Anda di halaman 1dari 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kehamilan a. Pengertian kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari, 40 minggu 10 bulan atau sembilan bulan pertama sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester kedua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15 minggu), dan trimester ketiga pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13 minggu) (Varney, 2007). Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40 minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi, sehingga disebut juga sebagai periode penantian (Bobak, 2005). b. Perubahan fisiologis kehamilan trimester III 1) Sistem reproduksi a) Uterus Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira tiga jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prossesus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira satu jari di bawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri pada

kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm, dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari di bawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke dalam rongga panggul. Pada minggu ke 38-40 minggu, tinggi fundus uteri turun karena janin mulai masuk ke pintu atas panggul (lightening) (Bobak, 2005). b) Vagina dan vulva Selama masa hamil, pH sekresi vagina menjadi lebih asam. Keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5. Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Struktur eksterna vulva membesar selama masa hamil akibat peningkatan vaskulatur, hipertrofi badan perineum, dan deposisi lemak. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih kental (Bobak, 2005). c) Payudara Pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Kolostrum, cairan sebelum menjadi susu yang berwarna krem atau putih kekuningan dapat dikeluarkan dari puting susu selama trimester ketiga (Bobak, 2005). d) Sistem pencernaan Nafsu makan meningkat dan sekresi usus berkurang. Fungsi hati berubah dan absorbsi nutrien meningkat. Usus besar bergeser ke arah lateral atas dan posterior. Aktivitas peristaltik menurun sehingga mengakibatkan bising usus menghilang dan umumnya terjadi konstipasi, mual, serta muntah. Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena meningkat, menyebabkan hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan (Bobak, 2005). e) Sistem perkemihan Pada akhir kehamilan, muncul keluhan sering berkemih karena kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul. Desakan ini menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urin pun semakin bertambah (Bobak, 2005). f) Sistem respirasi Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama kehamilan. Semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit. Kongesti di dalam jaringan traktus respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa kondisi yang umum terlihat selama hamil. Kondisi-kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah, perubahan suara, dan respons peradangan yang menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan bagian atas yang ringan sekalipun (Bobak, 2005). g) Sistem muskuloskeletal Selama trimester ketiga, otot rektus abdominis dapat memisah,

menyebabkan isi perut menonjol di garis tengah tubuh. Umbilikus menjadi lebih datar atau menonjol. Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensesi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan

perubahan sikap ibu dan pada akhirnya mengakibatkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (Bobak, 2005). c. Perubahan psikologis kehamilan trimester III Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memerhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul. Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus-menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi (Varney, 2007). Sejumlah ketakutan akan muncul pada trimester ini. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lebih abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui) apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran dan ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian besar mengenai bayi, anak-anak, persalinan, kelahiran bayi. Ibu hamil juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama hamil, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan

10

kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih menutup diri karena perasaan rentannya (Varney, 2007). Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ibu hamil akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Perubahan posisi berhubungan menjadi suatu alternatif untuk menghindari perasaan bersalah (Varney, 2007). Kekhawatiran orang tua yang berfokus pada defek kemampuan mental dan fisik anak yang mungkin terjadi bercampur dengan khayalan tentang bayi yang akan lahir. Perhatian ibu hamil biasanya mengarah ke keselamatan dirinya dan anaknya. Rasa takut terhadap nyeri, mutilasi, dan kekhawatiran tentang perilakunya dan kemungkinan ia kehilangan kendali diri selama persalinan merupakan isu-isu yang penting. Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering mengganggu istirahat ibu. Peningkatan ukuran abdomen dan kejanggalan mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Posisi yang nyaman lebih sulit didapat. Ibu hamil menjadi semakin tidak sabar menanti saatsaat semua berlalu (Bobak, 2005). d. Keluhan lazim trimester III dan cara mengatasi Menurut Bobak (2005) keluhan dan cara mengatasi keluhan fisiologis kehamilan trimester III antara lain:

