Anda di halaman 1dari 7

Sumber : Milis Teknik Kimia Berikut ini kutipan dari media di tanah air.

Pada bulan November 2005, beredarlah kabar bahwa Pertamina telah menandatangani kerjasama dengan Accelon Energy system. Accelon akan mendirikan pabrik pencairan batubara di Kalimantan timur dengan investasi 6 milyar dollar atau 60 triliyun rupiah. Sedangkan Pertamina akan bertindak sebagai offtaker atau pembeli tetap produknya, yaitu solar, mulai tahun 2008 dan kontrak selama 15 tahun. Kapasitas adalah 28 juta barrel per tahun atau 5 juta kiloliter. Impor solar sendiri waktu itu adalah 17 kiloliter per tahun. Accelon mendirikan PT Sultan Accelon Energy dengan Presiden Direktur bernama Chris Harney. Walau dikatakan bahwa seluruh pendanaan dari Accelon, Widya Purnama Dirut Pertamina waktu itu mengatakan, Pabrik ini adalah komitmen kami akan energi alternatif Pada Januari 2006, pemerintah menerbitkan Inpres no 2/2006 tentang pencairan batubara yang berisi instruksi presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada 8 kementrian dan semua gubernur dan Bupati/walikota. Pada Mei 2007, dibentuk konsorsium percepatan pembangunan pabrik pencairan batubara yang disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro . Konsorsium inilah yang akan secara intensif mewujudkan upaya percepatan pembangunan pabrik BCL (Brown Coal Liquefaction) semi komersial berkapasitas 13.500 barel/hari, ujar Kepala Badan Litbang Departemen ESDM Nenny Sri Utami saat acara dialog yang berlangsung di Auditorium Departemen ESDM, Jakarta. Keterlibatan pemerintah sebatas sebagai fasilitator. Sedang dana dari kalangan swasta.

Teknologi Fischer-Tropsch Pengenalan Proses Fischer-Tropsch adalah proses katalisis untuk mengkonversi syngas menjadi campuran produk2 yg bisa dipisahkan menjadi bahan bakar sintesis, pelumas, dan petrokimia. Bahan baku utk menghasilkan syngas pada dasarnya adalah senyawa apapun yg mengandung atom karbon dan hydrogen. Contohnya adalah batubara, gas alam, biomassa, dan limbah organik. Setelah bahan2 baku tsb diumpankan ke unit spt gasifikasi (utk bahan baku batubara, biomassa, dan limbah organic) atau gas reforming (utk bahan baku gas alam), syngas yg diproduksi tidak ada bedanya lg. Produk utamanya adalah syngas, yaitu CO dan H 2. Ditambah dgn gas2 sampingan spt CO2, H2O, dan gas2 hidrokarbon ringan spt methane. Secara historis, proses FT ini dimulai di Jerman dalam persiapannya menjelang perang dunia kedua. Afrika Selatan lewat SASOL mengembangkan lebih lanjut utk menghasilkan liquid fuel dari coal, yg terkenal dgn nama coal to liquid (CTL). Usaha ini dilakukan dalam rangka menutupi kekurangan impor bahan bakar karena embargo akibat politik apartheid mereka [2]. Sasol kemudian terus-menerus mengembangkan teknologi CTL mereka karena batubara yg sgt melimpah di sana. Kemudian, mereka jg mengembangkan gas to liquid (GTL) dan menggunakan gas alam sebagai bahan bakunya. Proyek komersial pertama dari Sasol utk GTL adalah Oryx GTL (Qatar, 2006) dan diikuti oleh Escravos GTL (Nigeria). Escravos GTL adalah scale-up replika dari Oryx GTL. Shell lewat teknologi MDS (Middle Distillate Synthesis), yg mereka kembangkan sendiri, membangun GTL pertamanya di Bintulu, Malaysia pada tahun 1993. Pearl GTL di

