Anda di halaman 1dari 14

ISOLASI SOSIAL ; MENARIK DIRI PENDAHULUAN Kesehatan jiwa menurut Undang Undang No.

. 23 Tahun 1992 pasal 24 ayat 1 adalah kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa sehat secara optimal baik untuk intelektual maupun emosional, dan menurut pasal 24 ayat 2 adalah kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan penanggulangan. Masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan pemeliharaan penderita gangguan jiwa dan didalamnya Undang Undang kesehatan No. 3 tahun 1966 mendefinisikan sehat jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik intelektual dan emosional yang optimal dan seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Ketidak mampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Satu diantaranya adalah isolasi sosial : Menarik diri, supaya dapat mewujudkan jiwa yang sehat, maka perlu adanya peningkatan jiwa melalui pendekatan secara promotif, preventif dan rehabilitatif agar individu dapat senantiasa mempertahankan kelangsungan hidup terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya maupun pada lingkungannya. PENGERTIAN Hubungan Sosial Hubungan sosial adalah hubungan untuk menjalin kerjasama dan ketergantungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998). Kerusakkan Interaksi Sosial Kerusakkan interaksi sosial adalah suatu kerusakkan interpersonal yang terjadi akibat kepribadiuan yang tidak flesibel yang menimbulkan perilaku maladaptif yang mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Depkes RI, 2002 :114). Isolasi Sosial : Menarik Diri Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Mary C. Rownsendl, 1998 : 152). Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain (RSJ, 1996). RENTANG RESPON SOSIAL Manusia sebagai makhluk sosial adalah memenuhi kebutuhan sehari hari, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan respon respon sosial pada individu. Rentang respon sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon Adaptif Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma norma sosial dan kebudayaan, meliputi : a. Solitude (Menyendiri) Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yng telah dilakukan di lingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah langkah selanjutnya.

b. Autonomy (Kebebasan) Respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide ide pikirandan perasaan dalam hubungan sosial. c. Mutuality Respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu saling memberi dan menerima. d. Interdependence (Saling Ketergantungan) Respon individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan interpersonal. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif a. Aloness (Kesepian) Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungan. b. Manipulation (Manipulasi) Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain. c. Dependence (Ketergantungan) Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. Respon Maladaptif Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma norma sosial dan budaya lingkungannya. a. Loneliness (Kesepian) Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan waktu sementara. b. Exploitation (Pemerasan) Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi. c. Withdrawl (Menarik Diri) Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan lingkungannya. d. Paranoid (Curiga) Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya pada orang lain. ETIOLOGI Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada diri orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri dan kegiatan sendiri terabaikan. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala menarik diri adalah menarik diri, tidak ada perhatian, tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain, berat badan menurun atau meningkat secara drastis, kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal ditempat tidur dalam waktu yang lama, banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan lingkungan, kegiatan menurun, immobilisasi, mondar mandir, melakukan gerakan secara berulang dan keinginan seksual menurun. (Depkes, 1996) DAMPAK MENARIK DIRI TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Dibawah ini akan dijelaskan mengenai dampak gangguan interaksi sosial menarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Kebutuhan Fisiologis Klien dengan interaksi sosial menarik diri kurang memperhatikan diri dan lingkungannya sehingga motivasi untuk makan sendiri tidak ada. Klien kurang memperhatikan kebutuhan istirahat dan tidur, karena asyik dengan pikirannya sendiri sehingga tidak ada minat untuk mengurus diri dan keberhasilannya. Kebutuhan Rasa Aman Klien dengan gangguan interaksi menarik diri cenderung merasa cemas, gelisah, takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak aman bagi klien. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri cenderung memisahkan diri dari orang lain. Kebutuhan Harga Diri Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan mengalami perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna. Klien akan mengkritik diri sendiri, menurunkan dan mengurangi martabat diri sendiri sehingga klien terganggu. Kebutuhan Aktualisasi Diri Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan merasa tidak percaya diri, merasa dirinya tidak pantas menerima pengakuan dan penghargaan dari orang lain dan klien akan merasa rendah diri untuk meminta pengakuan dari orang lain. DAFTAR PUSTAKA Arif Manjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jiwa. Jakarta. Departemen Kesehatan Jiwa RI. 2002. Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan di Indonesia III. Jakarta. Dorland. 1998. kamus Saku Kedokteran. EGC : Jakarta. Harold I Kaplan MD., Benjamin J., Sadock MD.,jack A. Grebb MD. 1994. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Jilid Satu dan Dua. Keliat, Budi Anna, dkk. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Keperawatan Jiwa. 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Maramis, W.F. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Universitas Airlangga. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa dan Kesehatan Jiwa. 2000. Rumah Sakit Jiwa Bandung. Stuart G. Wand Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Towsend Mary C. 1998. Diagnosa keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Alih Bahasa Novi Elena C. Daulima. Jakarta : EGC. http://winddyasih.wordpress.com/2008/10/10/isolasi-sosial-menarik-diri/

