Anda di halaman 1dari 8

Tesis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik tenaga panas bumi, geothermal, merupakan bentuk pemaanfatan energi dari sumber daya alam yang dapat terbarukan. Pada

pembangkit listrik tenaga panas bumi, uap sebagai penggerak turbin diperoleh dari reservoir panas bumi yang terdapat di bawah permukaan tanah. Uap tersebut keluar melalui sumur-sumur produksi, kemudian dialirkan ke unit pembangkitan listrik, power plant, dengan menggunakan sistem perpipaan. Memasuki bagian turbin, uap berekspansi menghasilkan kerja mekanis berupa putaran turbin. Dengan mekanisme coupling, putaran turbin tersebut diteruskan memutar rotor unit electric generator set sehingga menghasilkan energi listrik.

steam turbine sparator

elect. generator set

Electric distribution net

cooling tower condensor Steam production well

kondesor tempat NCG, beban sistem ekstraksi injection well

Gambar 1.1 Lapangan panas bumi Kamojang. (atas) Ilustrasi pembangkitan listrik tenaga panas bumi (bawah).

Tesis

Desain peralatan pembankit listrik tenaga panas bumi yang dibuat, mengacu pada besarnya potensi dan karakteristik uap kerja atau fluida geothermal yang terkandung di sebuah lapangan panas bumi. Salah satu karakteristik uap kerja yang dihasilkan dari lapangan panas bumi adalah terkandungnya gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan, atau non-condensable gas (NCG), di dalam uap tersebut. Keberadaan NCG dalam aliran uap kerja, akan mempengaruhi nilai properties uap, yaitu berkurangnya nilai entalphi uap kerja tersebut. Hal ini

mengakibatkan daya yang dihasilkan turbin menjadi lebih kecil jika dibanding pada uap kerja yang tidak mengandung NCG. Selain itu, jika NCG tidak

dikeluarkan dan terkumpul di unit kondensor, akan menurunkan tingkat kevacuum-an kondesor, yang berarti tekanan kondensasi menjadi lebih besar. Hal tersebut mengakibatkan nilai enthalpy pada tingkat keadaan di kondensor akan membesar, sehingga daya yang dihasilkan turbin lebih kecil. Oleh karenanya, desain tiap unit pembangkitan listrik tenaga panas bumi kemungkinan berbeda pada unit kondensor atau sistem ekstraksi NCGnya, tergantung besarnya kandungan NCG. Tabel 1.1 menunjukan data gas yang

terkandung dalam NCG dan besarnya kandungan NCG dalam steam, di beberapa lapangan panas bumi dunia.

Tabel 1.1. Tabel gas komponen dan kandungan NCG lap. panas bumi dunia

Kandungan Gas dalam NCG CO2 (% massa NCG) H2S (% massa NCG) CH4 (% massa NCG) H2 N2 (% massa NCG) (% massa NCG)

Larderello Italia 95.9 1 0.1 diabaikan 2.8 0.2 10%

Geysers USA 82.5 4.5 6.6 1.4 1.2 (N2Ar) 3.8 (NH3) 1%

Wairakei NZ 97.3 2.3 0.1 diabaikan 0.3 0 0.20%

Broadlands NZ 93.4 0.7 0.6 diabaikan 4.2 1.1 (+O2) 3-6 %

Kamojang Indonesia 95.3 1.5 0.35 diabaikan 2.1 0.5 1-2 %

He, Ar, Ne (% NCG) Kandungan NCG dalam steam

Gambar 1.2 memperlihatkan power plant PLTP Kamojang Unit IV, tempat pengambilan data, serta diagram pempipaan dan instrument pada salah

Tesis

satu unit pembangkitan listrik tenaga panas bumi, dengan sistem ekstraksi NCG pada daurnya yang didesain berdasarkan kandungan NCG dalam uap.

