Anda di halaman 1dari 29

STATUS PSIKIATRI

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Usia Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Status Pernikahan Alamat Tanggal Masuk RS : Ny. WA : Perempuan : 33 tahun : Islam : Minang : Diploma 1 Manajemen Imformatika. : Ibu Rumah Tangga : Menikah, memiliki 1 orang anak. : Jakarta Timur : 10 Mei 2007

II. RIWAYAT PSIKIATRI Data diperoleh dari : Autoanamnesis pada tanggal 31 Mei, 1 s/d 5 Juni 2007 Alloanamnesis dari : 1. Ny. N ibu kandung pasien, berusia 54 tahun, seorang ibu rumah tangga pada tanggal 1 Juni 2007 (tidak satu rumah). 2. Ny. B adik ipar pasien, berusia 34 tahun, pendidikan D3 Manajemen Perhotelan, pekerjaan Asisten Sales Manajer Hotel Haris Jakarta , pada tanggal 1 Juni 2007 (satu rumah dengan pasien). 3. Tn. S paman suami pasien, pekerjaan mantan penghulu (P3RN), tanggal 1 Juni 2007 (tetangga pasien) 4. Tn. U suami pasien, berusia 35 tahun, pendidikan SMU, pekerjaan wiraswasta, tanggal 2 Juni 2007 (satu rumah dengan pasien). 5. Nn. H adik kandung pasien ke-4, berusia 28 tahun, pendidikan SMU, pekerjaan karyawan swasta, tanggal 4 Juni 2007 (tidak satu rumah) Catatan Rekam Medik.

A. Keluhan Utama Pasien marah-marah dan memukul saudaranya 2 hari sebelum masuk rumah sakit. B. Riwayat Penyakit Sekarang Sekitar 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien bertengkar dengan adik iparnya. Saat itu pasien sedang tidur-tiduran di kamarnya, sementara di dapur

pembantu sibuk memasak dan adik iparnya sedang mengasuh anaknya yang berumur 3 bulan. Kemudian adik iparnya menyuruh pasien memasak nasi di dapur, tetapi pasien tidak senang, sehingga terjadi pertengkaran. Pasien mengatakan saat itu badannya sedang tidak begitu sehat. Selama ini pasien mengatakan sudah menahan diri karena sering sekali disuruh adik iparnya ini, pasien merasa adik iparnya itu tidak pantas berlaku seperti itu. Hal ini selain karena posisinya sebagai adik ipar, pasien juga mengatakan ia lebih dahulu mengenal bangku kuliah daripada adik iparnya. Adik iparnya lalu menelpon ibu pasien yang tinggal di Bekasi meminta agar pasien dibawa ke Bekasi. Selama hampir 2 minggu di Bekasi, menurut ibunya pasien susah tidur,

mudah tersinggung, dan banyak bicara. Saat tidak tidur pasien membersihkan rumah dan merapikan semua lemari pakaian. Tetapi kadang kala pasien juga terlihat seperti orang yang sangat senang, gembira, banyak tersenyum dan bernyanyi-nyanyi. Menurut pasien saat itu ia merasa tidak butuh tidur, sangat bersemangat untuk melakukan banyak pekerjaan, tetapi kadangkala juga merasa kesal, dan cepat tersinggung. Pasien juga menyatakan ia melakukan semua itu bukan karena ada suara yang menyuruhnya. Menurut adik pasien melihat keadaan pasien, ia segera mengambil dan menyimpan uang milik pasien, karena biasanya bila berperilaku seperti ini pasien akan berbelanja tanpa perhitungan. Semua uang yang ada dihabiskan. Setelah 2 minggu di Bekasi, akhirnya pasien pulang sendiri ke rumah mertuanya, karena ingin bertemu suami dan anaknya. Keadaan pasien belum berubah, tidak bisa tidur, mudah tersinggung, tetapi kelihatan juga sangat bersemangat, aktif melakukan pekerjaan di rumah, dengan rasa gembira dan banyak bicara. Menurut pasien saat kembali ke rumah mertuanya, ia mendengar suara-suara wanita yang

menyuruhnya marah. Pasien menganggap suara itu sebagai suara setan dan ia berusaha untuk tidak menurutinya tapi kadangkala tidak bisa. Lima hari sebelum masuk RSCM, pasien berdebat dengan paman suaminya masalah pernikahan saudaranya, pasien mengeluarkan kata yang agak keras, seperti membentak, sehingga adik iparnya menegur karena dianggap tidak sopan pada orang tua. Pasien kembali bertengkar dengan adik iparnya kali ini lebih hebat dari kemarin, pasien mengatakan adik iparnya setan, dan mau menamparnya. Akhirnya pasien di bawa ke Bekasi kembali. Dua hari sebelum masuk RSCM, pasien bertengkar dan memukul adiknya, karena adiknya suka meniru tingkah laku pasien. Perilaku pasien kelihatan semakin hari semakin parah ; tidak bisa tidur, banyak bicara, pasien selalu marah, berkata kasar, membentak ayah dan ibunya, dan membanting barang-barang bila marah. Pasien yang biasanya pelit menjadi banyak berbelanja barang-barang yang tidak perlu. Akhirnya tanggal 10 Mei keluarga membawa pasien ke RSCM untuk dirawat karena perilakunya yang tidak bisa dikendalikan lagi. Saat itu pasien menolak untuk dirawat dan sempat marah dan memukul ibunya. Selama dirawat pasien masih memperlihatkan perasaan yang mudah tersinggung dan mudah marah. bersemangat dan banyak bicara. Bila malam pasien tidak bisa tidur. Pasien sering bersikap agresif terhadap pasien lain, seperti marahmarah dan memukul pasien karena cepat tersinggung. Karena perilakunya ini pasien sering di fiksasi. Pasien juga menyatakan ia mendengar suara setan yang menyuruhnya membagi-bagi air minum ke semua orang dan juga menyuruhnya marah-marah. Suara itu jelas terdengar di telinga, tapi tidak terus menerus, kadangkala menghilang. Pasien juga melihat setan tersebut dengan tampang yang menyeramkan ; bermata satu, mukanya penuh oleh matanya. Tetapi ini juga hilang timbul. Pasien juga menyatakan ia merasa kesal karena teman-teman seruangannya suka memperhatikannya, membicarakannya, dan menyindirnya. Pasien pernah membanting piringnya saat sarapan. Ketika itu pasien lain W dilarang sarapan karena puasa untuk ECT, pasien meyakini dirinya yang disindir disuruh puasa, karena badannya gemuk dan karena pasien W dan ia sama-sama suku Minang, sehingga ia berteriak marah-marah dan membanting piringnya. Saat hari pertama dirawat pasien mendapat obat risperidon 2x2mg, carbamazepin 2x200mg, dan lorazepam 1x2mg, tetapi karena pasien terus mengeluh tidak bisa tidur obat diganti menjadi stelazine
3