11

1) Nyeri pinggang Kehamilan mempengaruhi keseimbangan tubuh karena cenderung berat dibagian depan. Ibu akan berusaha untuk berdiri dengan tubuh condong kebelakang. Oleh karena itu ibu harus menghindari duduk terlalu lama, tidur berbaring miring kekiri dan gunakan bantal sebagai pengganjal punggung. 2) Sering buang air kecil Sering buang air kecil disebabkan karena uterus yang membesar menekan kandung kemih. Ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan segera kosongkan kandung kemih saat timbul rasa ingin berkemih. Walaupun sering kencing, ibu harus tetap banyak minum agar tidak mengalami kekurangan cairan tubuh. 3) Keputihan Keputihan yang fisiologis adalah keputihan yang keluar tanpa rasa gatal, panas, nyeri, berbau tak sedap, serta tak berwarna kekuningan atau kehijauan. Keputihan ini disebabkan karena peningkatan hormon estrogen yang

menyebabkan peningkatan lendir serviks dan lendir pada mukosa vagina. Cara menanganinya adalah dengan menjaga kebersihan daerah vulva. 4) Insomnia Insomnia terjadi karena perubahan pola tidur. Tiba-tiba terbangun di tengah malam untuk buang air kecil (BAK), rasa tidak nyaman untuk tidur karena perut yang semakin membesar. Ketidaknyamanan ini bisa diatasi dengan mengurangi minum pada malam hari, minum-minuman hangat sebelum waktu tidur, dan menghindari kegiatan berat sebelum tidur.

12

5) Nyeri ulu hati Nyeri ulu hati disebabkan karena persaingan janin dan saluran cerna untuk memperoleh tempat di ruang abdomen. Keluhan ini dapat dikendalikan dengan makan makanan dalam porsi kecil tetapi sering dan perlahan, mengkonsumsi makanan rendah lemak, dan lebih sering minum cairan diantara waktu makan daripada saat makan. e. Tanda bahaya kehamilan Menurut Dinas Kesehatan (2008), sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa kehamilan. Tanda-tanda bahaya yang dimaksud antara lain: 1) Perdarahan Perdarahan lewat jalan lahir yang jika terjadi pada kehamilan muda dapat menyebabkan keguguran sedangkan jika terjadi pada kehamilan tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin dalam kandungan. 2) Bengkak Bengkak di kaki, tangan dan wajah, yang disertai sakit kepala hebat dapat disertai dengan kejang kejang, merupakan tanda dan gejala keracunan kehamilan (pre-eklamsia). Hal ini dapat membahayakan ibu dan janin dalam kandungan. 3) Demam tinggi Demam tinggi disebabkan akibat adanya infeksi bakteri atau malaria. Demam dapat membahayakan jiwa ibu, terjadi keguguran, atau bayi terlahir kurang bulan. 4) Keluar air ketuban Keluarnya air ketuban sebelum waktunya merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan janin dalam kandungan. Hal

13

ini ditandai dengan keluarnya cairan lewat kemaluan seperti air kemih namun tidak terasa ingin berkemih. 5) Gerakan bayi berkurang Hal ini merupakan tanda bahaya pada janin. Gerakan janin diharapkan 10 kali dalam 12 jam saat ibu terjaga. Bila ibu merasakan gerakan janin berkurang atau tidak bergerak sama sekali sebaiknya ibu langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. 6) Muntah Ibu muntah terus dan tidak mau makan. Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu dimana akan mengancam keadaan janin yang tidak berkembang karena kurangnya asupan nutrisi yang masuk ke dalam janin. f. Penatalaksanaan kehamilan trimester III Menurut Saifuddin (2009), penatalaksanaan kehamilan trimester III, yaitu: 1) Melakukan pengkajian terhadap keluhan yang dialami ibu serta gerakan janin yang dirasakan. 2) Melakukan pengkajian terhadap pengetahuan ibu hamil. 3) Melakukan penimbangan berat badan terhadap ibu hamil. Bandingkan dengan berat badan sebelum hamil, berat badan pada setiap kunjungan, kenaikan berat badan secara keseluruhan serta pola kenaikan berat badan. 4) Melakukan pengukuran tekanan darah ibu hamil. Bandingkan dengan tekanan darah pada kunjungan awal dan tekanan darah selama masa kehamilan. 5) Melakukan pemeriksaan fisik head to toe. 6) Melakukan pemeriksaan abdomen, yaitu:

