Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN Pada proses belajar mengajar di sekolah, bukanlah suatu hal yang sederhana, tetapi suatu proses

yang sangat kompleks atau sangat terkait antara aspek satu dengan aspek lain. Aspek-aspek yang saling mempengaruhi tersebut antara lain pengajar, peserta didik, lembaga pendidikan, dan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus mengetahui karakteristik peserta didik yang akan diberi pembelajaran. Pembelajaran itu harus berorientasi pada perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. baik perkembangan intelektual atau perkembangan sosial anak. Atau dengan kata lain kegiatan pembelajaran yang dimaksud akan memperoleh perubahan-perubahan positif pada peserta didik yang sedang berkembang ke arah kedewasaan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya masalah belajar ini mendapat perhatian serius dari semua kalangan civitas pendidikan, utamanya para ahli pendidikan, agar dengan demikian para guru atau calon guru lebih dapat mengenal dan memahami prinsip-prinsip dasar yang diperlukan bagi kegiatan pembelajaran disekolah. Untuk tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, kelompok kami dengan makalah ini, akan membahas tentang Hakekat Belajar, yang meliputi pengertian belajar, teori belajar, ciri-ciri, bentuk dan prinsip belajar serta unsur dinamis belajar. Paparan pembahasan dalam makalah ini, hanya berkisar pada hal-hal pokok yang terkandung dalam sub-pokok bahasan, dengan beberapa contoh dan tambahan yang diperlukan. Dengan adanya uraian yang cukup singkat tentang hakekat belajar, beserta unsur-unsurnya diharapkan semua aspek yang mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah dapat terangkum dan pada gilirannya upaya proses belajar mengajar lebih dapat ditingkatkan kualitasnya.

BAB II HAKEKAT BELAJAR A. Pengertian belajar Belajar adalah kata yang akrab dengan semua lapisan masyarakat bahkan menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kegiatan disebuah lembaga pendidikan misalnya. Namun demikian tidak semua orang mengetahui apa itu belajar. Banyak rumusan belajar dikemukakan oleh para ahli psikologi dan pendidikan, rumusan itu berbeda sesuai dengan keahlian mereka. Tentu saja mereka punya alasan yang dapat dipertangungjawabkan. James O Wittaker, misalnya merumuskan bahwa belajar adalah proses dimana tingkahlaku diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedang Cronbach, berpendapat Belajar adalah aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku. Howard L. Kingskey mengatakan belajar adalah dimana proses tingkah laku diubah melalui praktek atau latihan. Demikian pula Drs. Slameto mengatakan belajar adalah proses usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru dari hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat para ahli dalam pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan masuknya kesankesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat serangan serangga, patah tangan, patah kaki, buta mata, tuli telinga, penyakit bisul, dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Jadi dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni kata perubahan atau change. Change adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris, yang bila di Indonesiakan berarti perubahan. Para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah perubahan yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.

B. Teori-teori Belajar. Para ahli telah banyak mengemukakan berbagai teori belajar dalam usaha menjelaskan proses-proses belajar itu. Namun demikian, mempertentangkan berbagai teori belajar tersebut adalah tidaklah tepat, sebab untuk satu jenis belajar tertentu, mungkin satu teori lebih bermanfaat, akan tetapi untuk jenis belajar lainnya mungkin pula teori lain lebih sesuai. Berbagai teori-teori belajar itu antara lain: 1. Teori Tanggapan. Teori ini menyatakan bahwa belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyakbanyaknya. Dalam hal ini tanggapan adalah unsur jiwa yang paling sederhana (Herbart), sehingga orang yang pandai adalah orang yang punya banyak tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. Dengan demikian, menurut teori ini belajar lebih ditekankan pada banyaknya hafalan dan bukan pengertian. Semakin banyak yang dihafal, maka semakin pandai orang itu. 2. Teori Daya. Menurut teori ini, Jiwa manusia mempunyai bagian-bagian yang masingmasing mempunyai daya, daya untuk mengingat, merasa, berpikir, dan sebagainya. Belajar cukuplah mengasah salah satu daya, sebab selanjutnya akan ada transfer daya ke daya yang lain. Belajar hanyalah melatih daya itu. Selanjutnya daya itu akan tumbuh dan berkembang pada daya yang lain. Misalnya, Kita cukup belajar Matematika, selanjutnya kita bisa memahami ilmu-ilmu pasti, seperti: Kimia, Fisika dan lain-lain. Teori daya ini pada dasarnya kurang menyadari bahwa jiwa manusia itu komplek, karena itu jika terlau menekankan Daya Pikir dalam proses belajar, anak akan cenderung Intelektualistis . Bila terlalu menekankan Daya Rasa, cenderung Emosionalistis, Menekankan Kemauan saja, cenderung Voluntaristis. saja Proses transfer ini kenyataannya hanya berlaku pada bidang studi sejenis. 3. Teori Konektionis. Menurut teori ini, bahwa belajar itu adalah hubungan dua peristiwa yaitu pembentukan dan penguatan hubungan saraf antara stimulus dan respon atau sebagai hubungan yang timbul antara pemberi stimulus dan kemampuan individu untuk memberi respon terhadap stimulus yang diterimanya. Thorndike melalui teori Trial and error atau Konektionis menyimpulkan, respon dari stimulus menghasilkan respon benar dan respon salah, respon benar terbentuk dan dikuatkan dengan terjadi berulang-ulang,

sedang respon salah tercabut. Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan ini dinamakan connecting. Belajar menurut teori ini dengan jalan mencoba-coba, dan dengan mencoba-coba seseorang pada akhirnya membawa hasil. 4. Teori Conditioning. Menurut Teori ini (I.P. Pavlov), Belajar itu terjadi karena ada kondisioning. Karena kondisi yang diciptakan, maka sudah menjadi kebiasaan. Kondisi yang diciptakan ini merupakan syarat, yang memunculkan reflek bersyarat. Sehingga satu misal, anak mau belajar jika diberikan hadiah, maka belajar harus dipancing dengan hadiah atau sesuatu yang menyenangkan, guna membiasakan anak agar belajar bisa berhasil, tetapi dalam hal ini guru harus lebih bijaksana agar supaya tujuan belajar tidak hilang, sebab kalau pendidik tidak waspada atau berhati-hati dalam melaksanakan teori ini maka anak didik dalam proses belajarnya hanya akan bertujuan mencari upah saja. 5. Teori Gestalt Menurut teori ini, belajar terjadi apabila seseorang mendapat insight dalam situasasi yang problematic, yakni sewaktu-waktu ia secara ia memahaminya. Belajar pada manusia menurut teori ini adalah sebagai berikut : a. Dalam menghadapi persoalan sekitar, manusia bersifat aktif secara keseluruhan pribadinya. b. Belajar didorong oleh kemauan yang sadar. c. Pengertian keseluruhan lebih daripada jumlah bagian-bagian dan bagian itu sendiri baru memperoleh arti kalau ditinjau dari keseluruhan. d. Pemecahan persoalan dalam belajar diketemukan secara insight. C. Ciri-ciri Belajar. 1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar. Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah dan sebagainya. 2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan tiba-tiba menemukan Reorganisasi baru antara unsur-unsur dalam situasi itu, sehingga

perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, orang belajar membaca, akan dapat mempelajari pengetahuan yang lain dengan kemampuan baca tersebut. 3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif. Perbuatan belajar berakibat pada perubahan menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Demikian perubahan dalam belajar yang bersifat positif, sedangkan Perubahan yang bersifat aktif adalah perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu itu sendiri. Misalnya, belajar naik sepeda, yang semula sering jatuh, kemudian semakin baik karena usaha individu tersebut. 4. Perubahan dalam Belajar bukan Bersifat Sementara. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, Anak yang belajar piano setelah belajar kecakapannya tidak akan hilang, bahkan semakin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih. 5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah. Ini berarti Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan, senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya. 6. Perubahan Mencakup Aspek Tingkah Laku. Jika seseorang belajar sesuatu, maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan lain sebagainya. Misalnya, anak belajar naik sepeda, maka dia disamping terampil dalam bersepeda, dia akan mengalami perubahan dalam pengetahuannya tentang sepeda. D. JENIS DAN PRINSIP BELAJAR a. Jenis-jenis Belajar Jenis-jenis belajar menurut A. De Block, C. Van Parreren, dan Robert M. Gagne, sebagai berikut: bahwa jenis-jenis belajar menyangkut masalah belajar arti kata, belajar kognitif, belajar teoritis, kaidah , konsep/pengertian, keterampilan motorik, dan belajar estetika. - Belajar Arti Kata: adalah untuk menangkap arti kata yang terkandung dalam katakata yang digunakan. Mengerti arti kata-kata dalam belajar merupakan dasar Misalnya, Seorang belajar mengetik, sebelumnya menetapkan keinginan kecakapan mengetik.

terpenting, karena ide-ide yang terpatri dalam kata atau kalimat hanya dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata - Belajar Kognitif ; bersentuhan dengan masalah mental karena objek yang di tanggapi tidak hanya bersifat materiil tapi juga non materiil. Bila tanggapan kedua objek itu dimiliki maka seorang telah mempunyai alam pikiran kognitif, semakin kaya dan luas gagasan yang dimiliki. Semakin luaslah alam kognitif orang tersebut. Belajar kognitif didalam belajar itu penting, karena seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan kognitif didalam belajar. - Belajar Menghafal : adalah suatu aktivitas menanamkan materi verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali sesuai dengan materi aslinya. - Belajar Teoritis : Belajar ini bagaimana menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental sehingga dapat dipahami dan digunakan kembali untuk memecahkan persoalan. - Belajar Konsep : atau pengertian adalah belajar dengan mengabtrasikan satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri yang sama. Belajar konsep merupakan cara belajar dengan pemahaman yang membantuk skema konseptual, yaitu suatu keseluruhan kognitif yang merangkum keseluruhan ciri khas suatu obyek yang terkandung dalam pengertian. - Belajar Kaidah : adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain akan membentuk suatu ketentuan yang me-representasi-kan suatu keteraturan tertentu. Representasi (gambaran) itu merupakan kenyataan hidup dan merupakan keteratura sepanjang masa, yang disebut dengan kaidah. Rumusan-rumusan kaidah tersebut membentuk teori. - Belajar Berfikir : adalah belajar untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan tertentu. Belajar berfikir adalah belajar penyusunan kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan) - Belajar Keterampilan Motorik: adalah belajar serangkaian garak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel tanpa dibutuhkan refleksi tertentu dan diikuti gerekan-gerakan tertentu lain. - Belajar Estetis : belajar yang bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang seni. b. Prinsip-prinsip Belajar Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu. Saiful Bahri Djamarah, menutur kan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut : a. Prinsip bertolak dari Motivasi.

Motivasi memiliki arti penting dalam kegiatan belajar, karena merupakakn pendorong. Dengan motivasi dapat mengubah energi dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan. Sehingga motivasi hal yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar. b. Prinsip Pemusatan perhatian. Belajar dibutuhkan konsentrasi (pemusatan perhatian) dengan pemusatan fungsi fungsi jiwa terhadap suatu masalah dengan mengosongkan pikiran dari hal-hal lain yang mengganggu. c. Pengambilan Pengertian Pokok. Belajar yang berhasil ditandai dengan tersimpannya sejumlah kesan dalam otak, maka dalam belajar seperti membaca, agar efesien dan mudah memahami cukup dengan mencari pokok pikiran dalam suatu paragraph dan diambil sebagai kata kunci. d. Prinsip Pengulangan. Agar kesan yang sudah terekam dalam otak setelah belajar selalu dapat diingat dan dan tidak tenggelam oleh tumpukan kesan yang baru dan tersimpan di alam bawa sadar, maka diperlukan banyak pengulangan dan pemanfaatan kesan tersebut. e. Prinsip Yakin akan Kegunaan Dalam belajar harus ada keyakinan akan kegunaan ilmu tersebut, jika tidak akan muncul rasa malas, dan ini adalah penghambat terbesar belajar. f. Prinsip Pengendapan. Belajar tidak bisa terus-menrus dalam satu waktu, diperlukan istirahat untuk memngendapkan sejumlah kesan yang diterima otak dan memberikan kesempatan otak untuk istirahat, karena kemampuan daya serap otak terhadap kesan dalam satu waktu sangat terbatas. g. Prinsip Pengutaraan Kembali. Agar hasil belajar yang terekam dalam otak lebih hidup dan selalu ada dalam alam bawah sadar, diperlukan strategi mengingat kembali kesan-kesan itu dengan dengan penuturan yang mengunakan bahasa sendiri. h. Pinsip Pemanfaatan Hasil Belajar. Untuk mempertahankan hal-hal yang telah diterima dari kegiatan belajar, dilakukan dengan cara pemanfaatan hasil belajar itu, bisa dengan mempelajari hal-hal lain yang berkait dengan pengetahuan tersebut atau dengan mengamalkan pada yang lain yang memerlukan. i. Prinsip Menghindari Gangguan.

Gangguan adalah musuh utama dalam belajar. Belajar tidak dapat tenang dan berkonsentrasi, jika ada gangguan, baik dari dalam diroi seseorang tersebut atau dari luar. Kesemuanya harus dihindarkan. Prinsip-prinsip diatas adalah prinsip-prinsip belajar mandiri yang berorientasi pada baca literature. Sedang dalam konteks interaksi antara guru dan anak didik, Slameto (1991) mengungkapkan prinsip-prinsipnya, yaitu: perkembangannya. discovery. yang sesuai. didik. Dalam proses belajar diperlukan repetisi (pengulangan berkali-kali) agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam dalam diri anak Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang dicapai. Belajar perlu interaksi anak didik dengan lingkungannya. Belajar adalah proses Kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain), sehingga didaptkan pengertian Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, explorasi dan Dalam belajar anak didik diusahakan berpartisipasi aktif, berminat untuk mencapai tujuan intruksional. Belajar bersifat keseluruhan dengan sajian sederhana, hingga anak didik mudah mengerti. Belajar harus ada reinforcement (pengeuatan) dan motivasi pada anak didik. Belajar harus kontinyu, setahap demi setahap sesuai

E. UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM BELAJAR Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar: 1. Faktor lingkungan social dan non social : lingkungan merupakan bagian kehidupan anak didik, selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan dari lingkungan alami dan lingkungan social budaya. Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar anak didik disekolah. Faktor social adalah faktor lingkungan sesama manusia. Faktor non social ialah: keadaan cuaca, keadaan tempat, waktu, dan alat yang digunakan 2. Faktor Individual fisiologis, dapat dibagi menjadi dua bagian antara lain :

a. Cukup nutrisi keadaan makanan : kurang nutrisi akan berpengaruh lekas payah, lekas ngantuk dan lain sebagainya. b. Penyakit kronis : misal Influenza, batuk dan lain sebagainya, karena di pandang tidak cukuy serius bagi kesehatan jasmani. Akan tetapi kenyataannya penyakit ini sangat mengganggu aktivitas belajar. 3. Faktor metode dan Bimbingan belajar : beberapa hasil penelitian menunjukan metode belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, Misalnya : metode belajar keseluruhan akan lebih baik dari pada metode belajar bagian-bagian. Sebab dengan mulai dari keseluruhan seseorang dapat menentukan arah yang tepat untuk belajar. Sedang faktor bimbingan belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Bimbingan dapat di berikan dalam batasan-batasan yang di perlukan oleh seorang anak. Sebab, bimbingan yang terlalu banyak mempunyai kecenderungan pada anak menjadi tergantung. Sebaliknya bimbingan yang kurang akan mengakibatkan anak kehilangan arah dalam belajarnya. Hal-hal yang paling penting adalah : para pembimbing perlu memberikan modal kecakapan dasar pada anak sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.

BAB III PENUTUP I. KESIMPULAN. Dari paparan pembahasan dalam makalah yang sangat simple dan jauh dari sempurna dan meski masih harus didikusikan lebih jauh, dapat ditarik kesimpulan hal-hal sebagai berikut : 1. Belajar memiliki point utama yaitu perubahan dan termasuk didalamnya adalah proses perubahan itu sendiri. Perubahan ini bersifat ruhani, bersifat mental, dan bersifat non materiil, yang hasilnya muncul dalam perubahan sikap, prilaku, cara pandang dan karakteristik dalam kehidupan individu sesuai dengan pengalaman belajar masing-masing. 2. Penerapan teori-teori dilapangan, tidak kemudian saklek (tanpa kompromi) seperti yang ada, namun sangat bergantung pada pendidik, waktu, kondisi anak didik dan kondisi lingkungan. Karenanya teori-teori tersebut masih sangat mungkin untuk dikembangkan bahkan bisa jadi tidak terpakai, setelah muncul teori yang baru. II. SARAN-SARAN Keberhasilan belajar bagi anak tidaklah mudah, diperlukan pengenalan dan pemahaman psikologis bagi guru, sebab anak memiliki pembawaan insani yang berbeda antara satu dengan yang lain, karenanya ada hal yang harus diperhatikan bagi kita, dalam hal ini kelompok I khususnya dan mahasiswa PGSD pada umumnya, yaitu: 1. Pembelajaran anak yang salah, akan berakibat fatal bagi kehidupan anak di masa mendatang, karena itu dibutuhkan pembelajaran yang benar dan serius, dan itu adalah tugas kita bersama. 2. Belajar dengan berbagai ilmu pengetahuan yang relevan adalah sangat penting dan perlu bagi kita, agar kita terhindar dari kesalahan mendidik anak. Demikian makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan disana-sini, oleh karena itu masukan, koreksi, dan kritik yang membangun masih sangat dibutuhkan dalam makalah ini, semoga ini menjadi kebaikan bersama.

DAFTAR RUJUKAN :

Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Psikologi Belajar, Cetakan I, Jakarta, PT RINEKA CIPTA Purwanto Ngalim, 1994, Psikologi Pendidikan, Cetakan IX, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya. Said Bustami, 1985, Pokok-Pokok Psychologi-Pendidikan, Pamekasan, Biro Ilmiah & Penerbitan Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel Pamekasan. Afifuddin Sk dkk, 1988, PSIKOLOGI, Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, Cetakann IV, Surakarta, ------------------------

Anda mungkin juga menyukai