3x5mg, chlorpromazine 1x 100mg (malam), dan carbamazepin 2x200mg. Sampai hari ke 21 dirawat pasien masih menunjukkan emosi dan perilaku yang tidak stabil, saat ditemui pasien terbaring terikat di tempat tidur, karena marah dan mau menampar pasien lain. Saat ditemui pasien kelihatan marah dan mengomel. Ia juga marah ketika pasien lain sholat/sembahyang didekatnya, ia menyatakan pasien itu melakukan

sholat untuk dirinya dan mendoakan ia cepat mati.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien sakit pertama kali 21 tahun yang lalu, yaitu pada saat kelas 1 SMP bulan Agustus tahun 1986. Saat itu pasien baru masuk ke sebuah SMP favorit merasa minder dengan teman-temannya. Pasien menjadi pendiam, banyak melamun, tidak mau bicara, banyak mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan mengurus dirinya. Pasien menyatakan saat itu ia merasa sangat sedih karena tidak bisa seperti siswa lain yang merupakan anak orang berada, sedang ia adalah anak orang miskin. Pasien dibawa berobat ke alternatif, setelah 1 bulan akhirnya membaik. Pasien akhirnya bisa melanjutkan sekolahnya dan lulus dengan nilai yang bagus. Sekitar 17 tahun yang lalu pasien kembali sakit yang kedua kali. Saat itu pasien kelas 1 SPK bulan Oktober tahun 1990 dengan gejala sama ; tidak bisa tidur, banyak melamun, berdiam diri, mengurung diri dan merasa sangat sedih. Karena saat itu pasien sedang sekolah di SPK YARSI, pasien mendapat pengobatan dari RSI, menurut ibunya pasien mendapat obat-obat haloperidol dan amitriptilin, dosisnya tidak ingat. Pasien sakit hampir 2 bulan, setelah itu keluar dari SPK, karena tidak naik kelas. Menurut ibunya ia sendiri bingung kenapa anaknya tidak naik, walaupun nilainilainya bagus. Sedangkan menurut pasien ia tidak naik karena tidak lulus ujian praktek. Akhirnya pasien pindah ke SMU, disini pasien bisa berprestasi sangat baik, sehingga mendapat beasiswa. Sebelas tahun yang lalu (1996) pasien kembali sakit, karena berhenti dari pekerjaannya sebagai SPG(sales promotion girl) sebuah produk. Pasien sakit dengan gejala yang berbeda dari biasanya, menurut ibunya pasien banyak bicara, tidak bisa tidur, mudah tersinggung dan marah-marah, tetapi kadangkala juga terlihat gembira, bernyanyi-nyanyi, dan mondar-mandir. Pasien juga merasa sangat membenci adiknya
4

yang keempat, karena adiknya telah bekerja dan memiliki penghasilan, sementara ia tidak memiliki uang karena tidak bekerja lagi. Pasien sering minta uang dengan adiknya kemudian dibelanjakan semua tanpa perhitungan, padahal biasanya pasien sangat hemat. Pasien lalu dirawat di RSGS selama 2 minggu mendapat obat

haloperidol 5 mg, chlorpromazine 100 mg, dan triheksifenidil 2 mg, semuanya dengan dosis 3 kali sehari. Setelah pulang 2 minggu dirumah, pasien kembali marah-marah hebat sehingga dirawat kembali selama 2 minggu. Setelah pulang pasien dalam keadaan baik, dapat kembali bergaul dengan teman-temannya dan membantu ibunya membuat rajutan. Pasien kontrol dan minum obat tidak teratur. Delapan tahun lalu, akhir 1999 pasien kembali kambuh dengan gejala sama seperti tahun 1996. Saat itu penyebabnya karena pasien bertengkar dengan tetangga yang selalu menaruh motor di depan rumah pasien sehingga adik pasien tidak bisa menaruh sepeda. Pasien sempat dirawat di RSGS selama 2 minggu. Karena alasan biaya pasien kemudian dipindahkan ke RSCM, di sini pasien dirawat kira-kira 2 bulan, sempat direncanakan untuk dilakukan tindakan ECT tapi belum dilaksanakan. Pasien mendapat obat haloperidol 3x5 mg, triheksifenidil 3x2 mg, chlorpromazine 2x100 mg dan carbamazepine 2x200 mg. Pasien pulang dalam keadaan baik, bisa berfungsi seperti semula. Pasien kontrol dan minum obat tidak teratur. Tujuh tahun yang lalu (2000) pasien menikah dengan seorang pasien laki-laki yang dikenalnya saat dirawat di RSCM, saat hamil pasien menghentikan semua obatnya dan tidak pernah kontrol. Saat hamil tidak mengalami kekambuhan. Enam tahun yang lalu (2001) pasien melahirkan anak pertamanya, satu minggu setelah itu pasien kembali kambuh. Pasien terlihat tidak butuh tidur, bersemangat, banyak bicara, dan mudah tersinggung. Pasien juga terlihat ketakutan dan merasa curiga, mengunci semua lemari dan kuncinya ia bawa kemana-mana, ia juga merasa barang-barangnya ada yang hilang dan ia menuduh tetangganya yang mencuri. Pasien juga menyatakan saat itu ada juga perasaan sedih dan kesal terhadap anaknya, ia merasa ingin membunuh anaknya. Pasien kembali dirawat di RSCM selama 1 bulan dan mendapat obat-obat seperti sebelumnya. Pasien pulang dalam keadaan baik, bisa berfungsi sebagai ibu dan istri yang baik. Menurut pasien sejak tahun 1986 sampai tahun 2007 ia sering kambuh kirakira 2 tahun sekali, tetapi hanya dirawat inap sebanyak 5 kali, selebihnya pasien hanya rawat jalan. Gejalanya bervariasi tetapi sejak tahun 1996 sampai dirawat saat
5

ini lebih banyak tidak butuh tidur, bersemangat, rajin bekerja membersihkan rumah dan menyusun pakaian dalam lemari, mudah tersinggung dan marah, kadangkala mendengar suara-suara ditelinganya. Dibandingkan gejala sedih, putus asa, mengurung diri, dan merasa tidak ada keinginan untuk melakukan sesuatu hal. Pasien kontrol dan minum obat tidak teratur. Pasien suka membeli sendiri obat di apotik, alasannya lebih hemat, tidak perlu bayar karcis dan antri untuk bertemu dokter. Kontrol terakhir kali kira-kira 1 tahun yang lalu. Obat yang diberikan saat itu

stelazine 3x5 mg, carbamazepine 2x200 mg, dan chlorpromazine 1x100 mg.

2. Riwayat Gangguan Medis Saat bekerja sebagai SPG Baygon yang bekerja diruangan AC, pasien menderita batuk-batuk lama yang berdahak. Pasien kemudian berobat dan dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan darah, sputum, tes manthoux dan radiologi toraks tetapi hasilnya tidak ditemukan kelainan. Akhirnya pasien berhenti dari pekerjaannya dan penyakitnya kemudian membaik. Selain itu pasien tidak pernah menderita penyakit yang memerlukan perawatan atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini.

3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain Pasien tidak pernah merokok, minum minuman beralkohol dan menggunakan zat psikoaktif lain.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi.

