1. Judul buku: Curriculum and Assessment Editor: David Scott Penerbit: Ablex Publishing (2001) Buku yang merupakan bunga rampai ini menelaah hubungan antara kurikulum dan asesmen, dan mengadopsi pendakatan komparatif dan pendekatan lintas sektor. Kontributor dalam buku ini berasal dari berbagai negara, mencurahkan buah pikirannya yang terfokus pada sektor sistem pendidikan primer, sekunder, pascasarjana, dan universitas. Buku ini mengupas perdebatan tentang penilaian dan kurikulum terkait pada sistem pendidikan di seluruh dunia dan berargam bangiannya. Beberapa perdebatan yang dimaksud dalam buku ini meliputi penilaian sumatif versus formatif; diferensiasi versus inklusi; kerangka penilaian psychometric versus holistik; penilaian konteks versus dekontekstualisasi; pendekatan belajar proses-simbol versus kognisionis; penilaian integral versus penilaian koneksi; penilaian high stakes versus penilaian low stakes. Para penulis dalam buku ini berasal dari berbagai perspektif dan dari latar belakang yang berbeda. Buku ini bukan untuk mencapai kesepakatan tentang kerangka kerja penilaian dan kurikulum, tetapi untuk mengungkap berbagai perdebatan yang dimaksud di atas dan mengembangkan kerangka kerja baru untuk memahami isu- isu penting ini. ***
2. Judul buku: Evaluation in Education Penulis: Darlene Russ-Eft, Hallie Preskill Penerbit: Perseus Publishing (2001) Evaluasi bisa berarti banyak hal untuk banyak orang, dan dalam buku ini, ditunjukkan bagaimana praktek evaluasi dapat secara efektif menginformasikan pengambilan keputusan dan tindakan di dalam organisasi, khususnya seputar masalah pembelajaran, performansi, dan perubahan. Namun demikan, isi buku juga merefleksikan mencerminkan peaktek evaluasi secara umum, yang dengan demikian dapat juga membantu dalam bidang lain dalam konteks organisasi. Filosofi dan ide-ide yang memengaruhi tulisan ini, cara berpikir, dan praktik didasarkan pada asumsi-asumsi dan keyakinan tertentu yang didapatkan selama Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 2
melakukan pekerjaan evaluasi. Ini menunjukkan bahwa evaluasi harus memiliki karakter sebagai berikut: berorientasi pada pembelajaran, terintegrasi pada praktek perkerjaan sehari-hari, inklusif, terfokus pada stakeholder, beroriantasi pada perubahan, berkelanjutan, bermanfaat, terfokus pada pembangunan kapasitas, didasarkan pada realitas organisasi, berorientasi pada proses dan produk, kontekstual, dinamis, berorientasi sistem, berorientasi pada perbaikan, kolaboratif dan partisipatoris, holistik, adaptif dan fleksibel, bermakna, dan responsif. ***
3. Judul buku: Evaluation: A Systematic Approach Penulis: Peter Henry Rossi, Dr. Howard E. Freeman, Mark W. Lipsey Penerbit: Sage Publications (1998) Buku ini membahas evaluasi secara komprehensif yang merupakan hasil dari hampir empat dekade penelitian dan revisi hingga mencapai tujuh edisi. Buku ini membahas konsep dan prinsip-prinsip evaluasi. Di sini juga mengkaji pengantar dalam bidang evaluasi, sejarah singkat dan asal usulnya, komponen penting dalam evaluasi, teori dan desainnya. Penulis membuat banyak usaha untuk memberikan kerangka teoritis yang umum namun ternyata apa yang ditulikan di sini terlalu general dan tidak terdapat instruksi yang jelas tentang bagaimana seharusnya memulai evaluasi atau bagaimana seharusnya dilanjutkan. Mungkin hal ini berguna untuk perantara para akademisi dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu, dan juga bermanfaat bagi mereka yang tertarik dalam penyelesaian, atau mampu memahami dan menangani isu-isu teoritis dan metodologis yang melekat dalam setiap evaluasi belajar. ***
4. Judul buku: Participatory Evaluation in Education Editor: J.Bradley Cousins, Lorna M.Earl Penerbit: Taylor & Francis e-Library (2005) Buku ini berbicara tentang perubahan dalam organisasi pendidikan, khususnya mengenai kesadaran integrasi pada operasi normal sekolah dan sistem sekolah dari proses yang sangat deliberatif mengenai inkuiri sistematis dan metode Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 3
penelitian terapan. Dalam buku ini kita bisa menggali apa yang peneliti, baik yang digunakan secara internal di dalam sistem atau di luar kapasitas tertentu, dapat membawa kepada proses perubahan dan bagaimana apa yang dihasillkan dapat diterima. Garis besar buku ini merefleksikan secara kritis tentang proses yang penulis sarankan. Pada bagian awal, buku ini mendeskripsikan kisah sukses penulis dan berbagi pendapat tentang peran penelitian terapan dan peran peneliti dalam konteks organisasi pendidikan. Kemudian buku ini menyajikan seperangkat studi empiris asli dengan data yang terkumpul, yang sebagian besar berasal dari guru, administrator sekolah, peneliti dan administrator tingkat wilayah; dan dari mereka yang terlibat langsung atau yang berminat pada proses penelitian kolaboratif. Melalui pendapat mereka kita dapat menambah pengetahuan kita tentang kepekaan dan potensi kelangsungan hidup 'evaluasi partisipatif' sebagai suatu pendekatan dengan perubahan organisasi di bidang pendidikan. ***
