Kelompok 5
Yazid Eriansyah Pradanta Amaliah Fauziah Talitha Maghfira Ramadhinta Gt. Gina Permata Sari Habibie Aldiaman Balqis Afifah Virgi Agustia Putri Anindya Putri Permatasari Ariska Endariantari Wenda Fitriati Noor
Problem Tree
Edentolous gigi 36, karies dentin mesial dan oklusal 37 serta karies dentin kelas II pada permukaan distal gigi 35
definisi
Epidemiol ogi
Klasifikasi
Sasaran Belajar
1. Menjelaskan definisi gigi tiruan jembatan. 2. Menjelaskan epidemiologi pemakaian gigi tiruan jembatan. 3. Menjelaskan akibat kehilangan gigi yang tidak diganti. 4. Menjelaskan hubungan usia dengan pemakaian gigi tiruan jembatan. 5. Menjelaskan klasifikasi gigi tiruan jembatan. 6. Menjelaskan tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan. 7. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan pembuatan gigi tiruan jembatan. 8. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi pembuatan gigi tiruan jembatan.
9. Menjelaskan komponen gigi tiruan jembatan. 10.Menjelaskan hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan. 11.Menjelaskan tahapan pembuatan gigi tiruan jembatan. 12.Menjelaskan rencana perawatan kasus. 13.Menjelaskan instruksi post perawatan. 14.Menjelaskan prognosis dari perawatan.
Definisi GTJ
Gigi tiruan jembatan adalah piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. (Shilingburg,1997)
Klasifikasi GTJ
1. Fixed-fixed bridge Rigid. Lebih tahan menahan beban kunyah di bandingkan dengan jenis yang lain 2. Fixed-movable bridge Hanya salah satu ujungnya saja yang rigid. 3. Plain cantilever Terdapat 1 pontik dan 1 retainer. Cocok untuk menggantikan gigi insisiv lateral dan caninus. Design simpel. Indikasi estetik 4. Spring cantilever Pontiknya terpisah dari retainer. Indikasi untuk mengganti 1 gigi anterior 5. Compund bridge Gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan. (S.H Soratur,2009 ; Barclay,2001)
Tujuan GTJ
1. Mengembalikan fungsi-fungsi yang hilang karena kehilangan gigi, yaitu : Fungsi pengunyahan Fungsi fonetik Fungsi estetik 2. Mempertahankan kondisi rongga mulut agar tidak mengalami kerusakan yang lebih lanjut. (Thambas. A,2012 ; Smith,2007)
Keuntungan GTJ
Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien. Mempunyai efek splint sehingga melindungi gigi terhadap stress. (Smith,2007)
Kerugian GTJ
Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh untuk dijadikan gigi penyangga Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah dengan menggunakan dental floss) Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik Dapat menyebabkan kerusakan gigi dan pulpa Dapat menyebabkan karies sekunder. (Smith,2007)
Indikasi GTJ
Kehilangan satu atau lebih gigi Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus Gigi di sebelah daerah edentulus miring Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa. (Jubhari,2007)
Kontraindikasi GTJ
Pasien yang tidak kooperatif Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang Kelainan jaringan periodonsium Prognosis yang jelek dari gigi penyangga Diastema yang panjang Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama (Jubhari ,2007)
Komponen GTJ
1. Retainer Macam-macamnya: extra coronal retainer (full veneer crown retainer & partial veneer cown retainer), intra coronal retainer, dan dowel retainer. 2. Konektor Macam-macamnya: rigid connector dan non rigid connector.
3. Pontik Bahan: porselen, logam, akrilik kombinasi porselen dan logam, kombinasi logam dan akrilik. Tipe dan bentuk: ridge lap, sanitary, conical dan spheroidal. 4. Penyangga (abutment) Macam-macamnya: single abutment, double abutment, multiple abutment, terminal abutment, intermediate abutment, splinted abutment, dan double splinted. (S.H Sorator,2009)
Luas ligamen periodontal Gigi yg lebih besar mempunyai luas ligamen periodontal yang lebih besar, sehingga menahan tekanan yg lebih besar.
Tahapan Pembuatan
1. Preparasi 2. Percetakan 3. Pembuatan die/model gigi 4. Pembuatan wax/model malam 5. Pembuatan pontik 6. Penyemenan jembatan (Prajitno,1994)
TAHAP 2 Preparasi gigi premolar kedua : - Anastesi lokal agar tidak ngilu pada saat preparasi - Mengurangi permukaan oklusal - Mengurangi permukaan bukal dan lingual - Mengurangi permukaan proximal.
TAHAP 3 Preparasi gigi molar kedua : - Anastesi lokal agar tidak ngilu pada saat preparasi - Mengurangi permukaan oklusal - Mengurangi permukaan bukal dan lingual - Mengurangi permukaan proximal.
TAHAP 4 Pengecekan hasil preparasi, paralisme dinding aksial : - Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat TAHAP 5 Retraksi gingiva TAHAP 6 Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan model kerja
TAHAP 7 Pemilihan warna gigi, sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna (shade guide) TAHAP 8 Temporary bridge (mahkota sementara). Setelah preparasi selesai, maka pasien dipasangkan mahkota sementara TAHAP 9 Proses Laboratorium
TAHAP 10 Pemasangan atau insersi dan penyemenan - Try ini bridge yg harus diperhatikan adalah keadaan estetis, kontak proksimal antara tepi retainer dgn gigi sebelahnya, dan tidak boleh menekan gingiva. Periksa kontak oklusal dan marginal - Penyemenan bridge - Instruksi untuk memelihara GTJ yang telah dipasangkan
TAHAP 11 Kontrol
(Gustianda, 2012)
Intruksi
Kontrol 2 minggu setelah pemasangan / insersi . Untuuk mencek oklusi, stabilitas dan retensinya Menjaga OH Kumur-kumur setelah makan
(Trisanty, 2000)
Prognosis Perawatan
Baik jika gigi pendukung kuat dan jaringan perio sehat serta kemampuan pasien untuk menjaga OH baik tergantung dari komunikatif dan kooperatif pasien. (Trisanty,2000)
Daftar Pustaka
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22 Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2007;6(1):27-9. Prajitno HR. Ilmu Geligi Tiruan jembatan: Pengetahuan Dasar dan Rancangan Pembuatan. EGC. Indonesia. Jakarta. 1994. S. H. Soratur. Essentials of prosthodontics. 2009. Jaypee Publishing. India, hal 183-185 Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co, Inc; 1997.p.1 Smith BGN, Howe LC. Planning and Making Crown and Bridges. 4th Ed. Informa Healthcare. New York. 2007. Thambas A AK, Ratna SD. Pengembangan dan Modifikasi Estetik dalam Pembuatan Crown dan Bridge. Widya. Tahun 29 Nomor 321 Juli-Agustus 2012. Trisanty A. Peranan Preparasi Gigi Penyangga dalam Kaitannya dengan Retensi Gigi Tiruan Jembatan. USU Repository. 2000.