14

a) Mengukur tinggi fundus uteri dengan metilen untuk memantau perkembangan janin. b) Melakukan pemeriksaan palpasi Leopold lengkap pada >36 minggu. Untuk mendeteksi adanya kemungkinan kehamilan ganda serta mengetahui presentasi, letak, posisi, dan penurunan kepala. c) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraan janin. d) Melakukan pemeriksaan ekstremitas untuk mengetahui apakah terdapat oedema, varises, dan refleks patella. 7) Melakukan pemeriksaa laboraturium untuk mengetahui kadar Hb pada ibu hamil. 8) Melakukan temuwicara atau konseling mengenai tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan, serta tanda-tanda bahaya kehamilan. 9) Memberikan ibu terapi berupa SF 1x200 mg serta memberikan HE mengenai cara mengkonsumsinya. g. Standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil Menurut Depkes RI (2009), dalam pelayanan kebidanan di Indonesia dikenal sebuah standar pelayanan kebidanan yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada ibu hamil yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Standar pelayanan antenatal ini dikenal dengan 10. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut: 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2) Pemeriksaan tekanan darah 3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

15

4) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (puncak rahim) 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 8) Test laboratorium (rutin dan khusus) 9) Tatalaksana kasus 10) Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

2. Persalinan a. Pengertian persalinan Menurut Saifuddin (2009), persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar, bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai bantuan alatalat, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. b. Tahapan persalinan Menurut Depkes RI (2008), persalinan dibagi dalam empat kala, yaitu: 1) Kala I Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap 10 cm. Kala satu persalinan terdiri atas dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.

16

a) Fase Laten Fase laten dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka 3 cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam. b) Fase Aktif Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara/primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi penurunan bagian terendah janin. 2) Kala II Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II persalinan juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap 10 cm dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. Adapun gejala dan tanda kala dua persalinan adalah: a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya. c) Perineum menonjol. d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka. e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

17

3) Kala III Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Adapun tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu: a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. b) Tali pusat memanjang. c) Semburan darah mendadak dan singkat. 4) Kala IV Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai dua jam post partum. Pemantauan yang dilakukan selama kala IV persalinan, yaitu: a) Melakukan pengukuran tekanan darah. b) Melakukan pengukuran nadi. c) Melakukan pengukuran suhu. d) Memeriksa kontraksi uterus. e) Memeriksa tinggi fundus uteri. f) Memeriksa perdarahan. c. Penatalaksanaan proses persalinan 1) Penatalaksanaan kala I fase aktif Penatalaksanaan yang dilakukan pada persalinan kala I fase aktif menurut Depkes RI (2008), meliputi: a) Pemantauan partograf Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Pemantauan yang dicatat dalam lembar partograf yaitu kemajuan persalinan,

18

meliputi pembukaan serviks, penurunan kepala janin, kontraksi uterus. Keadaan janin, meliputi DJJ, warna dan jumlah air ketuban, serta moulase tulang kepala janin. Keadaan ibu, meliputi nadi, tekanan darah, suhu, volume urin dan protein, obat-obatan serta cairan IV. b) Memberikan dukungan persalinan Memberikan dukungan persalinan berupa asuhan tubuh yang baik, kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus, meringankan rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, dorongan mental dari pendamping, sentuhan dan pijatan, tekanan kontra untuk mengurangi ketegangan pada ligament sacro-illiaca, pijatan ganda pada pinggul, pengeluaran suara yang menyamankan pasien, visualisasi dan pemusatan perhatian, pemutaran musik yang lembut dan disukai pasien, aroma ruangan yang harum dan segar sehingga merubah suasana hati pasien menjadi lebih bersemangat. c) Persiapan persalinan Hal yang harus diperhatikan saat persiapan persalinan adalah tempat yang aman, tenang, dan menyenangkan, penerangan secukupnya, tersedia alat pertolongan pertama bagi pasien dan bayi, memiliki persiapan untuk melakukan rujukan. Mempersiapkan alat bersalin, legeartis, steril, dan siap untuk dipakai, terdiri dari dua buah koher untuk mengklem tali pusat, satu gunting episiotomy, gunting tali pusat, alat untuk memecahkan ketuban, beberapa pasang sarung tangan steril, penghisap lendir manual atau mekanis (elektrik), dua kain pembungkus bayi, desinfektan berupa bethadine.