Qatar adalah GTL plant terbesar di dunia saat ini dan merupakan replika scale-up dr GTL plant di Bintulu. Khusus utk GTL (gas to liquid), pertimbangan bisnis dan strategisnya dapat diringkas sbb [3]: Faktor yg menguntungkan Faktor yg menghambat Gas alam yg murah di bbrp tempat Harga minyak dan gas yg sgt bervariasi Margin produk yg berpotensial tinggi Memerlukan investasi yg tinggi Konsumsi bahan bakar global yg meningkat Ketersediaan melimpah bahan bakar yg bersih dan ekivalen dgn bahan bakar konvensional Market bahan bakar yg sudah tertata rapi Bbrp perusahaan mengklaim bahwa penjualan LNG memberikan keuntungan yg lbh baik drpd GTL Kualitas produk yg lbh tinggi daripada produk Efisiensi karbon dan efisiensi energy yg lbh dari konvensional minyak bumi rendah drpd proses2 perminyakan yg setara. Efisiensi karbon yg rendah dapat dilihat sekilas dr reaksinya secara umum (lihat di bagian reaksi kimia). Klo kita hitung, cuma sekitar 44wt% dari feed syngas (CO dan H 2) yg akan menjadi hydrokarbon. Sisanya adalah air. Utk proyek2 GTL di Qatar, air yg diproduksi secara masif ini sgt berguna utk berbagai keperluan, baik itu utk industri maupun utk municipal. Tipikal produk Hasil tipikal synthesis FT dari syngas, [2]: FT syncrude property Carbon number range Produk utama Fasa produk (wt%) Gases (C1-C4) Oil Wax Aqueous organics Water Organic compound classes (wt%) Alkane (paraffin) Cycloalkane (naphthenes) Alkene (olefin) Aromatics Oxygenates biasa disebut syncrude (synthetic crude), adalah sbb HTFT (300 350oC) C1-C30 C2-C10 olefin 20-25% 20-25% 0% ~ 5% 45-50% 20-30% < 1% > 50% 1-5% 10-15% LTFT (200 240oC) C1-C120 Wax paraffin 5-10% 15-20% 20-25% 1-2% 50-55% > 70% < 1% 15-20% < 1% ~ 5%

Licensor spt Sasol dan Shell memiliki unit hydroprocessing masing2 utk meningkatkan kualitas dari syncrude ini. Hasil dari hydroprocessing unit ini adalah produk2 (naphtha, jet fuel/kerosene, diesel) yg bisa digunakan di unit2 konvensional lain. GTL naphtha GTL naphtha adalah naphtha yg sgt baik sbg umpan unit steam cracking di industry petrokimia. Dibandingkan dgn naphtha konvensional dari crude oil, hasil steam cracking dari

GTL naphtha menghasilkan yield ethylene dan propylene yg lbh tinggi [3]. Yield C5+ dari GTL naphtha lbh rendah drpd dari naphtha konvensional. Ini jg menandakan bahwa ring benzene (yg berada di C5+) hasil dari GTL naphtha sgt minimal. Hal ini disebabkan oleh karakteristik proses synthesis FT itu sendiri yg mmg menghasilkan rantai lurus paraffin. GTL jet fuel/kerosene United Airlines menggunakan jet fuel dgn 40%nya berasal dari GTL jet fuel. Sasol berhasil mendaftarkan synthetic jet fuelnya sbg Jet A-1 pada tahun 2008 dan sbg supplier pertama FT jet fuel utk penerbangan komersiil pada tahun 2010 [3]. GTL diesel GTL diesel adalah produk berkualitas tinggi dgn bilangan cetane yg sgt tinggi dan kandungan sulfur yg sgt rendah. Tetapi, GTL diesel memiliki karakteristik lubrikasi yg relatif lebih rendah dan kandungan energi yg lbh rendah drpd diesel konvensional. Oleh sebab ini, GTL diesel lbh cocok digunakan sbg bahan campuran drpd sbg bahan bakar diesel secara keseluruhan. Reaksi kimia Reaksi Fischer-Tropsch (FT) sebenarnya merupakan reaksi polimerisasi CO dan diikuti oleh hydrogenation atau penambahan H2 [2]. Pertumbuhan rantai dan distribusi nomor karbonnya kemudian dapat digambarkan secara matematis sbb: ln (xn) = n*ln(alpha)+ln((1-alpha)/alpha), atau wt%n = n*(1-alpha)2*alpha(n-1) dengan xn adalah konsentrasi molar komponen dgn nomor karbon n. Dan alpha adalah kemungkinan pertumbuhan rantai karbon. Persamaan distribusi produk ini disebut distribusi Anderson-Schulz-Flory (ASF). Persamaan ini cukup menggambarkan distribusi produk berdasarkan nomor atom karbonnya. Cuma terjadi deviasi pada C1 dan C2 yg terlihat jelas pada reaksi dgn temperature rendah (LTFT). Hal ini disebabkan oleh pada temperature yg tinggi (HTFT), selektivitas pada produk2 yg ringan lebih besar. Sehingga, meskipun jika ada perbedaan, tidak akan terlihat jelas. Reaksi utamanya adalah sbb: CO + 2H2 -(CH2)- + H2O Secara umum, reaksi utk pembentukan alkana adalah sbb: nCO + (2n+1)H2 CnH2n+2 + nH2O Jika kita mengikuti distribusi ASF dan menghitung produk yg terbentuk mulai dari n=1 s/d n=100, misalnya, kita akan mendapatkan nilai wt% utk setiap nilai n. Kemudian, utk setiap nilai n tsb, kita hitung berapa H2/CO yg diperlukan. Lalu, kedua hasil hitungan ini kita kalikan dan jumlahkan utk mendapatkan nilai rata2 H2/CO yg diperlukan. Secara singkat, ditunjukkan pada tabel di bawah. C atom number (n) wt% H2/CO = (2n+1)/n 1 x1 y1 x1*y1 100 x100 y100 x100*y100 Total ~ 100% xn*yn Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa H2/CO ratio rata2 (xn*yn) akan berada pada sekitar 2.13. Nilai ini kurang lbh sama dgn keperluan H2/CO utk proses dgn menggunakan katalis Co, yakni antara 2.06 - 2.16 [1].

Kondisi operasi Spesifikasi produk dari FT atau biasa disebut syncrude sgt tergantung pada temperature reaksi dan katalis yg digunakan. Pada temperature yg tinggi atau HTFT (300 350oC) [1], probabilitas terbentuknya rantai paraffin yg panjang relatif lebih kecil. Klo dihubungkan dgn persamaan distribusi ASF di atas, nilai alpha akan bernilai rendah. Produk2 yg ringan lebih banyak terbentuk. Pada temperature yg rendah atau LTFT (200 240oC) [1], yg terjadi adalah kebalikannya. Produk2 yg berat akan lebih banyak terbentuk, atau nilai alpha akan bernilai tinggi. Katalis yg umum digunakan adalah katalis Cobalt (Co) dan Besi (Fe). Katalis Co lebih selektif utk rantai panjang paraffin. Katalis Co ini tidak mengakomodir reaksi water gas shift (CO + H2O H2 +CO2). Akibatnya, katalis Co ini cocok digunakan utk syngas dgn H2/CO yg tinggi. Bisa terlihat dari table di atas bahwa produk utamanya yg berupa alkane (CnH2n+2). Hal ini menegaskan bahwa sintesis ini memerlukan H2/CO ratio yg tinggi. Harga katalis Co ini sekitar 230 kali harga katalis Fe. [1] Katalis Fe mengakomodir reaksi water gas shift (CO + H2O H2 +CO2). Dan pada temperature yg tinggi dgn katalis Fe, reaksi water gas shift ini akan berada pada kesetimbangan. Dengan pengaktifan reaksi water gas shift, maka katalis Fe ini bisa digunakan utk syngas dgn H2/CO ratio yg rendah. Dengan demikian, CO yg berlebih bisa diubah (dgn H2O) menjadi H2 (dan CO2). Katalis Fe ini yg paling murah. Pada kondisi Fe-LTFT, kita bisa mendapatkan alpha = 0.95, sedikit lebih rendah drpd CoLTFT. Dengan nilai alpha yg tinggi ini, kita akan mendapatkan rantai panjang wax paraffin sebagai produk utamanya [2]. Pada kondisi HTFT, nilai maksimum alpha adalah 0.7. Akan tetapi, batasan ini bukan disebabkan semata2 oleh katalisnya. Tetapi dari keterbatasan reactor fluidized bednya (lihat tipe2 reaktor yg digunakan) [2]. Dengan nilai alpha yg tinggi, produk liquid yg terbentuk akan otomatis menurunkan derajat fluidisasi (defluidization) bed katalis tsb. Pengaruh bbrp variable reaksi terhadap FT adalah sbb [3]: Variable Jika variable di bawah dinaikkan, maka Temperature Pressure Space velocity SN = (moles H2 moles CO2)/(moles CO + moles CO2) Distribusi nomor Nilai alpha Nilai alpha Tidak ada Nilai alpha karbon menurun meningkat perubahan menurun Selektivitas Meningkat Menurun Menurun Meningkat methane Selektivitas olefin Kompleks Kompleks Meningkat Menurun Selektivitas Kompleks Meningkat Meningkat Menurun oxygenate Selektivitas Meningkat Kompleks Menurun Menurun aromatic Konversi syngas Meningkat Meningkat Menurun Kompleks Tipikal proses FT Tipikal proses FT meliputi tiga bagian: 1. Produksi synthesis gas (syngas). Bahan baku utk produksi syngas adalah material apapun yg mengandung atom karbon dan hydrogen. Contohnya adalah batubara, gas alam, biomassa,

dan limbah organik. Terlepas dr apapun bahan bakunya, produk syngas yg dihasilkan tidak bisa dibedakan lagi. Klo diambil dari proyek2 Coal to Liquid (CTL), unit synthesis syngas adalah sekitar 60-70% dari total investasi [1]. Produk CO, H2, CO2, dan H2O mengalami kesetimbangan pada kondisi reaksi di unit gasifikasi (temperature tinggi; 900 1600oC). Komposisi produk syngas pada akhirnya ditentukan dari kesetimbangan reaksi water gas shift [2], yg biasanya dilaksanakan di bagian akhir unit gasifikasi ini. Oleh karena kondisi kesetimbangan yg tercipta ini, reaksi gasifikasi bisa didekati dgn menggunakan meminimalkan energy bebas Gibbs. Klo di Aspen Plus, reactor yg digunakan adalah reactor Gibbs. Produksi syngas ini bisa berupa reaksi steam methane reforming (SMR), oksidasi parsial (POX), oksidasi parsial katalisis, dan autothermal reforming yg menggabungkan SMR dan POX. 2. FT synthesis. Faktor2 yg berpengaruh dan efeknya ke produk syncrude sudah dijabarkan di atas. Utk CTL, bagian FT synthesis memiliki investasi yg kurang lebih sebesar 22% dari total investasi [1]. 3. Upgrade produk. Masing2 licensor (Sasol, Shell, ExxonMobil) memiliki teknologi hydroprocessing tersendiri. Utk CTL, unit ini kurang lebih sekitar 12% dari total investasi [1]. Tipe2 reaktor yg digunakan Multitubular fixed bed reactor [3], spt gbr di bawah, memiliki tube2 yg berisikan katalis. Reactor jenis ini bisa digunakan utk reaksi gas-solid dan jg gas-liquid-solid. Reactor bekerja dgn hydrodinamika spt trickle bed. Keuntungan reactor jenis ini adalah robust, resiko scale-up yg rendah, dan memiliki perilaku yg plug flow. Kerugiannya adalah capital costnya yg relative lebih mahal dibanding reactor jenis lain. Reactor tubular ini dioperasikan pada temperature rendah (LTFT). Sasol One plant tahun 1955 dan Shell menggunakan reactor jenis ini secara eksklusif utk middle distillatenya. Slurry bubble column reactor [3], spt gbr di bawah, hanya utk reaksi gas-liquid-solid. Keberadaan katalis sebagai slurry membuat penambahan dan pengambilan katalis secara online menjadi mudah. Meskipun demikian, pemisahan katalis dari produk dalam industry menjadi permasalahan tersendiri. Keuntungan lainnya adalah kontrol temperature yg cukup stabil, perpindahan kalor yg tinggi, konversi yg tinggi, tidak ada hot spot katalis, dan selektivitas yg lbh baik. Reactor slurry ini dioperasikan pada temperature rendah (LTFT). Sasol membangun reactor ini di Sasol One plant tahun 1993. Fluidized bed reactor [3], spt 2 gbr di bawah, hanya utk gas-solid reaction. Akibatnya, reactor jenis ini hanya cocok utk temperature tinggi (HTFT). Kondisi HTFT ini selain mmg pasti mengarah ke nilai alpha yg rendah, jg secara inherent design akan membatasi nilai alpha. Jika nilai alpha cukup tinggi, dalam artian banyak produk wax yg terbentuk, maka bed katalis tidak akan terfluidisasi dgn baik. Kedua reactor fluidisasi ini dioperasikan pada temperature tinggi (HTFT). Reactor circulating fluidized bed (CFB), oleh Sasol disebut sbg reactor Synthol, jg dibangun di Sasol One site. Variasi fluidized bed reactor berikutnya yaitu fixed fluidized bed, yg oleh Sasol disebut sbg Sasol Advanced Synthol (SAS). Reactor ini dibangun tahun 1995. Perbandingan reaktor2 yg digunakan di FT proses ini adalah sbb [3]:

