Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Telah lama diketahui bahwa gizi adalah faktor utama dalam perkembangan anak. Tanpa gizi yang adekuat janin berkembang kurang memuaskan dan tubuh tidak dapat ditunjang secara efektif. Zat gizi merupakan bagian dari makanan. Termasuk air , protein, dan asam amino yang membentuknya, lemak dan asam lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Kelemahan dari salah satu atau lebih zat gizi diketahui sebagai kelebihan gizi yang dapat menggangu kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan. Segera setelah lahir terdapat kehilangan akan berat badan, tetapi setelah pada hari ke sepuluh kehilangan yang terjadi akan diperoleh kembali. Sesudahnya, pertambahan berat badan sangat cepat sehingga pada usia bulan ke empat sebagian besar bayi akan mengalami penggandaan berat badan dan pada umur dua belas bulan mencapai tiga kali dari berat badan lahir. Setelah tahun pertama peningkatan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang lebih lambat tetapi konstan, rata-rata 2,3 kg/tahun hinggga tahun ke sembilan atau sepuluh mulai bertambah kembali percepatan pertambahan berat badan hingga remaja (6). Gizi sangat berkaitan erat dengan praktek kebudayaan dan bermasyarakat, makanan mempunyai arti simbolik. Tekanan ekonomi dan pengaruh budaya asing menyebabkan perubahan dalam kebiasaan diet. Obesitas terjadi karena terdapat asupan energi yang mencukupi dianggap sebagai masalah masyarakat yang makmur. Seiring makmurnya sebuah negara semakin banyak ditemukan kasus obesitas. Diduga remaja yang mengalami obesitas tidak sejak lahir. Jika ada bayi yang obesitas maka disebabkan oleh masalah lainnya, seperti diabetes melitus pada ibu. Ada indikasi untuk kasus obesitas yang tejadi pada juvenile adalah faktor dari ibu selama kehamilan atau riwayat obesitas yang kuat dalam keluarga. Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga tidak berlebihan sehingga menyebabkan obesitas.Juga, karena makanan

Page | 1

yang berbeda mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda-beda, maka keseimbangan yang wajar juga harus dipertahankan diantara semua jenis makanan ini sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak-anak. Anak-anak dengan kelebihan berat badan (overweight) samapi kegemukan (obesitas) harus diwaspadai. Obesitas pada anak-anak secara khusus akan menjadi masalah karena berat badan ekstra yang dimiliki anak pada akhirnya akan mengantarkannya pada masalah kesehatan yang biasanya dialamai orang dewasa seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi (Misnadiarly, 2007 hal 117) Anak-anak lebih banyak makan makanan yang instan, makanan cepat saji, minuman yang mengandung tinggi gula serta makanan camilan yang sudah diproses yang tinggi kalori dan lemak namun rendah vitamin lainnya dibandingkan makanan sehat dan segar seperti sayuran dan buah-buahan. Pola makan yang menyebabkan obesitas adalah makan tidak pada saat lapar dan makan sambil nonton TV atau mengerjakan sesuatu seperti pekerjaan rumah atau membaca. Obesitas bukan merupakan suatu keadaan normal dan membahayakan kesehatan anak tersebut. Peran keluarga dalam menyediakan makananan setiap hari untuk anak memegang peranan penting untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi anak. Keluarga yang mengendalikan pola makan anak biasanya obesitas terkendali. Sedangkan ibu yang membiarkan anaknya mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan lemak cenderung beresiko menjadi penyebab terjadinya obesitas pada anak. Obesitas merupakan suatu keadaan yang dapat membahayakan kesehatan anak secara fisik maupun psikologis. B. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui tentnag konsep Obesitas 2. Mahasiswa mampu melakukan perawatan pada anak dengan obesitas

Page | 2

BAB II LANDASAN TEORI


A. Definisi Obesitas didefinisikan sebagai suatu penambahan berat badan sebagai akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relative terhadap massa tubuh tanpa lemak (Keller dan Stevens, 1996). Obesitaas adalah keadaan patologis yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Mansjoer, 2000). Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan dan luas disubcutan dan jaringan lain (Behrman, 1999) Obesitas juga diartikan sebagai akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat diseluruh tubuh. B. Etiologi 1) Hereditas Obesitas dapat menurun dalam keluarga tetapi mekanismenya masih belum jelas. Anak memiliki orang tua atau saudara yang gemuk/ obesitas mempunyai kemungkinan sangat besar untuk menjadi obesitas juga. Namun, faktor genetik saja tidak menyebabkan obesitas. Obesitas baru terjadi jika si anak makan lebih banyak kalori daripada yang bisa dihabiskan oleh tubuhnya. Orang tua yang gemuk cenedrung memiliki anak yang gemuk pula. Sepertinya factor genetic turut menentukan jumlah unsure sel lemak dalam lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama dalam kandungan. Tidak heran bila bayi yang lahir memiliki unsure yang relative sama besar (Zainun 2002) 2) Factor psikologis

Page | 3

Factor ini dapat menjadi dasar pola makan selama masa kanak-kanak. Pada masa bayi anak-anak pertama kali mengalami penurunan ketidaknyamanan melalui pemberian makan dan belajar untuk menghubungkan makan dengan perasaan kesejahteraan, keamanan dan kehadiran pengasuh anak yang menimbulkan kenyamanan. Kemudian, makan dihubungkan dengan perasaan dicintai. Banyak orangtua menggunakan makanan seperti permen dan jajanan lainnya, sebagai pendorong positif terhadap prilaku yang diharapkan. Praktik ini dapat mengembangkan makna simbolis, dan anak dapat menggunakan makanan sebagai suatu penghargaan, kenyamanan, dan cara untuk menghadapi perasaan depresi, marah, bosan dan kesepian. 3) Penurunan aktifitas fisik Kecanggihan tekonologi seperti televisi dan komputer menyebabkan banyak anakanak terpaku di depannya sehingga kurang melakukan permainan yang melibatkan kegiatan fisik seperti bermain sepeda. Menonton televisi bukan hanya menghabiskan kalori yang sangat sedikit, tetapi bahkan menambah kalori karena makan cemilan selagi nonton. Kondisi keamanan yang kurang menjamin sehingga banyak orang tua yang tidak memperbolehkan anaknya bermain keluar rumah melakukan kegiatan olahraga atau bermain di lapangan. Ruang yang terbatas di sekolah menyebabkan banyak sekolah yang tidak memiliki lapangan bermain yang memadai bagi muridmuridnya untuk melakukan kegiatan fisik 4) Gangguan hormone Walaupun sangat jarang, adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antar hormone, seperti pada sindrom cushing. Lesi pada nucleus ventrimesdialis hipotalamus menyebabkan binatang makan secara berlebihan dan menjadi gemuk. 5) Factor nutrisi/ kebiasaan makan Laju pembentukan sel baru terutama cepat ada beberapa tahun pertama kehidupan, dan semakin besar laju penyimapngan lemak. Pada anak gemuk, jumlah sel seringkali sampai 3 kali lipat jumlah selemak pada anak normal. Walaupun demikian, setelah dewasa, jumlah sel lemak tetap hampir sama sepanjang sisa Page | 4

kehidupan. Oleh karena itu disarankan bahwa kelebihan nutrisi pada anak terutama pada masa bayi san sebagian kecil selam masa kanak-kanak yang lebih lanjut, dapat menyebabkan obesitas sepanjang hidup. Orang yang mempunyai kelebihan sel lemak lebih tinggi mekanisme otoregulasi umpan balik neurogenik untuk pengendalian jaringan adipose. Menurut Darmono (2006), obesitas pada anak disebabkan oleh masukan makanannya yang berlebih. Selain itu pada waktu lahir anak tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi dibiasakan minum susu formula dalam botol. 6) Factor Sosial Ekonomi Dikehidupan sehari-hari terdapat suatu kontraindikasi hubungan antara status ekonomi social dan prevalensi overweight. Ditingkat social yang rendah, dimana makanan sukar didapat, overweight tampak sebagai suatu indicator visual terhadap tingkat kesejahteraan dan status. Namun, sebaliknya pada tingkat social yang lebih tinggi, kekurusan dianggap sebagai suatu keinginan yang harus diraih sedangkan overweight dipandang sebagai indicator terhadap status yang lebih rendah. C. Factor resiko Lama menonton TV Kurangnya waktu bermain anak di luar konsumsi energy dan konsumsi lemak yang berlebih. Herediter anak yang minum susu formula Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energy yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energy ini dapat disebabkan oleh factor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan factor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, syndrome atau defek genetic (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energy diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laji pengkuaran Page | 5