19

d) Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir normal. Peralatan yang perlu disiapkan untuk pertolongan bayi baru lahir adalah handuk pembungkus bayi dan pakaian bayi. e) Persiapan obat untuk pertolongan pertama Obat yang perlu disiapkan untuk pertolongan pertama pada bayi yaitu Natrium bikarbonat, tabung oksigen dan masker serta penghisap lendir. Obat yang perlu disiapkan untuk pertolongan pertama pada ibu yaitu uterotonika, set infus dan cairannya, tabung oksigen dan masker, alat penjahitan luka peritoneum, meliputi catgut, anestesi lokal, dan spuit. f) Penjelasan tentang sikap ibu Penjelasan yang diperlukan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh ibu saat persalinan kala I fase aktif yaitu posisi pada kala I, ambulasi, latihan nafas, latihan relaksasi, posisi melahirkan, intake cairan, kerja sama dalam upaya perawatan tubuh selama persalinan. g) Penjelasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pendamping. h) Pengawalan dan pemilihan pada komunikasi yang tepat antara bidan dengan pasien dan keluarga. i) Pemenuhan kebutuhan psikologis pasien dan keluarga Saat bidan memberikan dukungan fisik dan psikologis dalam persalinan pasien atau membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan harus melakukan semua dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi rasa aman. Memungkinkan pasien merasa aman, nyaman, secara psikologis merasa didukung

20

dan didengar, menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama, serta hak pasien atau keluarganya sebagai pengambil keputusan. 2) Penatalaksanaan kala II a) Memantau kontraksi Beberapa kriteria dalam pematauan kontaksi uterus pada kala II seperti, frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit, intensitas kontraksi uterus, durasi lebih dari 40 detik (Depkes RI, 2008). b) Memantau tanda-tanda kala II Beberapa kriteria pasien sudah dalam persalinan kala II seperti, merasa ingin meneran dan biasanya sudah tidak bisa menahannya, perineum menonjol, merasa seperti ingin buang air besar, lubang vagina dan sfingter ani membuka, jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (jika ketuban sudah pecah) (Depkes RI, 2008). c) Memantau tanda vital Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyulit persalinan. Tekanan darah diperiksa setiap 15 menit dengan waktu pemeriksaan diantara dua kontraksi. Hasil yang didapat adalah adanya kenaikan sistol 10 mmHg diatas rata-rata dan nilai ini normal. Tanda vital lain seperti suhu, nadi, dan pernapasan diperiksa setiap jam (Depkes RI, 2008). d) Memantau kandung kemih Anjurkan ibu dapat berkemih dua jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa penuh. Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayi dan atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak mampu berkemih sendiri (Depkes RI, 2008).

21

e) Membimbing ibu untuk meneran Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Memberikan cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Memastikan ibu dapat beristirahat di antara kontraksi (Depkes RI, 2008). f) Membimbing posisi saat meneran Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik (Depkes RI, 2008). g) Menolong kelahiran bayi Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), siapkan kain bersih dan kering dibawah bokong ibu dan handuk kering diperut ibu. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati. Membantu kelahiran bahu bayi sampai seluruh tubuh bayi (Depkes RI, 2008). h) Penatalaksanaan pada janin Menurut Depkes RI (2008), penatalaksanaan pada janin saat bayi belum lahir meliputi pemantauan frekuensi denyut jantung janin, memantau bagian terendah janin, memantau penurunan bagian terendah janin, dan memantau keadaan cairan ketuban.

