Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkebunan menurut Hasibuan, 2008, merupakan sub sektor yang berperan penting dalam pendapatan nasional, penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor dan pajak. Dalam pengembangannya sektor perkebunan tidak terlepas dari berbagai dinamika sosial dan global. Salah satu komoditasnya adalah teh yang memiliki peranan yang strategis bagi ekonomi Indonesia sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda. Berdasarkan data Kementrian BUMN pada tahun 2011, selama masa penjajahan kolonial Belanda saja, industri teh ini mampu menyerap 1,5 juta tenaga kerja dan menghidupi sekitar 6 juta jiwa. Selain itu, teh telah menyumbang devisa bersih sekitar 178 juta Dolar AS pada tahun 2010. Sementara dalam rentang waktu tahun 1997 sampai 2001, industri teh telah menyumbang sekitar 110 juta dolar AS per tahun. Hal ini menandakan bahwa teh telah menjadi salah penguat pilar ekonomi sekaligus bagian budaya bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun. Menurut data yang diperoleh dari PTPN XII Wonosari, rata-rata sebanyak 57,97% dari jumlah yang diproduksi adalah untuk pasaran ekspor. Prospek industri teh di pasar dunia semakin cerah dengan digalakkannya program back to nature terhadap konsumsi makanan dan minuman khususnya di wilayah Eropa dan Asia. Namun, potensi pasar ekspor untuk industri teh di dunia ini tidak hanya diperoleh Indonesia saja, tetapi juga negara-negara produsen teh lainnya seperti India, Sri Lanka, dan Kenya sehingga Indonesia harus aktif mencari peluang ekspor terutama untuk pasar-pasar potensial baru seperti negara-negara di wilayah Timur Tengah dan Mesir. Pangsa nilai ekspor teh Indonesia dari seluruh jenis teh pada tahun 2001 mencapai 3,9 persen. Dari data penguasaan pangsa nilai ekspor seluruh jenis teh tersebut, Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar pada urutan keenam di

dunia setelah India (18,9%), China (17,1%), Kenya (7,9%), Inggris (7,9%), dan Uni Emirat Arab (4%). Dengan harapan, sedikit kerja keras lagi akan menaikkan posisi tawar Indonesia lebih maju di tahun berikutnya. Selain itu, sebagaimana data yang diperoleh dari Kementrian BUMN, 2013, diketahui bahwa produksi teh nasional pada tahun 2010 turun menjadi 129.200 ton setelah sebelumnya pada tahun 2003 pernah mencapai produksi hingga 169.000 ton. Penurunan produksi ini terjadi karena adanya konversi lahan sebagai salah satu input terpenting dalam industri teh ke lahan sawit dan sayuran. Luas areal tanam juga ikut menurun dari 157.000 hektar pada tahun 1998 menjadi 124.400 hektar pada tahun 2010. Periode 2002 sampai 2010 penurunan makin tampak jelas seiring menyempitnya areal perkebunan, melemahnya semangat budidaya, dan lemahnya distribusi serta daya saing ekspor di dunia. Indonesia tertinggal dari Sri Lanka yang mampu mencapai skor 14 (tahun 1997) dan skor 15 (tahun 2001) atas pangsa nilai ekspor dari seluruh total jenis teh. Padahal, kondisi agroklimat di Sri Lanka untuk tanaman teh tidak sebaik di Indonesia, mengingat hasil penelitian yang dilakukan oleh Morrison, 2000, di Slovakia yang menyatakan bahwa kondisi agroklimat mempunyai dampak nyata terhadap efisiensi teknis usahatani. Dengan adanya fenomena tersebut, petani diharapkan lebih mampu memanfaatkan faktor produksi dan kesempatan yang ada dengan cara yang seefisien mungkin sebagaimana yang dinyatakan oleh Mosher, 1987, sehingga perlu dilakukan adanya usaha efisiensi dalam memamksimumkan profit. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Ortega et al., 2002, pada penelitiannya di Venezuella dimana luas areal usahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis selain status lahan dan tingkat pendidikan. Menurut Kumbhakar dan Lovell, 2000, ada tiga cara memaksimumkan profit dalam usahatani,yaitu: 1. Maksimisasi output pada penggunaan masukan tertentu atau sering disebut dengan efisiensi teknis.

2. Maksimisasi profit melalui kombinasi input yang sesuai pada tingkat harga input tertentu (efisiensi alokatif input). 3. Menghasilkan kombinasi produksi yang tepat pada tingkat harga produksi tertentu (efisiensi alokatif produksi). Berdasarkan data-data dan teori yang diperoleh di atas, maka penting untuk diketahui tingkat efisiensi produksi yang perlu dicapai dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kesempatan yang ada untuk meningkatkan produksi teh dalam rangka memenuhi peluang pasar ekspor teh dunia kembali khususnya oleh perusahaan agribisnis penghasil teh milik negara serta faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tingkat efisiensi melalui sistem alokatif input pada perusahaan agribisnis, maka pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap produksi teh selama 2003-2012 di Indonesia? 2. Bagaimana tingkat skala usaha dari produksi teh ekspor Indonesia?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Komoditi Teh di Indonesia Teh berasal dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis) dari familia Theaceae. Tanaman ini pertama kali dikenal di daratan Cina sehingga pada tahun 800 Lu Yu menulis sebuah buku yang pertama kali secara khusus mengupas soal teh, yang disebut Cha Ching. Isinya menjelaskan tentang berbagai cara menanam teh dan pengolahannya. Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andrea Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudidayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr. Van Siebold dengan usaha pembudidayaan bibit teh dari Jepang. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. 2.2 Jenis Teh Dewasa ini dikenal beragam jenis tanaman teh yang diperoleh dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta dipengaruhi pula oleh kondisi tanah dan cuaca. Hingga saat ini terdapat lebih kurang 1.500 jenis teh di seluruh dunia, yang berasal dari 25 negara yang berbeda. Namun jenis teh pada dasarnya dapat digolongkan pada 3 kelompok utama, yaitu : 1. Black Tea (Teh Hitam) adalah jenis teh yang dalam pengolahannya melalui proses fermentasi secara penuh.

