Anda di halaman 1dari 3

Pembesaran prostat atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyakit yang sering dialami pada pria usia

lebih dari 40 tahun. Gejalanya dapat berupa sulit berkemih, sering terbangun pada malam hari hanya untuk berkemih, rasa tidak lampias setelah berkemih dan lain-lain. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai gejala BPH, silahkan baca pembesaran kelejar prostat jinak. Gejala-gejala ini termasuk dalam gejala LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) dan beratnya gejala ini dihitung menggunakan skor IPSS (International Prostatic Symptoms Score). Skor IPSS ini nantinya akan ditotal dan dipakai untuk menilai derajat beratnya gejala penyakit/LUTS. Beberapa artikel saya yang lain mengenai pembesaran prostat jinak, silakan baca sulit berkemih pada pria. Penderita kategori LUTS ringan, tanpa komplikasi dan merasa tidak terlalu terganggu dengan gejala ini, belum membutuhkan terapi apapun. Hanya dengan memperbaiki pola hidup diharapkan gejala LUTS akan berkurang dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi berkala. Penderita yang masuk dalam kategori LUTS sedang dan berat (skor IPSS 8 atau lebih) merupakan kandidat untuk diberikan terapi dengan obat-obatan, dengan catatan tidak ditemukan indkasi harus dilakukan terapi dengan pembedahan (batu kandung kemih, gangguan ginjal, infeksi saluran kemih berulang dan lain-lain). Beberapa jenis obat untuk pembesaran prostat jinak dapat ditemukan di apotik dengan resep dokter. Obat-obatan ini digolongkan menjadi beberapa golongan. Golongan pertama adalah golongan alfa adrenoceptor antagonis atau alfa blocker, jenis obat yang beredar di Indonesia adalah alfuzosin (generik), dengan merk dagang Xatral XL dan doxazosin, dengan merk dagang Cardura Cardura

Jenis lain yang masuk dalam golongan alfa blocker adalah Terazosin, dengan merek

dagang Hytrin atau Hytroz dan Tamsulosin dengan merk dagang Harnal D dan Harnal OCAS Keempat jenis obat ini mempunyai cara kerja yang sama, yaitu dengan merelaksasi otot polos yang berada pada prostat, sehingga mengurangi gejala kesulitan berkemih, harus mengedan saat berkemih dan lain-lain. Sedangkan perbedaan dari keempat jenis obat ini adalah dari lama kerja obat dan efek sampingnya. Doxazosin dan Terazosin paling sering memberikan efek samping pusing dan rasa lemas, ini diakibatkan dari hipotensi akibat efek vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah dari obat tersebut. Efek samping lain yang dapat disebabkan oleh golongan obat ini adalah gangguan ejakulasi. Golongan obat yang lain adalah 5 alfa reduktase inhibitor (5ARI). Obat ini bekerja dengan cara mengurangi efek testosteron terhadap perkembangan sel prostat. Testosteron diketahui sebagai "nutrisi utama" bagi proses pertambahan jumlah sel prostat. Golongan obat ini walaupun efektif dalam mengurangi gejala LUTS, tetapi membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 3 bulan sampai terlihat efeknya, sehingga sering digunakan kombinasi dengan obat golongan alfa blocker, yang efeknya terlihat segera. Selain itu golongan obat 5ARI umumnya hanya diberikan pada penderita yg mempunyai volume prostat cukup besar (lebih dari 40cc). 2 jenis obat dari golongan ini adalah Dutasteride, dengan merk dagangAvodart dan Finasteride, dengan merk dagang Proscar. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat enzim 5 alfa reduktase, yaitu enzim yang mengubah testorteron menjadi 5dehidrotestosteron (5DHT). 5DHT berperan utama dalam proses hiperplasia (pertambahan jumlah sel) prostat. Obat ini pada akhirnya akan mengurangi ukuran prostat 15-25% setelah terapi 6-12 bulan. Efek samping utama dari obat golongan 5ARI ini adalah penurunan libido, disfungsi ereksi, gangguan ejakulasi dan pembesaran payudara pada pria (ginekomastia). Golongan obat ketiga yang masih cukup baru digunakan dalam terapi BPH, yaitu golongan antimuskarinik. Cara kerja obat ini adalah dengan mengurangi kontraksi kandung kemih yang merupakan faktor lain yang menyebabkan timbulnya gejala LUTS. Golongan obat ini sebelumnya telah digunakan untuk terapi Overactive Bladder pada wanita. Obat-obatan yang termasuk golongan ini anatara lain adalah: Tolterodine, dengan merk dagang Detrusitol, Solifenacin, dengan merk dagang Vesicare, lalu ada Propiverine, dengan merk dagangMictonorm dan Fesoterodine, dengan merk dagang Toviaz.

Golongan Antimuskarinik ini diberikan pada pria LUTS yang mempunyai gejala storage yang dominan (frekuensi berkemih yang meningkat dari biasa, sulit menahan keinginan berkemih, dan sering terbangun dimalam hari untuk berkemih) dan diberikan secara hati-hati dengan evaluasi ketat, mengingat secara teori golongan obat ini dapat memperberat gejala LUTS. Efek samping yang ditimbulkan berupa gejala tidak bisa berkemih (retensio urine).

Anda mungkin juga menyukai