5. Judul buku: Teacher Evaluation, To Enhance Professional Practice Penulis: Charlotte Danielson, Thomas L. McGreal Penerbit: Association for Supervision and Curriculum Development (2000) Beberapa kasus menunjukkan bahwa ada indikasi masalah yang cukup besar dalam sistem evaluasi guru saat ini. Meski dibangun dengan seksama, sistem ini tampak membebani dan tak membantu guru yang ingin mengenmbangkan kinerjanya. Sistem ini juga tidak banyak membantu para administrator dalam membuat keputusan yang sulit mengenai performansi guru. Kekurangan- kekurangan tersebut ditelaah dalam enam hal, yakni kriteria yang terbatas dan usang, jarangnya kesempatan untuk berbagi mengenai nilai-nilai dan asumsi tentang pengajaran yang baik, kurangnya ketepatan dalam mengevaluasi performansi, adanya komunikasi satu arah yang hierarkis, tak ada diferensiasi antara praktisi pemula dan berpengalaman, terbatasnya kepakaran administrator. Akibatnya guru menjadi kurang jujur mengungkapkan kesulitan yang dialami, karena takut akan dicap sebagai kelemahan pada saat dievaluasi. *** Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 4
6. Judul buku: Linking Teacher Evaluation and Student Learning Penulis: Pamela D. Tucker, James H. Stronge Penerbit: Association for Supervision and Curriculum Development (2005) Buku ini disusun atas dasar keyakinan akan pentingnya mengukur hasil belajar siswa dalam rangka menilai kualitas guru, yang telah dilakukan selama bertahun- tahun di beberapa sekolah demi mencapai meraih hasil evaluasi guru yang bermakna. Secara intuitif kita tahu bahwa guru yang benar-benar efektif adalah mereka yang dapat memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan siswa sehari-hari, dan dalam kehidupan pendidikan dan karirnya. Secara empiris seorang guru yang efektif adalah yang memiliki pengaruh langsung dalam meningkatkatkan kualitas belajar siswa. Berdasarkan penelitian bertahun-tahun mengenai guru yang efektif dapat dikatakan bahwa guru yang efektif bukan hanya yang mampu membuat siswa merasa nyaman belajar dan bersekolah, tapi juga mereka yang berkarya yang dapat meningkatkan keberhasilan siswa. Karakteristik guru yang sukses menurut buku ini adalah mereka yang memiliki: kemampuan verbal, pengetahuan akan materi, pengetahuan pedagogis, status sertifikasi, keahlian dalam menggunakan serangkaian strategi mengajar, dan antusias dalam bidang mereka. ***
7. Judul buku: The Case for Commitment to Teacher Growth: Research On Teacher Evaluation Penulis: Richard J. Stiggins, Daniel Linden Duke Penerbit: State University of New York Press (1987) Evaluasi guru adalah kunci dalam peningkatan kualitas sekolah. Demi meraih keunggulan pendidikan melalui peningkatan pengembangan professional guru, maka kontribusi potensial dari guru terhadap proses evaluasi dalam rangka pengembangan tersebut tidak dapat diabaikan. Kontribusi tersebut selalu dikesampingkan dalam beberapa tahun ke belakang. Buku ini merupakan hasil penelitian selama tiga tahun yang menginvestigasi mengapa evaluasi tidak berhasil dalam meningkatkan pengajaran dan bagaimana prosedur evaluasi perlu Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 5
diubah demi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan guru. Disajikan empat studi demi membagi evolusi cara berpikir untuk merevisi proses evaluasi. Tahap awal merupakan review yang komprehensif mengenai literatur-literatur penelitian tentang evaluasi guru. Tahap kedua adalah studi mendalam tentang sistem evaluasi guru. Tahap selanjutnya terfokus pada pengalaman evaluasi dari beberapa guru yang diuntungkan oleh evaluasi yang sukses. Dan tahap terakhir mengeksplorasi unsur dan dampak pengalaman evaluasi dari para guru dalam jumlah yang lebih besar. ***
8. Judul buku: Evaluation, Language Teaching: a Scheme for Teacher Education Penulis: Paula Rea-Dickins, Kevin Germaine Penerbit: Oxford University Press (1993) Dua pendekatan yang disarankan dalam menyelenggarakan evaluasi adalah: (1) pendekatan berbasis pengukuran yang menekankan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan prosedur seperti tes yang hasilnya bisa dianalisis secara statistic. Jenis evaluasi berorientasi pada produk dan kesimpulan yang bersifat luas, lebih terfokus pada akhir daripada maknanya. (2) pendekatan berbasis deskripsi database yang cakupan utamanya adalah mengumpulkan informasi baru dengan maksud membentuk wawasan baru pada aspek pengajaran dan pembelajaran bahasa. Hasil yang hanya dinyatakan dalam makna kuantitatif memiliki nilai terbatas dalam jenis studi ini, di mana informasi yang bersifat kualitatif, dalam bentuk deskripsi ataupun eksplanasi, berpotensi bersifat lebih informatf. Hal ini dipandang perlu karena perhatian utamanya adalah menangkap dan memahami realitas yang terjadi di dalam kelas demi mempertahankan apa yang telah berfungsi dan membuat perubahan-perubahan yang sesuai. Guru berperan sangat penting dalam proses evaluasi, khususnya ketika mengevaluasi aspek-aspek dalam praktek di kelas. Inkuiri dalam skala kecil dalam jalur penelitian tindakan berfungsi untuk mengklarifikasi isu-isu penting di bidang pedagogis. Hal ini dapat berkontribusi pada kurikulum yang berlaku secara lebih efektif dan efisien. Peran ahli eksternal dalam hal ini lebih dibatasi, karena Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 6
kontribusi dari guru dianggap lebih penting. ***
9. Judul buku: Approaches to Evaluating Teacher Effectiveness: A Research Synthesis Penulis: L. Goe, C. Bell, O. Little Penerbit: National Comprehensive Center for Teacher Quality (2008) Sebuah hasil penelitian tentang efektivitas guru, yang hasilnya dipresentasikan dengan implikasi kebijakan dan saran-saran praktis bagi mereka yang berkecimpung dalam evaluasi kefektifan guru. Sebagai kesimpulan, penulis merekomendasikan suatu pengukuran yang tidak menekankan pada pertambahan nilain (de-emphasis on value-added measures) dan suatu penekanan pada pengukuran ganda dan definisi yang luas mengenai efektifitas guru. Efektifitas guru diukur berdasarkan skor tes yang terstandarisasi. Guru yang efektif adalah guru yang: (1) Memiliki ekspetasi tinggi / membantu siswa belajar (yang ditunjukkan melalui skor tes); (2) berkontribusi pada kehadiran regular, promosi, dan perilaku kooperatif; (3) menggunakan beragam sumber belajar, menilai pembelajaran siswa, dan senantiasa mengadaptasi pembelajaran; (4) mendukung keragaman dan berpola piker madani; (5) berkolaborasi demi mendukung siswa belajar. Kriteria dalam mengukur keefektifan adalah valid, komprehensif, general, bermanfaat, praktis, reliable, dan kredibel. Tujuh metode dalam mengevaluasi pengajaran: observasi kelas, evaluasi kepala sekolah, artefak instruksional, portofolio, evaluasi diri, survey pada siswa, model pertambahan nilai. Buku ini juga membahas beberapa contoh instrument yang spesifik menerapkan strategi dan memberikan konsiderasi dalam implementasinya, yang harus komprehensif, berbasis konteks, dan bersifat formatif dalam melakukan asesmen. Beberapa saran yang diajukan antara lain: harus menggunakan pengukuran yang beragam, pertimbangkan tujuan pengukuran, harus diingat bahwa validitas bukan hanya untuk instrument saja juga untuk implementasinya, libatkan stakeholder dalam mengambil keputusan , dan antisipasi biaya yang harus dikeluarkan. ***
10. Judul buku: Rush to Judgment: Teacher Evaluation in Public Education Penulis: T. Toch, R. Rothman Penerbit: Education Sector / www.education sector.org (2008) Masalah yang dialami dalam hal evaluasi guru saat ini adalah bahwa sertifikat pengesahan dianggap lebih bernilai dari pada performansi; jadwal single-salary menyebabkan sertifikasi menjadi over quality; evaluasi guru menempati prioritas rendah; evaluasi biasanya hanya berisi observasi kilat dengan sistem ceklist; skor tes standar adalah cara yang langsung dalam menilai performansi, akan tetapi hanya setengah dari jumlah guru yang ada yang dites dengan tes tersebut, tes standar hanya mengukur skill tingkat dasar, dan jika berpatokan pada skor tes ini tidak tercermin input dari siswa. Penulis kemudian menyarankan penggunaan suatu model baru dalam usaha untuk mengungkap kompleksitas pengajaran yang disebut dengan Praxis III. Model ini menggunakan empat kategori utama, yakni perencanaan dan persiapan, lingkungan kelas, pembelajaran, dan tanggung jawab profesional. Kategori ini kemudian dikembangkan menjadi 22 thema (seperti pengetahuan akan bidang studi, motivasi siswa dsb.) dan 77 skill kunci (seperti pengelompokkan siswa, penyediaan umpan balik dari siswa dsb.). Untuk setiap skill tersebut model ini menyarankan penilaian rubric, seperti tidak memuaskan, mendasar,mahir, dan unggul. ***
11. Judul Artikel: Identifying Effective Teachers Using Performance on The Job. Penulis: R. Gordon, T.J. Kane, D.O. Staiger Penerbit: The Brookings Institution (2006) Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sertifikasi tidak sama dengan efektivitas. Dengan demikian guru yang efektif harus diidentifikasi berdasarkan kinerja mereka. Artikel ini menyarankan bahwa banyak guru yang harus dievalusi berdasarkan kinerjanya. Hal ini tentu saja membutuhkan pengukuran yang konsisten dan reliable terhadap performansi guru. Penulis artikel ini memberikan lima rekomendasi yang spesifik, yakni; 1. Rintangan untuk memasuki dunia profesi guru harus dikurangi. Pengetahuan akan konten memang penting, akan tetapi sertifikasi tidak harus Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 8
dibutuhkan bagi guru baru yang akan datang. Penulis berpendapat bahwahai ini akan meningkatkan kualitas dan mengantisipasi kurangnya jumlah guru. 2. Guru yang tidak efektif jangan langsung diberi ikatan dinas. Para guru harus diranking berdasar pada skor tes value-added. Guru yang berada pada kelas bawah jangan dipertahankan. Kepala sekolah dapat mempertahankan guru kelas bawah hanya dengan ijin dinas setempat. Dengan demikian sekolah akan mengontrak guru baru yang belum siap untuk ikatan dinas. 3. Tunjangan harus dibayarkan pada guru yang berkualitas tinggi dengan batasan tertentu. Guru yang berada pada tingkat atas harus diberi tunjangan yang sesuai. 4. Setiap guru harus dievaluasi dengan alat ukur yang beragam. Rekomendasi ini bergantung pada definisi dan pengukuran efektifitas. Tantangan dalam mendefinisikan/mengukur efektifitas meliputi keseimbangan dalam subjektifitas dan objektifitas, penggunaan faktor kontrol, mengevaluasi guru yang baru lulus, standar antara absolute dan relatif, dan kepastian kualitas, ekuitas, dan partisipasi guru, peran kepala sekolah, dan evalusi pemerintah daerah dan sekolah. 5. Dana bantuan pemerintah harus senantiasa membantu pemerintah daerah yang menautkan performansi siswa dengan guru secara individu. Pemerintah daerah memerlukan sistem data dan asistensi teknis, dan pemerintah pusat harus menyediakannya. ***
12. Judul buku: Improving Instruction through Effective Teacher Evaluation: Options for States and Districts. Penulis: C. Mathers, M. Oliva, S. W. M. Laine Penerbit: National Comprehensive Center for Teacher Quality (2008) Penelitian menunjukkan bahwa pengajaran yang efektif dapat mengantarkan pada prestasi siswa. Akan tetapi skill spesifik yang mengarahkan siswa berprestasi tersebut belum teridentifikasi secara sistematis. Evaluasi guru harus mengukur strategi, perilaku, dan konten yang berhubungan dengan belajar siswa. Penulis Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 9
menyarankan pentingnya digunakan pengukuran yang bervariasi, yang meliputi: perencanaan pembelajaran, observasi kelas, asesmen diri, asesmen portofolio, data prestasi siswa, dan review sampel kerja siswa. Di sini juga diungkapkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pengukuran tersebut. Buku ini juga membahas mengenai reliabilitas dan validitas alat pengukuran. Buku ini memberikan rekomendasi praktis mengenai evaluasi, yakni bahwa (1) yang sebaiknya melakukan evaluasi adalah bukan satu evaluator saja, tapi juga melibatkan mereka yang dalam hal konten dan pembelajaran; (2) guru sebaiknya dievaluasi secara berkala, empat sampai lima kali; (3) para evaluator harus dilatih mengenai rubric dan karakteristik/perilaku yang diukur; (4) komunikasi yang sistematis harus terjalin sebelum, selama, dan sesudah evaluasi. Guru juga harus dilibatkan dalam perancangan dan implementasinya; (5) penilaian sumatif (untuk kepentingan umpan balik) dan formatif (untuk pengambilan keputusan) sama- sama penting, dan evaluasi harus berhubungan dengan pengembangan professional. ***
13. Judul artikel: State Policies on Teacher Evaluation Practices in the Midwest Region. Penulis: C. Brandt, J. Thomas, M. Burke Alamat: http://ies.ed.gov/ncee/edlabs (2008) Artikel ini berisi tentang deskripsi kebijakan negara bagian mengenai evaluasi guru di tujuh negara bagian, yakni Illinois, Indiana, Iowa, Michigan, Minnesota, Ohio dan Wisconsin berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan selama Juni-Agustus 2007. Semua negara bagian memperbolehkan dilakukannya kontrol local, sementara beberapa negara bagian memiliki kebijakan resmi yang memandu pelaksanaan evaluasi guru. Negara-negara bagian tersebut diteliti dengan menggunakan karakteristik sistem evaluasi guru yang meliputi: standar evaluasi guru dan kriteria performansi guru, kriteria spesifik yang dievaluasi, sumber eksternal yang digunakan untuk menginformasikan evaluasi, pelatihan yang dibutuhkan evaluator, kebijakan evaluasi yang berbeda untuk area konten/populasi khusus, proses evaluasi guru, frekuensi evaluasi, alat evaluasi Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 10
yang digunakan, metode yang disarankan/dibutuhkan, responsibilitas dalam pelaksanaan evaluasi, komunikasi kebijakan evaluasi pada guru, pelaporan hasil, prosedur penyampaian keluhan bagi guru. Selain itu artikal ini juga memberikan detail tambahan pada setiap kategori umum, yakni standar evaluasi guru, proses evaluasi guru, dan hasil evaluasi guru. ***
14. Judul artikel: Creating a World-Class Education System in Ohio. Penulis: Achieve, Inc Alamat: http://education.ohio.gov/GD/Templates/Pages/ ODE/ODEDetail.aspx?Page=3&TopicRelationID=10 &Content=37423. (2007) Artikel ini menginformasikan sejauh mana negara bagian Ohio telah berada pada jalur sistem pendidikan yang benar. Artikel ini juga berisi rekomendasi tentang bagaimana membangun usaha Ohio saat ini dan menuju sistem pendidikan Ohio masa depan yang berdasar praktek nasional dan iternasional terbaik. Artikel ini juga membahas tujuh praktek terbaik, yakni: 1. Pastikan kesiapan menyongsong ekonomi dan kampus global dengan tetap meningkatkan standar dan melakukan improvisasi asesmen. 2. Perkuat fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional. 3. Sejajarkan ekspetasi yang nyata tentang guru dengan evaluasi, perkembangan professional, dan konsekuensinya. 4. Lakukan motivasi dan dukungan menyeluruh pada siswa untuk meraih ekspetasi tingkat tinggi dengan memenuhi kebutuhan unik mereka. 5. Pastikan bahwa pendanaan teralokasi dengan adil dan memiliki akuntabilitas yang baik. 6. Tingkatkan efektivitas sekolah 7. Berikan siswa akses pada opsi sekolah public yang berkualitas tinggi. Dari sekian banyak parktek tersebut, praktek nomor tiga merupakan yang paling relevan bagi panduan evaluasi kinerja guru yang dapat disimpulkan bahwa untuk mencapainya dapat mempertimbangkan rekomendasi berikut: 1. Gunakan ekspetasi yang jelas dan sesuai bagi semua guru yang terfokus pada Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 11
komponen pengajaran yang efektif dan pengukuran yang sesuai dengan prestasi siswa. 2. Ciptakan proses evaluasi yang ketat dan konsisten, sehingga evaluasi dapat digunakan sebagai alat pengembangan. 3. Kembangkan serangkaian alat yang dapat memfasilitasi guru untuk memberikan umpan balik pada prestasi siswa. 4. Kenali kebutuhan guru secara individu dengan menciptakan sistem pembelajaran professional yang secara formal berhuungan dengan evaluasi individu dan berpusat pada kelas. 5. Hubungkan antara penghargaan dan hukuman pada evaluasi guru. ***
15. Judul buku: The Handbook for Enhancing Professional Practice: Using the Framework for Teaching in Your School. Penulis: Danielson, C. Penerbit: Association for Supervision and Curriculum Development (2008) Buku ini membahas pentingnya memiliki definisi yang jelas tentang pengajaran yang efektif dan bukti pengajaran. Bab 1 membahas ragam bukti yang dapat berupa bukti pengajaran meliputi observasi, artefak, tes (value-added test), dan survey pada siswa dan orang tua. Bab ini juga membahas pentingnya konsistensi dalam menganalisis bukti-bukti dan kebutuhan terkait mengenai pelatihan untuk memastiken konsistensi, dan instrument evaluasi. Bab 2 dan bab 3 tida terfokus pada masalah evaluasi. Baru pada bab 4 dibahas mengenai penggunaan kerangka evaluasi guru. Dalam bab ini diungkapkan bahwa evaluasi guru memiliki dua tujuan, yakni untuk memastikan kualitas guru dan untuk meningkatkan pembelajaran guru. Evaluasi itu harus dibedakan pada guru dinas, guru non-dinas dan guru dinas yang membutuhkan asistensi. Bab 5 membahas penggunaan kerangka untuk inkuiri professional. Bab 6 yang rekomendasi prosedur evaluasi guru, yang meliputi observasi kelas formal, observasi kelas informal, praktek observasi lain, pemeriksaan artefak, dan evaluasi tahunan. ***
16. Judul buku: Observations of Teachers Classroom Performance Penulis: A. T. Milanowski, C. D. Prince, J. Koppich Penerbit: Center for Educator Compensation Reform (2007) Buku ini menjabarkan daftar keuntungan penggunaan observasi guru sebagai bagian dari sistem evaluasi. Observasi ini sangat penting karena: 1. Skor tes bukanlah satu-satunya tanggung jawab guru. 2. Bagaimana guru dapat prestasi perlu diperhitungkan. 3. Guru dapat mengontrol perilkau mereka. 4. Observasi memberikan kredit bagi guru jika tes performansi mereka tidak terkontrol. 5. Observasi dapat memberikan umpan balik/arahan untuk improvisasi selanjutnya. Dengan keuntungan-keuntungan tersebut dapat diasumsikan bahwa sistem evaluasi akan melibatkan observasi itu. Dengan demikian sistem evaluasi yang ideal adalah sistem yang (1) mengukur hal yang benar, (2) menciptakan pengukuran yang valid dan reliable, (3) menyediakan alat untuk membantu pendidik meningkatkan performansinya, (4) dapat diterima oleh mereka yang diukur dan yang mengukur. ***