2. Oolong Tea (Teh Oolong) adalah jenis teh yang dalam pengolahannya hanya melalui setengah proses fermentasi. 3. Green Tea (Teh Hijau) adalah jenis teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi. Di Indonesia, jenis teh yang paling populer adalah Jasmine Tea (Teh Wangi Melati) yaitu Teh Hijau yang dicampur bunga melati sehingga menimbulkan aroma atau wangi yang khas. 2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Teh Tanaman teh yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian 200-2000 meter di atas permukaan laut dengan suhu cuaca yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 14oC 25o C yang diikuti oleh sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari. Apabila suhu udara mencapai 30oC maka pertumbuhan tanaman teh di daerah rendah yang ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 200-800 meter perlu tanaman perlindung sementara maupun perlindung tetap. Ketinggian tanaman dapat mencapai 9 meter untuk teh Cina dan teh Jawa sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat mencapai 12-20 meter. Namun untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh sehingga mendapatkan pucuk daun muda yang baik, pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya dengan cara dipotong maksimal 1 meter. Untuk curah hujan, teh memerlukan curah hujan yang tersebar secara merata untuk dapat berproduksi dengan baik tanpa irigasi yaitu curah hujan tahunan minimal sebesar 1000-1400 mm. Sehingga pada daerah yang beriklim tropis, teh dataran rendah memiliki hasil yang lebih tinggi dengan curah hujan yang cukup tetapi kualitasnya rendah dan umur tanaman lebih terbatas. Teh dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memenuhi syarat tumbuh yaitu tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai derajak keasaman (pH) antara 4,5 5,6. 2.4 Konsep Produksi Sebagaimana yang dijelaskan oleh Doll dan Orazem (1976), fungsi produksi menunjukkan adanya hubungan antara input dan output dalam suatu kegiatan produksi yang mendeskripsikan banyaknya tingkat penggunaan

input yang digunakan dalam proses transformasi menjadi produk keluaran atau output. Terdapat banyak hubungan antara input dan output dalam kegiatan produksi khususnya dalam bidang pertanian seperti pada perusahaan agribisnis, misalnya menyangkut kondisi tanah, luas lahan tanam, status kepemilikan lahan, teknologi yang digunakan, curah hujan, penggunaan pupuk, dan lain-lain. Adapun fungsi produksi sendiri secara simbolik dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f(x1, x2, x3, ....., xn) Dimana Y adalah output dan variabel x beserta variasinya adalah variasi input yang digunakan dalam kegiatan produksi. Contohnya dalam bidang pertanian misalnya Y adalah kuantitas produksi atau banyaknya teh kering yang dapat diproduksi dengan penggunaan input x 1 yaitu pupuk, x2 luas lahan tanam teh, dan seterusnya. Bentuk notasi di atas tidak menunjukkan secara spesifik antara input tetap dan input variabel, melainkan hanya menggambarkan berbagai jenis variabel secara keseluruhan. Secara simbolis, input tetap dapat digambarkan dalam notasi sebagai berikut: Y = f(x1, x2, x3, ....., xn-1 | xn) Pada notasi di atas, dapat diinterpretasikan bahwa Xn merupakan input tetap dan variabel x lainnya adalah input variabel.

2.5 Fungsi Cobb-Douglas Fungsi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi yang dalam notasinya terdiri dari dua macam jenis variabel, yaitu variabel yang dijelaskan atau variabel dependen (Y) dan variabel lainnya merupakan variabel penjelas (x). Penyelesaian hubungan antara Y dan x biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode regresi, di mana variasi Y biasanya dipengaruhi oleh variasi x. Berikut adalah penulisan fungsi Cobb-Douglas secara matematik: Y = 1 1 2 2 . = a Bila fungsi Cobb-Douglas di atas dinyatakan oleh hubungan Y dan x, maka:

Y = f(x1, x2, ..., xi, ..., xn) Di mana: Y = variabel dependen X = variabel independen a,b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance form)

e = logaritma natural, e = 2,718. Dalam penyelesainnya, fungsi Cobb-Douglas selalu dilinearkan dengan cara logaritma. Berkaitan dengan hal tersebut maka terdapat persyaratan yang harus dipenuhi sebelum digunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu sebagai berikut: a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, karena log 0 adalah bilangan yang tidak dapat diketahui jumlahnya (infinitive). b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan yang berarti jika fungsi CobbDouglas yang digunakan sebagai model dalam suatu pengamatan dan diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model, maka model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada slope atau kemiringan dalam kurva model tersebut. c. Tiap variabel x adalah kompetisi sempurna. d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah merupakan salah satu faktor kesalahan (u).