1. Pengertian Kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1 998), pengertian kerusakan sosial menurut Townsend (1998) adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam ber interaksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri. 2. Etiologi Menurut Townsend (1998) penyebab penarikan diri dari masa bayi sampai tahap akhir perkembangan adalah : a. Kelainan pada konsep diri b. Perkembangan ego yang terlambat c. Perlambatan mental yang ringan sampai sedang d. Abnormalitas SSP tertentu, seperti adanya neurotoksin, epilepsi, serebral palsi, atau kelainan neurologist lainnya e. Kelainan fungsi dari sistem keluarga f. Lingkungan yang tidak terorganisir dan semrawut g. Penganiayaan dan pengabaian anak h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan i. Model-model peran yang negatif j. Fiksasi dalam fase perkembangan penyesuaian k. Ketakutan yang sangat terhadap penolakan dan terlalu terjerumus l. Kurang identitas pribadi Manusia dalam memenuhi kebut uhan sehari-hari, selalu membutuhkan orang lain dan lingkungan sosial. Rentang respon sosial berfluktuasi dengan rentang adaptif sampai rentang maladaptif. Rentang Respon Perilaku Respon adaptif Solitud Otonomi Bekerjasama Saling tergantung Respon maladaptif Manipulasi Impulsif Narkisisme

Kesepian Menarik diri Tergantung

Gambar 1. Gambar Rentang Respon Sosial (Stuart dan Sundeen, 1998) Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma -norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari : solitud, otonomi, bekerjasama dan saling tergantung. Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon mala daptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme. Berdasarkan gambar 1 rentang respon sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif.

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain : a. Faktor pencetus 1) Faktor perkembangan Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional. 2) Faktor Biologis Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter. 3) Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini. b. Stresor pencetus Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori: 1) Stresor sosiokultural Stres dapat ditimbulkan oleh : a). Menurunnya stabilitas unit keluarga b). Perpisahan dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit. 2) Stresor psikologis Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi. 3. Penatalaksanaan Menurut Keliat, dkk.,(1998), prins ip penatalaksanaan klien menarik diri adalah:

a. Bina hubungan saling percaya b. Ciptakan lingkungan yang terapeutik c. Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya d. Dengarkan klien dengan penuh empati e. Temani klien dan lakukan komunikasi tera peutik f. Lakukan kontak sering dan singkat g. Lakukan perawatan fisik h. Lindungi klien i. Rekreasi j. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan k. Laksanakan program terapi dokter l. Lakukan terapi keluarga Penatalaksanaan medis (Rasmun,2001): a. Obat anti psikotik 1) Clorpromazine (CPZ) a) Indikasi Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. b) Mekanisme kerja Memblokade dopamine pada reseptor paska sina p di otak khususnya sistem ekstra piramidal. c) Efek samping Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja ntung), gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindroma parkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang. d) Kontra indikasi Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS Depresan. 2) Haloperidol (HP) a) Indikasi Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari -hari. b) Mekanisme kerja Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal. c) Efek samping Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan

irama jantung). d) Kontra indikasi Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran. 3) Trihexy phenidyl (THP) a) Indikasi Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine. b) Mekanisme kerja Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal. c) Efek samping Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata k abur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung). d) Kontra indikasi Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran . http://masdanang.co.cc/?p=20