17. Judul buku: 2008 State Teacher Policy Yearbook: What States Can Do to Retain Effective New Teachers. Penulis: National Council on Teacher Quality Penerbit: National Council on Teacher Quality - www.nctq.org/stpy08/ (2009) Buku tahunan ini membahas temuan nasional dalam tiga area terkait kualitas guru. Tiga area tersebut adalah (1) identifikasi guru yang efektif, (2) mempertahankan guru yang efektif, dan (3) keluar dari dari guru yang tidak efektif. Tujuan dari masing-masing area tersebut juga disebutkan, yang meliputi (1.1) perlunya mengembangkan sistem data yang memberikan kontribusi pada beberapa bukti yang diperlukan untuk menilai efektifitas guru, (1.2) perlunya efektifitas instruksional yang menjadi kriteria utama dalam setiap evaluasi guru, (1.3) perlunya pemahaman akan bermaknanya keputusan ikatan dinas; (2.1) Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 13
perlunya induksi yang efektif untuk semua guru baru, dengan penekanan khusus pada guru di sekolah yang berkebutuhan tinggi, (2.2) perlunya memastikan bahwa satu-satunya faktor yang diperlukan ketika berpindah dari lisensi percobaan ke lisensi non-percobaan adalah efektifitas guru tingkat lanjut, (2.3) perlunya memberikan otoritas penuh pada distrik local dalam hal skala pembayaran, eliminasi hambatan potensial seperti jadwal penggajian pemerinah daerah dan regulasi lainnya yang mengontrol distrik, (2.4) perlunya mendukung bayaran retensi, seperti peningkatan gaji yang signifikan setelah ikatan dinas, demi keefektifan guru, (2.5) perlunya mendorong distik untuk menyediakan kompensasi terhadap area subjek prioritas, (2.6) perlunya mendukung pembayaran yang berbeda untuk pengajaran yang efektif sesuai kebutuhan, (2.7) perlunya mendukung pembayaran performansi, tapi dalam kepentingan yang sesuai dan terbatas, (2.8) perlunya memastikan bahwa sistem pension fleksibel dan adil bagi semua guru; (3.1) perlunya menyediakan evaluasi formal yang beragam bagi semua guru baru, (3.2) perlunya mengartikulasi konsekuensi bagi guru dengan hasil evaluasi yang tidak memuaskan, termasuk menspesifikasi bahwa guru dengan hasil evaluasi yang tidak memuaskan berpotensi untuk diberhentikan, dan (3.3) perlunya menutup celah yang memungkinkan guru yang tidak berlisensi dapat terus mengajar. ***
18. Judul buku: Handbook on Teacher Evaluation: Assessing and Improving Performance Penulis: J. H. Stronge, P. D. Tucker Penerbit: Eye on Education (2003) Penulis memberikan asumsi dasar bahwa efektifitas guru merupakan jantungnya kualitas pendidikan. Dengan demikian mengevaluasi dan mengembangkan skill guru merupakan hal yang esensial untuk mewujudkan sekolah/pendidikan yang berkualitas. Menurut penulis, komponen penting suksesnya evaluasi meliputi: (1) Komunikasi, perlunya keterlibatan stakeholder dalam mendesain sistem, dan perlunya membangun komunikasi dua arah antara evaluator dan guru sebagai evaluan; (2) Komitmen, mencakup sumberdaya dalam membiayai evaluator, Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 14
waktu bagi guru sebagai evaluan, dan dana untuk pengembangan setelah evaluasi dilaksanakan; (3) Kolaborasi, perlunya kolaborasi antara administrasi dan guru. Standar yang harus dipenuhi dalam evaluasi personal meliputi: Propriety (evaluasi harus legal, etis, dan adil), Utility (evaluasi harus konstruktif, informative, tepat waktu, dan fungsional dan dilakukan oleh evaluator yang terlatih.), Feasibility (mudah, efisien, praktis, dan didukung oleh sumberdaya), Accuracy (berdasarkan pada deskripsi kerja yang terdefinisi dengan baik, terkait konteks, valid, reliable, sistematis, dan terpantau). Beberapa model untuk evaluasi guru mencakup: (1) Teacher trait model (evaluasi terhadap ceklis akan atribut tertentu) (2) Process-oriented model (evaluasi terhadap observasi perilaku guru), (3) Duties-based evaluation model (evaluasi terhadap tugas kerja yang spesifik) (4) Accountability model (evaluasi akan pengukuran prestasi siswa) (5) Goals-based evaluation (evaluasi terhadap seperangkat tujuan performansi guru), (6) Professional growth model (evaluasi tentang perngembangan prosfesional), (7) Hybrid (model kombinasi dari yang disebutkan di atas). Dari beberapa model tersebut penulis menyarankan model hybrid di mana evaluasi ditanamkan pada tujuan organisasi yang lebih besar. ***
19. Judul buku: Evaluation Models, Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation (Second Edition) Editor: George F. Madaus, Daniel L. Stufflebeam Penerbit: Sage Publications (1998) Sebuah bunga rampai yang mengkaji berbagai jenis model evaluasi dan permasalahannya. Berisi 25 buah pikiran dari para praktisi evaluasi, dan lima di antaranya ditulis oleh Stufflebeam, yang membahas evaluasi program, model CIPP, dan teori metaevaluasi. Di sini dikemukakan bahwa setiap upaya untuk mengevaluasi sesuatu akan berkaitan dengan berbagai konsep-konsep seperti nilai, arti (merit), nilai (worth), pertumbuhan, kriteria, standar, tujuan, kebutuhan, norma, klien, audiens, validitas, reliabilitas, objektivitas, signifikansi praktis, akuntabilitas, perbaikan, masukan, proses, produk, formatif, sumatif, biaya, dampak, informasi, kredibilitas, dan tentu saja, istilah evaluasi itu sendiri. Untuk Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 15
berkomunikasi dengan rekan dan klien, evaluator harus jelas tentang apa yang dimaksud dengan konsep-konsep tersebut. Selain itu, perlu untuk mengintegrasikan konsep-konsep dan maknanya menjadi kerangka kerja koheren yang membimbing semua aspek konseptualisasi mereka. Pekerjaan evaluasi bukanlah sebuah aktivitas sekali jadi yang statis. Akan tetapi, gagasan yang memandu pekerjaan evaluasi harus mengikuti perkembangan teori dan praktek di lapangan. Lebih jauh lagi, rancangan dan pelaksanaan studi tertentu akan melibatkan banyak pemikiran yang terfokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan, di mana akan diperlukan identifikasi dan penentuan persyaratan audiens dan informasi; obyek untuk dievaluasi, tujuan evaluasi; penyelidikan prosedur; keprihatinan dan isu-isu untuk diperiksa; variabel yang akan dinilai; dasar untuk menginterpretasikan temuan dan standar yang akan dipanggil dalam menilai kualitas pekerjaan. Yang mencoba konsep evaluasi termasuk di antara karya yang paling berpengaruh dalam literatur tumbuh dengan cepat pada topik, dan isi dari antologi ini menegaskan adanya rangkaian yang kaya perspektif teoretis. Perspektif ini bervariasi dalam banyak hal, mengingat kompleksitas pekerjaan evaluasi; beragam situasi dan konteks politik yang dilakukan; dengan orientasi pelayanan dan beragam latar belakang dan kepercayaan dari orang- orang yang menulis tentang evaluasi. ***
20. Judul artikel: CIPP Evaluation Model Checklist Penulis: Daniel L. Stufflebeam Alamat: http://www.wmich.edu/evalctr/checklists/cippchecklist.pdf (2002) Model Evaluasi CIPP merupakan suatu kerangka kerja yang komprehensif untuk memandu evaluasi program, proyek, personil, produk, institusi, dan sistem. Daftar checklist yang dibahas dalam artikel ini merupakan pola yang dikembangkan dari Model CIPP, yang difokuskan pada evaluasi program, khususnya bagi mereka yang bertujuan untuk melakukan improvisasi jangka panjang, dan berkelanjutan. Checklist ini merefleksikan hasil evaluasi delapan tahun (1994-2002), yang dilakukan oleh Western Michigan University Evaluation Center. Hal ini umumnya Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 16
konsisten dengan berbagai program evaluasi yang dilakukan oleh Pusat Evaluasi di bidang seperti ilmu pengetahuan dan pendidikan matematika, pendidikan pedesaan, penelitian dan pengembangan pendidikan, prestasi pengujian, sistem negara akuntabilitas pendidikan, perbaikan sekolah, sekolah pengembangan profesional , transisi untuk bekerja, pelatihan dan pengembangan personel, reformasi kesejahteraan, organisasi nirlaba layanan, pengembangan masyarakat, berbasis masyarakat program pemuda, yayasan masyarakat, dan teknologi. Sesuai dengan singkatannya, model CIPP adalah evaluasi bagian inti konteks, input, proses, dan produk. Secara umum, setiap keempat bagian dari evaluasi tersebut terdapat pertanyaan Apa yang perlu dilakukan?, Bagaimana seharusnya hal itu dilakukan? Apakah yang dilakukan?, Apakah itu berhasil? Dalam checklist ini, pertanyaan "Apakah itu berhasil?" adalah bagian evaluasi produk yang dibagi menjadi evaluasi dampak, efektivitas, kesinambungan, dan transportabilitas. Masing-masing, keempat evaluasi produk subparts bertanya, Apakah penerima manfaat yang tepat tercapai? Apakah kebutuhan mereka terpenuhi? Apakah keuntungan bagi para penerima manfaat yang berkelanjutan? Apakah proses- proses yang menghasilkan keuntungan membuktikan diangkut dan beradaptasi untuk penggunaan efektif dalam pengaturan lain? ***