22

3) Penatalaksanaan kala III Menurut Depkes RI (2008), penatalaksanaan pada persalinan kala III meliputi memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam melahirkan janinnya, melakukan manajemen aktif kala III, melakukan pemantauan kontraksi uterus, memberikan dukungan mental pada pasein, memberikan informasi menganai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses kelahiran plasenta lancar, menjaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum). 4) Penatalaksaan kala IV Menurut Depkes RI (2008), penatalaksanaan terhadap persalinan kala IV yaitu sebagai berikut: a) Pemantauan tanda vital (1) Tekanan darah dan nadi Selama satu jam pertama lakukan pemantauan pada tekanan darah dan nadi setiap 15 menit dan pada satu jam kedua lakukan setiap 30 menit. (2) Respirasi dan suhu Lakukan pemantauan respirasi dan suhu setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. (3) Kontraksi uterus Pemantauan kontraksi uterus dilakukan setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua. Jika bidan tidak bisa berada disamping pasien secara terus menerusuntuk melakukan mesase, maka kondisi pasien saat ini sangat kondusif bila dilibatkan dalam tindakan. Bimbingan cara

23

melakukan masase dari bidan akan mendorong partisipasi aktif pasien dalam mengatur perawatan dirinya sendiri dan lebih mengetahui tentang dirinya. (4) Tinggi Fundus Uteri (TFU) Evaluasi TFU dilakukan dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusta sebagai patokan. Umumnya fundus uterus setinggi pusat atau beberapa jari di bawah pusat. (5) Lokia Lokia dipantau bersamaan dengan masase uterus. Jika uterus berkontraksi dengan baik maka aliran lokia tidak akan terlihat banyak, namun jika saat uterus berkontraksi terlihat lokia yang keluar lebih banyak maka diperlukan suatu pengkajian lebih lanjut. (6) Kandung kemih Pada kala IV bidan memastikan bahwa kandung kemih selalu dalam keadaan kosong setiap 15 menit sekali dalam satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. (7) Perineum Setelah mengkaji derajat robekan, perineum kembali dikaji dengan melihat adanya edema, memar, dan pembentukan hematom yang dilakukan bersamaan saat megkaji lokia. Pengkajian ini termasuk juga untuk mengetahui apakah terjadi hemoroid atau tidak. (8) Perkiraan darah yang keluar Satu cara untuk melihat kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung darah tersebut. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah

24

kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah pasien selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar, dan kontraksi uterus. d. Perubahan psikologis selama proses persalinan Menurut Varney (2007) perubahan psikologis dan perilaku ibu, terutama yang terjadi selama fase laten, aktif, dan transisi pada kala satu persalinan cukup spesifik seiring dengan kemajuan persalinan. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada wanita dan bagaimana ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul dari persalinan dan lingkungan tempat bersalin. Perubahan psikologis ini tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama selama persiapan menghadapi persalinan, dungan yang diterima dari pasangan, orang tedekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita berada, dan apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan. e. Peran pendamping dalam persalinan Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan menggugah emosi bagi ibu dan keluarga. Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, karena itu pastikan bahwa setiap ibu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Asuhan ibu yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan angota keluarga lain untuk berada di samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran. Suami dianjurkan untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasikan langkah-lngkah yang mungkin untuk

25

kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya (Depkes RI, 2009). f. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 1) Pengertian IMD Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. 2) Langkah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama satu jam pertama kelahirannya walaupun bayi telah berhasil mengisap putting susu ibu dalam waktu kurang dari satu jam. b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin K, dan lain-lain. (Depkes RI, 2008). 3) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini bagi Ibu dan Bayi a) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk Ibu Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada Ibu (1) Oksitosin (a) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan

26

pascapersalinan (b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI (c) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi (d) Ibu menjadi lenih tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan lainnya (2) Prolaktin (a) Meningkatkan produksi ASI (b) Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang nyaman (c) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu (d) Menunda ovulasi b) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk Bayi (1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi. (2) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi (3) Meningkatkan kecerdasan (4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan, dan napas (5) Meningkatkan jalinan kasih sayan ibu-bayi (6) Mencegah kehilangan panas

27

3. Nifas a. Pengertian masa nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2009). b. Perubahan fisiologis Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas sangat jelas, pada masa ini merupakan proses kebalikan dari masa kehamilan (Bobak, 2005). Perubahan masa nifas terdiri dari: 1) Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan akibat kontraksi otot-otot polos uterus disebut involusi (Bobak, 2004). Proses involusi uterus dijabarkan sebagai berikut: a) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri dan perusakan secara langsung jaringan hipertrofi secara berlebih yang terjadi di dalam otot uterin yang dibantu oleh enzim proteolitik yang akan memendekan jaringan otot (Ambarwati, 2009). b) Atrofi jaringan Jaringan berfroliferasi karena adanya estrogen yang sangat besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

28

2) Lokia Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Adapun, bagian-bagian dari pengeluaran lokia yaitu: a) Lokia rubra/merah Lokhea ini muncul pada hari pertama hingga hari keempat postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena mengandung darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium. b) Lokia sanguilenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir dan berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum. c) Lokia serosa Lokia ini berwarna kuning kecoklatan, karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul hari ke-7 hingga hari ke-14 postpartum. d) Lokia alba Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender servik dan serabut jaringan yang mati. Berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu (Ambarwati, 2009). 3) Proses laktasi Laktasi terjadi di bawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofise prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh hisapan bayi dan emosi ibu (Bobak, 2004). ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu : a) Kolostrum merupakan ASI yang muncul dari 1-3 hari b) ASI peralihan sudah terbentuk 4-10 hari

29

c)

ASI matur dihasilkan mulai hari ke 10 sampai seterusnya.

Reflek penting dalam proses laktasi yaitu: a) Refleks prolaktin Sewaktu bayi menyusu ujung saraf peraba pada puting susu terangsang, oleh serabut afferen dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. b) Refleks aliran Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui juga mempengaruhi hipofisis posterior memproduksi hormon oksitosin. Oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu.(Ambarwati, 2009). c. Kebutuhan dasar masa nifas Kebutuhan dasar ibu nifas menurut Bahiyatun (2009) antara lain : 1) Kebutuhan nutrisi dan cairan Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori per hari ditingkatkan hingga 2700 kalori. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan, yaitu : a) Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya. b) Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari enam gelas. c) Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan.

30

d) Batasi makanan yang berbau keras. e) Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang prosuksi ASI, misalnya sayuran hijau. 2) Ambulasi Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga mencegah ketegangan perut dan sembelit. 3) Eliminasi Anjurkan ibu untuk minum banyak cairan dan ambulasi sehingga rangsangan berkemih dapat terjadi. 4) Kebersihan Kebersihan terdiri dari kebersihan diri ibu dan kebersihan bayinya. Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum atau setelah buang air. 5) Seksualitas masa nifas Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat luka perineum dan penurunan hormon setelah persalinan. Hal-hal yang mempengaruhi seksual pada masa nifas yaitu : a) Intensitas respon seksual berkurang karena perubahan fungsi tubuh. b) Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk bermesraan. c) Ikatan dengan bayi menguras semua cinta kasih sehingga waktu tidak tersisa untuk pasangan.