LAPORAN PENDAHULUAN I. Kasus (Masalah Utama) Gangguan konsep diri : harga diri rendah II. Proses terjadinya masalah 1 Pengertian harga diri rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ). Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung. Tanda dan gejala : ; ; ; ; ; Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999) 2 Penyebab dari harga diri rendah Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan. Tanda dan gejala : o o o o o 2 Rasa bersalah Adanya penolakan Marah, sedih dan menangis Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas Mengungkapkan tidak berdaya Akibat dari harga diri rendah Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Tanda dan gejala : ; ; ; ; Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul Menghindar dari orang lain (menyendiri) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakapcakap dengan klien lain/perawat Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk

; ; ;

Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari. (Budi Anna Keliat, 1998)

III. a. Pohon masalah Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core Problem

Berduka disfungsional

2 No 1

Masalah dan Data yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan Isolasi sosial : menarik diri ; Data Subyektif Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain ; Data Obyektif ; Ekspresi wajah kosong Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli Mengungkapkan tidak bisa apa-apa Mengungkapkan

; ; ;

Merusak diri sendiri Merusak orang lain Menarik diri dari hubungan sosial Tampak

; ;

dirinya tidak berguna ; Mengkritik diri sendiri ;

mudah tersinggung Tidak mau makan dan tidak tidur Perasaan malu Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian Ekspresi wajah sedih Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas Tampak menangis

; ;

Berduka disfungsional

Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain karena diceraikan suaminya Dan lain lain

; ;

IV. Diagnosa Keperawatan 1 2 Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.

V. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 1 Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. 2 Tujuan khusus :

1 Tindakan : 1

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Sediakan waktu untuk mendengarkan klien Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2 3 4

Tindakan : 1 2 3 3 Tindakan : 1 2 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4 Tindakan : 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan : 5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 5 1 2 3 4 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional

DAFTAR PUSTAKA 1 Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 2 Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998 3 4 Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999 Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998 5 Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000 http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/gangguan-konsep-diri-harga-dirirendah.html Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005). Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan sedang dan tinggi. Harga diri rendah kronik

merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik juga merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai terhukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2005). Beberapa penelitian menunjukkan depresi yang diakibatkan karena harga diri rendah, yang salah satunya mempunyai hasil 15.600 siswa sekolah di Amerika, tingkat 6 sampai dengan 10 menunjukkan harga diri rendah yang diakibatkan karena sering dilakukan pengintimidasian/pengejekan berakibat menimbulkan resiko depresi pada usia dewasa (Kendree, 2001, 2, http://faculty.mckendree.edu/scholars/2001/wilde.htm, diperoleh tanggal 13 Maret 2006). Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat napza. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan bahwa pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi. Remaja yang menyalahgunakan napza umumnya tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan. Klien sebagai sistem menjadi suatu tolak ukur bahwa keluarga dan masyarakat adalah bagian dari subsistem tersebut. Keluarga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Mereka terdiri dari dua atau lebih orang dan meliputi anak-anak. Semua anggota keluarga saling mempengaruhi satu dan lainnya melalui interaksi dan saling memberikan support dalam memperlihatkan fungsi dasar yang perlu untuk kesejahteraan keluarga. Dengan latar belakang keluarga, maka anggota akan belajar bagaimana berhubungan dan berkomunikasi dengan yang lainnya. Keluarga juga mempengaruhi perkembangan individual. Jika keluarga memiliki pengaruh yang positif pada anggotanya, mereka akan mempunyai rasa dan pengakuan diri serta harga diri yang positif, dan akan menjadi produktif sebagai anggota masyarakat (Shives, 1998). Komunitas dikatakan sebagai suatu sistem suport didefinisikan sebagai suatu jaringan kerja dengan kepedulian dan tanggung jawab yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan membantu suatu populasi lebih peka dalam menemukan kebutuhan mereka sendiri dan mengembangkan potensi mereka sendiri tanpa menjadikan adanya kepentingan yang terisolasi atau merasa sendirian dalam komunitasnya (Turner, 1986; Mohr, 2006). Data-data diatas menunjukkan adanya dampak yang begitu besar pada kasus harga diri rendah kronis sehingga diperlukan intervensi keperawatan secara holistik, komprehensif dan paripurna. Intervensi dapat berupa terapi keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat, dan psikofarmaka jika diperlukan, sehingga lebih efektif dalam usaha pengembalian fungsi hidup klien sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis ke arah berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang

diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa di masyarakat. (by:noviebsuryanto.last Jan'09) http://spkepjiwa.blogspot.com/2009/01/harga-diri-rendah.html

Anda mungkin juga menyukai