Anda di halaman 1dari 7

http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/26/teori-belajar/ diakses pada 2/oktober/2013 TEORI PERMAINAN: TEORI DIENES Zoltan P.

Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori pieget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-anak, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika (Kristiyanto, 2007). Menurut Kristiyanto (2007) bahwa Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara strukturstruktur dan mengkatagorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Menurut Kristiyanto (2007) bahwa Menurut Dienes konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu: 1. Permainan Bebas (Free Play) Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi. 2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games) Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah, dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu. Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan permainan block logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk

kelompok bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak merah (biru, hijau, kuning). 3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities) Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota kelompok). 4. Permainan Representasi (Representation) Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak untuk menemukan banyaknya diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan pendekatan induktif seperti berikut ini. Segitiga Segiempat Segilima Segienam Segi dua puluh tiga 0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal .. diagonal . diagonal 5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization) Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak. 6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization) Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut. Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan peserta sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika. Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep. Menurut http://fip.uny.ac.id/pjj/wpcontent/uploads/2008/03/semester_2_inisiasi_2_pengembangan_matematika_sd_2.pdf. bahwa Untuk mengawali penyampaian materi matematika yang abstrak melalui konkret itu dapat berpedoman pada Teori Belajar Dienes. Pada teori belajar Dienes, ditekankan pembentukan konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika. Teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu. Menurut Basuki (2008) bahwa Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara sruktur-struktur. Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pelajaran matematika. Yang dimaksud Dienes dengan konsep adalah stuktur matematika yang terdiri dari 3 macam konsep, yaitu konsep murni matematika (pare matematical concepts), konsep notasi (notation concepts), konsep murni matematika berkenaan dengan mengelompokan bilangan dan hubungan antara bilangan antara bilangan tanpa mempertimbangkan bagaimana bilangan itu disajikan, sedangkan konsep terapan adalah aplikasi konsep murni dan konsep notasi dalam pemecahan soal-soal matematika dan dalam bidang studi lain yang berhubungan.

Menurut Basuki (2009) bahwa Dienes juga percaya bahwa semua abstraksi yang berdasarkan pada situasi dan pengamatan konkret, prinsip penjelmaan bentuk (multiple embodiment principle) adalah suatu prinsip yang bila diterapkan oleh guru untuk setiap konsep yang diajarkan akan menyempurnakan penghayatan siswa terhadap konsep itu. Ada beberapa alasan mengapa untuk memahami suatu amanat perlu diberikan beranekaragam materi konkret sebagai model (representatif) konkret dari konsep itu. Menurut http://www.my-rummy.com/Kanak-kanak_belajar_matematik.html bahwa Professor Zolton P. Dienes, seorang ahli matematik, ahli psikologi dan pendidik, pernah memberi banyak sumbangan dalam teori pembelajaran. Beliau telah merancang satu sistem yang berkesan untuk pengajaran matematik untuk menjadikan matematik lebih mudah dan berminat untuk mempelajari. Mengikut Dienes konsep matematik boleh dipelajari melalui enam peringkat iaitu permainan bebas, permainan berstruktur, mencari ciri-ciri, perwakilan gambar, perwakilan simbol dan akhirnya formalisasi. Teori Dienes mengariskan beberapa prinsip bagaimana kanak-kanak mempelajari matematik iaitu: 1: Prinsip Konstruktivitis Pelajar haruslah memahami konsep sebelum memahaminya dengan analisa yang logik. 2: Prinsip Perubahan Perspeptual Kanak-kanak didedahkan pelbagai keadaan supaya dapat memaksimakan konsep Matematik. 3: Prinsip Dinamik Kanak-kanak mempelajari sesuatu melalui pendedahan dan eksperimen untuk membentuk satu konsep.

http://www.my-rummy.com/kanak-kanak_belajar_matematik.html diakses pada 2/oktober/2013

TEORI DIENES
Professor Zolton P. Dienes, seorang ahli matematik, ahli psikologi dan pendidik, pernah memberi banyak sumbangan dalam teori pembelajaran. Beliau telah merancang satu sistem yang berkesan untuk pengajaran matematik untuk menjadikan matematik lebih mudah dan berminat untuk mempelajari. Mengikut Dienes konsep matematik boleh dipelajari melalui enam peringkat iaitu permainan bebas, permainan berstruktur, mencari ciri-ciri, perwakilan gambar, perwakilan simbol dan akhirnya formalisasi. Teori Dienes mengariskan beberapa prinsip bagaimana kanak-kanak mempelajari matematik iaitu: #1: Prinsip Konstruktiviti Pelajar haruslah memahami konsep sebelum memahaminya dengan analisa yang logik. #2: Prinsip Perubahan Perspeptual Kanak-kanak didedahkan pelbagai keadaan supaya dapat memaksimakan konsep Matematik. #3: Prinsip Dinamik Kanak-kanak mempelajari sesuatu melalui pendedahan dan eksperimen untuk membentuk satu konsep

http://syufaal.blogspot.com/2010/08/teori-pembelajaran-david-ausubel.html diakses pada 2/oktober/2013