31

d) Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara psikologis tidak nyaman berhubungan intim. e) Pada minggu pertama pasca persalinan hormon estrogen menurun yang memengaruhi sel-sel pelumas vagina yang menimbulkan rasa sakit bila berhubungan seksual. f) Ibu mengalami let down ASI, sehingga respons terhadap orgasme yang dirasakan sebagai rangsangan seksual pada saat menyusui. 6) Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan. KB merupakan salah satu usaha membantu

keluarga/individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas (Bahiyatun, 2009). Manfaat keluarga berencana (KB): a) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek. b) Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat dan menikmati waaktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain. 7) Latihan dan senam nifas Senam nifas berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot, terutama otot-otot perut yang menjadi longgar setelah kehamilan. Tujuan latihan pasca melahirkan adalah: a) Menguatkan otot-otot perut sehingga menghasilkan bentuk tubuh yang baik.

32

b) Mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki inkontinensia stress. c) Membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh. d. Tanda bahaya masa nifas Beberapa tanda bahaya masa nifas antara lain : 1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam). 2) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras. 3) Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung . 4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau, masalah penglihatan. 5) Pembengkakan pada wajah dan tangan. 6) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan. 7) Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit. 8) Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan. 9) Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki. 10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi. 11) Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah. e. Perawatan Diri Masa Nifas Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu dalam minggu pertama :

33

1) Kebersihan diri Langkah-langkah yang dapat dilakukan ibu nifas dalam menjaga kebersihan diri menurut Sarwono (2009) antara lain : a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh dengan mandi sedikitnya dua kali sehari. b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Bersihkan daerah di sekitar kelamin bagian luar terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. c) Cuci tangan setiap kali selesai buang air kecil atau air besar. d) Ibu mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. 2) Istirahat Ibu beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal memperlambat proses seperti : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,

menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri (Sarwono, 2009). 3) Senam Nifas Beberapa manfaat senam nifas, yaitu: a) Membuat jahitan-jahitan merapat satu sama lain.

34

b) Menambah sirkulasi jalan lahir dan setiap luka di jalan lahir c) Mempercepat penyembuhan pada ibu nifas d) Memperbaiki respons seksual f. Adaptasi psikologis ibu nifas Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ibu hanya menuruti nasihat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Menurut Bahiyatun (2009), periode ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Taking in Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah dan tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur 2) Taking Hold Periode ini berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada pada kemampuannya menjadi orang tuayang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap janin. Ibu berusaha keras untuk menguasai kerterampilan untuk merawat bayinya. Ibu sedikit sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga cenderung menerima nasehat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.

35

3) Letting go Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada saat ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ibu beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sscial. Pada periode ini umumnya terjadi depresi post partum. g. Penatalaksaan masa nifas Selama masa nifas diharapkan seorang ibu mendapatkan asuhan secara efisien dan aman meliputi: 1) Mengobservasi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, dan mobilisasi dini 2) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia 3) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat untuk memperlancar produksi ASI 4) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas seperti: mengonsumsi makanan yang bergizi, minum air yang cukup 3 liter air/hari, minum tablet Fe atau zat besi selama 40 hari pascapersalinan, dan minum vitamin A 200.000 IU agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI 5) Melakukan perawatan payudara dengan menjaga kebersihan payudara dan memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur enam bulan

36

6) Memberikan pengertian mengenai hubungan seksual kapan boleh dilakukan 7) Menganjurkan ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya (Saifuddin, 2009).

4. Bayi Baru Lahir a. Pengertian bayi baru lahir Menurut Rukiyah (2010), yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Menurut Maryunani (2008) berdasarkan pada standar yang diterima secara umum,istilah berikut ini digunakan pada bayi: 1) fetus: dari kehamilan enam minggu sampai lahir 2) neonatus atau bayi baru lahir: dari lahir sampai usia 1 bulan 3) bayi: dari satu bulan sampai berjalan sendiri Periode neonatal atau neonatus/bayi baru lahir adalah bulan pertama kehidupan. b. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir Menurut Saifuddin (2010), perubahan pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dalam lingkungan luar atau kehidupan ekstrauterin. Sebelumnya bayi hanya beradaptasi dengan kehidupan intrauterin. Perubahan pada bayi baru lahir diantaranya sebagai berikut.