2.6 Konsep Skala Usaha (Return to Scale) Menurut Koutsoyiannis (1979) ada tiga bentuk skala usaha dalam suatu proses produksi yaitu decreasing return to scale, constant return to scale dan increasing return to scale. Untuk mengetahui fase pergerakan skala usaha (return to scale) yaitu dengan cara menjumlahkan koefisien elastisitas Suatu proses produksi berada pada fase

masing-masing faktor produksi.

decreasing return to scale, apabila setiap penambahan satu unit faktor produksi dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil yang semakin menurun (berkurang). Hal ini ditunjukkan dengan elastisitas produksi total yang kurang dari satu. Fase constant return to scale ditunjukkan dengan

elastisitas yang bernilai sama dengan satu, sehingga penambahan faktorfaktor produksi dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil yang tetap. Adapun increasing return to scale, setiap penambahan faktor-faktor produksi dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil yang semakin meningkat. Pada fase ini elastisitas produksi lebih besar dari satu.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Badan Usaha Milik Negara sebagai salah satu instansi usaha pendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia memiliki peran penting dalam kontribusi pendapatan nasional, salah satu caranya adalah dengan peningkatan produk ekspor dari sektor pertanian seperti teh oleh PTPN sebagai salah satu perusahaan penghasil teh milik negara. Sebagaimana peran dari teh sendiri dalam mendukung pendapatan nasional Indonesia semenjak masa penjajahan kolonial Belanda hingga merdeka dengan kemampuan menyerap 1,5 juta jiwa tenaga kerja dengan devisa bersih sekitar 178 juta dolar AS. Selain itu, produksi teh ekspor dari Indonesia yang mayoritas diproduksi oleh PTPN juga diharapkan dapat memenuhi peluang pasar ekspor teh dunia di mana Indonesia masih memiliki peluang dalam pangsa pasar tersebut sebesar 3,9% sejak tahun 2001. Akan tetapi hal tersebut tidak berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan, kuantitas ekspor teh Indonesia dari tahun ke tahun dalam sepuluh tahun belakangan terus mengalami penurunan seiring makin menyempitnya luas areal perkebunan teh dengan semakin berkembangnya tren pembukaan usaha perkebunan sawit di Indonesia. Pada tahun 2010 menurut data yang diperoleh dari Kementrian BUMN, terjadi penurunan produksi ekspor teh Indonesia sebanyak 129.200 ton setelah sebelumnya pernah mencapai

produksi hingga 169.000 ton pada tahun 2003. Hal ini berpengaruh pada semakin menipisnya minat para investor untuk menanamkan modalnya pada usaha perkebunan teh sendiri. Berkurangnya luas lahan tanam teh ini berhubungan dengan aspek teknis dalam usaha perkebunan yang dijalankan sehingga hal ini tentu saja berpengaruh pada efisiensi teknis produksi perusahaan perkebunan teh sendiri sebagaimana yang dinyatakan oleh Ortega et al., (2002) bahwa luas lahan dalam suatu

10

usahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis. Oleh karena itu, efisiensi teknis dari unit usaha perkebunan teh untuk mengetahui apakah penyebab dari menurunnya produksi teh ekspor ini akibat menurunnya luas lahan perkebunan atau disebabkan unit usaha yang belum efisien dalam pengelolaan faktor produksi yang dimiliki. Secara teoritis, kegiatan produksi merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang digunakan di dalamnya yang menyatakan hubungan fisik antara input dan output produksi sehingga dapat dinyatakan bahwa perubahan input produksi yang digunakan berpengaruh terhadap perubahan produksi sebagaimana dinyatakan oleh Sudarsono (1983). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Hollylucia (2008) diketahui bahwa penurunan luas lahan juga termasuk ke dalam salah satu faktor penyebab menurunnya kuantitas produksi ekspor teh Indonesia. Selain itu, pada penelitian tersebut juga dimasukkan harga teh domestik, harga impor, kurs valuta asing sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kuantitas impor teh. Pada penelitian tersebut lebih difokuskan terhadap faktor harga dalam kegiatan perdagangan. Sementara itu, menurut data yang diperoleh dari Kementrian BUMN sendiri, diketahui bahwa faktor-faktor produksi lain seperti usia pohon teh yang sudah tua dan pengendalian hama penyakit akibat kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu juga turut berpengaruh pada perubahan produksi teh untuk komoditi yang diekspor. Sehingga pada penelitian ini juga digunakan variabel dummy usia pohon teh dan dummy pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) selain luas lahan dan modal sebagaimana yang dinyatakan oleh Morrison (2000) bahwa kondisi agroklimat termasuk faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi. Penelitian ini akan mengkaji tentang faktor-faktor produksi apa saja yang

mempengaruhi tingkat produksi dan efisiensi teknis dari perusahaan perkebunan teh milik negara yang berpengaruh pada perubahan kuantitas ekspor teh Indonesia.

11

Bagan 1. Kerangka Pemikiran


Potensi: Peningkatan pendapatan nasional Prospek pasar dunia Penyerapan tenaga kerja Perusahaan teh BUMN / PTPN

Kendala: Luas lahan semakin berkurang sehingga produksi ekspor menurun

Usaha produksi teh kering ekspor

Faktor-faktor yg berpengaruh: Produksi kopi domestik (x1), Luas lahan kopi (x2), Luas lahan teh (x3), tingkat inflasi (x4), dummy usia tanaman (x5)

Produksi teh kering ekspor

Analisis regresi sederhana

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Masukan untuk peningkatan produksi

Produksi meningkat

3.2 HIPOTESIS Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis yaitu: a. Hipotesis Umum

12

1. Diduga terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dalam usaha perkebunan teh milik negara berpengaruh pada perubahan kapasitas produksi teh ekspor. 2. Diduga perubahan input produksi dalam usaha perkebunan teh milik negara berpengaruh pada tingkat produksi. b. Hipotesis Kerja 1. Diduga perubahan luas lahan perkebunan kopi dan teh, kapasitas produksi kopi domestik, dan tingkat inflasi komoditi berpengaruh pada perubahan kapasitas produksi teh ekspor di Indonesia. 2. Diduga perubahan luas lahan perkebunan kopi dan teh, kapasitas produksi kopi domestik, dan tingkat inflasi komoditi berpengaruh pada tingkat produksi.

13

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi Lokasi yang digunakan sebagai lokasi dilakukannya penelitiannya yaitu badan-badan atau instansi-instansi terkait yang mampu menyediakan datadata yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian.

4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan secara umum mengenai petani, data penggunaan sarana produksi dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu musim tanam serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi- instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, Badan Pusat Statistika (BPS), situs-situs internet, dan perpustakaan LSI.

4.3 Metode Penarikan Contoh Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan anlisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usahatani teh sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan, analisis R/C rasio, analisis penggunaan faktor produksi, serta analisis efisiensi ekonomi faktor produksi. Tahap analisis data yang digunakan adalah dengan transfer data, editing serta pengolahan data menggunakan microsoft excel, program SPSS Statistics 17 dan alat hitung kalkulator, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.

4.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan anlisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usahatani wortel sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis

14

pendapatan usahatani, analisis R/C rasio, analisis penggunaan faktor produksi, serta analisis efisiensi ekonomi faktor produksi. Tahap analisis data yang digunakan adalah dengan transfer data, editing serta pengolahan data menggunakan microsoft excel, program SPSS Statistics 17 dan alat hitung kalkulator, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data. 4.4.1 Analisis Fungsi Produksi Fungsi produksi yang digunakan dalam analisis ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Parameter-parameter yang diperoleh dari model ini merupakan elastisitas produksi bagi setiap faktor produksi yang masuk ke dalam model. Dengan asumsi bahwa nilai elastisitas setiap faktor produksi dalam model ini dianggap tetap. Model ini hanya mampu menerangkan proses produksi pada fase diminishing returns, yaitu fase produksi pada saat tambahan produksi yang dihasilkan sebagai akibat adanya penambahan faktor produksi meningkat yang semakin berkurang. Model ini tidak dapat digunakan apabila terdapat faktor produksi yang nilainya nol (Soekartawi, 1990). Model fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Dengan mentransformasikan fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk linear logaritma, maka model fungsi produksi wortel dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana : Y = Produksi total teh (Kg) X1 = Luas lahan per musim tanam (hektar) X2= Jumlah benih per musim tanam (Kg) X3 = Jumlah pupuk urea per musim tanam (Kg) X4 = Jumlah pupuk TSP per musim tanam (Kg) X5 = Jumlah pupuk KCl per musim tanam (K g) X6 = Jumlah pupuk kandang per musim tanam (Kg) X7 = Jumlah obat cair yang dipakai per musim tanam (Kg)

15

X8= Jumlah penggunaan TK pria per musim tanam (jam) X9= Jumlah penggunaan TK wanita per musim tanam (jam) B o = Konstanta/intersep Bi = Koefisien regresi dari peubah bebas, dengan i = 1, 2, 3, n = Unsur Sisaan (galat)

Menurut Doll dan Orazem, (1984) penggunaan fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : (1) perhitungan sederhana karena dapat dibuat ke dalam bentuk linear. (2) Pada model ini koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor- faktor produksi. (3) Hasil penjumlahan koefisien elastisitas masing- masing faktor produksi pada fungsi ini juga dapat menunjukkan skala usaha atau return to scale atas perubahan faktorfaktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang sedang berlangsung. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi teh adalah luas lahan, jumlah bibit, jumlah penggunaan pupuk TSP, jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah penggunaan pupuk KCl, jumlah penggunaan pupuk kandang, jumlah penggunaan obat cair, jumlah penggunaan obat padat, jumlah penggunaan tenaga kerja. Metode pendugaan yang digunakan untuk menerangkan

hubungan sebab akibat dari faktor produksi dalam fungsi produksi di atas adalah Ordinary Least Square (OLS). Dari analisis regresi linear sederhana logaritmik akan didapat besarnya nilai t-hitung, F- hitung, R2 atau koefisien determinasi (Gujarati dan Zain, 1991). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing- masing parameter bebas (X) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila t- hitung lebih besar dari t-tabel berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bebas. Nilai F-

16

hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan (X) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas (Y). Nilai koefisien determinasi ( R untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter tidak bebas (Y). Pengujian yang dilakukan pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi. 4.4.2 Pengujian Fungsi Produksi Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam hal ini adalah pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi. 1. Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan dengan menguji koefisien regresi hasil pendugaan OLS secara bersama-sama. Hipotesis : Ho : b1 = b2= ..bi = 0 H1 : Salah satu dari bi ? 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, dimana k = jumlah variabel termasuk konstanta, n = jumlah pengamatan (responden). Kriteria uji : Fhit > Ftabel(k-1, n-k) : tolak Ho Fhit < Ftabel(k-1, n-k) : terima Ho Untuk memperkuat pengujian, dihitung besarnya nilai

koefisien determinasi (R2), untuk mengetahui berapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Koefisien determinasi dapat ditulis sebagai berikut :

17

2. Pengujian untuk masing- masing parameter regresi Tujuannya adalah untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis : Ho : bi = 0 H1 : bi ? 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t.

