberapa hubungan yang penting. yang sering kita gunakan dalam bab selanjutnya. 4. Gas Sempurna. Seperti digambarkan dalam bab sebelumnya, gas adalah Jika anda belum mengenal thermodinamika, bagian ini memberikan gagasan dasar dan persamaan

kumpulan partikel (molekul, atom, ion, elektron, dsb) yang bergerak secara random (acak). Karena struktur elektronik dari partikel-partikel tersebut, suatu medan gaya menyerap ruang di sekitar mereka. Medan gaya dikarenakan oleh satu partikel mencapai dan berinteraksi dengan partikel-partikel di sekitarnya, dan sebaliknya, maka medan tersebut disebut gaya antar molekul. Namun jika partikel-partikel gas terpisah cukup jauh, pengaruh dari gaya antar molekul akan kecil dan bisa diabaikan. Gas di mana gaya antar molekul diabaikan, didefinisikan sebagai gas sempurna ( perfect gas). Untuk suatu gas sempurna, p, dan T dihubungkan melalui persamaan keadaan sebagai berikut : p = RT (6.1)

64 dimana R adalah konstanta gas ideal, yang nilainya berbeda untuk gas-gas yang berlainan. Untuk udara pada kondisi standar permukaan laut, R = 287 J/(kg.K) = 1716 (ft-lb)/(slug.R). Pada temperatur dan tekanan yang khusus dari banyak aplikasi diameter molekul compressible flow, partikel-partikel gas rata-rata lebih dari 10

jauhnya, ini cukup jauh untuk menentukan asumsi dari gas sempurna. Maka, dalam keseluruhan buku ini kami menggunakan persamaan keadaan dalam bentuk Persamaan (6.1) atau persamaan lain : = RT (6.2)

dimana v adalah volume spesifik, yaitu volume per satuan massa; = 1/ (Catatan: mulai bab ini, kita gunakan simbol untuk menyatakan volume spesifik dan y komponen kecepatan. Ini merupakan penggunaan standar dan dalam semua kasus akan jelas tidak menimbulkan kebingungan). 5. Energi Internal dan Enthalpi . Ingat molekul dari suatu gas, katakanlah bergerak melalui ruang dengan gaya acak, Karena kecepatannya melalui

molekul O2 dalam udara. Molekul ini

kadang bertubrukan dengan molekul disekitarnya.

ruang, molekul ini memiliki energi kinetik yang berubah karena pergerakkannya. Selain itu, molekul ini tersusun dari atom-atom yang dapat kita lihat saling berhubungan sepanjang berbagai sumbu; misalnya, halter; dengan sebuah atom O kita bisa melihat molekul O 2 seperti bentuk pada tiap ujung sumbu yang berhubungan. Selain

gerakannya yang berubah-ubah, molekul semacam itu bisa melakukan gerak berputar (rotasi) dalam ruang; energi kinetik dari rotasi ini memberi kontribusi pada energi jaringan molekul. Juga, atom-atom dari suatu molekul tertentu bisa mementul kembali dan bolak-balik sepanjang sumbu molekul, yang memperbesar energi potensial dan energi kinetik dari vibrasi/getaran untuk molekul. Akhirnya, gerakan elektron-elektron didekat tiap inti (nukleus) molekul memperbesar energi elektronik untuk molekul. Jadi, energi dari molekul tertentu adalah jumlah energi pantulan, rotasi, translasi dan energi elektroniknya. 6. Sekarang pikirkan volume terbatas dari gas yang terdiri dari banyak molekul. Energi internal per satuan massa gas ditetapkan sebagai energi internal

Jumlah energi dari semua molekul dalam volume ini ditetapkan sebagai internal energy dari gas.

65 spesifik, yang dinyatakan dengan simbol e. Kuantitas yang berkaitan adalah enthalpi, yang dinyatakan dengan simbol h dan ditetapkan sebagai : h = e + pv Untuk gas sempurna (perfect gas), baik e dan h temperatur saja. e = e (T ) h = h(T) (6.4a) (6.4b) (6.3) hanyalah merupakan fungsi

Misalnya de dan dh mewakili masing-masing diferensial dari e dan h. Maka untuk gas sempurna, de = c dT dh = c dT (6.5a) (6.5b)

dimana cv dan cp adalah panas spesifik dari volume konstan dan tekanan konstan. Dalam persamaan (6.5a dan b) C v dan cp dengan sendirinya bisa menjadi fungsi T. Namun untuk temperatur sedang (untuk udara, untuk T < 1000 K), panas spesifik biasanya konstan. Gas sempurna dimana cv dan cp konstan, ditetapkan sebagai gas berkalori sempurna (calorically perfect gas) dimana persamaan (6.5a dan 6.5b) menjadi e = c T h = c T (6.6a) (6.6b)

Untuk kebanyakan masalah compressible flow praktis, temperaturnya adalah sedang; karena itu dalam buku ini selalu memperlakukan gas sebagai sempurna secara kalori; yaitu kami menganggap panas spesifik konstan. Untuk pembahasan masalah compressible flow dimana panas spesifik tidak konstan (seperti temperatur tinggi yang memberi reaksi aliran secara kimia pada kendaraan atmosfer berkecepatan tinggi, yaitu pesawat ruang angkasa) 7. Perhatikan bahwa e dan h dalam persamaan (6.3) hingga (6.6) adalah

perubahan tetap thermodinamika, mereka hanya tergantung pada keadaan gas dan bebas dari proses. Meskipun c v dan cp nampak dalam persamaan tersebut, tidak ada pembatasan untuk volume konstan atau proses tekanan konstan. Persamaan (6.5a dan 6.5b) dan (6.6a dan 6.6b) adalah hubungan dengan proses yang mungkin terjadi. Untuk gas spesifik, cp dan cv dihubungkan melalui persamaan :

66 c - c = R (6.7)

Dengan membagi persamaan (6.7) dengan cp kita peroleh:


c R 1- c = c p p

(6.8)

Ditentukan cp/cv. Untuk udara pada kondisi standar, = 1,4. maka persamaan (6.8) menjadi : 1- = c p atau
c = R 1

(6.9)

Demikian pula dengan membagi persamaan (6.7) dengan c v, kita dapatkan:


c = R

(6.10)

Persamaan (6.9) dan (6.10) khususnya berguna dalam pembahasan kita berikutnya tentang compressible flow. 8. Hukum Thermodinamika I. Ditentukan massa yang tetap dari gas, yang per satuan massa,

didefinisikan sebagai sistem. misalnya 1 kg, atau 1 slug). sekitar).