D. Pathofisiologi

energy dan regulasi sekresi hormone. Proses dalam pengaturan penyimpanan energy ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen ( yang berpusat di hipotalamus) setelah setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic centerdi hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. E. Pathways

Page | 6

F. Gejala klinis Penampilan obesitas: 1. Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap. 2. Leher relative pendek 3. Lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang, paha dan pinggul. 4. Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat. 5. Kedua tungkai umumnya berbentuk X, dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan. Akibatnya, timbullah lecet G. Klasifikasi Jenis obesitas : 1) Tipe android (tipe buah apel) Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan dibagian tubuh atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada obesitas ini lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal bersamaan dengan diet dan olahraga. 2) Tipe Genoid (tipe buah pear ) Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul, paha, pantat dan umumnya banyak ditemui pada perempuan. Dan lebih sukar untuk menurunkan berat badan. H. Komplikasi 1) Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti pembesaran jantung atau peningkatan tekanan darah. 2) Gangguan metabolism glukosa. Misalnya, diabetes mellitus type II 3) Gangguan saluran pernafasan Pada bayi obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga Page | 7

mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah yang disebut sindrom chubby puffer. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipertrofi dan adenoid akan mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek. 4) Gangguan Kulit Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering disertai miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit. 5) ketidaknormalan pertumbuhan 6) gangguan mata : seperti penglihatan ganda, terlalu sensitifterhadap cahaya, dan batas pandangannya jadi lebih sempit. 7) Hiperlipidemia atau hiperlipoproteinemia adalah tingginya kadar lemak (kolestrol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah. 8) Gangguan kedudukan dan pertumbuhan tulang Berupa kaki pengkor atau tergelincirnya bagian sambungan tulang paha (terutama pada anak laki-laki) serta pertumbuhan tulang yang harus menahan beban yang lebih berat dari semestinya.

Page | 8

I. Tumbuh kembang anak usia prasekolah 1) Perkembangan psikoseksual (Freud) [ Tahap falik (3-6 tahun) Selama tahap falik, genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitive. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang controversial tentag Oedipus dan electra kompleks, penis envy, dan ansietas terhadap kastrasi. 2) Perkembangan psikososial (Erikcson) [ Inisiatif vs rasa bersalah (3 sampai 6 tahun). Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Ferud dan dicirikan dengan prilaku yang instrusif dan penuh semangat, berani berupaya, dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengna semua indra dan kekuatan mereka, mereka membentuk suara hati. Tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktifitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau dibuat oleh orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktifitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan tujuan. 3) Perkembangan kognitif (Piaget) [ Praoperasional ( 2 sampai 7 tahun) Ciri menonjol tahap praoperasional dalam perkembangan intelektual adalah egosentrisme, hal ini bukan berarti egois atau berpusat pada diri sendiri, tetapi ketidakmampuan untuk menempatkan diri di tempat orang lain. Anak-anak menginterpretasikan objek dan peristiwa, tidak dari segi umum, melainkan dari segi hubungan mereka atau penggunaan mereka terhadap objek tersebut. Mereka tidak dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dengan yang dimilikinya; mereka tidak dapat melihat sudut pandang orang lain, mereka juga tidak mengetahui alas an untuk melakukannya. Page | 9

Berpikir praoperasional bersifat konkret dan nyata. Anak-anak tidak dapat berpikir melebihi yang terlihat, dan mereka kurang mampu membuat dedukasi atau generalisasi. Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat, dengar, atau alami. Akan tetapi, mereka semakin menggunakan bahasa dan symbol untuk mewakili objek yang ada dilingkungan mereka. Melalui bermain imajinatif, bertanya, dan interaksi lainnya, mereka mulai membuat konsep dan membuat hubungan sederhana antar-ide. Pada tahap akhir periode ini pemikiran mereka bersifat intuitif (mis. Bintang harus pergi tidur karena mereka juga tidur) dan mereka baru mulai menghadapi masalah berat badan, tinggi badan, ukuran dan waktu. Cara berpikir juga bersifat transduktif karena dua kejadian terjadi bersamaan, mereka saling menyebabkan satu sama lain, atau pengetahuan tentang satu ciri dipindahkan ke ciri lain (mis. Semua wanita yang berperut pasti hamil) J. Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alas an darurat atau bencana yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (dachi, 2006) Pada usia ini, anak membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk proses tumbuh kembangnya. Biasanya anak mempunyai lingkungan bermain dan teman sepermainan yang menyenangkan. Anak belum mampu membangun suatu gambaran mental terhadap pengalaman kehidupan sebelumnya sehingga dengan demikian harus menciptakan pengalamannya sendiri (Sachrarin, 1996). Anak merasa cemas karena berpisah dengan kelompok sosialnya seperti temantemanya dan keluarga, anak kehilangan kontrol (perubahan peran dalam keluarga, mengalami kelemahan fisik, takut mati, kehilangan kegiatan dalam kelompok) dan reaksi terhadap nyeri (anak mampu mengkomunikasikan rasa nyeri, mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri dengan cara : menggigit bibir dan mengenggam sesuatu dengan erat). (Sukarmin, 2009) Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan Penyakit dan hospitalisasi Page | 10