Karakteristik Temperature Fasa reaksi Jenis reactor Heat transfer

Multitubular fixed Rendah G+L PFR Low

Microchannel fixed Rendah G+L PFR High High Medium

Slurry bed Rendah G+L CSTR High Medium Medium high High < 0.1

Mass transfer low Pressure drop low pada kecepatan gas yg tinggi Skala ekonomi Low medium Ukuran >2 partikel katalis (mm) Catalyst Low mechanical stress Pemisahan Easy katalis-produk In-line catalyst No replacement

Circulating Fixed fluidized fluidized Tinggi Tinggi G G CSTR CSTR Medium to Medium to high high Medium to Medium to high high to Medium High

to Low < 0.1

High < 0.1

Very high < 0.1

Low

Medium

High

High

Easy No

Difficult Possible

Fairly easy Possible

Fairly easy Possible

Pabrik FT skala komersil saat ini dibangun oleh Sasol dan Shell dgn menggunakan temperature rendah (LTFT). Jelas terlihat bahwa LTFT menghasilkan produk bernilai tinggi lebih banyak drpd HTFT. Licensor teknologi utk FT Sampai saat ini, cm Sasol dan Shell yg telah membangun pabrik2 GTL skala komersial. Sasol pun telah memiliki pengalaman puluhan tahun mengembangkan CTL. Sasol Slurry Phase Distillate (SSPD) Sasol SPD terdiri atas 3 proses yaitu: 1. natural gas reforming, 2. FT synthesis, dan 3. product work-up. Agar teknologi ini lebih ekonomis dan layak, Sasol bekerja sama dgn: 1. Air Products and Chemicals utk supply teknologi pemisahan udara utk produksi oksigennya. 2. Haldor Topsoe utk teknologi autothermal reforming (ATR) nya utk produksi syngas. 3. Chevron utk teknologi isocracking (hydroprocessing technology), utk upgrade produknya dari syncrude ke diesel dan naphtha. Proses ini disebut sbg isocracking krn produk hasil crackingnya memiliki kandungan isoparaffin dgn jumlah yg cukup signifikan. Dan hal ini merupakan sesuatu yg tidak biasa.

Oryx GTL di Qatar dibangun tahun 2006 dgn teknologi komersial GTL pertama dari Sasol. Sebelumnya Sasol hanya membangun CTL. Kapasitas Oryx GTL sebesar 34000 barrel/hari liquid product. Escravos GTL di Nigeria yg sedang dibangun merupakan replica dari Oryx GTL. Kedua pabrik ini akan menghasilkan produk sbb: - Diesel 70% - Naphtha 25% LPG 5% Shell Middle Distillates Synthesis (SMDS) Teknologi Shell MDS dibangun pertama kalinya di Bintulu, Malaysia pada tahun 1993. Teknologi ini secara umum kurang lbh sama spt miliknya Sasol: 1. Produksi syngas dgn H2/CO (mol ratio) mendekati 2 2. FT synthesis to high molecular weight hydrocarbon 3. Product upgrade via hydroprocessing to maximize the yield of middle distillates (produk sekitar kerosene, jet fuel, dan diesel). Kapasitas GTL Bintulu pada 1993 adalah sebesar 12500 barel/hari dan sekarang ini sekitar 14700 barel/hari. Pabrik GTL terbesar dari Shell adalah Pearl GTL. Investasi mencapai 19 milyar USD dgn kapasitas 140000 barel/hari liquid product. Pearl GTL adalah scale up dari Bintulu GTL dgn dua train yg identik. Selain dari kedua licensor ini, ada bbrp perusahaan lain yg jg berusaha mengembangkan teknologi FT ini. Di antaranya adalah proses ExxonMobil AGC-21, proses berbasis acetylene dari Synfuel International, CompactGTL, dan Velocys. Akan tetapi, proses2 ini belum mencapai tahap komersialisasi. Referensi: 1. James, et. al., 2010, Increasing carbon utilization in Fischer-Tropsch synthesis using H2deficient or CO2-rich syngas feeds, Fuel Processing Technology, 91, 136-144. 2. -, 2013, Fischer-Tropsch process, Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology, John Wiley & Sons. 3. -, 2013, Gas to Liquids, PERP 2012S9, CHEMSYSTEMS PERP Program.

Anda mungkin juga menyukai