(Untuk sederhananya, anggap

Daerah di luar sistem disebut surroundings (daerah

Interface antara sistem dan keadaan sekitarnya disebut boundary (batas)

seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.1. Anggap misalnya sistem adalah stasioner/diam. Misalkan q adalah jumlah panas yang ditambahkan untuk sistem pada daerah batas (boundary), seperti digambarkan dalam Gambar 6.2. Contoh-contoh sumber q adalah radiasi dari daerah sekitar yang diserap oleh massa dalam sistem dan konduksi panas karena gradien temperatur pada daerah batas. Juga, misalkan w menyatakan

pekerjaan yang dilakukan pada sistem oleh daerah sekitar (katakanlah oleh pemindahan batas, dengan memeras volume sistem menjadi nilai yang lebih kecil). Seperti dibahas sebelumnya, karena gerakan molekuler dari gas, sistem memiliki energi internal e. Panas yang ditambahkan dan pekerjaan yang dilakukan pada sistem menyebabkan perubahan energi dan karena sistem tetap diam, perubahan dalam energi ini hanyalah de:

67

q + w = de

(6.11).

Ini merupakan hukum Thermodinamika I : yang merupakan hasil yang ditegaskan oleh pengalaman. Dalam Persamaan (6.11), e adalah perubahan keadaan. Maka de adalah diferensial yang pasti, dan nilainya hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir dari sistem. Sebaliknya, q dan w bergantung pada proses yang berlangsung dari keadaan awal ke akhir. Untuk de tertentu, umumnya ada sejumlah cara (proses) berbeda yang tak terbatas dengan mana panas dapat ditambahkan dan pekerjaan dilakukan pada sistem. Hal itu terdiri dari tiga tipe proses: a. Adiabatic process. Proses dimana tidak ada panas yang ditambahkan atau diambil dari sistem. b. Reversible process. Proses dimana fenomena peng-hamburan tidak terjadi, yaitu tidak terjadi efek rekat, konduktivitas termal, dan penyebaran massa. c. Isentropic process. Proses yang mencakup adiabatic dan reversible.
Surrounding s Boundary System (massa yang tetap) w

Gambar 6.1. Sistem thermodinamika. Untuk reversible process (proses yang dapat dibalik), dapat ditunjukkan bahwa

w = - pdv, dimana dv adalah perubahan dalam volume karena pemindahan batasan sistem. Jadi persamaan (6.11) menjadi:

q d = de

(6.12)

9.

Entropi dan Hukum Thermodinamika II .

Ditentukan sebuah balok es yang

bersinggungan dengan plat baja panas.

Hal ini menggambarkan bahwa es akan Memang, hukum

memanas (dan kemungkinan mencair) dan plat baja akan dingin. Namun, persamaan (6.11) tidak selalu menyatakan hal itu yang akan terjadi. Thermodinamika I mengijinkan es bisa menjadi lebih dingin dan plat baja bisa lebih panas, selama energi diawetkan selama proses. Yang jelas, dalam kehidupan nyata

68 hal itu tidak terjadi; bahkan alam memberikan kondisi lain pada proses itu, suatu kondisi yang memberitahu arah mana yang akan diambil oleh proses itu. Untuk menegaskan arah yang tepat dari suatu proses, ditentukan perubahan keadaan baru, yaitu entropi, sebagai berikut: ds =
q rev T

(6.13)

dimana s adalah entropi dari sistem, qrev adalah jumlah penambahan panas yang diberikan menurut definisi di atas. Ini menetapkan perubahan dalam entropi dalam pengertian penambahan panas yang bisa dibalik, qrev. Namun entropi adalah berubah secara tetap, dan dapat digunakan hubungan dengan suatu jenis proses yang dapat atau tidak dapat diubah. Jadi, kemungkinan hubungannya adalah : ds = 10.
q
T + ds rev

(6.14)

Dari persamaan (6.14), q adalah jumlah sebenarnya dari panas yang

ditambahkan pada sistem selama proses sebenarnya yang tak bisa diubah dan ds rev adalah penurunan entropi karena fenomena penghamburan yang tak bisa diubah atau kecepatan, konduktivitas panas dan penyebaran massa yang terjadi dalam sistem. Fenomena penghamburan selalu menaikkan entropi : dsrev 0 (6.15)

Dari persamaan (6.15), tanda yang sama menyatakan proses yang dapat diubah, dimana menurut definisi tidak ada fenomena penghamburan yang terjadi dalam sistem. Dengan menggabungkan persamaan (6.14) dan (6.15), kita peroleh: ds
q T

(6.16)

Lebih lanjut, jika prosesnya adalah adiabatic, q = 0 dan persamaan (6.16) menjadi : ds 0 (6.17)

Persamaan (6.16) dan (6.17) adalah bentuk dari hukum Thermodinamika II. Hukum Thermodinamika II menyatakan arah yang akan diambil suatu proses. Proses akan dimulai dari arah dimana entropi suatu sistem ditambahkan entropi daerah sekitarnya yang selalu bertambah, atau dalam kondisi terbaik tetap sama. Dalam contoh tentang es yang bersinggungan dengan baja panas, ditentukan sistem sebagai gabungan es

69 dan plat baja. Pemanasan serentak dari es dan pendinginan plat baja menghasilkan kenaikan dalam entropi untuk sistem. Di lain pihak, situasi yang tak mungkin dari es yang bertambah dingin dan plat yang menjadi lebih panas akan menghasilkan penurunan dalam entropi, suatu situasi yang terlarang oleh Hukum Thermodinamika II. Ringkasnya, konsep entropi bersama dengan Hukum Thermodinamika II membantu kita meramalkan persetujuan yang diterima alam. 11. Perhitungan sederhana dari entropi dilakukan sebagai berikut, dari persamaan

(6.12) misalnya panas ditambahkan secara terbalik; maka definisi entropi, persamaan (6.13) digantikan dengan persamaan (6.12) menghasilkan : T ds d = de atau T ds = de + d (6.18)