21. Judul artikel: Guidelines for Developing Evaluation Checklists: The Checklists Development Checklist (CDC) Penulis: Daniel L. Stufflebeam Alamat: http://www.wmich.edu/evalctr/checklists/guidelines_cdc.pdf (2000) Artikel ini dimaksudkan untuk memberikan panduan praktis kepada orang-orang yang ingin mengembangkan checklist sebagai alat untuk mengevaluasi di bidang tertentu. Checklist merupakan perangkat evaluasi yang berharga jika dikembangkan, divalidasi, dan diterapkan dengan seksama. Evaluasi checklist menjelaskan kriteria yang setidaknya harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi sesuatu di bidang tertentu; ini juga berperan membantu evaluator untuk tidak melupakan kriteria penting dan meningkatkan obejktivitas evaluasi, kredibilitas, Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 17
dan reproduktifitasnya. Selain itu, checklist ini juga berguna dalam perencanaan sebuah pekerjaan, dalam pemantauan dan panduan pelaksanaannya, serta dalam penilaian hasilnya. Checklist ini juga bermanfaat untuk evaluasi formatif dan sumatif. Panduan disajikan dalam artikel ini didasarkan pada pengalaman penulis yang lebih dari 30 tahun berkecimpung dalam pengembangan dan penerapan evaluasi checklist. Panduan ini juga meliputi daftar checklist untuk memandu perencanaan dan pelaksanaan evaluasi dan metaevaluasi program dan personil. Semua checklist dan standar ini telah dikembangkan, diterapkan, halus, diterbitkan, dan digunakan cukup luas. ***
22. Judul artikel: The Logic and Methodology of Checklists Penulis: Michael Scriven Alamat: http://www.wmich.edu/evalctr/checklists/papers/logic methodology_dec07.pdf (2007) Checklist yang sederhana, yang kebermanfaatannya dalam bidang evaluasi dan bidang lain tidak dapat disangkal lagi, biasanya dianggap akan dikupas pada tingkat dasar yang bias kita sebut sebagai metodologi, apalagi teori. Tetapi evaluasi checklist digunakan dalam menggabungkan teori yang cukup rumit, atau setidaknya satu set asumsi, yang sangat dianjurkan untuk diungkap. Dan proses untuk memvalidasi sebuah evaluasi checklist merupakan suatu tugas yang cukup menyerukan kecanggihan. Sementara teori yang mendasari sebuah evaluasi checklist kurang ambisius dari jenis yang biasanya kita sebut teori sebuah program, namun seringkali semua teori itu adalah yang kita butuhkan untuk evaluasi. Artikel ini mencakup beberapa fitur dasar dari evaluasi checklist dan aplikasinya dalam evaluasi, tetapi tidak mengklaim untuk menguras logika atau metodologinya. Daftar evaluasi checklist yang dibahas di makalah ini diuraikan berdasar faktor- faktor, sifat, aspek, komponen, kriteria, tugas, atau dimensi, kehadiran, rujukan, atau jumlah yang dapat dipertimbangkan secara terpisah, demi melakukan pekerjaan evaluasi tertentu. Ada banyak berbagai jenis checklist, meskipun mereka memiliki setidaknya satu fungsi nondefinitional secara umum - yang Anotasi Bibliografi | Evaluasi Kurikulum | Pepen Permana 18
merupakan perangkat mnemonik. Fungsi ini saja sudah berguna dalam melakukan evaluasi, sejak sifat evaluasi profesional menuntut adanya pendekatan sistematis untuk menentukan merit, worth, dll, dari apa yang sering menjadi entitas kompleks. Dengan demikian, sejumlah komponen, atau dimensi kinerja, dari entitas semacam itu sering berharga. Dalam menilai dari hasil, bahkan evaluator profesional pun sering melupakan unsur-unsur kunci yang harus disertakan dalam evaluasi sistematis. ***
23. Judul artikel: The Evaluation Checklist Project: The Inside Scoop on Content, Process, Policies, Impact, and Challenges Penulis: Lori A.Wingate Alamat : http://www.wmich.edu/evalctr/checklists/papers/insidescoop .pdf (2002) Dalam artikel ini penulis mencoba menyajikan lingkup intern dari apa yang disebut dengan proyek 18hecklist, bagaimana para ahli dapat terlibat dalam proyek tersebut, bagaimana mereka melakukannya, bagaimana dampak dan tantangan yang dihadapinya. Proyek evaluasi checklist adalah sebuah upaya untuk mengembangkan suatu alat yang sangat berguna, yakni alat evaluasi berupa checklist yang sudah tersedia online bagi masyarakat luas melalui website www.wmich.edu/evalcrt/checklists/. Menurut D. Stufflebeam (2002) checklist merupakan distilasi dari pelajaran yang dipelajari dari praktek. Suatu checklist dapat memberikan format yang mudah digunakan untuk berbagi pelajaran tersebut. Ada beberapa isu yang dikemukakan yang merupakan tantanngan dalam mengembangkan proyek ini ke depan, yakni: metode, pekerjaan, dan pendekatan evaluasi apa yang representative terhadap koleksi ceklist dan apa yang tidak mewakili? Perlukah dikembangkan rubric evaluasi ceklist? Adakah panduan yang memadai untuk penggunaan ceklis tersebut? ***