Sumber Daya Alam yang Ada di Maluku 1. Sumber daya alam kehutanan
Propinsi Maluku juga memiliki potensi yang cukup baik di sektor kehutanan, antara lain terdapat di kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Tengah, dan Maluku Utara dengan komoditas andalan seperti: kayu meranti, kayu besi, rotan, rempah-rempah, kayu hitam, kayu jati, cendana, damar, dan kayu putih. Daerah Maluku sejak jaman penjajahan Belanda sangat terkenal sebagai penghasil remapah-rempah dan minyak kayu putih. Luas areal tanah di Propinsi Maluku, yang meliputi Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku Tengah, Maluku Utara dan Halmahera Tengah, adalah 8.572.800 ha. Areal itu terdiri dari hutan lindung seluas 1.809.634 ha; hutan PPA 447.344 ha; hutan produksi terbatas 1.653.625 ha; hutan produksi tetap 1.053.171 ha; hutan komersial 2.304.923 ha; dan yang lainnya 1.304.095 ha. Di seluruh daerah Maluku, sekurang-kurangnya terdapat 34 HPH, seperti Inhutani I, Mangole I hingga V, Prima Maluku Timber, Jayanti, PT. Taiwi I dan II, Jati Maluku Timber, Jati Subur Jaya, dan sebagainya. Produksi kayu olahan di seluruh Maluku pada 1997 adalah lebih dari 26 ribu m3, pada 1998 meningkat menjadi lebih dari 29 ribu m3. Produksi kayu bulat pada 1997 mencapai lebih dari 914 ribu m3, tahun berikutnya (1998) turun menjadi hanya 400 ribu m3. Sementara produksi hasil hutan non kayu pada 1998, adalah sebagai berikut: rotan 55,085 ton; damar 461,732; minyak kayu putih 90,660 ton; kayu gaharu 418,10 ton; dan arang serbuk lebih dari 108 ribu ton. 2. Sumber Daya Alam Pertambangan dan Industri Maluku memiliki berbagai potensi galian dan mineral yang belum dikembangkan secara optimal. Emas banyak terdapat di Pulau Wetar dan Lirang, sementara kaolin, pasir kuarsa, belerang, kapur, batu apung, asbes, mangan, tembaga, krom, dan bahan mineral lainnya tersebar di 40 daerah lokasi pertambangan di Maluku. Selain itu, telah ditemukan lokasi tambang minyak dan gas bumi di sekitar pulau Seram, Buru, Kepulauan Aru, dan Tanimbar. Pertambangan dan bahan galian yang ada di Maluku meliputi antara lain nikel, minyak dan gas, batu apung, mangan, emas, perak, barite dan merkuri. Perusahaan pertambangan di Maluku pada 1998 berjumlah 24 unit. Jumlah ini mengalami penurunan sekitar 33,33 % dibandingkan tahun 1997. begitu pula, hasil tambang tahun 1998 yang besarnya mencapai 2.702.524,53 ton mengalami penurunan drastis. Hal itu disebabkan karena beberapa jenis hasil tambang dan galian seperti emas, perak, barite dan batu apung tidak berproduksi. Produksi hasil pertambangan 1997 adalah sebagai berikut: nikel 2.607.458 ton, emas 641.04 kg, perak 6.300 kg, belerang 66.000 kg, batu apung 1.628 ton. Sementara produksi hasil tambang dan bahan galian pada 1998 meliputi antara lain nikel sebanyak143.487,90 ton, batu kali 303.275 ton, batu karang 56.870 ton, batu pecah 439.407 ton, kerikil 107.028 ton. Jumlah total bahan galian yang dihasilkan daerah Maluku pada 1998 mencapai 2.702.524,53 ton.
Emas : Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku & Pulau Romang Mercuri : Pulau Damar Perak : Pulau Romang Logam Dasar : Pulau Haruku dan Nusalaut Kuarsa : Pulau Buru Minyak Bumi : Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan cadangan minyak di Maluku Barat Daya. Mangan : Laut Banda
Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta Maluku secara khususnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Indonesia tercatat berada di blok Pulau Masela di MTB (Maluku Tenggara Barat).