Dari definisi enthalpi, persamaan (6.3), kita memiliki: dh = de + d + d Dengan menggabungkan persamaan (6.18) dan (6.19), kita peroleh: T ds = dh + d (6.20) Persamaan (6.18) dan (6.20) merupakan bentuk yang bergantian dari hukum Thermodinamika I yang diberikan dalam hal entropi. Untuk gas sempurna, hubungan tersebut ke dalam persamaan (6.18) dan (6.20), diperoleh : ds = c
dT d + T T dT d + T T

(6.19)

dari

persamaan (6.5a dan b), yaitu de = cvdT, dan dh = cpdT. Dengan mensubstitusikan

(6.21)

dan

ds = c

(6.22)

Dengan mengerjakan persamaan (6.22), masukkan persamaan keadaan pv = RT, atau v/T = R/p, ke dalam bentuk terakhir. ds = c T R
dT d

(6.23)

70

Ditentukan proses Thermodinamika dengan keadaan awal dan akhir yang masingmasing dinyatakan oleh 1 dan 2. menjadi : s2 s1=
dT T

Persamaan (6.23), gabungan keadaan 1 dan 2,


d

T2

T1

P2

P1

(6.24)

Untuk gas yang sempurna secara kalori, baik R dan c p adalah konstan, maka persamaan (6.24) menjadi : s2 s1 = c ln
T2 p R ln 2 T1 p1

(6.25)

Dengan cara yang sama persamaan (6.21) menyebabkan : s2 s1 = c ln


T2 + R ln 2 T1 1

(6.26)

Persamaan (6.25) dan (6.26) adalah ungkapan sederhana untuk hitungan perubahan entropi dari gas yang sempurna secara kalori antara dua keadaan. Perhatikan dari persamaan tersebut bahwa s adalah fungsi dari dua variabel thermodinamika, misalnya s = s(p.T), s = s(v.T).

12.

Hubungan Isentropik.

Kita telah mendefinisikan proses isentropik sebagai

proses yang adiabatic sekaligus reversible. Ditentukan persamaan (6.14). untuk proses adiabatic, q = 0, juga untuk proses reversible, ds = 0. jadi untuk adiabatic, proses reversible, persamaan (6.14) menghasilkan ds = 0 atau entropinya adalah konstan; hal ini arti kata isentropic. Untuk proses isentropic semacam itu, persamaan (6.25) ditulis sebagai : 0 = c ln
T2 p R ln 2 T1 p1

c p T2 p2 ln p = R ln T 1 1

atau

T2 R p2 = T p1 1

cp

(6.27)

71 Namun dari persamaan (6.9)


cp R = 1

dan sehingga persamaan (6.27) dituliskan sebagai :


T2 ( 1 ) p2 = T p1 1

(6.28)

Dengan cara yang sama, persamaan (6.26) yang ditulis untuk proses isentropik diberikan : 0 = c ln
ln T2 + R ln 2 T1 1

c 2 T = ln 2 1 R T1
R
c

T2 1 = T 2 1

(6.29)

Dari persamaan (6.10),


cp R = 1

maka persamaan (6.29) ditulis sebagai berikut :


T2 ( 1) 2 = T 1 1
1

(6.30).

Karena 2/ 1 = v1/v2, persamaan(6.30) menjadi:


1

T2 2 = T 1 1

( 1)

(6.31)

Dengan menggabungkan persamaan (6.28) dan (6.31), kita dapat meringkas hubungan isentropik sebagai:

72

2 p2 = p1 1

T2 = T 1

( 1)

(6.32)

Persamaan (6.32) menghubungkan tekanan, kerapatan dan temperatur untuk suatu proses isentropik, persamaan ini sering menggunakan. Juga persamaan (6.32); yang berasal dari hukum Thermodinamika I dan definisi entropi. Maka, persamaan (6.32) pada dasarnya adalah hubungan energi untuk proses isentropik. 13. Pada kenyataan bahwa banyak masalah compressible flow sederhana dapat

dianggap sebagai. Misalnya, ditentukan aliran pada airfoil atau aliran melalui mesin roket. Di daerah-daerah yang berdekatan dengan permukaan airfoil dan dinding mulut pipa roket, lapisan batas terbentuk dengan mekanisme yang menghambur dari viscositas (kekentalan), konduksi termal dan penyebarannya yang kuat. Maka, entropi naik di lapisan batas tersebut. Namun, banyak elemen-elemen fluida yang bergerak dari luar lapisan batas. Di sini efek penghamburan dari kekentalan (viscosity) dan sebagainya sangat kecil dan dapat diabaikan. Selain itu, tidak ada panas yang ditransfer ke atau dari elemen fluida, jadi lapisan batas mengalami proses adiabatic reversible, yaitu aliran isentropic. Dalam banyak aplikasi sederhana, lapisan batas yang melekat dekat permukaan cukup tipis dibandingkan dengan medan aliran keseluruhan, sehingga daerah-daerah yang luas dari aliran bisa dianggap sebagai isentropik. Itulah sebabnya studi aliran isentropik langsung dapat diterapkan untuk banyak masalah compressible flow sederhana. 14. Contoh soal. Ditentukan pesawat Boeing 747 yang terbang pada ketinggian

36.000 ft. Tekanan pada sebuah titik di sayap adalah 400 lb/ft 2. Diasumsikan aliran isentropik pada sayap, hitung temperatur pada titik itu. Jawab : Pada ketinggian 36.000 ft, p = 476 lb/ft2 dan T = 391 oR. (6.32),
T2 ( 1 ) p2 = T p1 1
p p T
( 1 )

Dari persamaan

atau

T=

400 1,4 = 391 476

0,4

= 372o R

73

15.

Definisi Kompresabilitas.

