Anda di halaman 1dari 0

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan

Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU
RUMAH TANGGA TERHADAP PEMELIHARAAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITANYA,
DI KECAMATAN BALIGE, KABUPATEN TOBA
SAMOSIR, SUMATERA UTARA TAHUN 2009


SKRIPSI


Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi







Oleh :
MEINARLY GULTOM
NIM : 050600127



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.

Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2009

Meinarly Gultom
Pengetahuan, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
pada ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba
Samosir, Sumatera Utara 2009.
x +51 halaman
Perilaku orangtua terutama ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak
balita dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup
signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.
Jumlah sampel 150 orang ibu-ibu rumah tangga dan anak balitanya yang
diambil secara purposif dari 3 kelurahan di Kecamatan Balige. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Dari 150 orang ibu-ibu rumah tangga yang diteliti, 67,33% mengetahui sikat
gigi yang baik bagi anak balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur, 61,33% mengetahui pemberian pasta gigi mulai
usia 2 tahun dan 65,33% mengetahui peran dokter gigi sebagai tempat konsultasi

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita. Responden
menunjukkan sikap yang baik untuk menyikat gigi anak sebelum tidur (98%),
pemberian pasta gigi mulai usia 2 tahun (90,67%) dan tidak memberikan makanan
dan minuman manis di luar jam makan (76%). Tindakan responden menyikat gigi
anak pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur 38%, menggunakan sikat gigi
khusus anak balita 46% dan memberikan makanan dan minuman manis di luar jam
makan 46,67%.
Sebanyak 49,33% anak balita menderita karies botol, gigi berlubang
(24,67%), gusi berdarah (10,67%) dan gusi bengkak (8,67%). Sebagian besar
responden tidak pernah membawa anak ke dokter gigi. Kebanyakan responden yang
membawa anaknya ke dokter gigi karena ada keluhan pada anak.
Daftar Rujukan : 18 (1994-2009).












Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa mencurahkan kasih setiaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan saran-saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan
yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. H. Ismet D. Nasution drg., Sp. Pros., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin penelitian
dari fakultas untuk melakukan penelitian di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba
Samosir.
2. Prof. Dr. Nurmala Situmorang, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen dan
seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
3. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik penulis
dan dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
4. Oktavia Dewi, drg., M.Kes dan Simson Damanik, drg., M.Kes selaku
dosen penguji skripsi yang telah begitu banyak memberikan masukan-masukan yang
membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Kepala Dinas Kesehatan Toba Samosir dan Pemerintah di Kecamatan
Balige yang telah memberi izin untuk dapat melakukan penelitian di Kecamatan
Balige.
Rasa terima kasih yang begitu besar juga penulis tujukan kepada Ayahanda
tercinta Drs.A.Gultom, ibunda H.Naibaho tersayang atas segala doa, dukungan dan
kasih sayang serta bantuan baik berupa moril maupun materil yang tidak akan dapat
terbalas oleh penulis sampai kapan pun juga. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bang Kurlim, Bang Harly, Bang Kiut, Bang Henhen Kak
Mesmes, Kak Bekbek, si Bontot Kris dan keponakanku tersayang Momos. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Kecil Kayla (Kak Dewi, Sally,
Olin M), adik-adik penulis (Desy, Xtina, Lina, Ska) serta seluruh rekan stambuk 2005
yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan
mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, Juni 2009
Penulis,


(Meinarly Gultom)
NIM:050600127


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 5
2.1 Perilaku Kesehatan...................................................... 5
2.2 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita . 10
2.3 Penyakit Gigi dan Mulut Anak Balita .......................... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 20
3.1 Jenis Rancangan Penelitian ......................................... 20
3.2 Populasi dan Sampel ................................................... 20
3.3 Variabel Penelitian ...................................................... 21
3.4 Defenisi Operasional ................................................... 21
3.5 Cara Pengumpulan Data .............................................. 24
3.6 Pengolahan Data ......................................................... 24
3.7 Analisis Data .............................................................. 24


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................... 25
4.1 Karakteristik Responden ............................................. 25
4.2 Pengetahuan Responden Ibu-ibu Mengenai Kesehatan
Gigi dan Mulut pada Anak Balita ................................ 26
4.2.1 Pengetahuan Responden Ibu-Ibu Mengenai
Penyakit Gigi dan Mulut pada Anak Balita
dan Akibatnya ................................................... 26
4.2.2 Pengetahuan Responden Mengenai Cara
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak Balita ....................................................... 27
4.2.3 Pengetahuan Responden Mengenai Cara
Pemberian Pasta Gigi pada Anak Balita ............. 30
4.2.4 Pengetahuan Responden Mengenai Peran Dokter
Gigi ................................................................... 30
4.3 Sikap Responden Terhadap Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak Balita ....................................................... 31
4.4 Tindakan Responden Dalam Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dan Mulut Anak Balita ........................................ 32
4.4.1 Tindakan Responden dalam Memanfaatkan
Peran Dokter Gigi ............................................. 32
4.4.2 Tindakan Responden dalam Menyikat Gigi
Anak Balitanya ................................................. 33
4.4.3 Tindakan Responden dalam Pemberian
Pasta Gigi pada Anak Balitanya ........................ 34
4.4.4 Tindakan Responden dalam Pemberian Makanan
dan Minuman Manis pada Anak Balita .............. 35
4.5 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita ... 36
4.6 Pencarian Pengobatan Responden ............................... 39

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................. 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 47
6.1 Kesimpulan ................................................................. 47
6.2 Saran ........................................................................... 48


DAFTAR RUJUKAN ............................................................................ 50

LAMPIRAN






Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. ................................................................................................. P
resentase distribusi responden ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba
Samosir, 2009 (n=150) ............................................................. 25
2. ................................................................................................. P
resentase distribusi anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten
Toba Samosir, 2009 (n=150) .................................................... 26
3. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai penyakit
gigi dan mulut pada anak balita dan akibatnya .......................... 27
4. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai cara
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita ................... 29
5. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga tentang pemberian
pasta gigi pada anak balita (n=150) ........................................... 30
6. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai dokter
gigi ........................................................................................... 31
7. ................................................................................................. S
ikap responden ibu-ibu rumah tangga terhadap kesehatan gigi
dan mulut anak balita ................................................................ 32
8. ................................................................................................. T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam memanfaatkan
peran dokter gigi ....................................................................... 33
9. ................................................................................................. T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam menyikat gigi
anak balita ................................................................................ 34
10. ............................................................................................... T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam pemberian
pasta gigi pada anak balita (n=150) ........................................... 35

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
11. ............................................................................................... T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam pemberian
makanan dan minuman manis pada anak balita (n=150) ........... 36
12. ............................................................................................... H
asil pemeriksaan gigi dan mulut anak balita (n=150) ................. 37
13. ............................................................................................... H
asil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak balita
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (n=150) ........... 38
14. Pencarian pengobatan responden ibu-ibu rumah tangga pada
balita yang mempunyai karies dan penyakit gusi....................... 39

















Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. .................................................................................................. S
ikat gigi anak balita menurut American Dental Association........... 13

2. Banyaknya
pasta gigi yang dioleskan sebesar biji kacang polong... 14

































Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Kuesioner mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut balitanya.
2. Surat Keterangan ijin penelitian dari Pemerintah Kabupaten Toba Samosir
Kecamatan Balige.
3. Surat Keterangan ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Pemerintahan
Kabupaten Toba Samosir.
4. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Dinas Kesehatan
Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir.
























Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan
salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Peranan rongga
mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara umum,
seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat
rongga mulut dan giginya. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan
dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang.
1,2

Di beberapa negara berkembang dilaporkan sudah ada perbaikan atau
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, akan tetapi masalah kesehatan gigi dan mulut
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat pada umumnya. Penyakit gigi dan
mulut merupakan penyakit yang rata-rata masih menjadi keluhan bagi masyarakat
Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) penyakit gigi
dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat
Indonesia. Namun, perilaku masyarakat Indonesia di dalam menjaga kesehatan
rongga mulut masih rendah.
2
Tri Astuti, dalam penelitiannya menyatakan bahwa karies serta masalah gusi
adalah penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Di
Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% penyakit gusi. Angka

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
itu lebih parah pada anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
3
Hasil
penelitian Yuyus R, dkk, di Jakarta pada 1000 orang anak balita menunjukkan anak
balita yang bebas karies sebesar 14,1%, anak yang mempunyai karies lebih dari 4 gigi
85,9%, sedangkan DMFT 6,8 gigi.
4
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS,
2007) menunjukkan bahwa prevalensi masalah gigi dan mulut pada kelompok umur
1-4 tahun mencapai 6,9% dan yang menerima perawatan 27,4%.
5

Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orangtua
dan dokter gigi. Pada anak balita pengaruh orangtua sangat berperan dalam
membentuk perilaku anak. Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya
orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi
pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Peningkatan
kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting
diberdayakan mulai dari usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara
kesehatan gigi. Di beberapa penelitian pada masyarakat Indonesia, kesadaran untuk
merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut dari berbagai tingkat usia masih
perlu diperbaiki.
6

Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan
menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan
proses penting dari pertumbuhan seorang anak. Orang tua harus mengetahui cara
merawat gigi anaknya tersebut, dan orang tua juga harus mengajari anaknya cara
merawat gigi yang baik. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus
mendapatkan perhatian serius dari orang tua. Kondisi gigi susu akan menentukan
pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi, banyak orangtua yang beranggapan