Reaksi terhadap penyakit 1. Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai penyebab penyakit. 2. Cara berpikir magis menyebabkan anak usia prasekolah memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Sehingga menimbulkan reaksi agresif seperti menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Reaksi anak terhadap hospitalisasi 1. Anak prasekolah seringkali mempersepsikan sakit sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif seperti menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. 2. Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah regresi. Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan regresi dan menolak untuk bekerja sama. 3. Anak usia prasekolah merasa kehilngan kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan mereka sendiri. 4. Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa takut terhadap mutilasi dan prosedur yang menyakitkan. 5. Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas; 6. Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisai sebagai hukuman dan perpisahan dengan orangtua sebagai kehilangan kasih sayang. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi: a. Perasaan cemas dan takut : 1) Rasa cemas paling tinggi dirasakan orangtua pada saat menunggu informasi tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2000) 2) Rasa takut muncul pd org tua terutama akibat takut kehilangan anak pd kondisi sakit yg terminal (Brewis, 1995). 3) Perilaku yg sering ditunjukan org tua berkaitan dgn adanya perasaan cemas dan takut ini adl : sering bertanya atau bertanya ttg hal sama berulang-ulang pd org yg bbd, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000) Page | 11

b. Perasaan Sedih 1) Perasaan sedih ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orangtua mengethaui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. 2) Pd saat menghadapi anaknya yg menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami org tua 3) Pd kondisi ini org tua menunjukkan perilaku isolasi atau tdk mau didekati org lain, bahkan bisa tdk kooperatif thd petugas kesehatan (Supartini, 2000). c. Perasaan frustasi 1) Pd kondisi anak yg telah dirawat cukup lama dan dirasakan tdk mengalami perubahan serta tdk adekuatnya dukungan psikologis yg diterima org tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka org tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. 2) Sering kali org tua menunjukkan perilaku tdk kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa Dampak hospitalisasi 1) Bagi keluarag dan anak akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Selama proses tersebut, bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkungan yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua membuat stress anak meningkat (Dachi,2006). 2) Hospitalisasi merupakan kondisi stressful bagi anak, tetapi dapat juga member manfaat. Manfaat yang paling terlihat adalah proses penyembuhan anak dari sakit dan hospitalisasi juga akan memberikan kesempatan pada anak untuk mengendalikan stress dan mampu untuk menggunakan kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit membuat anak mempunyai pengalaman social baru yang dapat memperluas hubungan interpersonal mereka (Wong, 2007). 3) Perawatan di rumah sakit merupakan saat yang menakutkan bagi anak dan keluarganya. Hal yang paling dikhawatirkan oleh anak-anak adalah mereka Page | 12

merasa akan disakiti dan asing dengan tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit akan menkadi lebih mudah bagi anak dan keluarganya dengan beberapa persiapan.

K. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan diagnostic a) Underwater weight : pengukuran berat badan dilakukan di dalam air, dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa. b) DEXA (dual energy X-ray absorptiomery), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. c) Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit dibeberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forcep). 2. Pemeriksaan antropometrik Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot. BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih. Rumus: Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional : BMI = kilogram / meter2 Rumus : BMI = b / t2 dimana b adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan t adalah tinggi badan dalam meter.

Page | 13

L. Penatalaksanaan Prinsipnya adalah mengurangi asupan energy serta meningkatkan keluaran energy, dengan cara pengaturan diet, penigkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup. 1) Pengaturan Diet Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Dapat pula memakai perhitungan kebutuhan kalori berdasarkan berat badan sebagai berikut : BB ideal + (BB actual BB ideal) x 0,25. Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang : Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh <10% dan protein 15-20 energi total serta kolestrol <300 mg perhari. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia >2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus (umur dalam tahun + 5) gram perhari. 2) Mengubah pola hidup / prilaku Hanya dengan mengeliminasi makanan kecil, mengurangi makanan yang mengandung tinggi gula/ lemak atau minuman-minuman manis dapat menghasilkan penurunan berat badan. Asosiasi Jantung Amerika (AHA) secara umum merekomendasikan pemberian diet untuk anak berumur 2 tahun atau lebih untuk mengkonsumsi makanan bersandar pada makanan jenis buah-buahan, sayuran, bijibijian, susu rendah dan bebbas lemak, kedelai, ikan dan sedikit daging. Pemberian ikan pada anak dan remaja direkomendasikan untuk diberikan sebanyak seminggu 2 kali pemberian; ikan yang dimaksudkan adalah bukan ikan asin (ikan kering), karena ikan kering kurang mengandung asam lemak omega3. Page | 14

3) Pengaturan aktifitas fisik Untuk meningkatkan penggunaan energy, latihan jasmani yang lebih intensif menjadi pilihan pertama. Pilihlah kegiatan yang disukai anak tersebut sesuai dengan umurnya. Batasi waktu santai didepan layar menjadi hanya dua jam sehari. Tekankan pada aktifitas bukan olahraga, misalnya bermain petak umpet, tarik tambang atau lompat tali dapat menjadi cara yang baik untuk membakar kalori dan meningkatkan stamina. Menurunnya berat badan dengan obesitas berat sebaiknya tidak melebihi 500g tiap minggunya. Untuk menurunkan BB sebanyak 500g tiap minggu. Jumlah energy yang harus dikurangi setiap minggunya kira-kira 3250 kkal atau tiap harinya 450-500 kkal. M. Pencegahan Pencegahan harus sedini mungkin sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas karena komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi. Sementara itu, jika balita diberi susu formula, orang tua cenderung akan memaksa menghabiskan semua susu yang sudah ada dalam botol. 2) Makanan sehat yang seimbang Memberikan contoh yang baik dengan cara mempertimbangkan makanan yang anda makan sehingga anda dapat tetap konsisten menjaga berat badan ideal. Biasakan anak mengkonsumsi makanan yang berserta, seperti sayur dan buahbuahan. 3) Ubah kebiasaan makan Batasi kebiasaan makan di luar rumah, terutama bila yang dikonsumsi makanan jenis cepat saji. Beri porsi yang kecil untuk anak saat mengkonsumsi makanan cepat saji. Hindari asupan kalori tambahan dalam jumlah besar dengan mengkonsumsi es krim atau minuman ringan setelah makan.

1) Mulai dengan ASI Ekslusif

Page | 15

4) Lakukan kegiatan fisik Aktif dan mengundang anak untuk bergabung menjalankan kebiasaan yang sehat bersama-sama. Tidak perlu menajdi kritis, anda hanya perlu menekankkan pada apa yang baik, seperti senangnya bisa bermain diluar rumah, berbagai variasi buah segar yang bisa anda dapatkan sepanjang tahun. Tekankan keuntungan dari banyak beraktifitas selain dari membantu mereka menjaga berat badan, contohnya banyak bergerak membuat jantung, paru-paru dan otot-otot lain menjadi lebih kuat. N. Asuhan keperawatan pada anak obesitas 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien anak obesitas dalah : a. Anamnesis : Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous) Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul Riwayat gaya hidup : Pola makan/kebiasaan makan Pola aktifitas fisik : sering menonton televise Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe II b. Pemeriksaan fisik : Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas c. Pemeriksaan penunjang :