Untuk semua substansi adalah kompresibel,

jika anda peras atau tekan, kerapatannya akan berubah. Ini akan benar untuk gas, demikian pula untuk cairan, dan untuk sebagian benda padat. Jumlah suatu zat agar bisa dikompresi diberikan menurut sifat-sifat khusus dari zat itu yang disebut compressibility, yang didefinisikan di bawah ini. Ditentukan sebuah elemen kecil dari Tekanan yang fluida dengan volume v, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.2.

diberikan pada sisi-sisi elemen adalah p. Misalnya tekanan sekarang dinaikkan oleh jumlah yang sangat kecil, d . Volume elemen akan berubah dengan jumlah yang sesuai, dv, dalam hal ini volume akan menurun, sehingga dv yang ditunjukkan dalam gambar 6.2 adalah negatif. Didefinisikan kompresabilitas, dari cairan adalah : = d
1 d

(6.33)

Secara fisik, kompresabilitas adalah perubahan sebagian dalam volume elemen fluida per satuan perubahan dalam tekanan. p P + dp

v + dv

Gambar 6.2 : Definisi kompresabilitas Namun, persamaan (6.33) tidak cukup tepat. Dari pengalaman diketahui bahwa jika suatu gas dikompresi (katakanlah dalam memompa ban sepeda), temperaturnya cenderung naik, tergantung pada jumlah panas yang ditransfer ke dalam atau keluar dari gas melalui batas-batas sistem. Jika temperatur dari elemen fluida dalam gambar 6.2 tetap konstan, maka dikenali sebagai isothermal compressibility T yang

didefinisikan dari persamaan (6.33) sebagai


T = 1 p T

(6.34)

74

Di satu sisi, jika tidak ada panas yang ditambahkan atau diambil dari elemen fluida, dan jika gesekan diabaikan, kompresi elemen fluida terjadi secara isentropik, dan dikenali sebagai kompresabilitas isentropik s, yang ditentukan dari persamaan (6.33) sebagai :
1 s =

(6.35)

dimana s menyatakan bahwa turunan parsial diambil pada entropi konstan. Baik T dan s adalah sifat thermodinamika yang tepat dari fluida; nilainya untuk gas dan cairan yang berbeda dapat diperoleh dari berbagai pedoman tentang sifat-sifat fisik. Secara umum, kompresabilitas dari gas adalah beberapa urutan besaran yang lebih besar daripada cairan itu. 16. Peran kompresabilitas dalam menentukan sifat fluida yang bergerak

ditunjukkan sebagai berikut. Ditentukan v sebagai volume khusus, yaitu volume per satuan massa. Maka v = 1/. Dengan mensubstitusikan definisi ini ke dalam persamaan (6.33), diperoleh: = dp
1 d

(6.36)

Jadi, bila fluida mengalami perubahan dalam tekanan dp, perubahan kerapatan yang sesuai, d dari persamaan (6.36) adalah : d = dp (6.37)

Dengan mempertimbangkan aliran fluida, misalnya aliran pada airfoil. Jika fluida adalah cair, di mana kompresibilitasnya sangat kecil, maka untuk perubahan tekanan

tertentu dp dari satu titik ke titik lain dalam aliran, persamaan (6.37) menyatakan bahwa d akan kecil. Selanjutnya, bisa diasumsikan bahwa adalah konstan dan bahwa aliran fluida inkompresibel. Di lain pihak, jika fluida adalah gas, di mana kompresabilitasnya, besar, maka untuk perubahan tekanan tertentu dp dari satu titik ke titik yang lain dalam aliran, persamaan (6.37) menyatakan bahwa d bisa besar pula. Jadi, tidak konstan dan umumnya aliran gas adalah aliran kompressibel. Pengecualian untuk ini adalah aliran berkecepatan rendah dari suatu gas; dalam aliran

75 tersebut, besaran aktual dari perubahan tekanan dalam seluruh medan aliran adalah kecil dibandingkan dengan tekanan itu sendiri. Jadi, untuk aliran berkecepatan rendah, dp dalam persamaan (6.37) adalah kecil, dan meskipun cukup besar, nilai d dapat dikuasai oleh dp kecil. Dalam kasus demikian, dapat dianggap konstan, sehingga mengijinkan kita untuk menganalisa aliran gas berkecepatan rendah sebagai aliran inkompresibel. 17. Selanjutnya, kami menunjukkan bahwa besaran/variabel yang paling tepat untuk inkompresibel, atau apakah ia harus adalah angka Mach M , yang ditetapkan

mengukur apakah aliran gas dapat dianggap diperlakukan sebagai aliran kompresibel,
V a

sebagai rasio dari kecepatan aliran lokal, V dengan kecepatan suara, a. M= (6.38).

ditunjukkan bahwa, jika M > 0.3, aliran akan dianggap kompresibel. Juga, ditunjukkan bahwa kecepatan suara dalam suatu gas dihubungkan dengan kompresabilitas isentropik, s, yang diberikan dalam persamaan (6.35). 18. Persamaan-Persamaan Untuk Menentukan Inviscid, Aliran Kompresibel .

Pelajaran mengenai invisid, compressible flow telah kita bahas sebelumnya, perlu diingat kembali bahwa variabel dependen primer untuk aliran semacam itu adalah p dan V, sehingga hanya memerlukan dua persamaan dasar, yaitu persamaan kontinuitas dan persamaan momentum, untuk memecahkan dua variabel yang tak diketahui. Persamaan-persamaan dasar digabungkan untuk mendapatkan persamaan Laplace dan persamaan Bernoulli, yang merupakan persamaan utama yang digunakan untuk penyelesaiannya. Perhatikan bahwa baik dan T diasumsikan konstan dalam seluruh inviscid compressible flow. Sebagai hasilnya, tidak ada persamaan tambahan yg dibutuhkan; khususnya, tidak ada kebutuhan terhadap persamaan energi atau konsep-konsep energi secara umum. Pada dasarnya, aliran incompresibel memenuhi hukum mekanika murni dan tidak memerlukan pertimbangan thermodinamika. Sebaliknya, untuk compressible flow, adalah variabel dan menjadi tak diketahui. Maka diperlukan persamaan tambahan yang menentukan, persamaan energi, yang selanjutnya menggantikan energi internal e sebagai variabel yang tak diketahui. Maka, variabel dependen primer untuk mempelajari tentang compressible flow adalah p, V, ,

76 e dan T, untuk memecahkan lima variabel tersebut kita memerlukan lima persamaan penting. 19. Pertama, aliran dari fluida inkompresibel diatur dengan persamaan-persamaan

dasar yang diperoleh dari bab sebelumnya. Pada sub bab pembahasan ini, yang terpenting adalah mengenal persamaan-persamaan tersebut serta turunannya. Maka, sebelum melanjutkan, ditinjau kembali gagasan dan hubungan dasar yang termuat di dalamnya. Ini merupakan cara mempelajari yang penting, dan jika mengikutinya, materi bab selanjutnya akan lebih mudah untuk pahami. Secara khusus, tinjau kembali bentuk-bentuk integral dan diferensial dari persamaan kontinuitas, persamaan momentum dan persamaan energi; berikan perhatian khusus pada persamaan energi karena ini merupakan aspek penting yang memisahkan compressible flow dari incompressible flow.
t