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka
sering menganggap bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan oleh oral
higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah.
1,6

Seorang ibu sudah seharusnya mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku
yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut agar dapat memberikan oral health
education kepada anak. Hasil penelitian Suryawaty, dkk di Kecamatan Ciputat dan
Kecamatan Pasar Minggu menunjukkan bahwa 76,8% ibu anak balita memiliki
pengetahuan yang kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, 84,1% memiliki
sikap yang baik dan 89% memiliki perilaku yang kurang dalam usaha pemeliharaan
kesehatan gigi anak.
7

Berdasarkan apa yang diuraikan diatas peneliti merasa tertarik untuk
mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta keadaan kesehatan
gigi dan mulut anak pada usia di bawah lima tahun di kecamatan Balige, Kabupaten
Toba Samosir. Kabupaten Toba Samosir memiliki visi TOBAMAS 2010 dimana
salah satu pilarnya adalah peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini. Kecamatan Balige
adalah ibukota dari Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan Balige terdiri dari 5
kelurahan, sampel diambil di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pardede Onan, kelurahan
Haumabange, kelurahan Napitupulu yang merupakan kelurahan yang berada di
tengah kota Balige menyebabkan keragaman tingkat pendidikan pada ibu-ibu yang
akan turut mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai kesehatan rongga mulut dan
juga mempengaruhi perilaku kesehatan ibu.


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak balitanya di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba
Samosir, Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu-ibu rumah tangga terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.
2. Mengetahui sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut anak balitanya.
3. Mengetahui tindakan ibu-ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut anak balitanya.
4. Mengetahui kesehatan gigi dan mulut anak balita.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan:
1. Dapat memberi informasi kepada tenaga-tenaga kesehatan gigi dan mulut
serta kepada pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di masa yang akan datang.
2. Memberi kesempatan kepada penulis dalam menggali kemampuan untuk
dapat mengetahui gambaran perilaku kesehatan gigi di masyarakat terutama pada ibu-
ibu yang mempunyai anak usia balita.


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Skiner
(1938) seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
4
Dari segi biologis
perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku
umumnya dapat diamati oleh orang lain, namun ada juga perilaku yang tidak dapat
diamati orang lain atau disebut sebagai internal activities seperti persepsi, emosi,
pikiran dan motivasi.
8

2.1 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
minuman, serta lingkungan yang mempengaruhi. Respon terhadap stimulus yang
sama dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang yang berbeda tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
9
Rogers (1974), menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku
yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses, yakni:
10

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dimana terlebih
dahulu mengetahui objek (stimulus)
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada objek (stimulus)

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
3. Evaluation, yakni sikap responden sudah lebih baik. Responden mulai
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus itu bagi dirinya
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru tersebut
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap objek (stimulus)
Faktor-faktor yang dapat membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda
(determinan perilaku) dibedakan menjadi dua, yakni :
11
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan bersifat bawaan, misalnya: jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat
emosional.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni faktor luar yang dapat
mempengaruhi, misalnya: faktor lingkungan yang merupakan faktor yang dominan
yang mempengaruhi perilaku seseorang, faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor
sosial, budaya, ekonomi, politik.
Perilaku merupakan totalitas aktivitas seseorang yang merupakan hasil dari
beberapa faktor baik faktor eksternal maupun internal. Benyamin Bloom membagi
perilaku manusia dalam 3 domain, yakni kognitif, efektif dan psikomotor. dalam
kehidupan terdapat 3 tahap dalam mengadopsi suatu perilaku, yaitu:
9,11,12

a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera, yakni indera penglihatan,
penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).
13
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif (pengetahuan) mempunyai
enam tingkatan :
11

1. Tahu (know), diartikan sebagai hal menginat suatu materi yang
sebelumnya telah dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
meninterpretasikan materi tersebut secara benar dan jelas.
3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang nyata atau sebenarnya.
4. Analisis (analysis), diartikan sebagai kemampuan dalam menjabarkan
suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur
organisasi, dan masih berkaitan satu sama lainnya.
5. Sintesis (synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian pada suatu materi atau objek. Penilaian yang dilakukan berdasarkankan
kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada.
Sebagai orang tua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan
kesehatan gigi anak. Pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
minuman manis lainnya secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga
mulut yang jelek, ini akan mendukung terjadinya karies pada anak. Penyikatan gigi
merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan setiap harinya dengan tujuan
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan untuk mendapatkan hasil yang optimal
harus diperhatikan frekuensi penyikatan gigi. Peranan orangtua hendaknya
ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna
menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut.
1

b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan suatu komponen dari perilaku, dimana sikap belum berupa
suatu wujud yang nyata atau merupakan respon tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek. Manifestasi sikap tidak dapat secara langsung dilihat, akan tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perlaku yang tertutup. Sikap dalam kehidupan sehari-
hari merupakan respon yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dapat
diperkuat dengan adanya suatu kepercayaan atau ketertarikan terhadap suatu
objek.
11,12

Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak, juga merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap mempunyai tiga komponen :
12

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu stimulus atau
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi pada suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap terdiri dari enam tingkatan:

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan melaksanakan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari
sikap.
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan secara langsung pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Sikap seorang ibu yang baik akan
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai pemeliharaan kesehatan gigi. Misalnya
ibu yang selalu mencari pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi atau
mendiskusikan mengenai kesehatan gigi dengan dokter gigi, ini adalah bukti bahwa si
ibu telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan gigi anak.
12
c. Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya adalah diharapkan
ia akan melaksanankan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya dan disikapinya
(dinilai baik). Dalam memutuskan perilaku tetentu akan dibentuk atau tidak,
seseorang selain mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan
atau kerugian yang akan didapat juga mempertimbangkan sejauh mana dia dapat

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
mengatur perilaku tersebut. Menurut Bandura, pengaturan diri dalam hal berperilaku
secara efektif tidak akan dicapai hanya dengan kehendak atau sikap saja akan tetapi
dituntut juga untuk memiliki keterampilan untuk memotivasi diri dan bimbingan diri,
dengan kata lain memiliki pengetahuan yang baik.
10

Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
gigi tetap. Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam
membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas
kepada anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.
1

Pengetahuan orangtua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga
kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung kebersihan gigi dan mulut anak sehingga kesehatan gigi dan mulut anak
dapat baik.

Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status
kesehatan gigi anaknya kelak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam suatu
keluarga, baik sebagai seorang isteri maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya.
Figur pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Oleh karena itu
perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh si anak. Namun, pengetahuan saja
tidak cukup, perlu diikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat.
1

2.2 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Pertumbuhan gigi pada manusia dimulai pada saat bayi berusia 6-9 bulan
dengan tumbuhnya dua gigi seri rahang bawah disusul dengan gigi seri rahang atas.
Pada usia 7-10 bulan tumbuh dua gigi seri depan kedua (di samping gigi seri pertama)
rahang atas maupun bawah. Kadang-kadang gigi seri kedua di rahang bawah tumbuh

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
lebih dulu sebelum gigi seri kedua rahang atas. Lalu, satu gigi geraham depan tumbuh
pada usia 16-20 bulan. Gigi taring juga mulai muncul pada usia yang sama. Gigi
geraham kedua tumbuh pada usia 23-30 bulan. Biasanya, anak akan punya gigi susu
lengkap (20) pada usia 3 tahun.
6

Pada masa balita (2-5 tahun), perkembangan anak berubah dari otonomi ke
inisiatif, timbul keinginan-keinginan yang baru dalam diri anak. Pada masa akhir
anak, ia sudah mulai mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri. Perkembangan
motorik dan keterampilan anak diperoleh melalui proses kematangan dan latihan.
Masa balita dikaitkan dengan masa kemandirian atau disebut sikap kepala batu.
Anak akan mulai membantah apa yang tidak sesuai dengan keinginannya. Sikap
kepala batu ini dapat diubah bila orangtua atau pendidik konsisten memperlihatkan
kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Pada anak akan terlihat kemiripan
dengan orangtua, ini disebut proses identifikasi. Proses identifikasi adalah proses
mengadopsi sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan
pandangannya sendiri. Oleh karena itu, pada masa ini perlu ketegasan dari orangtua
untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Pada usia ini adalah
saat yang paling baik untuk mulai menggunakan sikat gigi.
14

Perilaku anak akan menentukan status kesehatan gigi mereka termasuk pola
makan dan kebiasaan membersihkan gigi. Anak yang mengkonsumsi makanan yang
manis di luar jam makan akan meningkatkan risiko karies. Keadaan ini diperburuk
dengan anak yang malas untuk menyikat gigi. Hasil penelitian Eka Chemiawan, dkk
(2004) yang melakukan penelitian pada anak usia 15-60 bulan di Bandung
menunjukkan bahwa 180 dari 317 anak (56,78%) mengalami Nursing Mouth Caries.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Anak yang menyikat gigi satu kali sehari sebanyak 31,55%, dua kali sehari 23,03%,
tiga kali sehari 2,2%. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi Nursing Mouth
Caries menunjukkan angka yang sangat tinggi. Pada anak yang melakukan
penyikatan gigi satu kali lebih tinggi dibandingkan yang menyikat gigi dua atau tiga
kali. Peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan anak menyikat
gigi secara teratur sejak dini dalam mencegah Nursing Mouth Caries.
13

Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
dilaksanakan dan merupakan peran dari orangtua terutama ibu pada usia ini adalah:
1
a. Membersihkan gigi
Membersihkan gigi anak dapat dilakukan dengan penyikatan gigi. Penyikatan
gigi bertujuan untuk menghindari plak. Plak dapat menyebabkan kerusakan gigi,
misalnya gigi berlubang. Anak di atas dua tahun sudah dapat mulai diajarkan cara
menyikat gigi. Pertama sekali orangtua memberikan contoh pada anak cara menyikat
gigi setelah itu anak diminta untuk mengikutinya.
1
Mulai dari usia 2 tahun, anak sudah dapat diajarkan menyikat gigi dengan
metode Schrob. Metode ini adalah suatu metode menyikat gigi yang mudah dan
sederhana untuk diajarkan pada anak. Caranya, menyikat gigi bagian atas dan bawah
dengan arah ke samping kanan dan kiri, kemudian seluruh gigi bagian samping dan
seluruh gigi bagian belakang disikat, lalu anak berkumur dengan air bersih beberapa
kali.
15

Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat gigi yang
ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus (soft).
Bagian kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak. Anak usia 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu. American Dental
Association menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat gigi balita adalah 18x7 mm.


Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah tidak beraturan lagi atau mekar, karena dapat
melukai gusi.
2






Gambar 1. Sikat gigi anak balita menurut American Dental Association
16


Waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan teratur, minimal 2 kali sehari yaitu
pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam.
2
Untuk menyikat gigi secara
benar sebaiknya dilakukan lebih dari 2 menit. Walau demikian, yang terpenting
bukan lamanya waktu dalam menyikat gigi, tetapi pembersihan gigi itu sendiri dari
plak. Untuk membantu dalam kontrol plak dapat digunakan bahan pewarna plak.
Bahan pewarna plak berguna untuk mengamati plak . Bahan pewarna plak berguna
untuk mengamati plak masih ada atau tidak. Sebaiknya, bahan pewarna plak ini
digunakan tiap 2 atau 3 hari sampai ditemukan bahwa plak tidak ada lagi pada bagian
belakang dan depan gigi, di bagian dalam, di bagian leher gigi, setelah penyikatan
gigi. Setelah itu, dapat digunakan sebulan sekali.
1,17



Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
b. Pemakaian pasta gigi
Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor dalam pasta gigi yang baik
untuk anak adalah 500-1000 ppm (SNI 16-4767-1998). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan bahwa
batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan higiene mulut adalah
0,15% (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean Cosmetic
Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika Serikat, serta ISO
11609.
6

Pemakaian pasta sudah dapat dimulai pada usia dua tahun.
1
Pada anak
terutama usia dibawah 2 tahun refleks menelan tinggi sehingga sering menelan pasta
gigi juga karena pasta gigi anak memiliki rasa. Untuk menghindari fluorosis,
banyaknya pasta yang diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji kacang
polong.
2









Gambar 2. Banyaknya pasta gigi yang dioleskan
sebesar biji kacang polong
16


Pasta akan memberi kesegaran pada mulut dan kebersihan gigi dan mulut
yang lebih optimal. Pasta gigi sekarang ini memiliki variasi rasa dan warna yang

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
beredar di pasaran, dan ini akan mengundang perhatian anak dan diharapkan anak
lebih tertarik dan rajin untuk menyikat gigi.
1
c. Diet sehat pada anak
Makanan dan minuman manis dapat memperburuk kesehatan gigi, seperti
biskuit, coklat, permen, kue, susu dan cemilan-cemilan yang mengandung gula.
Makanan yang bersifat lengket dan mengandung gula yang sering dikonsumsi di luar
jam makan berbahaya bagi kesehatan gigi anak. Frekuensi pemberian makanan manis
yang sering atau di luar jam makan ini akan meningkatkan risiko terjadinya karies
pada anak. Cara untuk mengatasi hal ini, orangtua atau ibu dapat melakukan:
18

1. Tidak membiasakan memberikan makanan atau minuman yang
mengandung gula sebagai hadiah kepada anak.
2. Cemilan manis dapat diganti dengan memberi cemilan dari buah atau
sayuran.
3. Sehabis makan makanan yang manis, anak dibiasakan berkumur dengan
air putih.
4. Tidak memberikan makanan atau minuman manis di luar jam makan,
sebaiknya dibiasakan untuk memberi air putih matang yang telah didinginkan
terutama saat anak mau tidur.
d. Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi
American Academy of Pediatric Dentistry menyarankan agar kunjungan
pertama ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi pertama atau dimulai saat anak usia
12 bulan. Walaupun demikian, anak-anak yang mempunyai kelainan sistemik dan

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
menderita trauma pada gigi sebaiknya melakukan kunjungan ke dokter gigi lebih
awal agar perawatan dapat segera dilakukan.
1

Dokter gigi pada kunjungan pertama akan melakukan beberapa tindakan,
seperti pemeriksaan gigi geligi dan jaringan periodontal anak, memberikan sediaan
fluor misalnya tablet fluor, memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian
makanan dan minuman yang baik yang dapat menghindari terjadinya kerusakan gigi,
memberikan beberapa penjelasan mengenai pemeliharaan kesehatan secara umum
dan kesehatan gigi khususnya. Dengan mendapatkan pendidikan kesehatan gigi dari
dokter gigi, pengetahuan orangtua atau biasanya seorang ibu terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi semakin baik. Kunjungan ke dokter gigi yang dimulai sejak usia dini
juga akan mengurangi kecemasan dan ketakutan anak kelak karena sudah
diperkenalkan sejak awal. Pada kunjungan pertama dokter gigi akan mengupayakan
cara untuk memperkenalkan anak lingkungan dokter gigi dengan upaya yang tidak
menimbulkan rasa takut dan cemas pada anak.
1

Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam memonitor
pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan gigi anak sejak
dini.
16
Memeriksakan gigi mulai dari usia dini sangatlah penting, akan tetapi banyak
orangtua mengangap hal ini tidak perlu karena gigi susu akan diganti dengan gigi
permanen sehingga sering membiarkan gigi susu anaknya berlubang. Gigi susu yang
berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah. Gigi susu yang berlubang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, akibatnya anak menjadi rewel dan susah
makan. Hal ini disebabkan gigi yang berlubang mengganggu fungsi pengunyahan dan
apabila terganggu dapat mempengaruhi nutrisi anak. Gigi susu yang berlubang juga

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal prematur atau terpaksa dicabut
sebelum waktunya. Gigi susu berfungsi sebagai penuntun bagi pertumbuhan gigi
permanen. Bila gigi susu tanggal prematur, pertumbuhan gigi permanen menjadi
tidak teratur.
6


2.3 Penyakit Gigi dan Mulut Balita
Pada usia anak penyakit gigi dan mulut yang paling sering adalah karies atau
gigi berlubang dan peradangan gusi.
1

1. Karies
Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan.

Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 faktor etiologi
atau penyebab utama terjadinya karies, yang terdiri atas:
1,2

a. Faktor host (gigi geligi)
Gigi geligi sebagai tuan rumah terhadap karies dipengaruhi oleh faktor
morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan
kristalografis. Gigi susu lebih mudah terkena karies dibanding gigi permanen. Hal ini
disebabkan enamel gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen. Secara
kristalografis kristal-kristal gigi permanen lebih padat daripada gigi susu.
b. Faktor agen (mikroorganisme)
Yang paling berperan penting dalam menyebabkan terjadinya karies adalah
plak gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
yang berkembang biak di atas matriks yang terbentuk dan melekat erat pada gigi
dengan oral higiene jelek (gigi yang tidak dibersihkan).
c. Faktor substrat atau diet
Diet atau makanan terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti atau
makanan sejenis lemak yang mudah lengket di gigi akan mempengaruhi
pembentukan plak dimana akan membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme pada permukaan gigi. Sisa makanan yang melekat pada gigi dapat
diubah oleh kuman menjadi asam yang dapat melarutkan email gigi sehingga terjadi
karies.
Pada anak usia di bawah 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum air susu
ibu, susu botol ataupun cairan bergula secara terus menerus sampai anak tertidur dan
atau di luar jam makan biasanya akan memiliki karies, yang dikenal dengan Nurshing
Mouth Caries.
6,18
d. Faktor waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
1
Faktor yang paling menentukan
terjadinya Nurshing Bottle Caries adalah lamanya gigi kontak dengan larutan gula
atau seringnya anak mengkonsumsi larutan gula.
18
Penelitian yang dilakukan Yuyus, dkk terhadap 1000 bayi di bawah lima
tahun di 5 wilayah J akarta (Utara, Barat, Timur, Selatan dan Pusat) menunjukkan
14,1% anak bebas karies dan 27,5% mempunyai karies 1-4 gigi dan mempunyai lebih
dari 4 gigi yang karies 58,1%. Anak yang mempunyai oral higiene buruk 61,7 %.
4



Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
2. Penyakit Gusi
Penyakit pada gusi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit pada
gusi memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1

1. Rasa tidak enak pada gigi disertai bau mulut
2. Gusi terlihat memerah dan lunak sehingga mudah terjadi perdarahan
3. Tanggalnya gigi disertai rasa sakit dan sensitif
4. Terjadinya penimbunan karang gigi
Untuk menghindari terjadinya penyakit gusi kebersihan rongga mulut harus
dijaga dengan baik yaitu dengan kontrol plak atau menyikat gigi dan nutrisi yang
seimbang.
1,2
Penelitian yang dilakukan Tri Astuti di Jakarta menunjukkan 80% anak
menderita penyakit gusi dengan keadaan oral higiene yang buruk.
3
















Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif jenis survei dengan
tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-
ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.