Kriteria Uji : t-hitung > t-tabel (a /2, n-v) : tolak Ho t-hitung < t-tabel (a /2, n-v) : terima Ho Dimana : v = Jumlah variabel bebas n = Jumlah pengamatan/responden Jika tolak Ho artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dalam model.

4.5 Konsep Pengukuran Variabel 4.5.1 Konsep Produksi

Y = f(x1, x2, x3, ....., xn) Di mana: Y = kuantitas produksi f = fungsi input produksi x1 = modal x2 = tenaga kerja x3, xn = faktor produksi lainnya

18

4.5.2 Y

Fungsi Cobb-Douglass. = 1 1 2 2 . Di mana: Y = variabel dependen X = variabel independen a,b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance form)

e = logaritma natural, e = 2,718. 4.6 Definisi Operasional Variabel Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Konsep 1. Fungsi Produksi Cobb Douglass X1,x2,x3.. Variabel Y Definisi Operasional Variabel Variabel dependen yang berupa

kuantitas produksi yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independen

seperti faktor-faktor produksi. Variabel-variabel independen berupa faktor-faktor mempengaruhi produksi besarnya Y yang atau

kuantitas produksi. MC Merupakan kenaikan dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output dan akibat tambahan produksi 1 unit output tidak menambah atau mengurangi TFC,

sedangkan TC = TFC+TVC maka kenaikan TC = kenaikan TVC akibat produksi 1 unit output tambahan.

19

4.7 Pengukuran Variabel. Tabel 2. Pengukuran Variabel Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel 1. Fungsi Produksi Cobb Douglass Y Variabel dependen yang Banyaknya dihasilkan produk dalam yang satuan Pengukuran Variabel

berupa ton/ha.

kuantitas produksi yang dipengaruhi oleh variabelvariabel independen seperti faktorfaktor produksi. X1,x2,x3.. Variabelvariabel independen Banyaknya satuan yang

digunakan oleh petani dari masing-masing faktor

berupa faktor- produksi. faktor produksi yang mempengaruhi besarnya Y

atau kuantitas produksi.

20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Fungsi Produksi dan Faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Teh Ekspor Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dimasukkan ke dalam suatu bentuk model fungsi produksi. Pada penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap produksi teh ekspor di Indonesia, diantaranya yaitu luas areal tanam teh, kuantitas produksi teh dan kopi ekspor, serta tingkat inflasi yang dialami oleh komoditi teh tersebut selama periode 2003-2012. Hasil analisis regresi model fungsi produksi linier berganda dapat dilihat pada tabel 5.1:

Tabel 3. Uji Parameter Model Linier Berganda

Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Produksi_Kopi Luas_Kopi Luas_Teh Inflasi_Komoditi R square: Adj.R : F hitung:
2

Standardized Coefficients Beta t .294 .068 -.222 1.112 .065 .546 -1.014 4.919 .458 Sig. .781 .609 .357 .004 .666

B 6.784 .363 -.698 1.753 .189

Std. Error 23.071 .665 .688 .356 .413

93,6% 88,6% 18,405 Sig: 0.003

Dari hasil pengujian regresi linier berganda faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi teh ekspor Indonesia selama kurun waktu

21

2003-2012, untuk uji kelayakan model diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 88,6% yang berarti bahwa faktor-faktor berupa kuantitas produksi kopi ekspor, luas areal tanam teh dan kopi, serta tingkat inflasi komoditi pada 2003-2012 mampu menjelaskan variabel dependen yaitu kuantitas produksi teh selama 2003-2012 sebesar 93,6% dan 6,4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model tersebut. Berikutnya dari hasil uji F pada tabel ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 18,405 dan nilai signifikansi sebesar 0,003. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa hipotesis yang diterima adalah H1 yaitu seluruh variabel independen yaitu kuantitas produksi kopi ekspor, luas areal tanam teh dan kopi, serta tingkat inflasi komoditi pada 2003-2012 berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu produksi teh ekspor di Indonesia selama periode 2003-2012. Sementara dari hasil uji t untuk persamaan produksi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel independen atau faktor yang berpengaruh terhadap produksi teh untuk pasar ekspor di Indonesia selama periode 20032012 adalah luas areal tanam teh. Hal ini diketahui dari nilai signifikansi yang diperoleh dari uji tersebut dimana nilai signifikansi faktor luas areal tanam teh adalah sebesar 0.004 (kurang dari 0.05), sementara faktor-faktor lainnya seperti luas areal tanam kopi, produksi kopi dan tingkat inflasi komoditi tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi teh karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi acuan (0.05). Sehingga dapat diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap elastisitas produksi teh Indonesia untuk pasar ekspor khususnya selama periode 2003-2012 adalah faktor luas areal tanam teh itu sendiri di Indonesia. Adapun persamaan dari fungi produksi teh yang diteliti dan diuji adalah sebagai berikut: Y = 6,784 + 0,363x1 0,698x2 + 1,753x3 + 0,189x4 + e atau Produksi teh = 6,784 + 0,368 produksi kopi 0,698 luas kopi + 1,753 luas teh + 0,189 inflasi + e