Beberapa bentuk yang lebih penting dari persamaan yang

menentukan untuk inviscid compressible flow adalah:

dV + V dS = 0
v S

(6.39)

Persamaan kontinuitas sebelumnya ditentukan bahwa :


+ V = 0 t

(6.40)

Persamaan Momentum ditentukan :


t

V dV + ( V dS) V = dS + f dV
V S

(6.41)

Untuk setiap sumbu diperoleh :

Du p = + fx Dt x
D p = + f y Dt y

(6.42a) (6.42b) (6.42c)

Dw p = + fz Dt z

Persamaan Energi yang ditentukan bahwa


t

V2 e + 2

dV +

V2 e + 2

V dS =

dV V dS + (f V) dV q
V S V

(6.43) Juga persamaan energi ditentukan


D e + V 2 /2 p V + (f V) = pq Dt

(6.44)

77

Persamaan kontinuitas, momentum dan energi adalah tiga persamaan dalam bentuk variabel yang tak diketahui, p, V, , e, dan T. Dengan asumsi gas sempurna secara kalori, penambahan dua persamaan dibutuhkan untuk melengkapi sistem yang diperoleh : Persamaan keadaan: Energi internal : 20. p = RT e = c T (6.1) (6.6a)

Dalam hal persamaan dasar untuk compressible flow, perhatikan bahwa asumsi tentang kerapatan konstan, sehingga tidak sah untuk

persamaan Bernoulli tidak berlaku untuk compressible flow; jelasnya persamaan itu mengandung compressible flow. Ini penting karena pengalaman menunjukkan bahwa sejumlah

mahasiswa aerodinamika, lebih tertarik oleh kesederhanaan dari persamaan Bernoulli, dan berusaha menggunakannya untuk semua situasi, baik aliran kompresibel dan inkompresibel. Hal itu tidak boleh lakukan! Perlu diingat selalu bahwa persamaan Bernoulli hanya berlaku untuk inkompresibel flow saja dan harus menghapusnya dari pemikiran kita jika berhubungan dengan compresible flow. menggunakan bentuk-bentuk integral dan diferensial pembahasan kita selanjutnya. persamaan tersebut sebelum melanjutkan. 21. Definisi Kondisi Total (Stagnasi) . Konsep tekanan statis p yang telah Sebagai catatan akhir, kita dari persamaan diatas dalam

Pastikan bahwa anda merasa nyaman dengan

dibahas lebih rinci. Tekanan statis adalah ukuran gerakan random murni dari molekul dalam suatu gas; ini merupakan tekanan yang anda rasakan ketika berbenturan Sebaliknya, tekanan total (stagnasi) dengan gas pada kecepatan aliran lokal. V = 0.

didefinisikan sebagai tekanan yang ada pada suatu titik (titik-titik) dalam aliran dimana Ditentukan elemen fluida yang melalui suatu titik tertentu dalam suatu aliran Di sini p, T, adalah kuantitas statis, yaitu tekanan dimana tekanan lokal, temperatur, kerapatan, angka Mach dan kecepatannya masingmasing adalah p, T, , M dan V.

statis, temperatur statis dan kerapatan statis; semua itu adalah tekanan, temperatur dan kerapatan yang anda rasakan ketika berbenturan dengan gas pada kecepatan aliran lokal. Sekarang bayangkan anda memegang elemen fluida dan secara adiabatik memperlambatnya hingga kecepatan nol. Anda akan mengira (dengan tepat) bahwa

78 nilai-nilai p, T dan akan berubah ketika elemen fluida berhenti. Secara khusus, nilai temperatur dari elemen fluida setelah ia dibawa ke keadaan istirahat secara adiabatik ditetapkan sebagai temperatur total, yang dinyatakan oleh simbol T 0. Nilai enthalpi yang sesuai ditetapkan sebagai total enthalpi h e, dimana h0 = cpT0, untuk gas yang sempurna secara kalori. Ingat bahwa kita tidak perlu benar-benar membawa aliran ke keadaan berhenti dalam keadaan nyata untuk membicarakan tentang temperatur total atau enthalpi total; tetapi kuantitas tertentu akan ada pada suatu titik dalam aliran jika elemen fluida yang melalui titik itu dibawa berhenti secara adiabatik. Maka, pada suatu titik tertentu dalam aliran, dimana temperatur statis dan enthalpi masing-masing adalah T dan h, kita bisa menentukan suatu nilai dari total temperatur T 0 dan nilai total enthalpi h0 yang ditetapkan seperti di atas. 22. Persamaan energi, persamaan (6.44) memberikan informasi penting mengenai

total enthalpi dan karenanya total temperatur sebagai berikut. Andaikan aliran adalah adiabatik (q = 0), dan gaya benda dapat diabaikan (f = 0). Untuk aliran demikian, persamaan (6.44) menjadi:
D e + V 2 /2 = V Dt

(6.45)

Perluas sisi kanan dari persamaan (6.45) dengan menggunakan identitas vektor berikut: pV = p V + V p (6.46)

Juga perhatikan bahwa turunan substansial yang ditetapkan mengikuti hukum diferensiasi; misalnya,
Dp Dt p D Dt Dp p D D( p/ ) = = Dt Dt Dt 2

(6.47)

Ingat kembali bentuk persamaan kontinuitas yang


D + V = 0 Dt

(6.47b)

Dengan mensubstitusikan persamaan (6.47) ke dalam (6.47), diperoleh:


p D( p/ ) Dp = + V = + V p + p V Dt Dt t

(6.48)

79 Dengan mensubstitusikan persamaan (6.46) ke dalam (6.45) dan menambahkan persamaan (6.48) dihasilkan :

D p V2 p e + + = p V V .p + + V p + p V Dt 2 t

(6.49)

Perhatikan bahwa
e+ p = e + p = h

(6.50)

Dengan mensubstitusikan persamaan (6.50) ke dalam (6.49) dan menyatakan bahwa beberapa bentuk di sisi kanan dari persamaan (6.49) saling meniadakan, maka kita dapatkan:

D(h + V 2 / 2) p = Dt t

(6.51)

Jika alirannya tetap, p/t = 0, dan persamaan (6.51) menjadi:

D( h + V 2 / 2) =0 Dt

(6.52)

23.

Dari definisi turunan sebagian yang diberikan sebelumnya, persamaan (6.52)

menyatakan bahwa angka perubahan waktu dari h + V 2/2 yang mengikuti gerakan elemen fluida adalah nol sepanjang streamline yaitu
h+ V2 = const 2

(6.53)

Ingat bahwa asumsi dari persamaan (6.53) adalah karena alirannya bersifat tetap, adiabatik dan inviscid. Khususnya karena persamaan (6.53) berlaku untuk aliran adiabatik, maka dapat digunakan untuk memeriksa definisi kita sebelumnya tentang total enthalpi. Karena h 0 didefinisikan sebagai enthalpi yang akan ada pada suatu titik jika elemen fluida dibawa berhenti secara adiabatik, kita temukan dari persamaan (6.53) dengan V = 0, sehingga h = h 0 merupakan nilai konstanta dalam persamaan (6.53) adalah h0. Maka, persamaan (6.53) dapat ditulis :
V2 = h0 2

h+

(6.54)

Persamaan (6.54) adalah penting; persamaan ini menyatakan bahwa pada suatu titik dalam aliran, total enthalpi diberikan menurut jumlah enthalpi statis ditambah energi kinetik, semua per satuan massa. Bilamana kita memiliki kombinasi h + V 2/2 dalam

80 persamaan berikutnya, maka bisa digantikan dengan h 0. Misalnya, persamaan (6.52) yang diperoleh untuk suatu keadaan aliran adiabatik, inviscid, menyatakan bahwa :
Dh 0 =0 Dt

Yaitu total enthalpi adalah konstan sepanjang streamline. Selain itu,

jika semua

streamline aliran yang berasal aliran freestream yang seragam (seperti kasus biasanya), maka h0 adalah sama untuk tiap streamline. Jadi, kita punya aliran adiabatik yang tetap yang pada seluruh aliran dan h 0 sama untuk nilai aliran freestream yaitu h0 = konstan (6.55)

Persamaan (6.55), meskipun sederhana bentuknya merupakan alat yang kuat. Untuk aliran yang tetap (steady), inviscid dan adiabatik, persamaan (6.55) merupakan pernyataan tentang persamaan energi, sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk menggantikan persamaan diferensial parsial yang lebih kompleks yang diberikan oleh persamaan (6.52). Ini merupakan penyederhanaan yang hebat, seperti yang akan kita lihat dalam pembahasan selanjutnya. 24. Untuk gas yang sempurna secara kalori, h 0 = cp T0 sehingga hasil diatas juga

menyatakan bahwa total temperatur adalah konstan pada semua aliran tetap (steady), inviscid, dan adiabatik dari gas yang sempurna secara kalori, yaitu T0 = konstan Untuk aliran semacam itu, persamaan(6.56) persamaan energi yang menentukan. (6.56) dapat digunakan sebagai bentuk

Pembahasan di atas mewarnai dua rangkaian

pikiran: di satu sisi kita berhubungan dengan konsep umum tentang medan aliran adiabatik (yang membawa pada persamaan (6.51) hingga (6.53) dan di lain pihak kita berhubungan dengan definisi total enthalpi (yang membawa pada persamaan (6.54)). Kedua rangkaian pikiran tersebut benar-benar terpisah. Misalnya, aliran non-adiabatik umum, seperti viscous lapisan batas dengan perpindahan panas. Yang jelas, persamaan (6.51) hingga (6.53) tidak berlaku untuk aliran semacam itu. Namun persamaan (6.54) berlaku secara lokal pada tiap titik dalam aliran, karena asumsi

81 tentang aliran adiabatik yang terkandung dalam persamaan (6.54) dibuat melalui definisi h0 dan tidak ada yang perlu dilakukan dengan medan aliran keseluruhan. Misalnya, ditentukan dua titik berbeda, 1 dan 2, dalam aliran umum. Pada titik 1, enthalpi adiabatik lokal dan kecepatannya adalah h 1 dan V1. Maka total enthalpi lokal adalah h2 dan V2. Maka, total enthalpi lokal pada titik 2 adalah h 0,2 = h2 + V22/2. Jika aliran antara titik-titik 1 dan 2 adalah non-adiabatik, maka h 0,1 = h0.2, ini merupakan kasus khusus yang diperlakukan dengan persamaan (6.55) dan (6.56). 25. Kembali ke awal bagian ini, dimana mempertimbangkan elemen fluida yang

melewati suatu titik dalam aliran dimana sifat-sifat lokal adalah p, T, , M dan V. Ditentukan pula bahwa anda menahan elemen fluida dan melambatkannya pada kecepatan nol, tapi saat ini, mari kita lambatkan baik secara adiabatik dan reversible. Yaitu, kita lambankan elemen fluida pada kecepatan nol secara isentropik. Jika elemen fluida dibawa pada keadaan berhenti secara isentropik, tekanan dan kerapatan yang dihasilkan ditetapkan sebagai total tekanan p0 dan total kerapatan 0. (karena proses isentropik juga adiabatik, maka temperatur yang dihasilkan adalah total temperatur yang sama T0 seperti dibahas sebelumnya). Seperti sebelumnya, ditentukan bahwa kita tidak perlu benar-benar membawa aliran pada keadaan berhenti secara nyata untuk bisa membiarakan tentang total tekanan dan total kerapatan; tetapi terdapat kuantitas tertentu yang akan ada pada suatu titik dalam aliran jika elemen fluida yang melewati titik itu dibawa pada keadaan diam secara isentropik. Maka, pada suatu titik tertentu dalam suatu aliran, dimana tekanan statis dan kerapatan statisnya adalah p dan , kita juga bisa menetapkan suatu nilai dari total tekanan p 0 dan total kerapatan 0 seperti ditentukan di atas. 26. Definisi p0 dan 0 berhubungan dengan kompresi isentropik pada kecepatan nol.

Ditentukan bahwa asumsi isentropik hanya dihasilkan dengan definisi saja. Konsep tentang total tekanan dan kerapatan dapat berlaku pada suatu aliran selain isentropik umum. Misalnya, dua titik berbeda, 1 dan 2, dalam suatu medan aliran umum. Pada titik 1, tekanan statis lokal dan kerapatan statis adalah p 1 dan 1; juga total tekanan lokal dan total kerapatannya masing-masing adalah p 0.1 dan 0.1, yang ditetapkan seperti di atas. Kesamaannya, pada titik 2, tekanan statis lokal dan kerapatan statisnya masing-masing adalah p2 dan 2, tekanan total serta kerapatan totalnya masing-masing

82 adalah p0.2 dan 0.2. Jika aliran adalah non-isentropik antara titik 1 dan 2, maka p 0.1 p0.2 dan 0.1 0.2. Jika alirannya adalah isentropik antara titik 1 dan 2, maka p 0.1 = p0.2 dan 0.1 = 0.2. Jadi, jika medan aliran umumnya isentropik, maka baik p0 dan 0 adalah

nilai yang konstan dalam seluruh aliran. Sebagai akibat yang wajar untuk pertimbangan di atas, kita perlu temperatur lain tertentu, yang dinyatakan dengan T * dan didefinisikan sebagai berikut. statisnya adalah T. Ditentukan sebuah titik pada aliran subsonik dimana temperatur Pada titik ini, elemen fluida dipercepat pada kecepatan sonik,

secara adiabatik. Temperatur yang akan dimiliki pada suatu kondisi sonik dinyatakan sebagai T*. Tentukan pula suatu titik dalam aliran supersonik, dimana temperatur statis lokalnya adalah T. Pada titik ini, elemen fluida diperlambat pada kecepatan sonik, secara adiabatik. Sekali lagi, temperatur yang akan ia miliki pada kondisi sonik semacam itu dinyatakan sebagai T*. Harga T* adalah kuantitas tertentu pada titik tertentu dalam suatu aliran, yang secara benar menentukan T 0, p0, dan 0. 27. Beberapa Aspek Aliran Supersonik : Shock Waves. Perhatikan daerah

aliran seperti terlihat pada gambar 6.3.

S ubsonic compressible flow secara kualitatif

(tetapi tidak kuantitatif) sama seperti incompressible flow; gambar 6.3a menunjukkan subsonic flow dengan pola streamline yang berubah secara halus, dimana aliran yang jauh mendahului benda memberitahukan terlebih dulu tentang adanya benda dan kemudian mulai menyesuaikan. Sebaliknya aliran supersonik cukup berbeda, seperti digambarkan dalam Gambar 6.3d dan 6.3e, disini, aliran menimbulkan Shock Waves, dan aliran ke atas benda tidak tahu tentang adanya benda sehingga menimbulkan Shock Waves. Sebenarnya, suatu aliran dengan daerah supersonik, seperti yang digambarkan dalam gambar 6.3b hingga 6.3e, adalah subyek untuk Shock Waves. Jadi, bahan yang penting dari sebuah studi tentang aliran supersonik adalah perhitungan dari bentuk dan kekuatan Shock Waves. 28. Shock Waves adalah daerah yang sangat tipis, ukurannya sekitar 10 -5 cm,

dimana sifat aliran dapat berubah secara drastis. Shock Waves biasanya membentuk sudut miring pada aliran, seperti diuraikan dalam gambar 6.4a; namun ada banyak kasus dimana Shock Waves tegak lurus dengan arah aliran, seperti diuraikan dalam Gambar 6.4b. Normal Shock Waves (gelombang kejut yang tegak lurus arah aliran) dibahas dalam Bab selanjutnya, sedangkan Oblique Shock Waves (gelombang kejut yang miring) diuraikan dalam Bab selanjutnya, dalam kedua masalah tersebut, Shock

83 Waves (gelombang kejut) adalah proses kompresi yang hampir meledak, dimana tekanan naik secara terputus-putus sepanjang gelombang.

Gambar 6.3 : Daerah-daerah aliran udara Perhatikan dengan seksama gambar 6.4. di daerah 1 yang di depan gelombang kejut, angka Mach, kecepatan aliran, tekanan, kerapatan, temperatur, entropi, total tekanan dan total enthalpi dinyatakan masing-masing dengan M 1, V1, p1, 1, T1, s1, p0.1 dan h0.1. Sama untuk daerah 2 di belakang gelombang kejut masing-masing adalah M 2, V2, p2, 2, T2, s2, p0.2 dan h0.2. Perubahan harga setelah melintasi gelombang kejut dinyatakan dalam gambar 6.4. Tekanan, kerapatan, temperatur dan entropi naik setelah

84 gelombang kejut sedangkan total tekanan, angka mach dan kecepatan turun. Secara fisik aliran yang melintasi gelombang kejut adalah adiabatik (di sini kita tidak memanasi gas dengan sinar laser atau mendinginkannya dalam pendingin). M1 > 1 V1 p1 1 T1 s1 p0.2 h0.1 M2 < M 1 V2 < V 1 p2 > p 1 2 > 1 T2 > T1 s2 > s1 p0.2 < p0.1 h0.2 = h0.1

(a) Oblique Shock Waves M1 > 1 V1 p1 1 T1 s1 p0.1 h0.1 M2 < M 1 V2 < V 1 p2 > p 1 2 > 1 T2 > T1 s2 > s1 p0.2 < p0.1 h0.2 = h0.1

(b) Normal Shock Waves Gambar 6.4 : AliranUdara melalui gelombang kejut miring dan normal. 29. Total enthalpi adalah konstan pada gelombang. Dalam kedua masalah

gelombang kejut miring dan normal, aliran di depan gelombang kejut pastilah aliran supersonik, yaitu M1 > 1 di belakang gelombang kejut miring, aliran biasanya tetap supersonik, yaitu M2 > 1, tetapi angka Machnya yang berkurang, yaitu M 2 < M1. Namun, ada kasus khusus di mana gelombang kejut miring yang cukup kuat untuk mengurangi aliran sehingga pada angka Mach menjadi subsonik, sehingga M 2 < 1 hal ini dapat terjadi di belakang gelombang kejut miring. Untuk gelombang kejut normal, seperti diuraikan dalam Gambar 6.4b, aliran selalu menurun menjadi subsonik, yaitu M 2 < 1. Pelajari baik-baik perubahan nilai yang dijelaskan dalam Gambar 6.4. semua itu penting, dan anda perlu mengingatnya untuk pembahasan selanjutnya. Selanjutnya akan dikembangkan teori Shock Waves yang mengijinkan evaluasi kuantitatif dari