Gambar 1.2 Power plant PLTP Kamojang Unit IV (atas). Alur proses pembangkitan PLTP Kamojang Unit IV, Jawa Barat (bawah). Seiring bertambah lamanya waktu pemanfaatan potensi suatu lapangan panas bumi, NCG yang terkandung dalam fluida panas bumi kecenderungannya menurun, sampai pada kondisi stabilnya. Untuk itu, desain unit ekstraksi gas

Tesis

dituntut dapat mengikuti perobahan kandungan NCG tersebut. Salah satu metode desain yang dilakukan yaitu pembagian atau pemecahan beban unit ekstraksi, dengan cara pembuatan dua unit atau lebih perangkat sistem ekstraksi, yang bekerja secara paralel. Hal ini bertujuan supaya pada waktu kandungan NCG menurun sampai pada kondisi stabilnya, proses ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu unit perangkat sistem ekstrasi saja. Gambar 1.3, memperlihatkan proses ekstrasi NCG yang dimulai dari unit main condensor tempat NCG terkumpul, karena selama proses kondensasi steam keluaran turbin, komponen NCG tersebut tidak dapat dikondensasikan. NCG dari kondensor dihisap menggunakan sistem ekstraksi NCG tahap pertam, yang terdiri dari tiga unit steam ejector yang disusun paralel. Selanjutnya aliran dari ejector dikondensasikan steamnya, di unit interkondensor. NCG kemudian dihisap

kembali oleh sistem ekstraksi NCG tahap kedua, menggunakan perangkat liquid ring vacuum pump LRVP. Aliran keluaran LRVP memiliki tekanan di atas tekanan atmosfir, kemudian memasuki perangkat sparator. Dari separator NCG dibuang ke udara bebas melalui drug fan di unit cooling tower.

Steam fr/ production well Turbine Electric Generator Transformer

Heat + NCG L/p Steam w/ NCG

Sparator

Main Condensor

steam ejector 65% perangkat sistem ekstrasi NCG, objek penelitian

NCG

Ejectors first stage NCG Extraction

Cooling Tower
WATER

Intercondensor

MCWP ke C/T

Sparator

Primary Pump Intercondensor

Reinjection Pump Reinjection Well

LRVP second stage NCG Extraction

Gambar 1.3 Alur NCG dalam steam dan sistem ekstraksi NCG.

Tesis

Pada penyusunan tesis yang akan dilakukan, penelitian dilakukan terhadap sistem ekstraksi NCG yang ada di PLTP Kamojang Unit IV, di bawah pengelolaan PT. Pertamina Geothermal Energy. Penelitian tersebut di fokuskan pada perangkat sistem ekstraksi NCG tahap pertama, yaitu unit Steam Jet Ejector. Panduan operasional steam ejector sekarang, mengacu pada diagram operasional steam ejector dari perusahaan pabrik pembuat ejector, untuk dua kondisi operasional 100% dan 125% beban, seperti tampak pada Gambar 1.4. Diagram atau grafik tersebut menunjukan hubungan antara besarnya beban, berupa laju aliran massa NCG di suction ejector terhadap ke-vacuum-an atau tekanan di daerah suction ejector yang dapat tercapai, pada kondisi laju aliran massa dan tekanan steam di inlet nozzle ejector tertentu. Adapun tekanan outlet ejector yang dapat dicapai, tidak digambarkan pada diagram tersebut.

Gambar 1.4 Panduan operasional steam ejector. (Nash, 2007).

Perubahan kandungan NCG dalam steam, berarti perubahan besarnya beban di daerah suction ejector. Diduga, perubahan beban suction ejector dapat

Tesis

mempengaruhi besarnya kebutuhan steam yang diperlukan nozzle ejector, untuk memindahkan beban dari suction ejector sampai tingkat keadaan di outlet ejector. Penelitian yang akan dilakukan yaitu simulasi pemodelan aliran dalam ejector menggunakan software aliran fluida, computational fluid dynamic CFD, Fluent versi 6.3. Pada simulasi akan divariasikan besarnya laju aliran massa dan tekanan suction, banyaknya konsumsi steam oleh nozzle ejector, dan tingkat keadaan outlet ejector yang dapat dicapai. Selain itu akan divariasikan juga perubahan geometri ejector, berupa posisi keluaran nozzle ejector. Hasil simulasi pemodelan, diharapkan dapat menggambarkan dan menjelaskan kondisi optimal operasional steam ejector sebagai perangkat sistem ekstraksi NCG.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang mengenai pengaruh keberadaan NCG di dalam aliran uap kerja, dan grafik panduan operasional ejector dari perusahaaan pabrikan ejector, pada bahasan bagian ini dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti menggunakan simulasi software pemodelan aliran fluida, CFD. Masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Pengaruh perubahan tekanan masuk steam pada nozzle ejector, terhadap tekanan outlet ejector yang dapat dicapai dan kapasitas hisap ejector. 2. Pengaruh perubahan tekanan masuk steam pada nozzle ejector, terhadap tingkat ke-vacuum-an bagian suction ejector. 3. Pengaruh perubahan geometri ejector, berupa posisi nozzle di dalam ejector, terhadap tekanan outlet ejector yang terjadi, serta kapasitas hisap ejector dan tingkat ke-vacuum-an bagian suction ejector.