3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak
usia balita di kecamatan Balige kabupaten Toba Samosir sejumlah 1837 orang.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan rumus:
d =Z
Keterangan :
d : derajat ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05
Z : standar deviasi normal. Standar deviasi untuk 1,96 dengan taraf kepercayaan 95%
p : proporsi populasi digunakan 89% atau 0,89 (penelitian prevalensi penyakit gigi
dan mulut anak Indonesia oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
q : 1-p
N : populasi ibu-ibu yang mempunyai anak balita di kecamatan Balige kabupaten
Toba Samosir sebanyak 1837 orang
n : sampel

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Maka : d =Z
0,05 =1,95 x 0,89 x 0,11 x 1837 n
n 1836
n =137
Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 137
orang. Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah 150 orang ibu-
ibu rumah tangga dan balitanya. Teknik pengambilan sampel kelurahan dengan
metode purposive sampling. Sampel berasal dari tiga kelurahan, yaitu kelurahan
Napitupulu, kelurahan Haumabange, kelurahan Pardede Onan. Pengambilan sampel
responden secara quota sampling.

3.3 Variabel Penelitian
1. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut anak balita
2. Sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut pada anak balita
3. Tindakan ibu-ibu rumah tangga dalam memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak balitanya
4. Kesehatan gigi dan mulut anak balita

3.4 Definisi Operasional
1. Pengetahuan ibu, yaitu pemahaman ibu tentang :
a. Pemeliharaan kesehatan gigi anak balita, yaitu menyikat gigi, kontrol ke
dokter gigi, menghindari makanan dan minuman manis.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
b. Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen
anak, yaitu dapat menyebabkan gigi permanen tidak teratur.
c. Penyakit gigi dan mulut, yaitu karies/gigi berlubang dan peradangan gusi
(gusi berdarah, gusi bengkak).
d. Penyebab gigi berlubang, yaitu malas sikat gigi, rongga mulut yang kotor
dan makanan dan minuman manis.
e. Pembersihan gigi pada anak balita, yaitu ibu memberikan contoh pada anak
dan mengajarinya menyikat gigi.
f. Frekuensi menyikat gigi, yaitu dua kali sehari pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur.
g. Sikat gigi yang baik bagi anak balita, yaitu sikat gigi ukuran kecil dan
bulunya halus.
h. Pemberian pasta gigi pada anak balita, yaitu mulai usia 2 tahun dengan
ukuran sebesar biji kacang polong.
i. Peran dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita,
yaitu sebagai tempat konsultasi/diskusi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak
dan mengobati kalau gigi anak sakit. Kunjungan ke dokter gigi yang baik 3-6 bulan
sekali.
2. Sikap: pendapat ibu mengenai menjaga kebersihan gigi anak balita,
menyikat gigi anak balita sebelum tidur, pemberian pasta gigi mulai anak usia dua
tahun, tidak memberikan makanan dan minuman manis di luar jam makan atau untuk
menidurkan anak.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
3. Tindakan: perilaku ibu di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak
balita, yaitu:
a. Memeriksakan gigi anak balita ke dokter gigi.
b. Menyikat gigi anak dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur.
c. Pemilihan sikat gigi. Sikat yang dipilih yaitu yang ukurannya kecil dan
bulu halus (khusus untuk anak balita), ukuran anak-anak, yang bentuknya lucu dan
digemari anak atau sikat gigi orang dewasa.
d. Tindakan pemberian pasta yang mengandung fluor dengan ukuran sebesar
biji kacang polong atau sepanjang bulu sikat pada saat menyikat gigi.
e. Membersihkan gigi atau memberikan air putih untuk berkumur setelah
anak makan atau minum yang manis.
f. Tindakan jika menjumpai adanya gigi berlubang atau gusi berdarah/gusi
bengkak pada anak, yaitu tidak melakukan apa-apa, membawa ke dokter gigi,
mengobati sendiri.
4. Kesehatan gigi dan mulut anak, dilihat dari kondisi gigi dan mulut anak
balita yaitu ada atau tidaknya karies, karies botol, gigi hilang, gigi ditambal dan ada
atau tidaknya gusi berdarah dan gusi bengkak.

3.5 Cara Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan kunjungan ke rumah. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara dengan responden (ibu-ibu rumah tangga yang

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
mempunyai anak usia balita) dan dicatat dalam kuesioner. Pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut anak secara visual pada rongga mulut anak balita.

3.6 Pengolahan Data
Semua isian dalam kuesioner diedit, diperiksa kembali apakah semua isian
telah dijawab. Kemudian, dilakukan pengkodean dalam daftar pertanyaan
berdasarkan jawaban yang telah diisi dalam kusioner. Data diolah menggunakan
program MS. Excel.

3.7 Analisis Data
1. Dilakukan perhitungan persentase pengetahuan, sikap dan perilaku ibu-ibu
rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.
2. Dilakukan perhitungan persentase kesehatan gigi dan mulut anak balita.












Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, persentase responden paling banyak dijumpai pada
kelompok umur 30-39 tahun yaitu 54,67%. Persentase responden yang bekerja
sebagai wiraswasta/petani/pedagang adalah 40,67%, persentase ini hampir sama
dengan yang hanya sebagai ibu rumah tangga saja yaitu 39,33%. Pendidikan terakhir
paling banyak SMA/DI/D2 yaitu 64% (Tabel 1).

Tabel 1. PERSENTASE DISTRIBUSI RESPONDEN IBU-IBU RUMAH
TANGGA YANG MEMPUNYAI ANAK BALITA DI KECAMATAN
BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR, 2009 (n=150)

Karakteristik ibu Jumlah (orang) Persentase(%)
Usia (tahun)
20-29 57 38
30-39 82 54,67
40-49 11 7,33
Pekerjaan
PNS/Peg.Swasta 30 20
Wiraswasta/Petani/Pedagang 61 40,67
Ibu Rumahtangga 59 39,33
Pendidikan
Tidak sekolah/tidak tamat SD 1 0,67
SD/SMP 20 13,33
SMA/DI/D2 96 64
D3/S1/S2 33 22


Pada penelitian ini, persentase anak balita yang paling banyak dijumpai pada
kelompok umur 2-3 tahun yaitu 58,67%, dengan jenis kelamin perempuan sebanyak

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
55,33% sedangkan laki-laki 44,67%. Persentase anak balita terbanyak merupakan
anak pertama dan kedua yaitu 64% (Tabel 2).

Tabel 2. PERSENTASE DISTRIBUSI ANAK BALITA DI KECAMATAN
BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR, 2009 (n=150)

Karakteristik anak balita Jumlah (orang) Persentase(%)
Umur (tahun)
2-3 88 58,67
4-5 62 41,33
Jenis Kelamin
Laki-laki 67 44,67
Perempuan 83 55,33
Urutan Anak
1-2 96 64%
3-4 40 26,66%
>5 14 9,34%


4.2 Pengetahuan Responden Ibu-ibu Mengenai Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak Balita
4.2.1 Pengetahuan Responden Ibu-ibu Mengenai Penyakit Gigi dan
Mulut pada Anak Balita dan Akibatnya
Responden yang mengetahui penyakit gigi dan mulut pada anak balita adalah
karies/gigi berlubang sebanyak 86,67%, gusi berdarah/gusi bengkak 60%, dan
susunan gigi tidak teratur 52,67%. Tujuh puluh empat persen responden menyatakan
makanan dan minuman manis sebagai penyebab gigi berlubang dan 67,33% karena
malas sikat gigi. Responden yang mengetahui bahwa kesehatan gigi susu dapat
mempengaruhi gigi permanen sebanyak 62,67% dengan akibat yang ditimbulkan
adalah gigi permanen menjadi tidak teratur yaitu sebanyak 56% (Tabel 3).


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 3. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA
MENGENAI PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA ANAK BALITA
DAN AKIBATNYA

Pengetahuan mengenai penyakit gigi dan mulut
pada anak balita dan akibatnya
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Penyakit gigi dan mulut pada anak balita
Karies/gigi berlubang 130 86,67
Gusi berdarah/gusi bengkak 90 60
Susunan gigi tidak teratur 79 52,67
Tidak tahu 9 6
Penyebab gigi berlubang
Malas sikat gigi 101 67,33
Rongga mulut yang kotor 76 50,67
Makanan dan minuman manis 111 74
Kesehatan gigi susu mempengaruhi gigi permanen
Tahu 94 62,67
Tidak tahu 56 37,33
Akibat jika gigi susu anak balita rusak
Gigi permanen tidak teratur 84 56
Gigi anak tidak tumbuh lagi jika tanggal 5 3,33
Lainnya ( anak rewel/kesakitan) 5 3,33


4.2.2 Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dan Mulut Anak Balita
Semua responden mengetahui bahwa memelihara kesehatan gigi anak balita
adalah penting. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulut balita dengan menyikat gigi 97,33% dan menghindari makanan dan minuman
manis 64,67%. Walaupun demikian, masih ada 1 orang responden (0,67%) yang tidak
mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak balita. Responden yang mengetahui cara membersihkan gigi anak balita
dengan mengajari dan memberi contoh menyikat gigi pada anak 47,34% dan
menyikat gigi anak 45,33%. Responden yang mengetahui frekuensi menyikat gigi

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
sebanyak 54,67% dan kadang-kadang/tidak setiap hari yaitu 7,33%. Responden yang
menjawab sikat gigi yang baik bagi anak balita adalah sikat gigi khusus anak balita
67,33%. Masih ada 2 orang responden (1,33%) yang tidak tahu sikat gigi yang baik
untuk anak balita. Sebagian besar responden 79,33% menyatakan alasan melakukan
penyikatan gigi anak adalah agar gigi bersih dan mulut segar, gigi tidak berlubang
73,33%, gigi putih 60% dan napas tidak bau 59,33% (Tabel 4).






























Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 4. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA
MENGENAI CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT ANAK BALITA

Pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan
gigi dan mulut anak balita
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Tindakan memelihara kesehatan gigi dan mulut
anak balita

Menyikat gigi 146 97,33
Kontrol ke dokter gigi 90 60
Menghindari makanan dan minuman manis 97 64,67
Tidak tahu 1 0,67
Cara membersihkan gigi anak balita
Menyikat gigi anak 68 45,33
Mengajari dan memberi contoh menyikat gigi
pada anak
71 47,34
Anak menyikat gigi sendiri 11 7,33
Frekuensi menyikat gigi dalam 1 hari
2x, pagi setelah sarapan dan sebelum tidur 68 54,67
2x, sewaktu mandi 51 34
1x, sewaktu mandi 20 13,33
Kadang-kadang (tidak tiap hari) 11 7,33
Sikat gigi yang baik untuk anak balita
Ukuran kecil, bulunya halus (khusus anak balita) 101 67,33
Ukuran anak-anak 24 16
Bentuk dan warna yang menarik 23 15,33
Tidak tahu 2 1,33
Alasan menyikat gigi anak balita
Agar gigi tidak berlubang 110 73,33
Agar napas tidak bau 89 59,33
Agar gigi putih 90 60
Agar gigi bersih dan mulut segar 119 79,33


4.2.3 Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemberian Pasta Gigi
pada Anak Balita
Pada penelitian ini, persentase responden yang mengetahui bahwa pada anak
balita dapat diberikan pasta gigi mulai anak usia 2 tahun sebanyak 61,33% dan pada
saat gigi susu mulai tumbuh sebanyak 29,33%. Banyak pasta gigi yang diberi

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
sewaktu menyikat gigi anak balita sebesar biji kacang polong 83,33% dan sepanjang
bulu sikat 16,67% (Tabel 5).

Tabel 5. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA
TENTANG PEMBERIAN PASTA GIGI PADA ANAK BALITA
(n=150)

Pemberian pasta gigi
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Waktu pemberian pasta gigi
Bisa mulai gigi susu muncul 44 29,33
Bisa mulai anak 2 tahun 92 61,33
Tidak bisa 5 3,33
Tidak tahu 9 6
Banyaknya pasta gigi yang diberi sewaktu
menyikat gigi anak balita

Sepanjang bulu sikat 25 16,67
Sebesar biji kacang polong 125 83,33


4.2.4 Pengetahuan Responden Mengenai Peran Dokter Gigi
Responden yang mengetahui peranan dokter gigi dalam memelihara kesehatan
gigi dan mulut anak balita adalah untuk mengobati kalau gigi anak sakit sebanyak
78% dan sebagai tempat konsultasi/diskusi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut anak 65,33%. Masih ada responden (8,67%) yang tidak mengetahui peran
dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi anak. Responden yang tidak
mengetahui waktu kunjungan ke dokter gigi yaitu 40%, 30% responden menjawab 3-
6 bulan sekali dan 24,67% menjawab 1-3 bulan sekali (Tabel 6).






Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 6. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA
MENGENAI DOKTER GIGI

Pengetahuan tentang dokter gigi
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Peran dokter gigi
Mengobati kalau gigi sakit 117 78
Tempat konsultasi/diskusi mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi anak
98 65,33
Tidak tahu 13 8,67
Kunjungan ke dokter gigi
1-3 bulan sekali 37 24,67
3-6 bulan sekali 45 30
Tiap tahun 8 5,33
Tidak tahu 60 40

4.3 Sikap Responden Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita
Responden yang setuju membersihkan gigi anak balita 98,67%. Sembilan
puluh delapan persen setuju menyikat gigi anak dilakukan sebelum tidur. Responden
yang setuju dengan pemberian pasta saat menyikat gigi anak mulai dari umur 2 tahun
90,67%. Masih ada 7,33% responden yang tidak setuju dengan pemberian pasta gigi
mulai dari anak usia 2 tahun. Sedangkan responden yang setuju dengan pendapat
tidak memberi makanan dan minuman manis di luar jam makan atau pada waktu
menidurkan anak sebanyak 76%. Walaupun demikian, masih ada 14% responden
tidak setuju dengan pendapat tidak memberi makanan dan minuman manis di luar
jam makan atau pada saat menidurkan anak balita (Tabel 7).







Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 7. SIKAP RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITA

Pendapat ibu
Setuju
(orang)
Tidak ada
pendapat
(orang)
Tidak setuju
(orang)
Membersihkan gigi anak balita
148
(98,67%)
2
(1,33%)
-
Menyikat gigi anak balita
sebelum tidur
147
(98%)
3
(2%)
-
Pemberian pasta mulai dari
anak usia 2 tahun
136
(90,67%)
3
(2%)
11
(7,33%)
Tidak memberi makanan dan
minuman manis di luar jam
makan atau ketika menidurkan
anak balita
114
(76%)
15
(10%)
21
(14%)


4.4 Tindakan Responden Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak Balita
4.4.1 Tindakan Responden dalam Memanfaatkan Peran Dokter Gigi
Responden yang pernah memeriksakan gigi anak ke dokter gigi hanya
28,67%, umumnya dengan alasan karena anak ada keluhan 79,07%, hanya 11,63%
kontrol kesehatan gigi susu anak (Tabel 8).











Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 8. TINDAKAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA DALAM
MEMANFAATKAN PERAN DOKTER GIGI

Tindakan ibu dalam memanfaatkan dokter gigi
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Kunjungan anak ke dokter gigi
Pernah 43 28,67
Tidak pernah 107 71,33
Alasan ke dokter gigi
Kalau anak ada keluhan 34 79,07
Ada kelainan dalam rongga mulut 4 9,30
Rutin untuk kontrol kesehatan gigi susu anak 5 11,63

4.4.2 Tindakan Responden dalam Menyikat Gigi Anak Balita
Tindakan yang dilakukan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
anak balitanya umumnya menyikat gigi anak sewaktu mandi 58,67%, bahkan 38%
sudah menyikat gigi anak dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Responden yang selalu menyikat gigi anaknya sebanyak 46% dan
yang tidak pernah menyikat gigi anaknya 14,67%. Responden yang mulai
membersihkan gigi anak balita mulai umur 2-3 tahun sebanyak 49,33% dan mulai
umur 6 bulan-1 tahun 36%. Empat puluh enam persen responden memilih sikat gigi
pada anak balitanya dengan ukuran kecil dan bulunya halus, 45,34% memilih sikat
gigi ukuran anak-anak dan 5,33% memilih sikat gigi yang bentuknya lucu dan
digemari anak. Walaupun demikian, 3,33% responden masih menggunakan sikat gigi
yang sama pada anak balitanya yaitu sikat gigi ukuran orang dewasa (Tabel 9).




Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 9. TINDAKAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA DALAM
MENYIKAT GIGI ANAK BALITA

Tindakan menyikat gigi anak balita
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Tindakan pembersihan gigi dan mulut anak balita
Menyikat gigi anak 2x sehari, pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur


57


38
Menyikat gigi anak sewaktu mandi 88 58,67
Menyuruh anak-anak kumur-kumur setelah makan 3 2
Tidak melakukan apa-apa 2 1,33
Pernahkah ibu menyikat gigi anak
Pernah tapi jarang 59 39,33
Selalu 69 46
Tidak pernah 22 14,67
Kapan gigi anak mulai dibersihkan
Mulai umur 6 bulan1 tahun 56 36
Mulai umur 2-3 tahun 74 49,33
Mulai gigi susunya muncul 22 14,67
Sikat gigi yang digunakan untuk anak balitanya
Sama dengan punya ibu 5 3,33
Ukuran anak-anak 68 45,34
Bentuknya lucu dan digemari anak 8 5,33
Ukuran kecil dan bulunya halus (sikat gigi anak
balita)
69 46


4.4.3 Tindakan Responden dalam Pemberian Pasta Gigi pada Anak
Balita
Semua anak balita (100%) menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor,
umumnya (81,33%) memberikan pasta gigi sebesar biji kacang polong. Namun,
masih ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat (18,67%)
(Tabel 10).




Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 10. TINDAKAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA DALAM
PEMBERIAN PASTA GIGI PADA ANAK BALITA (n=150)

Tindakan pemberian pasta gigi
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Anak balita menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor

Ya 150 100
Tidak - -
Banyak pasta gigi yang diberikan sewaktu
menyikat gigi anak balita

Sepanjang bulu sikat 28 18,67
Sebesar biji kacang polong 122 81,33

4.4.4 Tindakan Responden dalam Pemberian Makanan dan Minuman
Manis pada Anak Balita
Tindakan yang dilakukan responden untuk menenangkan atau menidurkan
anak adalah memberi susu atau minuman manis sebanyak 46,67% dan memberi
minum air putih yang matang 34%. Responden yang membersihkan atau memberikan
air putih untuk berkumur setelah anak makan atau minum yang manis sebanyak
57,33% (Tabel 11).















Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 11. TINDAKAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA DALAM
PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN MANIS PADA ANAK
BALITA (n=150)

Tindakan ibu dalam pemberian makanan dan
minuman manis pada anak balita
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Cara menenangkan atau menidurkan anak
Memberi susu atau minuman manis 70 46,67
Memberi minum air putih yang matang 51 34
Menggendongnya sampai tenang/tertidur 29 19,33
Memberi permen atau makanan manis - -
Pemberian air putih untuk berkumur setelah
anak makan atau minum yang manis

Ya 86 57,33
Tidak 64 42,67

4.5 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pada anak
balita, 49,33% anak balita menderita karies botol, 24,67% gigi berlubang, gigi hilang
2%, gusi berdarah 10,67% dan gusi bengkak 8,67% (Tabel 12). Anak balita yang
terkena karies botol, 52,70% kelompok umur 4-5 tahun, 47,30% umur 2-3 tahun dan
yang paling banyak adalah anak perempuan (55,40%). Gigi berlubang paling banyak
pada kelompok umur 4-5 tahun (86,49%) dengan jenis kelamin perempuan (54,05%).
Anak balita yang menderita penyakit gusi berdarah, 62,50% pada kelompok umur 4-5
tahun, 62,50% perempuan. Anak balita yang menderita gusi bengkak 69,23%
kelompok umur 4-5 tahun, 53,85% perempuan.








Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 12. HASIL PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITA (n=150)

Kondisi gigi dan mulut anak
balita
Ada
Jumlah
(%)
Tidak ada
Jumlah
(%)
Karies botol
74
(49,33)
76
(50,67)
Gigi berlubang
37
(24,67)
113
(75,33)
Gigi hilang
3
(2)
147
(98)
Gigi ditambal - -

Gusi berdarah
16
(10,67)
134
(89,33)
Gusi bengkak
13
(8,67)
137
(91,33)

4.6 Pencarian Pengobatan Responden
Pencarian pengobatan responden pada anak balitanya yang mempunyai karies
botol sebanyak 36,49% mengobati sendiri, 33,78% membawa ke dokter gigi dan
29,73% membiarkan saja. Pencarian pengobatan responden pada anak balitanya yang
mempunyai gigi berlubang sebanyak 46,65% mengobati sendiri dan 16,22%
membiarkan saja. Anak balita yang mempunyai gusi berdarah, 50% responden
mengobati sendiri. Anak balita yang mempunyai gusi berdarah, 61,54% responden
mengobati sendiri dan 7,69% membiarkan saja (Tabel 14).






Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 14. PENCARIAN PENGOBATAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH
TANGGA PADA BALITA YANG MEMPUNYAI KARIES DAN
PENYAKIT GUSI

Karies dan
penyakit
gusi
Pencarian pengobatan
Membiarkan saja
Membawa ke dokter
gigi
Mengobati sendiri
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Karies
botol
(n=74)
22 29,73 25 33,78 27 36,49
Gigi
berlubang
(n=37)
6 16,22 13 35,13 18 46,65
Gusi
berdarah
(n=16)
4 25 4 25 8 50
Gusi
bengkak
(n=13)
1 7,69 4 30,77 8 61,54












Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 5
PEMBAHASAN

Dari penelitian ini, semua responden mengetahui bahwa pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak balita sangat penting. Hal ini mungkin disebabkan
karena tingkat pendidikan sebagian besar responden yaitu 64% SMA/D1/D2, hanya
1 orang yang tidak bersekolah/tidak tamat SD. Tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor internal yang dapat mempengaruhi perilaku individu.
17

Sebagian besar responden mengetahui bahwa penyakit gigi dan mulut pada
anak adalah karies/gigi berlubang (86,67%), gusi berdarah dan gusi bengkak (60%).
Pengetahuan tentang penyebab gigi berlubang sudah baik karena sebagian besar
sudah menjawab disebabkan karena makanan dan minuman manis (74%), malas sikat
gigi (67,33%) dan rongga mulut yang kotor (50,67%). Sebanyak 62,67% responden
mengetahui bahwa kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi gigi permanen, yang
salah satu akibatnya akibatnya gigi permanen menjadi tidak tidak teratur (56%). Hal
ini sangat baik karena seorang ibu memang harus mengetahui hal tersebut.
Sebaliknya, 37,33% responden tidak mengetahui bahwa kesehatan gigi dapat
mempengaruhi gigi permanen anak. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya
informasi mengenai pengaruh gigi susu terhadap gigi permanen.
Hampir semua responden (97,33%) mengetahui tindakan yang dapat
dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita dengan menyikat
gigi. Selain itu, dengan menghindari makanan dan minuman manis sebanyak 64,67%.
Hal ini cukup baik karena menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita dan menjaga pola makan dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit gigi
dan mulut pada anak. Hanya ada satu orang responden (0,67%) yang tidak
mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak balita. Pengetahuan ibu mengenai cara membersihkan gigi anak balita
juga sudah cukup baik yaitu dengan cara mengajari anak untuk menyikat gigi
(47,34%). Hal ini cukup baik karena mulai usia 2 tahun seharusnya sudah mulai
diajarkan cara menyikat gigi, yaitu dengan memberikan contoh pada anak setelah itu
anak diminta untuk mengikutinya.
1
Pengetahuan responden mengenai frekuensi
menyikat gigi sebagian sudah baik, yaitu 54,67% menyatakan dua kali sehari pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Dalam pemilihan sikat gigi, responden
sebagian besar sudah mengetahui sikat gigi yang baik untuk anak balita yaitu ukuran
kecil dan bulunya halus (67,33%). Hal ini kemungkinan disebabkan informasi tentang
kesehatan gigi dan mulut sudah banyak dipublikasikan di berbagai media baik media
cetak maupun elektronik, misalnya surat kabar, majalah, buletin-buletin kesehatan,
internet, televisi dan radio.
Responden yang mengetahui bahwa pasta gigi dapat diberikan mulai dari anak
usia 2 tahun sebanyak 61,33%, dengan ukuran sebesar biji kacang polong 83,33%.
Namun, masih ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat
(16,67%). Menurut Standard Nasional Indonesia, kadar fluor pasta gigi yang baik
untuk anak adalah 500-1000 ppm. Oleh karena itu, pada anak balita dianjurkan untuk
memberikan pasta gigi mulai dari usia 2 tahun dengan ukuran sebesar biji kacang
polong untuk menghindari fluorosis. Pada anak usia di bawah 2 tahun refleks

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
menelan masih tinggi, dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi sehingga
kandungan fluor tinggi dalam tubuh yang dapat menyebabkan fluorosis.
1,2

Umumnya responden sudah mengetahui peran dokter gigi yaitu sebagai
tempat mengobati kalau gigi sakit (78%) dan sebagai tempat konsultasi/diskusi
mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak (65,33%). Walaupun demikian, 8,67%
responden tidak mengetahui peran dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak. Dokter gigi harus ikut aktif berperan dalam meningkatkan pola hidup
sehat masyarakat dengan memberikan penjelasan mengenai cara menjaga dan
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita yang diterangkan kepada ibu.
1
Perlu
diberitahukan kepada ibu bahwa pemeliharaan kesehatan gigi anak balita dapat
dilakukan dengan membawa anak balita secara rutin (3-6 bulan sekali) ke dokter gigi.
Dalam penelitian ini sebagian responden (40%) tidak mengetahuinya, hanya 30%
responden yang mengetahui. Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna
terutama dalam memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta untuk
mendeteksi kelainan rongga mulut anak sejak dini.
12

Sikap responden sebagian besar setuju dengan pernyataan mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita. Sebanyak 98,67% responden
setuju untuk menjaga kebersihan gigi anak balita. Sikap ini sudah cukup baik dilihat
dari sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif untuk menjaga
kebersihan gigi anak, akan tetapi masih ada 1,33% responden yang tidak memberikan
pendapat. Sikap yang baik juga ditunjukkan responden, yaitu 98% setuju dengan
menyikat gigi anak balita saat malam sebelum tidur. Responden menunjukkan sikap
yang positif dalam menanggapi pernyataan mengenai tidak memberikan makanan dan

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
minuman manis di luar jam makan atau ketika menidurkan anak balita, yaitu setuju
dengan pernyataan ini sebanyak 76%. Walaupun demikian, masih ada responden
yang sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut (14%). Sisa susu atau minuman
manis yang tidak dibersihkan dari rongga mulut anak balita dapat menyebabkan
karies botol. Sikap responden setuju dengan pemberian pasta gigi mulai dari anak
usia 2 tahun (90,67%), sikap ini baik karena pada usia mulai dari 2 tahun sudah
dianjurkan untuk memakai pasta gigi. Walaupun demikian, masih ada 7,33%
responden yang tidak setuju dengan pemberian pasta mulai dari anak usia 2 tahun.
Dalam penelitian ini, sikap responden sebagian besar sudah baik. Hal ini
kemungkinan disebabkan pengetahuan responden yang sebagian besar juga sudah
baik. Pengetahuan seorang ibu sebagai orang terdekat pada balita tentang bagaimana
menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sangat penting dalam mendasari terbentuknya
sikap dan tindakan yang mendukung pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
balita. Diharapkan pengetahuan yang baik diikuti sikap positif yang akhirnya dapat
menimbulkan tindakan yang tepat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
balita.
1

Sebagian besar responden (71,33 %) tidak pernah memeriksakan gigi anak ke
dokter gigi, hanya 28,67% yang sudah pernah ke dokter gigi. Alasan ke dokter gigi
paling banyak karena anak ada keluhan (79,07%), sedangkan yang rutin untuk kontrol
kesehatan gigi susu anak sangat sedikit (11,63%). Umumnya, orangtua beranggapan
bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi permanen sehingga
menganggap kerusakan pada gigi susu bukan merupakan suatu masalah.
1


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Kebanyakan responden menyikat gigi anak balita hanya pada saat mandi saja
yaitu 58,67%, hanya 38% yang menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Responden yang selalu menyikat gigi anak balita sebanyak 46%. Hal
ini kemungkinan disebabkan 58,67% anak balita masih berusia 2-3 tahun. Pada usia
ini anak masih sangat tergantung orangtua.
7
Walaupun demikian, dalam penelitian ini
masih ada responden yang tidak menyikat gigi anak balita yaitu 14,67%. Hal ini
kemungkinan disebabkan anak usia balita cenderung kurang kooperatif dan
memerlukan waktu yang khusus untuk membersihkan gigi anak balita yang masih
memiliki ketergantungan pada orangtua sehingga responden malas untuk menyikat
gigi anak.
Empat puluh enam persen responden sudah memilih sikat gigi untuk anak
balita yang ukuran kecil dan bulunya halus. Walaupun demikian, dalam penelitian ini
masih dijumpai responden yang menggunakan sikat gigi yang sama (ukuran dewasa)
pada anak balitanya (3,33%). Hal ini kemungkinan disebabkan sikat gigi anak balita
lebih mahal, sehingga responden memperhitungkan biaya untuk membelinya. Kondisi
rongga mulut anak balita yang kecil tidak memungkinkan untuk memakai sikat gigi
ukuran dewasa, selain itu kebersihan rongga mulut tidak maksimal karena sikat gigi
yang besar tidak dapat menjangkau seluruh permukaan gigi anak.
Dalam hal pemberian pasta gigi, banyak pasta gigi yang diberikan sewaktu
menyikat gigi adalah sebesar kacang polong (81,33%). Dalam penelitian ini masih
ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat yaitu 18,67%. Hal
ini kemungkinan disebabkan responden kurang memperhatikan petunjuk pemakaian
pada pasta gigi, yang dianjurkan pada balita adalah sebesar biji kacang polong.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Responden memberikan susu atau minuman manis di luar jam makan atau
untuk menidurkan anak (46,67%). Dilihat dari sikap responden sudah baik dalam hal
tidak memberikan minuman manis untuk menidurkan anak (setuju 46,67% dan sangat
setuju 40,67%), tindakan responden masih kurang. Responden yang memberikan air
putih untuk berkumur setelah anak makan atau minum yang manis (57,33%), dan
yang tidak (42,67%). Berkumur dengan air putih setelah makan dan minum yang
manis dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan dan minuman manis atau
susu pada anak balita yang dapat menyebabkan karies pada anak terutama karies
botol.
9

Hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada anak balita menunjukkan
bahwa 74 orang atau 49,33% anak balita menderita karies botol, yang dijumpai paling
banyak pada kelompok umur 4-5 tahun (52,70%), dan pada anak perempuan
(55,40%). Penelitian di Bandung oleh Eka Chermiawan, dkk pada 317 anak balita
menunjukkan bahwa 56,78% menderita Nursing Mouth Caries. Selain itu gigi
geraham yang berlubang pada 37 orang anak balita (24,67%), sebagian besar pada
anak usia 4-5 tahun (86,49%) dan perempuan (54,05%). Pada penelitian Suryawati,
dkk prevalensi karies tertinggi pada anak balita perempuan (58,2%) dan pada anak
balita berusia 4 tahun.
6
Anak balita yang menderita penyakit gusi yaitu gusi berdarah (10,67%) dan
gusi bengkak (8,67%). Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi oral higiene yang
buruk, dimana penyikatan gigi balita yang tidak rutin. Oral higiene yang buruk
ditandai dengan banyaknya plak dan kalkulus yang dapat menimbulkan peradangan
pada gusi.
2


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Dalam penelitian ini tidak satupun pada gigi yang berlubang dilakukan
penambalan. Umumnya pencarian pengobatan oleh responden ibu lebih tinggi
dilakukan dengan cara mengobati sendiri yaitu pada karies botol 36,49%, gigi
berlubang 46,65%, gusi berdarah 50% dan gusi bengkak 61,54%. Hal ini
kemungkinan disebabkan faktor biaya. Berdasarkan The World Oral Health Report,
2003 penyakit gigi dan mulut menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam
pengobatan.
2

Dalam penelitian ini, pengetahuan dan sikap responden yang baik belum
semuanya dapat diaplikasikan dalam tindakan. Tindakan ibu masih kurang dalam hal
membawa anak untuk kontrol secara rutin ke dokter gigi, penyikatan gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur, pemberian makanan dan minuman manis di luar
jam makan, pencarian pengobatan ke dokter gigi. Hal ini sama seperti pada penelitian
Suryawaty, dkk di Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pasar Minggu yang
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut
anak balita sudah baik akan tetapi tindakan ibu masih sangat kurang dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.








Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini sebagian besar responden sudah mengetahui cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita, responden juga menunjukkan sikap
yang baik, akan tetapi aplikasinya dalam hal tindakan pemeliharaan masih banyak
yang kurang.
Dari hasil penelitian 150 orang responden ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita, 62,67% mengetahui bahwa kesehatan gigi susu
mempengaruhi gigi permanen, 67,33% mengetahui sikat gigi yang baik bagi anak
balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur dan 83,33% mengetahui ukuran pasta gigi pada anak balita sebesar biji kacang
polong. Pengetahuan responden juga baik dalam hal mengetahui peran dokter gigi
sebagai tempat konsultasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
balita (65,33%). Responden menunjukkan sikap yang baik untuk menyikat gigi anak
sebelum tidur (98%), pemberian pasta gigi mulai usia 2 tahun (90,67%) dan tidak
memberikan makanan dan minuman manis di luar jam makan (76%). Tindakan
responden yang menyikat gigi anak pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
(38%), yang menggunakan sikat gigi khusus untuk anak balita (46%), yang
memberikan pasta gigi sebesar biji kacang polong (81,33%) dan yang memberikan
makanan dan minuman manis di luar jam makan (46,67%). Tindakan reponden masih
kurang bila dilihat dari pengetahuan dan sikap yang dimiliki.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak balita menunjukkan masih
banyak yang menderita karies botol dan gigi berlubang, juga masih ditemui penyakit
gusi yaitu gusi berdarah dan gusi bengkak. Sebanyak 49,33% anak balita menderita
karies botol dan gigi berlubang (24,67), juga masih ditemui penyakit gusi yaitu gusi
berdarah (10,67%) dan gusi bengkak (8,67%). Tidak ada gigi anak balita yang
terkena karies dirawat atau ditambal. Anak balita yang menderita karies botol, gigi
berlubang, gusi berdarah dan gusi bengkak paling banyak pada kelompok umur 4-5
tahun dan prevalensi tertinggi pada anak balita perempuan. Dalam hal kunjungan ke
dokter gigi responden sangat kurang dimana sebagian besar tidak pernah membawa
anak ke dokter gigi. Kebanyakan responden yang membawa anaknya ke dokter gigi
karena ada keluhan pada anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada
ibu-ibu mengenai pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita yang
dapat dilakukan dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya.
6.2 Saran
Diharapkan kepada pihak Puskesmas agar penyuluhan kepada masyarakat
lebih ditingkatkan terutama kepada ibu-ibu sebagai key person dalam keluarga
dalam hal pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut anak sejak usia dini,
memberikan informasi mengenai pengaruh kesehatan gigi susu terhadap gigi
permanen dan pentingnya kunjungan ke dokter gigi untuk mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan gigi anak serta untuk mendeteksi kelainan gigi anak sejak dini.
Tenaga kesehatan gigi dan mulut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut terutama dalam penambalan gigi. Selain itu, tenaga
kesehatan gigi dan mulut diharapkan melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita di posyandu dan melakukan pemantauan secara berkala, apabila masih
ditemukan karies waktu pemantauan maka dianjurkan kembali untuk melakukan
penambalan.





















Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR RUJUKAN

1. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. 2005.
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi dosen.pdf (23 Oktober
2008).
2. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 69-
70.
3. Zatnika I. 89% anak Indonesia derita penyakit gigi dan mulut. http://
www.depkes.go.id (30 Januari 2009).
4. Yuyus R, Magdarina DA, F Sintawati. Karies Gigi Pada Anak Balita Di 5
Wilayah DKI. Cermin Dunia Kedokteran 2002;134 :39-41.
5. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
6. PDGI online. Inisiatif kesehatan gigi dan mulut sebagai upaya dukungan
terahadap paradigma sehat. http://pdgi-online.com (19 Januari 2009).
7. Suryawati S, Tantur S, Handayani T, Resmisari T, Wahyuni S. Gigi berlubang
atau karies gigi pada balita. http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/gigi-
berlubang-atau-prevalensi-karies.html (27-04-09).
8. Herijulianti E, Tati SI, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002: 35-39.
9. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka cipta,
2005: 43-64.
10. Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grafindo, 1994:7-9;190.

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
11. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka cipta,
2007: 133-151.
12. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka cipta,
2003: 114-134.
13. Eka C, Riyanti E, Tjahyaningrum SN. Prevalensi Nursing Mouth Caries pada
anak usia 15-60 bulan berdasarkan frekuensi penyikatan gigi di posyandu desa
Cileunyi Wetan kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung 2004. http://resources.
unpad.ac.id (14 Februari 2009).
14. Singgih DG, Yulia S. Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia,2000: 8-11.
15. DKK Surabaya. Tips merawat gigi dan mulut balita. http://www.surabaya-
ehealth.org/content/tips-merawat-gigi-dan-mulut-balita. 30 Agustus 2008 (27April
2009).
16. American Dental Association. Sikat gigi dan pasta gigi untuk balita.
http://images.google.co.id (11 Februari 2009).
17. Budiman J A. Mengenal gigi anda, petunjuk bagi orangtua. Jakarta: Arcan, 1996:
1-31;80-96.
18. Yulia SB. Kesehatan gigi bayi dan balita. http:// bintangbangsaku.com/artikel/
kesehatan-gigi-bayi-dan balita (27-04-09).






Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU RUMAH TANGGA
TERHADAP PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT ANAK BALITANYA
KUESIONER
Nomor Kartu:

Nama : .................................... Tanggal :

A. Umur ibu(tahun) : a. 20
b. 20-29
c. 30-39
d. 40-49
B. Pekerjaan : a. PNS/Peg.Swasta
b. Wiraswasta/petani/pedagang
c. Ibu rumah tangga
d. Lain-lain...............................
C. Pendidikan terakhir ibu : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. SD/SMP
c. SMA/D1/D2
d. D3/S1/S2/S3
D. Umur anak balita : a. 2-3tahun b. 4-5 tahun
E. Jenis kelamin balita : a. Laki-laki b. Perempuan
F. Anak balita anak ke :

G. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut anak
1. Menurut ibu apakah penting memelihara kesehatan gigi anak balita ? 1
a. Penting
b. Tidak
2. J ika jawaban ibu penting tindakan apa yang dapat dilakukan untuk memelihara 2
kesehatan gigi anak balita?
a. Menyikat gigi
b. Kontrol ke doktergigi
c. Menghindari makanan/minuman yang manis di luar jam makan
d. Tidak tahu
3. Apakah ibu tahu bahwa kesehatan gigi susu itu sangat menentukan pertumbuhan 3
dan perkembangan gigi permanennya?
a. Tahu
b. Tidak tahu (lanjut ke pertanyaan no 5)


Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
4. J ika tahu apa yang dapat terjadi jika gigi susu anak rusak? 4

a. Gigi permanen tidak teratur
b. Gigi anak tidak tumbuh lagi jika tanggal
c. Lainnya, sebutkan.........................

5. Apakah penyakit gigi dan mulut pada anak balita? 5
a. Karies/gigi berlubang
b. Gusi berdarah/gusi bengkak
c. Susunan gigi yang tidak teratur
d. Tidak tahu
6. Apakah penyebab gigi berlubang? 6
a. Malas sikat gigi
b. Rongga mulut yang kotor
c. Makan dan minum minuman manis
d. Dll(sebutkan)......................................
7. Bagaimana cara membersihkan gigi anak anak balita? 7
a. Menyikat gigi anak
b. Menyuruh anak menyikat gigi sendiri setelah diberi contoh
c. Melakukannya bersama-sama
d. Membiarkan anak menyikat gigi sendiri
8. Berapa kali sebaiknya menyikat gigi anak dalam satu hari? 8
a. Dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
b. Dua kali sehari sewaktu mandi
c. Satu kali sehari sewaktu mandi
d. Kadang-kadang (tidak tiap hari)
e. Tidak tahu
9. Bagaimanakah sikat gigi yang baik bagi anak balita? 9
a. Ukuran kecil, bulunya halus (khusus untuk anak balita)
b. Ukuran anak-anak
c. Bentuk dan warna yang menarik
d. Tidak tahu
10. Apakah pada anak balita bisa memakai pasta gigi dan saat kapan? 10
a. Bisa mulai gigi susu muncul
b. Bisa, mulai usia dua tahun
c. Tidak bisa
d. Tidak tahu
11. Seberapa banyakkah pasta gigi yang dianjurkan pada anak balita sewaktu
11
menyikat gigi?
a. Sepanjang bulu sikat b. Sebesar biji kacang polong
12. Apakah alasannya menyikat gigi anak?
12
a. Agar gigi tidak berlubang
b. Agar napas tidak bau

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
c. Agar gigi putih
d. Agar gigi bersih dan mulut segar
13. Apakah ibu tahu peran seorang dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi 13
anak ibu?
a. Mengobati kalau gigi anak saya sakit
b. Tempat konsultasi/diskusi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak
c. Dll...........
d. Tidak tahu
14. Kapan sebaiknya ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi susu anak? 14
a. 1-3 bulan sekali c. Tiap tahun
b. 3-6 bulan sekali d. Tidak tentu


H. Sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak
1. Bagaimana pendapat ibu mengenai kesehatan gigi susu akan sangat 1
mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Tidak ada pendapat
2. Bagaimana pendapat ibu mengenai kebersihan gigi anak? 2
a. Sangat setuju dibersihkan
b. Setuju dibersihkan
c. Tidak ada pendapat
d. Tidak setuju dibersihkan
e. Sangat tidak setuju dibersihkan
3. Bagaimana pendapat ibu mengenai menyikat gigi anak sebelum tidur? 3
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak ada pendapat
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
4. Bagaimana pendapat ibu mengenai pemberian pasta saat menyikat gigi pada anak 4
setelah anak usia dua tahun?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak ada pendapat
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
5. Bagaimana pendapat anda dengan tidak memberi makanan/minuman manis 5
di luar jam makan atau untuk menenangkan atau menidurkan anak?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak ada pendapat
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
I. Tindakan ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi anak
1. Apakah ibu pernah memeriksakan gigi anak ibu ke dokter gigi? 1
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Kalau pernah saat kapan? 2
a. Kalau anak ada keluhan
b. Ada kelainan di rongga mulut
c. Rutin untuk kontrol kesehatan gigi susu anak saya
3. Tindakan apa yang ibu lakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anak 3
balita ibu?
a. Menyikat gigi anak dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur
b. Menyikat gigi anak sewaktu mandi
c. Menyuruh anak kumur-kumur setelah makan
d. Tidak melakukan apa-apa
4. Pernahkah ibu menyikat gigi anak balita ibu? 4
a. Pernah tapi jarang
b. Selalu
c. Tidak pernah
5. Kapan anak ibu mulai membersihkan gigi? 5
a. Mulai umur 6 bulan-1 tahun
b. Mulai umur 2-3 tahun
c. Mulai gigi susunya muncul
6. Sikat gigi yang bagaimana yang ibu gunakan untuk anak balita ibu? 6
a. Sama dengan punya saya (ukuran dewasa)
b. Ukuran anak-anak
c. Yang bentuknya lucu dan digemari anak
d. Ukuran kecil dan bulunya halus (sikat anak balita)
7. Apakah balita ibu menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor? 7
a. ya b. Tidak
8. Berapa banyak pasta gigi yang ibu berikan untuk anak saat sikat gigi? 8
a. sepanjang bulu sikat b. Sebesar biji kacang polong
9. Tindakan apa yang ibu lakukan untuk menenangkan atau menidurkan anak anda? 9
a. Memberi minuman manis atau susu
b. Memberi minum air putih yang matang
c. Menggendongnya sampai tenang/tertidur
d. Memberi permen/makanan manis
10. Apakah ibu membersihkan atau memberikan air putih untuk berkumur setelah 10
anak makan atau minum yang manis?
a. Iya b. Tidak
11. Apa yang ibu lakukan pada gigi berlubang atau gusi bengkak pada anak balita ibu ? 11
a. Membiarkan
b. Membawa ke dokter gigi
c. Mengobati sendiri
d. Lainnya, sebutkan.............................

Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.

J. Kondisi kesehatan gigi dan mulut anak usia balita

1. Karies Ada Tidak ada
a. Karies botol (gigi depan atas yang busuk)
b. Gigi berlubang
c. Gigi hilang
d. Gigi ditambal
2. Kelainan pada gusi
a. Gusi berdarah
b. Gusi bengkak

Anda mungkin juga menyukai