1. Masa Prenatal dan Perinatal Pasien merupakan anak pertama dari delapan bersaudara. Pasien merupakan anak yang diharapkan dan kelahirannya membawa kegembiraan sebagai anak pertama dalam keluarga. Kondisi ibu pada saat mengandung pasien dalam keadaan sehat, tidak pernah mengalami masalah emosional yang bermakna, penyakit fisik yang serius, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan. Pasien lahir cukup bulan dengan berat badan yang cukup dan langsung menangis. Kelahirannya ditolong oleh tenaga paramedis di rumah neneknya di Bukit Tinggi. Proses kelahiran normal dan tidak ada komplikasi saat melahirkan.
6

2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun) Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lain. Pasien mendapat ASI sampai usia 1 tahun, setelah itu pasien mendapat susu formula sampai usia 2 tahun. Pasien dapat berjalan saat umur 10 bulan dan mulai berbicara yang dapat dimengerti walaupun belum fasih pada usia 1 tahun. Pada usia 2 tahun pasien mulai dilatih buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi, dan usia 3 tahun pasien bisa buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi. Pasien kadang-kadang masih suka mengompol sampai usia 3 tahun. Pasien diasuh oleh kedua orangtua dan mendapatkan kasih sayang yang cukup.

3.

Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun) Pada masa ini pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Hubungan pasien dengan adik-adiknya sangat akrab. Pasien juga mempunyai banyak teman, dan bermain seperti anak lainnya. Pasien tidak sekolah TK, karena menurut ibunya tidak begitu perlu, lebih baik langsung sekolah SD saja. Saat mulai sekolah SD pasien tidak pernah tinggal kelas dan prestasi disekolahnya baik. Pasien termasuk anak yang cerdas, mudah mencerna pelajaran, dan nilai raportnya selalu bagus. Pasien adalah anak periang, mudah bergaul dan memiliki banyak teman, dan biasanya pasien yang memimpin dan mengkoordinir teman-temannya.

4.

Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja Pada waktu masuk SMP, pasien mulai sakit, karena pasien merasa minder dengan teman-teman yang lain. Pasien bersekolah di salah satu SMP favorit pada waktu itu, tapi pasien merasa penampilannya berbeda dengan anak lain, sehingga pasien merasa rendah diri. Sebenarnya pasien telah keberatan sekolah di sini karena merasa ia tidak pantas, tetapi ayahnya tetap menginginkannya dan merasa ini hal yang paling baik buat pasien. Pasien sakit selama satu bulan dibawa ke pengobatan alternatif, kemudian membaik dan dapat bersekolah seperti biasa hingga lulus. Pada saat sekolah SPK, pasien sakit akhirnya keluar dan melanjutkan di SMA swasta. Saat SMA pasien bisa bergaul, mempunyai banyak teman, dan pasien terlihat ingin selalu jadi yang nomor satu, pasien sering mengambil inisiatif dan jadi
7

pemimpin diantara teman-temannya. Sehari-hari pasien kelihatan bersemangat dan rajin belajar, hingga pasien mendapat beasiswa karena prestasinya. Saat di rumah pun pasien terlihat rajin membantu orang tuanya, mengajari adik-adiknya karena pasien adalah anak pertama. Ayah pasien mendidik anakanaknya dengan sangat tegas dan sedikit agak keras. Bila marah ayahnya membentak dan mengeluarkan kata-kata yang cukup keras.

5.

Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan Pasien menyelesaikan sekolah SD tepat waktu dengan prestasi yang baik, sehingga pasien bisa masuk ke SMPN favorit. Saat sekolah SMP pasien sempat sakit, tapi akhirnya bisa menyelesaikan SMP dengan baik. Setelah tamat SMP pasien memilih sekolah SPK karena bercita-cita ingin jadi perawat, agar bisa cepat bekerja dan mendapatkan uang. Baru 3 bulan sekolah SPK pasien sakit selama 2 bulan, sehingga pasien tidak naik kelas dan keluar dari sekolahnya. Setelah keluar SPK pasien melanjutkan sekolahnya di SMA swasta. Mulanya pasien mendapat jurusan A2 (biologi), karena jurusan A1 (fisika) tidak ada di SMA itu, karena nilai-nilai pasien sangat baik. Pasien merasa tidak begitu cocok dengan jurusan A2, karena merasa pernah gagal saat di SPK. Kemudian pasien pindah jurusan A3 (Ilmu Pengetahuan Sosial), walaupun guru-gurunya menyayangkan mengingat prestasinya yang sangat baik. Di jurusan A3 prestasi pasien bertambah baik, hingga akhirnya ia mendapat beasiswa dan bebas dari biaya pendidikan. Setamat SMA pasien bercita-cita untuk kuliah tetapi pasien menginginkan masa kuliahnya singkat, dan cepat bisa bekerja. Pasien akhirnya mengambil D1 jurusan manajemen imformatika, disamping itu pasien juga mengambil kursus-kursus akuntansi.

2. Riwayat Pekerjaan. Setelah menyelesaikan pendidikan D1 komputer dan kursus akuntansi A dan B tahun 1994, pasien mencoba melamar pekerjaan di kantor tapi tidak berhasil.

Akhirnya pasien bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) produk obat nyamuk Baygon tahun 1994, pasien sempat bekerja selama satu setengah tahun dan berhenti
8

karena alergi dengan AC. Pasien juga pernah bekerja membantu orangtuanya berdagang minyak wangi kurang lebih selama 2 tahun. Setelah menikah dan punya anak, pasien sempat bekerja di rumah makan milik saudaranya tetapi hanya beberapa bulan, pasien berhenti karena keluarga suami tidak setuju. Pasien juga pernah kursus menjahit, dan pasien biasanya menjahit pakaian untuk keluarganya dan keluarga suaminya. Beberapa kali mencoba berdagang makanan ringan di sekitar rumahnya tapi juga tidak bertahan lama, karena bangkrut. Pasien juga pernah bekerja sebagai buruh merajut pakaian, topi atau syal tapi berhenti karena usaha itu tutup. Beberapa bulan sebelum dirawat kembali pasien mencoba kerja sebagai sales produk Denpo tetapi hanya bertahan 2 minggu dengan alasan pasien tidak bisa mengangkat barang-barang berat karena memakai alat kontrasepsi spiral (IUD).

3. Riwayat Perkawinan Pasien menikah tahun 2000 dengan seorang laki-laki yang dikenalnya saat dirawat di RSCM tahun 1999. Suami pasien telah 3 kali dirawat di RSCM dengan diagnosis skizofrenia paranoid, pertama tahun 1999, kemudian tahun 2003 dan tahun 2006. Saat ini suami pasien dalam keadaan tenang, bisa bekerja membantu orangtuanya mengurusi usaha penyewaan alat-alat pernikahan milik orang tuanya. Suami pasien telah berhenti minum obat, karena merasa telah sembuh dan tidak perlu minum obat. Pasien mempunyai seorang anak perempuan berumur 5 tahun saat ini anak tersebut lebih banyak diasuh saudara suaminya. Keluarga ini telah lama menikah dan belum mempunyai anak, sehingga mereka sangat menyayangi anak pasien. Pasien dianjurkan orang tuanya mengikuti program KB, dengan alasan sebaiknya pasien tidak mempunyai anak lagi karena ia dan suaminya sakit jiwa, takut anaknya nanti juga sakit jiwa.

4. Riwayat Agama

Pasien beragama Islam, selama ini pasien cukup baik menjalankan kewajiban agamanya. Melakukan sholat lima waktu, mengaji dan berpuasa. Menurut pasien sakitnya karena tertekan batin, sehingga ia harus banyak berdoa selain minum obat.

5. Riwayat Psikoseksual Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah,

walaupun pasien sempat mempunyai beberapa teman dekat laki-laki.

6. Aktivitas Sosial Pasien dapat bergaul dengan baik di lingkungan rumahnya bila tidak dalam keadaan kambuh. Bila ada tetangga hajatan pasien akan datang. Pasien juga cukup ramah terhadap tetangganya.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

E. Riwayat Keluarga Pasien adalah anak pertama dari delapan bersaudara. Hubungan pasien dengan sesama adik-adiknya terlihat cukup erat. Hal ini terlihat dalam 2-3 hari sekali bergantian adik-adiknya membezuk pasien. Pasien mempunyai riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa. Nenek dari pihak ayah pasien pernah mendapat pengobatan psikiater dan sampai sekarang masih memperlihatkan perilaku aneh, walaupun sudah tua kelihatan sangat bersemangat, hobi menonton di bioskop, rajin, banyak bicara, dan suka berdandan. Adik ketiga pasien juga menderita gangguan jiwa sejak tahun 1998 dengan gejala banyak melamun, tidak mau bicara, merasa bersedih, mengurung diri dan bermalas-malasan. Tetapi adakalanya adik pasien ini juga terlihat gembira, bernyanyinyanyi, banyak bicara dan bicara sendiri. Tetapi gejala yang lebih banyak adalah perasaan sedih dan murungnya. Walaupun belum pernah dirawat, tetapi sampai sekarang masih kontrol di RSP dan minum obat haloperidol 1x 5 mg, chlorpromazine 1x100 mg, triheksifenidil 1x2 mg, dan amitriptilin 1x25 mg.

10

Suami pasien juga menderita gangguan jiwa dengan diagnosis skizofrenia paranoid, dan telah 3 kali dirawat sejak tahun 1999 sampai 2006.

72 th

62 th

67 th 54 th 56 th

34 th 3 bln

35 th 31 th 30 th 28 th 25 th 22 th 19 th 16 th

34 th 5 th

33 th

Keterangan : : Wanita : Pria : Pasien : Keluarga dengan gangguan jiwa. : Keluarga yang tinggal serumah bersama pasien.

F.

SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG Pasien sejak menikah tinggal di rumah orang tua suaminya. Pekerjaan suaminya adalah membantu usaha penyewaan alat pernikahan milik orang tuanya. Pasien sendiri pernah mencoba beberapa kali bekerja dan berusaha dagang kecilkecilan tapi tidak bertahan lama, karena kurang menguntungkan.
11

Rumah yang ditempati pasien bersama mertuanya cukup besar dengan ukuran kira-kira 12 x 8 meter dengan dinding beton dan lantai keramik, dengan 3 kamar tidur yang terpisah, ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur. Selain pasien sekeluarga dan kedua mertuanya, di rumah tinggal juga seorang pembantu yang sudah tua. Sejak 4 bulan yang lalu adik ipar pasien beserta suami dan anaknya yang masih bayi pindah ke rumah orangtuanya karena rumah kontrakan mereka kebanjiran. Pasien yang selama ini punya keinginan untuk mengontrak rumah sendiri dengan kehadiran iparnya sekeluarga, keinginannya menjadi semakin kuat, tapi keluarga mertuanya melarang karena memikirkan bagaimana mereka harus membiayai hidup mereka dan tidak ada yang mengawasi mereka. Pasien juga sering berselisih paham dengan adik iparnya ini. Pasien merasa adik iparnya sombong, dan ingin mengatur dirinya, karena adik iparnya ini kuliah di jurusan manajemen perhotelan. Pasien tidak suka karena sebelum adiknya sekarang kuliah ia telah lebih dahulu kuliah manajemen informatika, dan telah berpengalaman mengatur teman-temannya dahulu. Selama ini biaya hidup pasien sekeluarga selain berasal dari hasil kerja suaminya membantu usaha orangtuanya, pasien juga mendapat biaya dari adik iparnya khusus buat pasien sebesar Rp 250.000 setiap bulan. Ini telah diberikan sejak 1 tahun terakhir. Sementara untuk biaya makan sehari-hari mertuanya yang membiayai. Saat ini anak perempuan pasien yang berumur 5 tahun lebih banyak ikut sepupu suaminya, yang kebetulan telah lama menikah dan belum mempunyai anak. Saudara sepupu suaminya ini tinggal tidak jauh dari rumah mereka, sehingga pasien tidak merasa kesulitan untuk menemui anaknya. Menurut adik iparnya yang perempuan anak pasien kelihatan lebih suka tinggal bersama saudara sepupunya itu, dibandingkan mengikuti ibunya, apalagi disana dimanjakan dan keinginankeinginannya dapat terpenuhi. Selama ini ayah kandung pasien beranggapan suami anaknya kurang bertanggung jawab, sehingga ia menginginkan mereka berpisah saja. Sementara pasien dan suaminya terlihat masih saling menyayangi, ini terlihat dengan seringnya suami membesuk pasien dan pasien menerima dengan gembira, dan keluarga suami juga tidak menginginkan mereka berpisah. Hal ini yang membuat bila pasien pulang ke rumah orangtuanya sendirian karena suaminya merasa tidak nyaman bertemu ayah pasien. Pernah suatu saat sepulangnya dari Bekasi setelah semalaman
12

dinasehatin ayah pasien, suami pasien kambuh dan dirawat di RSCM, Oktober tahun 2006. Setelah pulang hanya kontrol 2 kali saja, pasien sering mengajak suami untuk kontrol tapi selalu di tolak dan keluarga suami juga melihat keadaan suami pasien yang sehat tidak perlu minum obat lagi.

G. Persepsi dan Harapan Keluarga Menurut ibu kandungnya keluarga mereka sekarang telah memahami keadaan penyakit pasien selama ini dan pengobatan medis adalah yang terbaik. Keluarga pasien dan keluarga suaminya berharap pasien segera sembuh walaupun harus memerlukan perawatan dan pengobatan yang lebih dari biasanya, mereka akan berusaha untuk memenuhi. Keluarga pasien menginginkan setelah pulang dari rumah sakit sebaiknya pasien pulang saja ke Bekasi dan berpisah saja dengan suaminya, apabila keinginan pasien untuk mengontrak rumah sendiri tidak dituruti keluarga suaminya. Sementara pasien dan suaminya masih saling menyayangi dan keluarga pihak suami tetap menginginkan pasien bersama suami tinggal di rumah mereka.

H. Persepsi dan Harapan Pasien Pasien berharap bisa segera membaik dan pulang untuk mengurus anak dan suaminya. Pasien merasa heran kenapa penyakitnya belum juga membaik sudah hampir satu bulan dirawat. Pasien menyatakan waktu awal sakit saat SMP tahun 1987, gejala pasien sangat bertolak belakang dengan gejalanya sekarang. Pasien juga menyadari bahwa dengan penyakitnya disebabkan tekanan batin pada kondisi mentalnya yang tidak kuat. Pasien menyadari harus minum obat dan kontrol, tetapi pasien keberatan bila dirawat terlalu lama, karena tidak tahan bercampur dengan pasien lain yang menurutnya aneh dan jorok.

III. STATUS MENTAL Berdasarkan pemeriksaan tanggal 31 Mei dan 1 Juni 2007 (Hari perawatan ke-21-22) A. Deskripsi Umum Penampilan : Seorang wanita, sesuai usia perawakan agak gemuk, kulit sawo matang, berpakaian cukup rapi, perawatan diri cukup, ekspresi wajah dan suara agak tegang, duduk di lantai selasar sambil memegang botol air minum bersama seorang pasien laki-laki.
13

Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Selama di ruangan pasien terlihat mondarmandir dan banyak bicara. Kadang-kadang mengomeli pasien lain dan mengancamnya, sehingga pasien sempat di fiksasi sebelum wawancara. Tapi hari berikutnya pasien terlihat lebih tenang, gembira dan bersahabat. Pasien terlihat mesra dengan pasien laki-laki S, dan menyatakan S adalah selingkuhannya yang kedua, setelah selingkuhannya yang pertama pasien lain A pulang. Selama wawancara pasien dapat duduk tenang. Tapi bila ada orang lain pasien mudah beralih perhatiannya, tapi kemudian dapat kembali ke pemeriksa.

Sikap terhadap Pemeriksa : hari pertama dijumpai pasien sedang difiksasi karena mau memukul pasien lain, pasien mengomel karena diikat. Hari berikutnya pasien cukup kooperatif.

B. Pembicaraan Spontan, lancar, volume keras, lantang, intonasi baik dan artikulasi menjawab cukup jelas,

sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa dan idenya cepat

berganti-ganti dari satu topik cerita ke topik cerita yang lain, pasien menceritakan semua pengalamannya yang telah lama. Pasien banyak bicara dan tidak berhenti apabila tidak diminta oleh pemeriksa.

C. Mood dan Afek Mood Afek Keserasian : : : Iritabel luas Serasi

D. Gangguan Persepsi Halusinasi auditorik : pasien mendengar suara-suara wanita yang menyuruhnya marah, dan mendengar suara setan yang menyuruhnya membagi-bagi air minum ke semua orang. Suara itu jelas terdengar di telinga, tapi tidak terus menerus, kadangkala menghilang. Halusinasi visual : pasien merasa melihat setan dengan tampang yang menyeramkan ; bermata satu, mukanya penuh oleh matanya. Tetapi ini juga hilang timbul.
14

E. Pikiran : Proses pikir : Flight of Idea ; bila berbicara pasien terlihat berpindah-pindah topik pembicaraan dengan cepat, yang satu sama lain tidak saling berhubungan. Isi pikir : banyak ide, waham rujukan (delusion of refference) ; merasa kesal karena teman-teman di ruangannya suka memperhatikannya, membicarakannya, dan menyindirnya. Pasien pernah membanting piringnya saat sarapan. Ketika itu pasien lain W dilarang sarapan karena puasa untuk ECT, pasien meyakini dirinya yang disindir disuruh puasa, karena badannya gemuk dan karena pasien W dan ia sama-sama suku Minang, sehingga ia berteriak marah-marah dan membanting piringnya. Pasien marah ketika pasien lain sholat/sembahyang didekatnya, ia

menyatakan pasien itu melakukan sholat untuk dirinya dan mendoakan ia cepat mati. Ide-ide kebesaran ; merasa diri lebih hebat dari adik ipar karena lebih dulu kuliah dan mempelajari ilmu manajemen.

F. Kesadaran dan Kognisi Taraf kesadaran dan Kesiagaaan : kompos mentis, baik. Orientasi Orang : baik, pasien dapat, membedakan pagi, siang, dan malam. Tempat : baik, pasien dapat menyebutkan tempat ia berada sekarang, di RSCM. Orang : baik, pasien dapat mengenali siapa yang pasien lain di bangsal. Daya Ingat : Jangka Panjang : baik, pasien dapat mengingat kembali tempat dan tanggal lahirnya. Jangka Pendek : baik, pasien dapat mengingat menu makan pagi sebelum wawancara. Jangka Segera : baik, pasien dapat mengulang 5 angka maju dan selanjutnya 5 angka mundur.
15

memeriksanya dan

Konsentrasi dan Perhatian : kurang baik, pasien mudah sekali teralih perhatiannya dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Kemampuan Membaca dan Menulis : baik. Kemampuan visuospasial : baik, pasien dapat menggambar sebuah jam dengan baik, dan dalam melakukan aktivitas di ruangan tidak mengalami kesulitan. Pikiran Abstrak : Baik. Pasien dapat mengartikan peribahasa rajin pangkal

pandai, hemat pangkal kaya. Intelegensi dan kemampuan Informasi : baik, pasien dapat menyebutkan nama presiden dan wakil presiden saat ini.

G. Pengendalian Impuls Kurang baik. Pasien selama diruangan bersikap agresif pasien lain, sehingga pasien sering di fiksasi.

H. Daya Nilai dan Tilikan Daya Nilai Sosial : Kurang baik, pasien sering marah-marah dan agresif dengan

pasien lain dibangsal tanpa sebab yang jelas, perawatan diri cukup baik. Uji Daya Nilai : kurang baik, jika menemukan barang milik pasien lainnya ia

akan mengambil barang tersebut, karena mungkin memang sudah rejekinya. Penilaian daya realita (RTA) : terganggu, dengan adanya perilaku agresif, halusinasi auditorik dan visual serta waham rujukan (delusion of refference) Tilikan : derajat 4, pasien mengakui dirinya sakit dan memerlukan pertolongan obat-obatan, tetapi pasien tidak mengetahui penyebab sakitnya, ia hanya menyatakan karena tekanan batin.

I. Taraf Dapat Dipercaya Secara umum pasien cukup dapat dipercaya.

16

lV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT A. Status Internus Keadaan Kesadaran Status Gizi Tanda-tanda Vital : Baik : Kompos mentis : lebih. BB : 78 Kg. TB : 167 cm. BMI : 27,96 : TD : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 80 x/menit Frekuensi Nafas : 20 x/menit Suhu Mata dan THT Mulut dan gigi Thorax Abdomen Ekstremitas : 36,5oC

: Dalam batas normal : Dalam batas normal : Cor-Pulmo Dalam batas Normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal.

B. Status Neurologis Tanda Rangsang Meningeal Tanda-tanda efek ekstrapiramidal - Tremor tangan - Akatisia - Bradikinesia - Cara berjalan - Keseimbangan - Rigiditas Motorik Sensorik : baik : baik : negatif : negatif : negatif : normal : baik : negatif : Negatif

V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang wanita berusia 33 tahun, agama islam, suku Minang, status menikah memiliki satu orang anak. Dari anamnesis didapatkan bahwa sekitar 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien bertengkar dengan adik iparnya. Kemudian
17

pasien dibawa ke Bekasi. Sejak itu pasien mulai menunjukkan perubahan perilaku, pasien terlihat mudah tersinggung dan marah-marah. banyak bicara dan mengomeli orang-orang. Tetapi kadang kala pasien juga terlihat seperti orang yang sangat senang, gembira, banyak tersenyum dan bernyanyi-nyanyi. Setelah 2 minggu di Bekasi pasien pulang kerumah mertuanya, tetapi keadaannya belum membaik, malahan cenderung gejalanya bertambah parah, pasien kembali bertengkar dengan paman suami dan adik iparnya, pasien dibawa kembali ke Bekasi oleh ibunya. Selama 2 hari di Bekasi gejala pasien bertambah parah, berbelanja tanpa perhitungan hingga memukul adiknya. Akhirnya pasien di bawa ke RSCM dan sempat memukul ibunya setelah mengetahui ia harus menjalani rawat inap. Pasien telah sakit sejak tahun 1986 saat itu pasien yang baru masuk salah satu SMP favorit, pasien merasa minder dengan teman-temannya, menjadi pendiam, banyak melamun, malas berbicara, banyak mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan mengurus dirinya. Saat itu pasien hanya mendapat pengobatan alternatif dan membaik setelah 1 bulan. Kemudian kambuh lagi pada tahun 1990 dengan gejala sama. Menurut pasien sejak tahun 1986 sampai tahun 2007 ia sering kambuh kirakira 2 tahun sekali, tetapi hanya dirawat inap sebanyak 5 kali, yaitu tahun 1986, 1990, 1999, 2001 dan 2007, selebihnya pasien hanya menjalani rawat jalan. Gejalanya bervariasi tetapi sejak tahun 1996 sampai dirawat saat ini lebih banyak tidak butuh tidur, bersemangat, rajin bekerja membersihkan rumah dan menyusun pakaian dalam lemari, mudah tersinggung dan marah, kadangkala mendengar suara-suara ditelinganya. Dibandingkan gejala sedih, putus asa, merasa tidak berguna, mengurung diri, dan merasa tidak ada keinginan untuk melakukan sesuatu hal. Kekambuhan penyakit pasien biasanya ada peristiwa pencetusnya. Pasien kontrol dan minum obat tidak teratur. Pasien sering mengatur sendiri dosis obatnya. Kontrol terakhir kali kira-kira 1 tahun yang lalu. Obat yang diberikan saat itu stelazine 3x5 mg, carbamazepine 2x200 mg, dan

chlorpromazine 1x100 mg. Berdasarkan riwayat kehidupan pribadi, pasien dari kecil merupakan anak cerdas, berprestasi di sekolah, pasien juga dalam kelompoknya cenderung jadi pemimpin dan suka mengatur teman-temannya. Pasien beberapa kali berhenti bekerja dengan alasan yang berbeda-beda. Pasien selama ini selalu merasa dirinya lebih pintar dan lebih hebat dari orang lain, merasa tidak senang diatur orang lain.

18

Pada pemeriksaan status mental didapatkan secara deskriptif pasien seorang wanita sesuai usia, perawatan diri baik, kelihatan bersemangat, ekspresi wajah agak tegang dan suara lantang, duduk di lantai selasar sambil memegang botol air minum bersama seorang pasien laki-laki. Psikomotorik meningkat ; sering mondar-mandir dan bicara banyak selama di ruangan. Sikap kooperatif. Pembicaraan spontan, volume keras dan lantang, intonasi dan artikulasi baik, banyak bicara. Mood pasien terlihat iritabel, afek luas dan serasi dengan isi pembicaraan. Gangguan persepsi ditemukan halusinasi auditorik yang bersifat commanding dan halusinasi visual berupa bayangan setan yang menyeramkan. Pada proses pikir ditemukan flight of idea, isi pikir banyak ide, adanya waham rujukan (delusion of refference) dan ide-ide kebesaran. RTA terganggu dengan tilikan derajat 4. Status internus dan neurologikus dalam batas normal.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa. Berdasarkan anamnesis riwayat mengalami trauma kepala atau penyakit medis , pasien tidak pernah

penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat

menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F 00-09). Pada pasien juga tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif juga dapat disingkirkan (F 10-19). Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam penilaian realita karena adanya psikopatologi berupa aktivitas psikomotorik yang meningkat, berkurangnya

kebutuhan tidur, banyak bicara (logorre), mood yang iritabel, afek luas, serasi, halusinasi auditorik yang bersifat commanding dan halusinasi visual, waham rujukan (delusion of refference) dan ide-ide kebesaran yang sesuai/kongruent dengan mood, proses pikir yang berpindah dari satu ide ke ide lainnya dengan cepat (flight of ideas), banyak ide, tilikan
19

yang buruk. Semua gejala psikopatologi ini telah berlangsung 1 bulan, serta timbul bukan yang pertama kali atau bersifat episodik, bila membaik pasien dapat kembali ke fungsi premorbid semula, dan adanya beberapa episode yang memenuhi kriteria depresi dan manik sebelumnya, sehingga berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk Aksis I adalah F31.2 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik Berat dengan Gejala Psikotik. Pada awalnya diagnosis pada pasien ini dipikirkan F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik, karena berdasarkan data yang didapatkan saat itu gejala-gejala skizofrenia dan manik sama menonjol. Gejala afektif yang yang ada pasien ini saat itu adalah mood yang iritabel dan kegelisahan yang disertai perilaku agresivitas,

berkurangnya kebutuhan tidur disertai peningkatan enersi, konsentrasi terganggu, dan hilangnya hambatan sosial yang normal ; pasien berbelanja barang-barang yang tidak diperlukan dan perilaku seduktif terhadap pasien laki-laki lain. Sedangkan gejala skizofrenia adalah adanya halusinasi auditorik dan visual, waham rujukan(delusion of refference) dan ide-ide kebesaran. Gejala-gejala ini mempengaruhi perilaku pasien. Pada pasien ini ditemukan ciri kepribadian yang spesifik diantara masa sakitnya , sejak remaja pasien terlihat ingin menjadi yang terbaik, ingin jadi pemimpin dan mengatur teman-temannya. Selalu merasa lebih hebat dari orang lain, tidak senang diatur. Mengatur sendiri dosis obat diantara masa kekambuhannya. Sehingga dapat dipikirkan diagnosis pada Aksis II adalah Ciri Kepribadian Narsisistik. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna,

sehingga diagnosis Aksis III pada pasien ini tidak ada diagnosis. Pada Aksis IV terdapat masalah primary support group. Kehidupan pasien yang menumpang di rumah mertuanya, dan kemudian dengan adanya adik iparnya membuat pasien tidak nyaman, sehingga ingin pindah mengontrak sendiri. Sementara pasien dan suami tidak mempunyai pekerjaan tetap, bahkan selama ini sebenarnya lebih banyak mengandalkan mertua dan saudara-saudara iparnya, di samping itu suami pasien adalah seorang penderita gangguan jiwa yang tidak mau teratur minum obat, pasien sering mengajak suami untuk kontrol tapi selalu ditolak dan keluarga suami juga melihat

20

keadaan suami pasien yang sehat tidak perlu lagi minum obat. Di sisi lain keluarga pasien, terutama ayahnya menginginkan pasien bercerai saja dengan suaminya. Selama satu tahun terakhir ini pasien dapat beraktivitas sebagai ibu rumah tangga serta bersosialisasi dengan baik. Pada Aksis V GAF HLPY 90, selama 1 tahun terakhir gejala minimal dan dapat berfungsi baik. GAF pada saat wawancara 41-50, gejala cukup berat, kesulitan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis.

VII.

EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik Berat dengan Gejala Psikotik. Diagnosis Banding : F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Aksis II

Ciri Kepribadian Narsisistik tidak ada diagnosis. - Masalah Primary Support Group (Masalah hubungan dengan kedua orang tua, mertua dan saudara iparnya, interaksi dengan emosi

Aksis III : Aksis IV :

ekspresi yangb tinggi). - Masalah Ekonomi dan Pekerjaan; pasien dan suami tidak mempunyai penghasilan tetap. - Masalah Pernikahan ; ayah pasien yang menginginkan pasien bercerai. - Masalah Pengetahuan pasien dan keluarga mengenai gangguan jiwa yang kurang baik. Aksis V : - GAF HLPY 90 gejala minimal dan dapat berfungsi baik - GAF Current 41-50, gejala cukup berat, sosial, pekerjaan dan psikologis. kesulitan dalam fungsi

21

VIII.

DAFTAR MASALAH

A.

Organobiologik : Terdapat dugaan peranan faktor genetik, yaitu anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit gangguan jiwa, yaitu nenek dari pihak ayah dan adik kandung pasien.

B. Psikologik Adanya mood yang iritabel disertai aktivitas psikomotorik yang meningkat. Halusinasi auditorik yang bersifat commanding dan halusinasi visual. Waham rujukan (delusion of refference) yang sesuai dengan mood.

C. Lingkungan dan Sosioekonomi Masalah keluarga, kurangnya pengetahuan keluarga suami tentang gangguan yang dialami pasien dan suaminya, dan hubungan dengan orang tua, mertua serta saudara ipar. Masalah ekonomi keluarga, pasien dan suami tidak mempunyai penghasilan tetap. Masalah pernikahan ; ayah pasien menginginkan pasien berpisah dari suami.. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai gangguan jiwa ; mengatur sendiri dosis obatnya. IX. PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam : bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

Hal hal yang memperingan prognosis : Riwayat respons terapi episode sebelumnya yang cukup baik. Keluarga mendukung pengobatan pasien. Fungsi kognitif yang cukup baik. Riwayat episodik sebelumnya dapat kembali ke fungsi premorbid. Jarak waktu kekambuhan yang cukup lama. Gangguan afektif.
22

Hal- hal yang memperberat prognosis: Adanya riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, dan suami menderita gangguan jiwa. Adanya gejala psikotik ; halusinasi auditorik dan visual. Waham rujukan (delusion of refference). Pengetahuan keluarga mengenai penyakit gangguan jiwa kurang baik. Pasien dan suami tidak mempunyai penghasilan tetap, dan masih bergantung dengan orangtua dan saudara ipar. Pasien suka mengatur sendiri dosis obatnya. Masalah pernikahan ; ayah pasien menginginkan pasien berpisah dari suami.

X.

RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Psikofarmaka Saat ini pasien mendapat obat-obat : Asam valproat 2x250 mg, Risperidon 2x2 mg, dan lorazepam 1x2 mg, bila perlu. Bila dalam 3 hari belum menunjukkan perbaikkan direncanakan peningkatan dosis asam valproat, dan bila 3 hari setelah peningkatan belum menunjukkan respons yang diharapkan, maka direncanakan pemberian antipsikotik atipikal quetiapine dengan dosis bertahap. Pemberian obat ini direncanakan secara titrasi cepat menggantikan risperidon dan carbamazepine, dengan dosis quetiapine 2x50 mg, hari ketiga dinaikkan menjadi 2x100 mg, peningkatan dosis selanjutnya disesuaikan dengan respons pengobatan.

B. Psikoterapi Kepada pasien : 1. Terapi individual : Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya serta hal-hal yang dapat mencegah dan mencetuskan penyakit pasien sehingga dapat memperpanjang remisi dan mencegah kekambuhan.
23

Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya minum obat secara teratur, adanya efek samping yang bisa timbul dari pengobatan ini, dan pengaturan dosis harus berdasarkan rekomendasi dokter.

Memberikan psikoterapi yang bersifat supportif pada pasien mengenai kondisi penyakitnya, menggali dan memotivasi potensi dan kemampuan yang ada pada diri pasien, dan kemampuan mengatasi masalah.

2. Terapi kelompok Apabila kondisi pasien sudah lebih baik diberikan terapi aktivitas kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam pengendalian impuls saat memberikan respons terhadap stimulus dari luar, belajar mengungkapkan komunikasi verbal dan mengekspresikan emosi secara sehat, membantu pasien untuk meningkatkan orientasinya terhadap realitas dan memotivasi pasien agar dapat bersosialisasi dengan sehat.

Terhadap Keluarga : Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif tentang keadaan penyakit pasien dan suami pasien, sehingga bisa menerima dan memahami keadaan pasien dan suami pasien, serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan. Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai terapi yang diberikan pada pasien pentingnya pasien dan suaminya kontrol dan minum obat secara teratur. Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya ekspresi emosi yang rendah dalam keluarga.

XI. DISKUSI Pada awalnya diagnosis pada pasien ini dipikirkan F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik, karena berdasarkan data yang didapatkan saat itu gejala-gejala skizofrenia dan manik sama menonjol. Gejala afektif yang yang ada pasien ini saat itu adalah mood yang iritabel dan kegelisahan yang disertai perilaku agresivitas, berkurangnya kebutuhan tidur disertai peningkatan enersi, konsentrasi terganggu, dan hilangnya hambatan sosial yang normal ;
24

pasien berbelanja barang-barang yang tidak diperlukan dan perilaku seduktif terhadap pasien laki-laki lain. Sedangkan gejala skizofrenia adalah adanya halusinasi auditorik dan visual, waham rujukan (delusion of refference). Tetapi setelah anamnesis dan pemeriksaan yang lebih seksama terlihat bahwa gejala mood adalah komponen utama, sedang gejala skizofrenia ini muncul dalam perjalanan perubahan gangguan mood dan bersifat tidak menetap/hilang timbul. Ditambah lagi data tentang riwayat penyakit sebelumnya, yang bersifat episodik dan dapat kembali ke fungsi premorbid semula. Sehingga akhirnya ditegakkan diagnosis pada Aksis I adalah Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan Gejala Psikotik. Penatalaksanaan pada pasien ini harus komprehensif, harus mempertimbangkan berbagai aspek. Karena latar belakang kambuhnya pasien lebih banyak dicetuskan oleh faktor-faktor psikososial. Farmakoterapi pada pasien ini pada awalnya diberikan Risperidon 2x2mg, Carbamazepin 2x200mg, lorazepam 1x2mg kemudian karena pasien terus mengeluh tidak bisa tidur sampai hari keempat akhirnya obat dikembalikan ke regimen lama yaitu stelazine 3x5mg menggantikan risperidon, tetapi sampai hari kesebelas pasien masih mengeluh susah tidur sehingga lorazepam digantikan chlorpromazin 1x100mg, kemudian pada hari ke 14 obat dikembalikan ke regimen awal risperidon, carbamazepin, dan lorazepam. Kemudian pada hari ke 21 carbamazepin digantikan asam valproat 2x250mg. Dengan mempertimbangkan kondisi pasien saat ini pemberian obat-obat yang terakhir akan ditinjau ulang dalam beberapa hari dengan menaikkan dosis asam valproat menjadi 3x250mg, bila respon tetap tidak seperti yang diharapkan direncanakan alternatif lain. Alternatif pertama pemberian lithium, dengan mempertimbangkan perlunya pemeriksaan kadar lithium secara rutin, ketersediaan obat, dan kemampuan ekonomi pasien, maka pemberian lithium bukan pilihan utama pada pasien ini. Alternatif berikutnya adalah pemberian antipsikotik atipikal quetiapin diindikasikan pada mania akut dan pengobatan jangka panjang pada bipolar manik serta pencegahan relaps pada gangguan bipolar. Quetiapin bekerja sebagai antagonis serotonin dan dopamine, yang bekerja pada reseptor 5HT2 dan 5HT6, D1 dan D2, H1 dan 1 dan 2. . Pemberian quetiapin ini akan menyederhanakan regimen pengobatan yang diterima pasien. Apabila ternyata dengan pemberian quetiapin masih belum menunjukkan respon yang diinginkan, maka pilihan terakhir adalah ECT. Beberapa kepustakaan menyatakan ECT dapat dilakukan pada mania intractable, dan menunjukkan respon baik. Penatalaksanaan lain adalah yang tak kalah pentingnya adalah psikoterapi dan psikoedukasi baik terhadap pasien maupun terhadap keluarga. Psikoterapi dan psikoedukasi
25

ini diberikan setelah kondisi pasien memungkinkan yaitu setelah psikopatologi yang ada minimal. Psikoterapi suportif dan psikoedukasi mengenai keadaan penyakitnya, bagaimana mengatasi gejala yang ada, faktor-faktor yang dapat membantu penyembuhan dan mencetuskan kekambuhan, serta memotivasi dan mengedukasi pasien untuk mampu berinteraksi dengan orang lain serta bagaimana mengendalikan agresivitasnya. Keinginan pasien untuk tinggal sendiri mungkin didiskusikan pada pasien dengan mengemukakan cost and benefit yang timbul bila ia pindah dari rumah mertuanya. Kepada kedua pihak keluarga juga didiskusikan bagaimana menurunkan ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga. Kepada keluarga juga dilakukan psikoedukasi mengenai penyakit pasien, bagaimana mengatasi bila gejala mulai timbul, bagaimana mencegah kekambuhan dan membantu penyembuhan pasien, dan bagaimana peranan keluarga dalam hal ini, termasuk membuat ekspresi emosi dalam keluarga berlangsung sehat, baik dari pihak pasien ataupun suaminya. Perlu juga dibicarakan mengenai keinginan ayah pasien agar anaknya bercerai, apakah memang akan membawa kebaikkan pada pasien? Atau justru akan memberikan dampak negatif terhadap pasien, bila melihat sejak ia menikah hingga sekarang jarak kekambuhan pasien yang lama, serta melihat hubungan suami-istri yang masih saling menyayangi. Sehingga bila perceraian benar-benar terjadi ditakutkan justru menjadi stressor besar bagi pasien dan suaminya, yang berdampak pada penyakit pasien dan suami. Hal lain yang perlu juga dipikirkan adalah memanfaatkan potensi yang ada pada pasien ini, pasien ini sebenarnya mempunyai kemampuan merajut dan menjahit. Pada kunjungan rumah didapati memang keluarga mertuanya mempunyai usaha penyewaan peralatan hajatan, dan ibu mertua pasien adalah seorang penjahit dan mempunyai mesin jahit. Ini mungkin dapat menolong pasien untuk lebih mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya. Sehingga hal ini diharapkan membuat pasien lebih produktif, sekaligus mencari peluang untuk mengurangi beban ekonomi yang selama ini ditanggung mertua dan saudara-saudara iparnya. Kombinasi dari semua terapi dan intervensi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan seluruh keluarga, sehingga diharapkan mampu memperpanjang remisi dan mencegah kekambuhan penyakit yang berulang.

26

XII. DAFTAR PUSTAKA

1. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Jakarta, 1993.

2. Saddock B.J, Saddock V. A. ed. : Biological Therapies in Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelpia, 2005

3. Saddock B.J, Saddock V. A. ed. : Biological Therapies in Synopsis Textbook of Psychiatry. 9th edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelpia, 2003.

27

FOLLOW UP Tanggal Keluhan 2 Juni 2007 Masih kesal dengan adik ipar, sok mengatur. Meningkat Bicara banyak Iritabel/ luas Serasi Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (+) Flight of Idea Ide rujukan dan ide kebesaran, banyak ide Risperidon 2x2 mg. As.Valproat2x250 mg, Lorazepam 1x2 mg, bila perlu. 4 Juni 2007 bangun jam 3, ngobrol dengan pasien lain. Ingin pulang. Meningkat Bicara banyak Iritabel / luas 6 Juni 2007 Bangun subuh.Kesal dengan ayah. Meningkat Bicara banyak Iritabel Serasi Tidak ada Flight of Idea Ide rujukan (-) dan ide kebesaran, banyak ide Risperidon 2x2 mg. As.Valproat 3x250 mg, Lorazepam 1x2 mg, bila perlu. / luas 7 Juni 2007 Tidur jam 8, bangun jam 3, sholat dan mengaji, ngobrol dengan pasien lain. Meningkat Bicara banyak Iritabel Serasi Tidak ada Flight of Idea Ide rujukan (-) dan ide kebesaran , banyak ide Risperidon 2x2 mg. As.Valproat 3x250 mg, Lorazepam 1x2 mg, bila perlu. / luas

Psikomotorik Pembicaraan Mood/Afek Keserasian Gangguan persepsi Proses pikir Isi pikir Terapi

Serasi Tidak ada Flight of Idea Ide-ide rujukan & ide kebesaran, banyak ide Risperidon 2x2 mg. As.Valproat 3x250 mg, Lorazepam 1x2 mg, bila perlu.

Pem. fisik

EPS (-), BB 78 kg

28

SKEMA PERJALANAN PENYAKIT 12 tahun 16 tahun 22 tahun 25 tahun 27 tahun 33 tahun

1986 - Pertama sakit kls 1 SMP. - Gejala : minder, menjadi pendiam, banyak melamun, tidak mau bicara, banyak mengurung diri, tidak mau makan & mengurus dirinya. sedih, tidak semangat, - Pengobatan alternatif baik, sekolah (+), lulus SMP.

1990 -Beberapa kali kambuh (19861990) rawat jalan di RSCM tapi tak teratur. - 1990 kambuh saat kls 1 SPK gejala sama 1986, 2 bulan rawat jalan di RSI, obat haloperidol dan amitriptilin. -Membaik, kontrol tidak teratur

1996 - Kambuh, krn berhenti kerja rawat di RSGS 1 bulan gejala ; tidak tidur, semangat, aktif , banyak bicara, belanja2, mudah tersinggung & marah, obat haloperidol 3x5 mg, chlorpromazine 1x100 mg, dan triheksifenidil 2x2 mg - Pulang baik, kontrol tidak teratur.

1999 - Beberapa kali kambuh rawat jalan di RSGS. - 1999, dirawat di RSGS 2 mgg RSCM 2-3 bulan, gejala sama dengan 1996, obat haloperidol 3x5 mg, triheksifenidil 3x2 mg, chlorpromazine 2x100 mg dan carbamazepine 2x200 mg.. - Pulang baik, kontrol tidak teratur, atur obat sendiri - 2000 menikah

2001 - Beberapa kali kambuh rawat jalan di RSCM - 2001 kambuh 1 mgg postpartum, gejala sama dengan 1996,+ sedih, ingin bunuh anak, dirawat di RSGS 2 mgg RSCM 1 bulan, obat sama. - Pulang baik, kontrol tidak teratur, atur obat sendiri.

2007 - 1 bln sebelumnya ribut dengan adik ipar, kambuh, gejala : aktivitas psikomotorik , tidur (-), banyak bicara, mood iritabel, waham rujukan & ide kebesaran, flight of idea, halusinasi auditorik & visual. - RSCM, obat Risperidon 2x2 mg. Carbamazepine 2x200mg, Lorazepam 1x2 mg, bila perlu.

29

Anda mungkin juga menyukai