1.3 Batasan Masalah Penelitian yang akan dilakukan terfokus hanya pada perangkat sistem ekstraksi NCG tahap pertama, di PLTP Kamojang Unit IV. Perangkat tersebut yaitu unit ejector 65% duty. Adapun pembatasan masalahnya, sebagai berikut. 1. Fluida NCG beban di kondensor diasumsikan sebagai Gas CO2, tingkat panas lanjut. Hal ini dikarenakan kandungan NCG, 95% didominasi Gas CO2.

Tesis

2. Objek penelitian hanya pada steam ejector 65% duty, sebagai perangkat sistem ekstrasi NCG tahap pertama. 3. Aliran yang memasuki dan keluar ejector dianggap tunak. 4. Kandungan NCG dalam steam yang memasuki nozzle, diabaikan 5. Performa ejector objek penelitian, dianggap sesuai dengan desain pabrik pembuat ejector. Pada kondisi desainnya, maksimal mampu menghisap 65% beban NCG di kondensor, dengan perkiraan kandungan NCG dalam uap sebesar 1.7%. 6. Tekanan Outlet ejector selalu dikondisikan oleh sistem ekstrasi gas tahap kedua. 7. Tingkat keadaan steam di inlet nozzle ejector, dianggap saturated vapor. 8. Tidak terjadi reaksi kimia antara steam dengan gas CO2, saat proses ekstraksi. 9. Pengaruh gaya bodi, diabaikan 10. Desain C-D nozzle ejector objek penelitian tertentu, yaitu desain yang tidak menyebabkan terjadinya normal shock pada aliran di dalam C-D nozzle.

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang dan perumusan masalah sebelumnya, berikut adalah tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. 1. Melakukan analisis hasil simulasi pemodelan CFD terhadap tekanan kritis di outlet ejector yang terjadi, sebagai akibat variasi tekanan inlet nozzle. 2. Melakukan analisis hasil simulasi pemodelan CFD terhadap perubahan kapasitas hisap ejector, yang ditunjukan dengan laju aliran massa di bagian suction ejector, sebagai akibat variasi tekanan inlet nozzle. 3. Melakukan analisis hasil simulasi pemodelan CFD terhadap tingkat kevacuum-an bagian suction ejector, sebagai akibat variasi tekanan inlet nozzle. 4. Melakukan analisis hasil pemodelan CFD pada pengaruh perubahan geometri ejector, berupa nozzle exit position NXP, terhadap tekanan outlet ejector yang dicapai, serta kapasitas hisap ejector dan tingkat ke-vacuum-an di bagian suction ejector.

Tesis

1.5 Kontribusi dan Keutaman Penelitian Studi analisis pada simulasi pemodelan CFD yang akan dilakukan, mensimulasikan variasi kondisi kerja dan geometri steam ejector. Analisis hasil simulasi tersebut, akan memperkirakan dan menjelaskan pengaruh perubahan kondisi operasional dan geometri ejector terhadap performa ejector yang terjadi. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PLTP Kamojang Unit IV, untuk pengembangan unit pembangkitannya. Walaupun panas bumi bukan merupakan hal baru, penelitian-penelitian yang dilakukan dunia pendidikan di bidang ini terbilang jarang. Oleh karena itu, studi analisis pada pemodelan CFD yang akan dilakuakan, diharapkan dapat menarik minat peneliti-peneliti lain, khususnya dalam upaya peningkatan performa steam ejector, dan umumnya dalam rangka peningkatan efisiensi unit pembangkitan listrik tenaga panas bumi.

Anda mungkin juga menyukai