37

1) Perubahan metabolisme karbohidrat Dalam waktu dua jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi pada tiga jam pertama setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak, bila karena sesuatu hal misalnya bayi mengalami, metabolisme asam lemak tidak memenuhi kebutuhan pada neonatus maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia. 2) Perubahan suhu tubuh Ketika bayi baru lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dibanding suhu dalam rahim ibu, apalagi bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25o C maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200kal/kg, BB/ menit sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. 3) Perubahan pernapasan Selama dalam uterus, janin mendapatkan Oksigen dari pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Bayi normal melalui pernafasan 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernafasan dan peredaran darah dapat digunakan Apgar Skor, dapat juga dilihat dari frekuensi denyut jantung, pernafasan, wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh. Pernapasan bayi normal berkisar antar 30-60 kali/menit. 4) Perubahan sirkulasi Berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan Oksigen meningkat dan tekanan Karbon dioksida menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru sehingga aliran darah tersebut meningkat. Hal ini mengakibatkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus

38

arteriosus talpus dipotong aliran darah dari plasenta melalui vena cava. Sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar kandungan. c. Penatalaksanaan asuhan pada bayi baru lahir 1) Jaga kehangatan. Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat (Saifuddin, 2009). Hal ini dapat diminimalkan dengan menyelimuti bayi menggunakan selimut penahan panas, membedong bayi, atau memakaikan baju yang longgar (Fraser, 2009). 2) Bersihkan jalan napas (bila perlu). Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Saat kepala bayi dilahirkan, sekresi lendir yang berlebihan dari mulut dapat dibersihkan dengan lembut. Meskipun cairan paru janin terdapat dimulut, sebagian besar bayi dapat mencapai jalan napas yang bersih tanpa bantuan (Saifuddin, 2009). 3) Memotong dan merawat tali pusat. Pemisahan bayi dari plasenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat diantara dua klem dan memotongnya. Kasa steril yang dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke daerah persalinan (Saifuddin, 2009). 4) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi menyusu sendiri

39

apabila sebelumnya tidak berhasil. Bayi diberi topi dan diselimuti (Depkes RI, 2008). 5) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata. Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat, didalam status termasuk obat apa yang digunakan (Saifuddin, 2009). 6) Pemberian suntikan vitamin K 1 mg intramuscular, dipaha kiri anterolateral. Semua bayi baru lahir diberikan vitamin K injeksi 1 mg intramuscular setelah 1 jam kontak kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL (Depkes RI, 2008). 7) Pemberian imunisasi hepatitis B 0,5 mL intramuscular Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K, pada saat bayi baru berumur 2 jam (Depkes RI , 2008). d. Tanda-Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir Menurut Saifudin (2009) tanda- tanda bahaya pada bayi baru lahir yakni sebagai berukut. 1) Pernapasan 2) Kehangatan 3) Warna memar. 4) Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah. 5) Tali pusat 6) Infeksi : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk berdarah. : suhu meningkat, merah bengkak, keluar cairan(nanah). : sulit atau lebih dari 60 kali per menit. : terlalu panas (>380C atau terlalu dingin <360C). : kuning ( terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,

40

bau busuk, pernpasan sulit. 7) Tinja/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau

tua, ada lender atau darah pada tinja. 8) Aktifitas : menggigil, atau tangis tidak biasa, lemas, terlalu

mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

B. Kerangka Pikir

Asuhan Kebidanan sesuai Standar

Kehamilan Fisiologis Triwulan III

Persalinan Fisiologis

Nifas Fisiologis

BBL Fisiologis

Keterangan :

: variabel yang diteliti

41

C. Pertanyaan Penelitian 1 Bagaimana gambaran perkembangan kondisi ibu dan janin pada masa kehamilan trimester III? 2 Bagaimana gambaran perkembangan kondisi ibu dan janin pada masa persalinan? 3 4 Bagaimana gambaran perkembangan kondisi ibu pada masa nifas? Bagaimana gambaran perkembangan kondisi bayi baru lahir?

42

Anda mungkin juga menyukai