85 perubahan tersebut. Kami membuktikan bahwa tekanan naik pada gelombang kejut, sehingga angka Mach ke atas pastilah supersonik. perubahan pada gelombang kejut. 30. Karena udaranya transparan, gelombang kejut tidak bisa dilihat dengan mata Namun, karena kerapatan udara berubah pada Shock Waves, cahaya Selain itu, kami memperoleh persamaan-persamaan yang mengijinkan perhitungan langsung dari perubahan-

telanjang.

lampu yang menyebar melalui aliran akan terpantul pada gelombang kejut. Sistem optik khusus, seperti gambar bayangan, schlieren, dan interforemeter, mengambil keuntungan dari pembiasan ini dan memudahkan penggambaran visual dari Shock Waves pada sebuah layar atau foto negatif. Ingat kembali dari Gambar 6.3b bahwa Shock Waves bisa terbentuk dalam wilayah supersonik lokal di atas permukaan airfoil jika angka Mach subsonik aliran freestreamnya cukup tinggi. Selanjutnya anda terbang dalan pesawat angkut jet dan matahari menari bolak-balik di atas sayap. tepat di atas kepala, lihat keluar jendela sepanjang rentang sayap. Jika anda beruntung, anda akan melihat Shock Waves yang Singkatnya, compressible flow memperkenalkan beberapa fenomena fisik yang sangat menggembirakan dalam studi aerodinamika kita. Selain itu, ketika aliran berubah dari subsonik ke supersonik, sifat sempurna dari perubahan aliran merupakan kejadian Shock Waves. 31. Temperatur total T0 dan total enthalpi h0 ditetapkan sebagai sifat-sifat yang akan

ada jika elemen fluida memperlambat pada suatu titik dalam aliran pada kecepatan nol secara adiabatik. Demikian pula, total tekanan p0 dan total kerapatan 0 ditetapkan sebagai sifat yang akan ada jika elemen fluida memperlambat pada titik dalam aliran hingga kecepatan nol secara isentropik. Jika medan aliran umum adalah adiabatik, h 0 konstan pada seluruh aliran; sebaliknya, jika medan aliran adalah non adiabatik, h 0 berubah-ubah dari satu titik ke titik lain. Demikian pula, jika medan aliran umumnya adalah isentropik, p0 dan 0 adalah konstan pada seluruh aliran; sebaliknya jika medan aliran adalah non-isentropik, p0 dan 0 bervariasi dari satu titik ke titik lain. Shock Waves adalah daerah yang sangat tipis dalam aliran supersonik dimana tekanan, kerapatan, temperatur dan entropi naik; angka Mach, kecepatan aliran, dan total tekanan menurun; dan total enthalpi tetap sama.

86 32. Latihan Soal. Dalam soal berikut ini, selalu akan berhubungan dengan Sistem

Satuan Internasional (SI) (N, kg, m, s, K) dan Sistem Satuan Teknik Inggris (lb, slug, ft, s, oR). Sistem mana yang akan digunakan tergantung pada tiap soal. Semua soal berhubungan dengan udara yang sempurna secara kalori seperti gas, kecuali dinyatakan sebaliknya. Juga, ditentukan bahwa 1 atm = 2116 lb/ft 2 = 101325 N/m2 (Pascal). a. Temperatur dan tekanan pada titik stagnasi dari Rudal berkecepatan tinggi masing-masing adalah 934oR dan 7,8 atm. Hitung kerapatan pada titik ini? b. Hitung cp, cv, e, dan h untuk : 1) 2) c. Kondisi titik stagnasi yang diberikan dalam Soal 1. Udara pada kondisi permukaan laut standar (sea level).

Untuk keadaan di depan Shock Waves temperatur udara dan tekanan untuk keadaan di belakang Shock

masing-masing adalah 288 K dan 1 atm

Waves temperatur udara dan tekanannya masing-masing adalah 690 K dan 8,656 atm. Hitunglah perubahan dalam enthalpi, energi internal dan entropi aliran yang melintasi gelombang kejut ? d. Ditentukan aliran isentropik pada sebuah airfoil. Kondisi aliran bebas

(freestream) adalah T = 245 K dan p = 4,35 x 104 N/m2. Pada sebuah titik di airfoil, tekanannya adalah 3,6 x 104 N/m2. Hitung kerapatan pada titik itu ? e. Ditentukan aliran isentropik melalui wind-tunnel nozzle (inlet terowongan hitunglah temperatur dan kerapatannya pada exit wind

angin). Sifat-sifat alran udara adalah T 0 = 500 K dan p0 = 10 atm. Jika p = 1 atm pada exit wind tunnel, tunnel tersebut ? f. Ditentukan udara pada tekanan 0,2 atm. Hitung nilai-nilai dari T dan s. Berikan jawaban anda dalam satuan SI ? g. Ditentukan sebuah titik dalam aliran dimana kecepatan dan temperaturnya

masing-masing adalah 1300 ft/s dan 480oR. Hitung total enthalpi pada titik itu ?

87 h. Dalam aliran udara di terowongan angin supersonik, kecepatan diabaikan

dan temperaturnya adalah 100 K. Temperatur pada titik keluaran terowongan angin adalah 600 K. Andaikan aliran adiabatik yang melewati inlet terowongan pipa, hitung kecepatan pada titik keluar ? i. Sebuah airfoil pada daerah freestream diketahui p = 0,61 atm, = 0,819 kg/m3, dan V = 300 m/s. Pada sebuah titik di permukaan airfoil, tekanannya adalah 0,5 atm. Anggap alirannya isentropik, hitung kecepatan pada titik itu ? j. Hitung persen kesalahan yang diperoleh jika soal i. dipecahkan menggunakan persamaan Bernoulli incompressible ? k. Ulangi soal i., dan anggap sebuah titik pada permukaan airfoil dimana

tekanannya adalah 0,3 atm ? l. Ulangi soal j., dan anggap alirannya seperti pada Soal k. ?

Anda mungkin juga menyukai