David Paul Ausubel(1918-2008) merupakan salah seorang ahli psikologi Amerika. Beliau telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang psikologi pendidikan, sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains. Ausubel Silahirkan pada 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York. Beliau mendapat pendidikan di Universiti of Pennsylvania dan mendapat ijazah kehormat pada tahun 1939 dalam bidang psikologi. Kemudian Ausubel menamatkan pelajarannya di sekolah perubatan di Universiti Middlesex. Beliau juga telah berkhidmat dengan jabatan pertahanan US Public Health Service, dan telah memperolehi M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti Columbia pada 1950. Pada 1973. Ausubel membuat keputusan untuk bersara dari bidang akademik dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri, Ausubel telah menghasilkan pelbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan jurnal psikologikal. Pada tahun 1976, beliau telah menerima Anugerah Thorndike dari Persatuan Psikologi Amerika bagi sumbangan beliau yang memberangsangkan dalam bidang psikologi dalam pendidikan. Pada umur 75 tahun, Ausubel bersara dari bidang professional dan melibatkan diri sepenuhnya dalam penulisan dan telah menghasilkan empat buah buku yang terkenal. Teori Pembelajaran Ausubel David Ausubel (1963, 1977) mengemukakan teori pembelajaran yang mengatakan manusia memperoleh ilmu kebanyakannya dalam bentuk pembelajaran resepsi dan bukan daripadapembelajaran penemuan atau dikenali sebagai Model Pembelajaran Ekspositori. Ausubeljuga mengemukakan pembelajaran lisan bermakna (meaningful verbal learning), termasukpentingnya maklumat lisan, idea dan hubungan antara idea yang dikenali sebagai KonsepPenyusunan Awal. Bagaimanapun, hafalan (rote memorization) tidak dianggap sebagai pembelajaran bermakna. (a)Model Pembelajaran Ekspositori Model pembelajaran ekspositori yang dikemukakan oleh Ausubel menekankanpenerangan bahan pembelajaran oleh guru dalam bentuk fakta yang tersusun dandijelaskan menurut urutan serta fakta yang lengkap. Ausubel menegaskan pembelajaransepatutnya berkembang dalam bentuk deduktif daripada am kepada spesifik ataudaripada prinsip kepada contoh (Woolfolk, 1998).

(b)Penyusunan Awal Penyusunan awal (advance organizer) telah diperkenalkan oleh Ausubel untukmenyesuaikan skema pelajar dengan bahan pembelajaran, supaya pembelajaran optimalberlaku. Salah satu strategi untuk memastikan wujudnya kesesuaian tersebut ialahmemulakan pembelajaran berpandukan kepada penyusunan awal. Ia merupakanstruktur yang menerangkan hubungan antara konsep-konsep yang hendak disampaikanpada hari tersebut. Fungsi penyusunan awal ialah untuk menjelaskan kepada guru dan pelajar tentangperkara-perkara yang perlu difahami bagi sesuatu tajuk pelajaran. Penyusunan awaljuga boleh menghubungkan konsep baru dengan konsep yang telah dipelajari. Jaditerdapat tiga tujuan penggunaan penyusunan awal, iaitu memberi gambaran tentangapa yang penting dalam pelajaran, menjelaskan hubungan antara konsep yang akan dihuraikan dan menggerakkan minda pelajar untuk mengingat semula konsep berkaitanyang telah dipelajari. Penggunaan Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Ausubel Prinsip pembelajaran dan pengajaran Ausubel boleh digunakan dalam pengajaran dengan memberikan perhatian kepada dua perkara berikut: Ausubel mencadangkan supaya guru menggunakan pembelajaran resepsi (penerimaan)atau model pengajaran ekspositori kerana guru dapat menyampaikan maklumat yanglengkap dalam susunan yang teratur seperti dalam kaedah kuliah. Menggunakan penyusunan awal dalam pengajaran untuk menggalakkan pelajarmengingat semula konsep yang telah dipelajari dan mengaitkannya dengan konsepbaru yang akan dipelajari serta mengingatkan mereka tentang perkara-perkara penting dalam sesuatu tajuk pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai