Anda di halaman 1dari 4

TURUNAN BENZENA DETERGEN

(Benzena dari Reaksi Sulfonasi)

NAMA KELOMPOK 9 : 1. Fitrotul afidah 2. Mahardhika Y.R. 3. Nafilah Faradiba 4. Tisna Dyah Fita (14) (22) (24) (35)

KELAS XII IPA 3

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 LAMONGAN Jl. Veteran no.1, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur Telepon (0322)321187, Fax (0322)311087 TAHUN AJARAN 2012/2013

HARIAN ANALISA Lingkungan - Minggu, 30 Okt 2011 00:05 WIB

Efek Buruk Detergen pada Biota Air Perhatikan sejenak, berbagai jenis tayangan iklan deterjen di televisi. Kebanyakan dari iklan tersebut menggambarkan hembusan angin sepoi di antara pepohonan seraya manusia menghirup aroma hasil penggunaan detergen. Memang terlihat indah dan menarik. Sesungguhnya, limbah yang dihasilkan deterjen sangat merusak lingkungan. Karena deterjen merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya. Berdasarkan penelitian lebih lanjut, diketahui ABS ternyata mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sehingga sisa limbah deterjen yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan hidup. Limbah deterjen yang dihasilkan rumah tangga akan bermuara pada sebuah tempat, seperti selokan ataupun kolam. Biasanya, eceng gondok akan tumbuh dengan populasi yang cukup besar pada ujung selokan. Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjen 15 bagian per juta. Deterjen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan konsentrasi 2 ppm saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya. Contoh nyata efek buruk dari limbah deterjen adalah Danau Toba. Seperti sama kita ketahui, eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali pada semua bibir pantai Danau Toba. Hal tersebut terjadi, selain dari residu pelet yang ditabur pada kerambah yang berserak di Danau Toba, ditengarai juga berasal dari sisa deterjen yang dipakai masyarakat Danau Toba yang masih mencuci di perairan ditambah limbah dari restoran, rumah makan dan hotel-hotel yang berada di sekitar Danau Toba yang membuang limbahnya secara langsung ke dalam danau. Selain merusak keindahan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata andalan Sumatera Utara, pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali itu akan menutupi perairan, sehingga bagian dasar air tidak terkena sinar matahari. Menyebabkan kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi dan unsu hara meningkat sangat cepat. Jika hal tersebut tetap dibiarkan, ikan-ikan akan mati karena kekurangan bahan makanan. Bahkan bisa mengakibatkan cacat akibat mutasi gen. Penggunaan deterjen memang seperti buah simalakama, di satu sisi penggunaannya sangat

dibutuhkan dan di sisi lain limbahnya ternyata berefek buruk. Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS dalam pembuatan detergen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50 persen dari keseluruhan yang dapat diurai. Sebagai insan yang perduli dengan keselamatan lingkungan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk sedikit menekan efek buruk yang ditimbulkan penggunaan deterjen. Sebelum memilih jenis deterjen, perhatikan jenis surfaktan yang terkandung dalam deterjen. Pilihlah yang mengandung LAS atau LABS ( Linear Alkyl Benzene Sulfonate) bukan ABS yang sulit terurai. Pilih deterjen yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat rendah. Limbah cucian dengan kadar fosfat rendah sebaiknya digunakan untuk menyiram tanaman karena fosfat sangat baik untuk tanah dan tanaman, tapi tidak baik untuk badan air. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa, sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak. Terakhir, gunakan produk lokal. Selain membudayakan cinta produk dalam negeri dan membantu perekonomian, penggunaan produk lokal akan meminimalisir jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi.

Analisa: Penyebab :
Deterjen merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya.

Akibat yang ditimbulkan :


sulit diuraikan oleh mikroorganisme efek beracun dalam air karena detergen akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Surfaktan yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan

eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali Solusi yang dapat dilakukan :
Sebelum memilih jenis deterjen, perhatikan jenis surfaktan yang terkandung dalam deterjen. Pilihlah yang mengandung LAS atau LABS ( Linear Alkyl Benzene Sulfonate) bukan ABS yang sulit terurai. Pilih deterjen yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat rendah. Limbah cucian dengan kadar fosfat rendah sebaiknya digunakan untuk menyiram tanaman karena fosfat sangat baik untuk tanah dan tanaman, tapi tidak baik untuk badan air. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa, sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak. Terakhir, gunakan produk lokal. Selain membudayakan cinta produk dalam negeri dan membantu perekonomian, penggunaan produk lokal akan meminimalisir jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi.

Anda mungkin juga menyukai