22

Persamaan di atas juga diperoleh dari hasil pengujian regresi linier berganda. Dimana persamaan fungsi produksi tersebut dapat diartikan sebagai berikut: Produksi teh Indonesia untuk pasar ekspor selama periode 2003-2012 tanpa dipengaruhi oleh faktor kuantitas produksi kopi nasional, luas areal tanam kopi dan teh, serta nilai inflasi komoditi adalah sebesar 6,784 (ribu ton). Sementara apabila terjadi perubahan tiap satu persen kuantitas produksi kopi ekspor maka akan dapat menstimulasi kenaikan kuantitas produksi ekspor teh sebanyak 0,368 (ribu ton). Sementara dengan semakin meningkatnya luas areal tanam kopi tiap satu satuan luas maka akan dapat mengurangi produksi ekspor teh sebanyak 0,698 satuan (dalam ribu ton). Akan tetapi apabila luas areal tanam teh mengalami perubahan luas, khususnya penambahan luas areal maka akan dapat meningkatkan kuantitas produksi ekspor teh sebanyak 1,753 satuan produksi dari tiap penambahan satu satuan luas areal tanam. Sementara inflasi komoditi teh sendiri akan berpengaruh pada produksi teh ekspor sebanyak 0,189 satuan berat produksi dari tiap perubahan satu poin inflasi.

5.2 Analisis Skala Usaha Dari hasil pengujian data menggunakan analisis regresi non linier dummy variable, diperoleh persamaan Cobb-Douglas sebagai berikut: lnY = 0,548 + ln 0,069 + 0,316 + 1,208 + ln 0,007 Jadi, dari hasil tersebut diperoleh nilai elastisitas produksi teh dipengaruhi oleh perubahan luas lahan teh adalah sebesar 6,206 (lebih besar dari sama dengan 1). Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa skala usaha atau nilai return to scale pada usaha produksi teh untuk pasar ekspor oleh Indonesia sebenarnya selama ini telah mencapai fase constant return scale dimana pada fase ini berarti tingkat produksi dalam usahatani yang dilakukan sudah efektif dan efisien karena dapat memberikan pengembalian atau penerimaan secara konstan. Selain itu, pada persamaan ini, juga dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap berkurang atau

23

menurunnya produksi teh ekspor dari Indonesia adalah luas areal tanam teh dan inflasi yang dihadapi oleh komoditi teh sendiri.

24

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 6.1.1 Diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan tingkat produksi teh di Indonesia adalah perubahan luas areal tanam atau luas perkebunan teh di Indonesia sendiri. 6.1.2 Diketahui bahwa skala usaha produksi teh untuk pasar ekspor dari Indonesia telah berada pada posisi constant scale of return dimana pada posisi ini produksi teh Indonesia berarti berjalan secara efektif dan efisien dengan faktor yang paling berpengaruh terhadap skala usaha adalah faktor luas lahan perkebunan teh dan tingkat inflasi. 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada pemerintah khususnya pihak-pihak yang mengelola kekayaan alam negara melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terutama dalam hal ini sebagai produsen teh untuk pasar ekspor diharapkan dapat kembali meningkatkan kapasitas produksi teh ekspor dari Indonesia dengan merevitalisasi kembali lahan-lahan perkebunan teh milik negara yang mulai mengalami penyusutan luas areal dan mengendalikan kondisi pertumbuhan ekonomi sebaik mungkin untuk meminimalisir angka inflasi yang dapat terjadi khususnya pada teh sebagai komoditi ekspor unggulan Indonesia.

25

Daftar Pustaka

Anonymous. 2013. Corsec PTPN XII: Terimbas Krisis, Harga Teh Terancam Anjlok. http://www.ptpn12.com/rolas/index.php/siaran-pers/600-teh. Diakses 29 April 2013. Boediono. 1980. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. BPS. 2013. www.bps.go.id. Diakses 2 Juni 2013. Deltu, Sri. 2011. Analisa Pendapatan Biaya Pengolahan Teh Hitam pada PTPN VI Kebun Teh Kayu Aro Kabupaten Kerinci. Padang: Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Doll, Jhon dan Orazem, Frank. 1978. Production Economics: Theory with Applications. Kanada: John Wiley & Sons, Inc. Hidayah, Ayyi. 2012. Prospek Bisnis Perkebunan Nusantara Stabil. http://ptpn6.com/pressrelease/prospek-bisnis-perkebunan-nusantarastabil/. Diakses 13 Maret 2013. Hollylucia. 2008. Pengaruh Kurs Valuta Asing terhadap Penurunan Kuantitas Produksi Teh Ekspor Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Iskandar, Yanto. 2012. http://archive.bisnis.com/articles/gunara-prospek-bisnisteh-masih-cerah. Diakses 13 Maret 2013. Kementrian BUMN. 2012. Gawat Teh Indonesia Terus Merosot! http://www.bumn.go.id. Diakses 12 Maret 2013 Koutsoyiannis, A. 1977. Theory Econometric. New York: Harper dan Row Publishers, inc. Kumbhakar, S.C. and C.A.K. Lovell. 2000. Stochastic Frontier Analysis. Cambridge University Press. Cambridge. Morrison, J. 2000. Resource Use Efficiency in an Economy in Transition: An Investigation into the Persistence of the Co-operative in Slovakian Agriculture. PhDThesis, Wye College, University of London. Mosher, AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: CV Yasaguna. Ortega, Leonardo, Ronald W. Ward, and Chris Andrew. 2002. Measuring Technical Efficiency in Venezuela: the Dual_Purpose Cattle System(DPCS). EDIS Document FE495. Gainesville, FL: Department of Food and Resources Economics, Institute of Food and Agricultural Sciences. University of Florida. Prakoso, Muhammad. 2012. Analisis Efisiensi Alokatif dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Kubis (Brassica oleracea L.)(Kasus Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Silaban, Susan. 2012. Pefindo: Prospek Peringkat PTPN VI Stabil. http://www.imq21.com/news/print/97620/20121016/154858/PefindoProspek-Peringkat-PTPN-VI-Stabil.html. Diakses 13 Maret 2013.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglass. Jakarta: Rajawali.

26

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. DATA PRODUKSI TEH DAN KOPI INDONESIA EKSPOR 2003-2012


Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** Kopi 29,437 29,159 24,809 28,9 24,1 28,074 28,672 29,012 23,704 28,931 Teh 127,523 125,514 128,154 115,436 116,501 114,689 107,35 100,066 96,559 96,725

Sumber: BPS, 2013.

LAMPIRAN 2. DATA LUAS LAHAN PERKEBUNAN TEH DAN KOPI INDONESIA 2003-2012
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 47.8 47.9 Kopi 57.4 52.6 52.9 53.6 52.5 58.3 48.7 47.6 Teh 83.3 83.3 81.7 78.4 77.6 78.9 66.9 66.3 66.2 64.5

Sumber: BPS, 2013.

LAMPIRAN 3. DATA INFLASI KOMODITI TEH INDONESIA 2003-2012


BULAN TAHUN 2003 INFLASI Jan Feb Mar Apr 0.80 0.20 -0.23 0.15 TAHUN 2004 INFLASI 0.57 -0.02 0.36 0.97 TAHUN 2005 INFLASI 1.43 -0.17 1.91 0.34 TAHUN 2006 INFLASI 1.36 0.58 0.03 0.05 TAHUN 2007 INFLASI 1.04 0.62 0.24 -0.16 0 . TAHUN 2008 INFLASI 1.77 0.65 0.95 TAHUN 2009 INFLASI -0.07 0.21 0.22 -0.31 TAHUN 2010 INFLASI 0.84 N.A N.A N.A TAHUN 2011 INFLASI 0.89 0.13 -0.32 -0.31 TAHUN 2012 INFLASI 0.76 0.05 0.07 0.21

27

5 7 Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahuna n 0.21 0.09 0.03 0.84 0.36 0.55 1.01 0.94 5.06 0.88 0.48 0.39 0.09 0.02 0.56 0.89 1.04 6.40 0.21 0.50 0.78 0.55 0.69 8.70 1.31 -0.04 17.11 0.37 0.45 0.45 0.33 0.38 0.86 0.34 1.21 6.60 0.10 0.23 0.72 0.75 0.80 0.79 0.18 1.10 6.59 1.41 2.46 1.37 0.51 0.97 0.45 0.12 -0.04 11.06 0.04 0.11 0.45 0.56 1.05 0.19 -0.03 0.33 2.78 N.A N.A N.A N.A N.A N.A N.A N.A 6.96 0.12 0.55 0.67 0.93 0.27 -0.12 0.34 0.57 3.79 0.07 0.62 0.70 0.95 0.01 0.16 0.07 N.A 4.30

Sumber: BPS, 2013.

LAMPIRAN 4. ANALISIS REGRESI LINIER

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Produksi_Teh /METHOD=ENTER Produksi_Kopi Luas_Kopi Luas_Teh Inflasi_Komoditi.

Regression

Notes

Output Created

07-Jun-2013 11:18:10

Comments

Input

Active Dataset

DataSet0

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File

10

28

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Produksi_Teh

/METHOD=ENTER Produksi_Kopi Luas_Kopi Luas_Teh Inflasi_Komoditi.

Resources

Processor Time

0:00:00.047

Elapsed Time

0:00:00.020

Memory Required

2292 bytes

Additional Memory Required for Residual Plots

0 bytes

[DataSet0]

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables Removed

Method

29

Inflasi_Komoditi, Produksi_Kopi, Luas_Kopi, Luas_Teh


a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Std. Error of the Model R R Square Adjusted R Square Estimate

.968a

.936

.886

4.147

a. Predictors: (Constant), Inflasi_Komoditi, Produksi_Kopi, Luas_Kopi, Luas_Teh

ANOVAb

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

Sig.

Regression

1266.372

316.593

18.405

.003a

Residual

86.006

17.201

Total

1352.378

a. Predictors: (Constant), Inflasi_Komoditi, Produksi_Kopi, Luas_Kopi, Luas_Teh

b. Dependent Variable: Produksi_Teh

Coefficientsa

30

Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients

Model

Std. Error

Beta

Sig.

(Constant)

6.784

23.071

.294

.781

Produksi_Kopi

.363

.665

.068

.546

.609

Luas_Kopi

-.698

.688

-.222

-1.014

.357

Luas_Teh

1.753

.356

1.112

4.919

.004

Inflasi_Komoditi

.189

.413

.065

.458

.666

a. Dependent Variable: Produksi_Teh

LAMPIRAN 5. ANALISIS REGRESI NON LINIER DUMMY VARIABEL (PENGHITUNGAN SKALA USAHA)

COMPUTE LnDiProdKopi=LN(ProdKopi)*. >Error # 4007 in column 1024. Text: (End of Command) >The expression is incomplete. Check for missing operands, invalid operators, >unmatched parentheses or excessive string length. >This command not executed. EXECUTE. COMPUTE LnDiProdTeh=LN(ProdTeh)*Di. EXECUTE. COMPUTE LnDiProdKopi=LN(ProdKopi)*Di. EXECUTE. COMPUTE LnDiLuaskopi=LN(LuasKopi)*Di. EXECUTE. COMPUTE LnDiLuasteh=LN(LuasTeh)*Di. EXECUTE. COMPUTE LnDiInflasi=LN(Inflasi)*Di. EXECUTE. REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi LnDiLuasteh.

Regression

31

Notes Output Created Comments Input Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing DataSet0 <none> <none> <none> 10 12-Jun-2013 11:26:57

User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used. REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi LnDiLuasteh.

Cases Used

Syntax

32

Resources

Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots

0:00:00.016 0:00:00.052 2868 bytes 0 bytes

[DataSet0]

Warnings For models with dependent variable LnProdTeh, the following variables are constants or have missing correlations: LnDiLuasteh. They will be deleted from the analysis.

Variables Entered/Removed Variables Entered LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeha Variables Removed

Model 1

Method . Enter

a. All requested variables entered.

33

Model Summary Adjusted R Square .879 Std. Error of the Estimate .03820

Model 1

R .966a

R Square .933

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh

ANOVAb Sum of Squares Regression Residual Total .102 .007 .109

Model 1

df 4 5 9

Mean Square .025 .001

F 17.421

Sig. .004a

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh b. Dependent Variable: LnProdTeh

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) B .548 Std. Error .813 Standardized Coefficients Beta t .674 Sig. .530

34

LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi

.069 -.316 1.208 -.007

.158 .352 .258 .032

.054 -.214 1.162 -.032

.437 -.896 4.689 -.213

.681 .411 .005 .840

a. Dependent Variable: LnProdTeh

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi LnDiLuaskopi.

Regression

Notes Output Created Comments Input Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File DataSet0 <none> <none> <none> 10 12-Jun-2013 11:28:26

35

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used. REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi LnDiLuaskopi.

Cases Used

Syntax

Resources

Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots

0:00:00.047 0:00:00.091 2868 bytes 0 bytes

[DataSet0]

36

Warnings For models with dependent variable LnProdTeh, the following variables are constants or have missing correlations: LnDiLuaskopi. They will be deleted from the analysis.

Variables Entered/Removed Variables Entered LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeha Variables Removed

Model 1

Method . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary Adjusted R Square .879 Std. Error of the Estimate .03820

Model 1

R .966a

R Square .933

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh

ANOVAb

37

Model 1 Regression Residual Total

Sum of Squares .102 .007 .109

df 4 5 9

Mean Square .025 .001

F 17.421

Sig. .004a

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh b. Dependent Variable: LnProdTeh

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi B .548 .069 -.316 1.208 -.007 Std. Error .813 .158 .352 .258 .032 .054 -.214 1.162 -.032 Standardized Coefficients Beta t .674 .437 -.896 4.689 -.213 Sig. .530 .681 .411 .005 .840

a. Dependent Variable: LnProdTeh

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi LnDiLuaskopi LnDiLuasteh.

38

Regression

Notes Output Created Comments Input Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing DataSet0 <none> <none> <none> 10 12-Jun-2013 11:28:55

User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Cases Used

39

Syntax

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi LnDiLuaskopi LnDiLuasteh.

Resources

Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots

0:00:00.109 0:00:00.115 3252 bytes 0 bytes

[DataSet0]

Warnings

40

Warnings For models with dependent variable LnProdTeh, the following variables are constants or have missing correlations: LnDiLuaskopi, LnDiLuasteh. They will be deleted from the analysis.

Variables Entered/Removed Variables Entered LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeha Variables Removed

Model 1

Method . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary Adjusted R Square .879 Std. Error of the Estimate .03820

Model 1

R .966a

R Square .933

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh

ANOVAb

41

Model 1 Regression Residual Total

Sum of Squares .102 .007 .109

df 4 5 9

Mean Square .025 .001

F 17.421

Sig. .004a

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh b. Dependent Variable: LnProdTeh

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi B .548 .069 -.316 1.208 -.007 Std. Error .813 .158 .352 .258 .032 .054 -.214 1.162 -.032 Standardized Coefficients Beta t .674 .437 -.896 4.689 -.213 Sig. .530 .681 .411 .005 .840

a. Dependent Variable: LnProdTeh

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER Di LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi.

42

Regression

Notes Output Created Comments Input Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing DataSet0 <none> <none> <none> 10 12-Jun-2013 11:30:07

User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Cases Used

43

Syntax

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LnProdTeh /METHOD=ENTER Di LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi.

Resources

Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots

0:00:00.015 0:00:00.031 2868 bytes 0 bytes

[DataSet0]

Warnings For models with dependent variable LnProdTeh, the following variables are constants or have missing correlations: Di. They will be deleted from the analysis.

44

Variables Entered/Removed Variables Entered LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeha Variables Removed

Model 1

Method . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary Adjusted R Square .879 Std. Error of the Estimate .03820

Model 1

R .966a

R Square .933

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh

ANOVAb Sum of Squares Regression Residual .102 .007

Model 1

df 4 5

Mean Square .025 .001

F 17.421

Sig. .004a

45

Total

.109

a. Predictors: (Constant), LnInflasi, LnProdKopi, LnLuasKopi, LnLuasTeh b. Dependent Variable: LnProdTeh

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) LnProdKopi LnLuasKopi LnLuasTeh LnInflasi B .548 .069 -.316 1.208 -.007 Std. Error .813 .158 .352 .258 .032 .054 -.214 1.162 -.032 Standardized Coefficients Beta t .674 .437 -.896 4.689 -.213 Sig. .530 .681 .411 .005 .840

a. Dependent Variable: LnProdTeh

Anda mungkin juga menyukai