Page | 16

Analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiograparu dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan). d. Pemeriksaan antropometri : Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal. Rumus Broca Berat badan ideal berdasarkan rumus Broca adalah sebagi berikut : Berat badan ideal = (TB-100) - 10% (TB-100) Dari perhitungan rumus tersebut, jika berat badan seseorang melebihi angka 15% dari berat badan normal (TB-100), maka ia dapat dikategorikan dalam tingkat kegemukan (obese). e. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO. Metode Indeks Massa Tubuh (IMT) Metode IMT sangat cocok bagi orang-orang yang ingin mengetahui berat badannya ditinjau dari segi kesehatan. Keuntungan utama dari penggunaan IMT adalah praktis, obyektif, dan mempunyai nilai biologis. Berdasarkan usia anak, hasil perhitungan nilai IMT dibagi menjadi empat kategori berikut : IMT dibawah persentil 5 disebut kekurangan berat badan (underweight) IMT diantara persentil 5-85 disebut normal (normal weight) IMT diantara persentil 85-95 disebut memiliki risiko kelebihan berat badan (at risk of overweight) IMT diatas persentil 95 disebut kelebihan berat badan (overweight), Cara pintar mengatasi kegemukan anak a) Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85. b) Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri Page | 17

2. Diagnose keperawatan a) Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsional pola makan, factor herediter. b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup yang kurang gerak, kegemukan fisik. c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas 3. Intervensi keperawatan Dx : perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsional pola makan, factor herediter. NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .x24 jam keluarga dapat mengidentifikasi pola makan yang benar dengan kriteria hasil : 4) Pola dan kebiasaan anak mulai terlihat dengan jelas NO 1 5) Menunjukkan penurunan BB NIC Jaga selalu apapun yang berkaitan dengan makan, meliputi waktu makan, jumlahnya, dimana bisanaya makanan itu di makan, makan sendiri atau dengan 2 3 orang lain, perasaan yang memicu keinginan untuk makan. Identifikasi stimulus makanan karena biasanya berpengaruh terhadap obesitas Kaji lingkungan saat makan untuk menentukan kemungkinan yang dapat menyebabkan obesitas, meliputi dimana makanan itu dimakan, makan sendiri atau dengan orang lain, perasaan saat mengkonsumsi makanan, aktifitas yang dikerjakan ketika makan. 4 5 6 7 Siapkan makanan hanya dengan jumlah yang akan dimakan Kolaborasi dengan ahli iet dalam menentukan kebutuhan nutrisi Tekankan pada keluarga pentingnya menghindari diet berlemak Timbang berat badan anak secara periodik

Page | 18

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup yang kurang gerak, kegemukan fisik. NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .. x24 jam anak mampu meningkatkan aktifitas fisik dengan kriteria hasil : NO 1 2 Dapat melakukan aktifitas yang disukai seacara rutin NIC Kaji pola aktivitas dan aktifitas yang penting dari anak Dorong aktifitas rutin secara seperti berjalan dan menaiki tangga

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..x 24 jam status respirasi anak baik dengan kriteria hasil : NO 1 2 3 Anak menunjukkan kemudahan bernafas Anak tidak menunjukkan nafas pendek NIC Pantau kecepatan irama, kedalaman dan usaha respirasi Pantau pola nafas anak Posisikan anak posisi semi fowler untuk mengoptimalkan pernafasan

Page | 19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan secara umum pada jaringan subcutan dan jaringan lainnya di seluruh tubuh. Sering dikaitkan dengan kelebihan berat badan (overweight), walaupun tidak selalu identik. Kelebihan berat badan pada anak dapat disebabkan karena gangguan psikologik/ emosional, kebiasaan pemberian makan, keturunan. Sedangkan tanda-tandanya antara lain wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relative pendek, dada membusung, dperut membuncit disertai perut yang berlipat-lipat. Adapun penanganan yang dilakukan adalah pengaturan diet, pengaturan kegiatan fisik, modifikasi kebiasaan makan. B. Saran Dalam melaksanakan diet pada anak hendaknya didasarkan akan kebutuhan utama anak akan gizi yang seimbang dan dalam pelaksanaanya tetap berpegang pada rasa kenyamanan anak melakukannya dan tidak memaksakan kehendak orang tua sendiri sehingga apa yang sebenarnya diharapkan dari pola diet yang diprogramkan dapat tercapai secara optimal.

Page | 20

DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak I. FKUI : Jakarta Behrman, Rihard E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Volume 1. Alih Bahasa : A. Samik Wahab. EGC : Jakarta Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2 Media Aeseulapius : Jakarta Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi 4. FKUI : Jakarta. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa : Monica Ester. Edisi 4. EGC : Jakarta Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak . Jakarta : EGC. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC. NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai