Gambar 3.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban
I
1
I
0
I
c
I
m
Rc X
m
V
1
V2
Gambar 3.2 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
V1
E1
I0
Gambar 3.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban
90
o
0
t
V
1
I,
o
2
o
Gambar 3.4 Gambar Gelombang Io Tertinggal 90
o
Dari V
1
=
max
sin t (weber) .................................. ( 2.2 )
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi
1
(Hukum Faraday):
e
1
= -N
1
...................................... ( 2.3 )
e
1
=-N
1
.............................. ( 2.4 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
e
1
=- N
1
cos t (Volt) ........................ ( 2.5 )
e
1
= N
1
max
sin (t 90) (tertinggal 90
o
dari ) ...... ( 2.6 )
Dimana : e
1
= gaya gerak listrik (Volt)
N
1
= jumlah belitan di sisi primer (turn)
= kecepatan sudut putar (rad/sec)
= fluks magnetik (weber)
90
o
0
e
i
2
e
1 2
,
Gambar 3.5 Gambar Gelombang e
1
Tertinggal 90
o
Dari
Harga efektif :
E
1
= .............................................. ( 2.7 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
E
1
= ........................................... ( 2.8 )
E
1
= ......................................... ( 2.9 )
E
1
= .......................................... ( 2.10 )
E
1
= 4,44 N
1
f (Volt) ............................. ( 2.11 )
Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama tadi juga menimbulkan :
e
2
=- N
2
....................................... ( 2.12 )
e
2
=N
2
max
cos t (Volt)
Harga efektifnya :
E
2
=4,44 N
2
f
max
(Volt) ............................ ( 2.13 )
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan, maka akan terdapat hubungan :
= = =a .................................. ( 2.14)
Dimana : E
1
= ggl induksi di sisi primer (Volt)
E
2
= ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
V
1
= tegangan terminal sisi primer (Volt)
V
2
= tegangan terminal sisi sekunder (Volt)
N
1
= jumlah belitan sisi primer (turn)
N
2
= jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a = faktor transformasi
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.2.2 Keadaan Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z
L
, I
2
mengalir pada
kumparan sekunder, dimana I
2
= .
AC
I
1
N
1 Z
L
I
2
N
2 V
1
V
2
2
2
m
Gambar 3.6 Transformator Dalam Keadaan Berbeban
R
1
X
1
V
1
R
C
X
M
I
1
I
0
I
C
I
M
Z
L
I'
2
R
2
X
2
V
2
I
2
Gambar 3.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Berbeban
Arus beban I
2
ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N
2
I
2
yang
cenderung menentang fluks () bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir
arus I
2
', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I
2
, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
I
1
=I
0
+I
2
(Ampere)................................ ( 2.15 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Bila komponen arus rugi inti (I
c
) diabaikan, maka I
0
=I
m
, sehingga :
I
1
=I
m
+I
2
Gambar 3.12 Transformator Hubungan Y
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan
tegangan phasa primer V
LP
= dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama
dengan tegangan phasa V
LS
=V
S
. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada
hubungan ini adalah sebagai berikut :
= = a................................ ( 2.28 )
Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak
seimbang dan harmonisa.
3. Hubungan Y Transformator Tiga Phasa
Hubungan Y pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar 3.13
berikut ini :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
V
LS
. .
. .
. .
+ +
-
a a'
b
b'
c
c'
N
p1 N
s1
N
s2
N
s3
N
p
2
N
p3
V
LP V
p
V
s
-
Gambar 3.13 Transformator Hubungan Y
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan
phasa primer V
LP
= V
P
dan tegangan sisi sekunder V
LS
= . Maka
perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah :
= = ................................. ( 2.29 )
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang sama
seperti pada hubungan Y.
4. Hubungan Transformator Tiga Phasa
Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut ini :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
V
LS
. .
. .
. .
+ +
-
a a'
b
b'
c c'
N
p1 N
s1
N
s2
N
s3
N
p2
N
p3
V
LP
V
p
V
s
-
Gambar 3.14 Transformator Hubungan
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk
primer dan sekunder transformator V
LP
= V
P
dan V
LS
= V
S
. Maka hubungan
tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
= =a .................................... ( 2.30 )
Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak
seimbang dan harmonisa.
5. Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)
Hubungan zig-zag adalah hubungan bintang dari kumparan-kumparan phasa
suatu transformator phasa banyak, dimana tiap kumparan phasa dibentuk dari bagian-
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
bagian yang mempunyai tegangan imbas yang phasanya bergeser. Pada sistem ini
juga hanya menggunakan phasa R, S, dan T . Sistem hubungan zig-zag dapat dilihat
pada Gambar 3.15 berikut ini :
Z
R
R T S
Z
S
Z
T
I
S
I
R
I
T
Gambar 3.15 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)
III.5 SPESIFIKASI UMUM TEGANGAN PRIMER TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI
Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan
tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan ketenagalistrikan yaitu 6 KV
dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang
dibedakan oleh tegangan primernya, yaitu :
a. Transformator distibusi bertegangan primer 6 KV
b. Transformator distribusi betegangan primer 20 KV
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Catatan :
Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka transformator phasa tunggal
yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal misalnya untuk 20 kV
yaitu : =12 kV
III.6 SPESIFIKASI UMUM TEGANGAN SEKUNDER TRANSFOMATOR
DISTRIBUSI
Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal
sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V &
220 V untuk sistem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga
phasa), yaitu 133/231 V dan 231/400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan
demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan
sekundernya, yaitu :
a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V
b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V
c. Transformator distribusi bertegagan sekunder 133/231 V dan 231/400 V
yang dapat digunakan secara serentak (simultan).
Catatan :
Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder
231/400 V daya transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang
dengan tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75 % daya
pengenal.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400 V
yang digunakan terpisah.
III.7 SPESIFIKASI UMUM PENYADAPAN (TAPING)
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu :
a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 kV
b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 kV
c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 kV
Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada
keadaan tanpa beban pada sisi primer.
Catatan :
Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama (principle
tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan besaran-besaran
pengenal (arus, tegangan, daya).
III.8 SPESIFIKASI UMUM DAYA PENGENAL TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI
Nilai-nilai daya pengenal tranformator distribusi yang lebih banyak dipakai
dalam SPLN 8 : 1978 IEC 76 1 (1976) seperti pada Tabel 3.1, sedang yang
bertanda * adalah nilai-nilai standar transformator distribusi yang dipakai PLN.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi
KVA
5
6,3
8
10
12,5
16*
20
25*
31,5
40
50*
63
80
100*
125
160*
200*
250*
315*
400*
500*
630*
800*
1000*
1250*
1600*
Dst
III.9 SPESIFIKASI UMUM RUGI-RUGI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50 tahun
1997 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi
KVA
Rating
Rugi Besi
(Watt)
Rugi Tembaga
(Watt)
25
50
100
160
200
315
400
680
800
1000
1250
1600
115
190
320
400
550
770
930
1300
1950
2300
2700
3300
700
1100
1750
2000
2850
3900
4600
6500
10200
12100
15000
18100
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.10 REGULASI TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Regulasi tegangan transformator didefinisikan sebagai perubahan pada
tegangan terminal sekunder transformator yang dinyatakan dalam persentase (atau
dalam per unit) terhadap tegangan nominal sekunder pada saat berbeban dengan
faktor daya yang dapat berkurang hingga nol.
J ika V
2
adalah tegangan terminal sekunder untuk setiap beban dan E
2
adalah
tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban. Dan dengan beban tertentu dan
faktor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan sebagai
berikut :
V
R
= ...................... ( 2.31 )
Tegangan nominal sekunder transformator adalah sama dengan tegangan
tegangan terminal transformator pada saat berbeban yaitu V
2
. Jadi persamaan 3.33 di
atas dapat dituliskan sebagai berikut :
V
R
= dalam per unit .................... ( 2.32 )
V
R
= 100% ............................... ( 2.33 )
Dimana :
V
S(NL)
= Tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban (Volt)
V
S(FL)
= Tegangan terminal sekunder untuk setiap beban (Volt)
V
R
= Regulasi tegangan transformator ( % )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.11 EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Efisiensi dinyatakan sebagai :
= = .......................... ( 2.34 )
atau :
= 100% ............................................ ( 2.35 )
dimana : P
out
= Daya keluaran (Watt)
P
In
= Daya masukan (Watt)
rugi-rugi =Pcu +Pi
P
cu
=Rugi tembaga (Watt)
P
i
=Rugi inti (Watt)
1. Perubahaan efisiensi terhadap beban
Perubahaan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :
= ............................ ( 2.36 )
agar maksimum, maka
=0 .......................................................... ( 2.37 )
Jadi,
R
2ek
= .................................................................................. ( 2.38 )
P
i
=I
2
2
R
2ek
=P
cu
..................................................................... ( 2.39 )
Artinya, untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
rugi tembaga =rugi inti.
2 . Perubahan efisiensi terhadap faktor daya (Cos ) beban
Perubahan efisiensi terhadap faktor daya (Cos ) beban dapat dinyatakan
sebagai : =1 ........................... ( 2.40 )
=1 .......................... ( 2.41 )
Bila rugi / V
2
I
2
= X =konstan
maka,
=1 =1 ..................... ( 2.42 )
BAB IV
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 kV
IV.1 UMUM
Transformator distribusi merupakan suatu alat yang memegang peranan
penting dalam sistem distribusi daya listrik. Transformator distribusi mengubah
tegangan menengah 20kV menjadi tegangan rendah 400/230 V. Akan tetapi pada
saat pembebanan terjadi regulasi tegangan pada sistem distribusi yang cukup besar,
khususnya pada saat beban puncak.
Suatu sistem tenaga listrik memiliki kualitas baik apabila tegangan jatuh yang
terjadi pada sistem selama pembebanan tidak lebih dari 5%. Oleh sebab itu, selama
pembebanan dilakukan pemeliharaan secara berkala yaitu berupa pemeriksaan pada
jaringan atau sistem apakah tegangan masih belum melewati batas yang diijinkan.
Apabila sudah melewati batas yang diijinkan maka akan dilakukan perbaikan
tegangan dengan berbagai cara seperti menambah kapasitor daya, menggunakan load
tap changer pada trafo daya.
Pada tugas akhir ini, salah satu cara dari perbaikan tegangan yang dilakukan
adalah dengan memindahkan jarak transformator yang terlalu jauh dari garu induk.
Hal itu dilakukan, karena letak beban terlalu jauh dari gardu induk sehingga
penempatan transformator distribusi pun ikut jauh dari gardu induk. Sehingga dengan
pembebanan yang terlalu jauh dan pembebanan semakin besar maka tegangan jatuh
yang terjadi sepanjang saluran distribusi primer pun bertambah besar dan sudah
melewati batas yang diijinkan. Maka harus dilakukan peninjauan kembali letak
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
transformator agar tidak terjadi tegangan jatuh yang cukup besar pada sistem
distribusi primer.
Dengan perbaikan tegangan pada sisi primer pada transformator distribusi
maka akan mengoptimalkan kinerja transformator distribusi sehingga daya dan
tegangan yang sampai pada pelanggan lebih optimal.
IV.2 PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menganalisa kualitas kinerja
transformator distribusi dalam melayani beban adalah sebagai berikut :
IV.2.1 Perhitungan Besar Arus Pada Sisi Primer Transformator
Besar arus pada sisi primer transformator dapat dihitung dengan
rumus
I = ...................................................... (4.1)
Dimana :
I = Besar arus phasa (A)
S
in
= Besar KVA saluran (KVA)
V
LL
= Besar tegangan jala-jala (V)
IV.2.2 Perhitungan Resistansi Dan Induktansi Keseluruhan Dari
Saluran Primer Yang Menuju Transformator
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Resistansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada
sisi primer transformator :
R
total
=R
utama
L
utama
+R
sub utama
L
sub utama
+R
lateral
L
lateral
....... (4.2a)
Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai
pada sisi primer transformator adalah :
X
total
=X
utama
L
utama
+X
sub utama
L
sub utama
+X
lateral
L
lateral
............ (4.2b)
Dimana :
R = Besar tahanan saluran (Ohm/Kms)
X = Besar induktansi saluran (Ohm/Kms)
L = Besar panjang saluran (Kms)
IV.2.3 Perhitungan Jatuh Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer
Besarnya jatuh tegangan pada saluran dapat dihitung dengan :
V = L I (R cos + X sin ) ............. (4.3)
Dimana :
I = Besar arus phasa pada sisi primer transformator (A)
L = Panjang Saluran (Kms)
R = Besar resistansi saluran (Ohm/Kms)
X = Besar reaktansi induktif (Ohm/Kms)
= Sudut faktor daya
Maka untuk saluran distribusi primer besar jatuh tegangan pada
saluran distribusi primer adalah :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Vtotal = V utama + V sub utama + V lateral ...... (4.4)
IV.2.4 Perhitungan Losses Pada Jaringan Distribusi Primer
1. Persamaan Rugi-Rugi Daya Aktif pada saluran :
P =3 I
2
R ................................. (4.5)
Dimana :
I = Besar arus perphasa (Ampere)
R = Besar resistansi pada saluran (Ohm)
P = Besar rugi-rugi daya aktif (Watt)
Maka untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya aktif adalah :
Ptotal = P utama + P sub utama + P lateral ....... (4.6)
2. Persamaan Rugi-Rugi Daya Reaktif
Q =3 I
2
X
L
................................. (4.7)
Dimana :
I = Besar arus perphasa (Ampere)
X
L
= Besar reaktansi induktif pada saluran (Ohm)
Q = Besar rugi-rugi daya reaktif (VAR)
Maka untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya reaktif adalah :
Qtotal =Q utama +Q sub utama +Q lateral .............. (4.8)
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
IV.2.5 Perhitungan Persentase Drop Voltage Pada Saluran Distribusi
Primer
Besar persentase drop voltage pada saluran distribusi primer dapat
dihitung dengan :
% V = 100 % ........................ (4.9)
IV.2.6 Perhitungan Besar Daya Output Transformator
Besar daya output transformator dapat dihitung dengan :
P
out
=P
in
P
rugi
............................... (4.10)
IV.2.7 Perhitungan Besar Efisiensi Transformator
Besar efisiensi transformator dapat dihitung dengan :
= 100 % ............................... (4.11)
IV.3 METODE PENGAMBILAN DATA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Metode penmgambilan data dilakukan dengan mengambil data hasil ukur
tiap-tiap transformator distribusi pada Waktu Beban Puncak dengan menggunakan
rumus pendekatan statistik, yaitu :
n = .......................................... (4.12)
Dimana :
n = Sampel
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
N = Jumlah Populasi (Jumlah Trafo Distribusi pada Gardu Induk Paya Geli)
d = Derajat Kebebasan
dimana : d =0,1
Maka, jumlah data transformator distribusi yang diambil untuk :
N =115 Trafo distribusi
d =0,1
adalah n = 54 Trafo Distribusi
IV.4 DATA HASIL UKUR KVA DAN DIMENSI SALURAN DISTRIBUSI
PRIMER YANG DISALURKAN DARI GARDU INDUK PAYA GELI
MENUJU PT. PLN (RAYON MEDAN KOTA)
Untuk mengetahui besar tegangan jatuh sepanjang saluran distribusi primer,
maka diperlukan data-data mengenai saluran distribusi primer dan transformator
yang terpasang dan daya nya disalurkan dari gardu induk paya geli.
Tabel 4.1 Konstanta Jaringan / SPLN 64 Tahun 1985
Yang Digunakan Pada Penyulang Paya Geli
Luas Penampang (mm
2
) Impedansi (Ohm/Kms) KHA (A)
XLPE 240 0,098 +j0,133 553
AAAC 240 0,1344 +j0,3158 585
AAAC 150 0,2162 +j0,3305 425
AAAC 70 0,4608 +j0,3572 155
AAAC 50 0,6452 +j0,3678 210
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan J atuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Tabel 4.2 Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli (Rayon Medan Kota)
No Nama
Penyulang
Kode Daerah Pelayanan Panjang Total
Jaringan SUTM
(Kms)
1 Tripang PG.2 J l.Asr.Pondok Kelapa, P.B.Asri,
J l.Binjai, J l.Kpt.Muslim, J l.Aml Luhur
57,76
2 Gurita PG.3 J l.Binjai,Tapian Daya, Kantor Bulog,
T.Elok, Sei Kambing,Un.P.Budi
59,47
3 Kepiting PG.5 PDAM Sgl,Prm Kodam II, Jl.Kasuari,
J l.Garuda, J l.Beo, Ktr.PTP III
9,9
Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota)
Pada Penyulang Paya Geli
No. No.Gardu Alamat Lokasi KVA
Trafo
Panjang Saluran
(Kms)
KVA Trafo (S
in
) pada saat beban
puncak
Cos
1 SL 42 JL. KELAMBIR V 250 9,17 205 0,91
2 SL 178 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK G 400 11,71 380 0,92
3 SL 166 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK C/D 315 17,55 300 0,92
4 SL 107 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK E 400 18,36 380 0,92
5 SL 168 JL. BAKTI LUHUR 160 19,56 140 0,93
6 SL 93 JL. ASRAMA DPN STATISTIK 160 21,25 130 0,92
7 SL 128 JL. ASRAMA CNI 630 23,42 520 0,91
8 SL 22 JL. ASRAMA 160 25,33 140 0,90
9 SL 176 JL. ASRAMA DIRJEN PAJ AK 800 27,97 650 0,90
10 SL 21 JL. PRONA 200 28,24 175 0,90
11 SL 20 JL. ASRAMA 160 28,87 146 0,90
12 SL 19 JL. GAGAK HITAM 315 28,62 278 0,93
13 SL 117 JL. KOMP. PERWIRA 3.180 39,85 2978 0,91
14 SL 14 JL. MERAK SP. RAJ AWALI 250 30,65 237 0,91
15 SL 169 JL. BEO 160 32,71 148 0,90
16 SL 170 JL. KIWI 400 32,97 379 0,91
17 SL 175 JL. GAGAK HITAM SP. BALAM 160 30,92 144 0,92
18 SL 143 JL. SETIA LUHUR KOMP.TATA PLAZA 250 23,31 239 0,93
19 SL 164 JL. K. MUSLIM P. MILLENNIUM 4.000 25,34 3905 0,92
20 SL 125 JL. K. MUSLIM P. MILLENNIUM 250 22,35 237 0,90
21 SL 82 JL. K. MUSLIM 315 22,56 282 0,92
22 SL 81 JL. K. MUSLIM 250 22,86 236 0,91
23 SL 80 JL. BUDI LUHUR 160 23,21 149 0,92
24 SL 79 JL. K. MUSLIM 160 23,31 143 0,90
25 SL 03 JL. J AWA 200 23,68 188 0,92
26 SL 43 JL. GATSU KP. LALANG 315 2,87 286 0,91
27 SL 39 JL. P. BARIS II C. CINA 351 6,09 344 0,92
28 SL 183 JL. GATSU PT. MAKRO 3.180 5,81 2945 0,90
29 SL 149 JL. GATSU PT. TELKOM 630 10,11 615 0,90
30 SL 102 JL. GATSU RRI 600 7,99 583 0,92
31 SL 05 JL. GATSU DPN BPKP 315 14,71 287 0,91
32 SL 138 JL. RESMI 250 16,65 232 0,92
33 SL 160 JL. GATSU T. ELOK 250 17,09 241 0,90
34 SL 141 JL. GATSU T. ELOK 250 17,15 240 0,91
35 SL 106 JL. GATSU PANCA BUDI 400 18.25 358 0,90
36 SL 145 JL. GATSU J ASA RAHARJ A 400 17,87 371 0,91
37 SL 01 JL. GATSU DPN PANCA BUDI 250 17,91 208 0,92
38 SL 24 JL. KOMP.MEDAN FAIR/PEKAN RAYA 1.250 18,09 1110 0,91
39 SL 08 JL AMAL LUHUR 250 17,66 201 0,91
40 SL 09 JL AMAL LUHUR 250 18,37 231 0,90
41 SL 10 JL. BAKTI LUHUR 250 17,91 223 0,91
42 SL 120 JL. SETIA LUHUR 250 19,83 231 0,92
43 B 099 JL GT SUBROTO/TITI PAPAN 200 20,45 166 0,90
44 B 096 JL GT SUBROTO/SOSPOL 250 22,05 200 0,91
45 B 097 JL GT SUBROTO (PRICEMART) 4.000 23,16 3920 0,93
46 B 070 JL GT SUBROTO SP BARAT 400 23,46 333 0,90
47 B 063 JL PASUNDAN 315 25,99 265 0,90
48 B 065 JL M IDRIS 250 27,64 209 0,92
49 B 066 JL PWS GG NASIONAL 250 28,09 229 0,93
50 B 212 JL MERBAU 4.000 28,79 3460 0,93
51 B 068 JL PUNAK/PBR KIMIA 250 28,99 243 0,92
52 SL49_A GARDU PDAM SUNGGAL 1.000 7,53 899 0,91
53 SL49_B GARDU PDAM SUNGGAL 1.000 7,53 902 0,91
54 SL49_C GARDU PDAM SUNGGAL 1.000 7,53 881 0,91
IV.5 ANALISA DATA
Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Pada
Saat Beban Puncak.
Untuk Data Trafo Distribusi No.1
Besar arus phasa pada sisi primer transformator :
I
phasa
=
I
phasa
= =3.42 A
Tahanan total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi
primer transformator adalah :
R
total
=R
utama
L
utama
+R
sub utama
L
sub utama
+R
lateral
L
lateral
R
total
=((0,0983,12)+(0,21624,96)) + 0 + (0,64521,09)
=2,08 Ohm/Kms
Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi
primer transformator adalah :
X
total
=X
utama
L
utama
+X
sub utama
L
sub utama
+X
lateral
L
lateral
X
total
=((0,1333,12)+(0,33054,96)) + 0 + (0,36781,09)
=2,46 Ohm/Kms
Perhitungan tegangan jatuh pada saluran distribusi primer dari gardu induk
sampai pada sisi primer transformator adalah :
V
total
=V
utama
+V
sub utama
+V
lateral
V
total
= I (R
total
cos + X
total
sin )
= 3,42 ((2,08 0,91) +(2,46 0,41))
=17,17 Volt
Perhitungan besar rugi-rugi daya aktif adalah :
P = 3Iphasa
P = 33,42(2,08)
2
=44,40 Watt
Perhitungan besar rugi-rugi daya reaktif adalah :
Q =3Iphasa
Q = 33,42(2,46)2
= 61,78 VAR
Persentase tegangan jatuh pada saluran distribusi dari gardu
induk sampai ke sisi primer transformator adalah :
% V = 100 %
%V = 100%
=0,09 %
Data berikutnya dapat dianalisa dengan cara yang sama, sehingga diperoleh
hasilnya pada Tabel 4.4 yaitu :
Tabel 4.4 Analisa Data Tegangan J atuh Pada Saluran Distribusi Primer Dari Gardu Induk Paya Geli Sampai Pada Transformator
Distribusi (Rayon Medan Kota) Pada Saat Beban Puncak
No. No.
Gardu
Panjang Saluran
(Kms)
I
primer
/
Phasa
(A)
R
total
(Ohm/Kms)
X
total
(Ohm/Kms)
Cos Sin P
(Watt)
Q
(VAR)
V
total
(Volt)
%
V
1 SL 42 9,17 3,42 2,08 2,46 0,91 0,41 44,40 61,78 17,17 0,09
2 SL 178 11,71 6,33 2,43 3,28 0,92 0,39 111,92 204,76 38,54 0,19
3 SL 166 22,36 5,00 3,50 5,18 0,92 0,39 183,85 403,05 45,40 0,23
4 SL 107 22,86 6,33 3,87 5,47 0,92 0,39 285,18 569,12 62,51 0,31
5 SL 168 23,16 2,33 3,51 5,78 0,93 0,37 86,08 234,25 21,83 0,11
6 SL 93 23,98 2,17 3,73 6,32 0,92 0,39 90,62 259,51 22,14 0,11
7 SL 128 25,24 8,67 4,29 7,04 0,91 0,41 477,75 1287,50 101,86 0,51
8 SL 22 26,3 2,33 4,28 7,61 0,90 0,44 128,36 405,07 29,10 0,15
9 SL 176 28,57 10,83 5,21 8,0 0,90 0,44 881,88 2347,57 158,13 0,79
10 SL 21 29,37 2,92 5,63 8,68 0,9 0,44 277,33 659,83 44,90 0,22
11 SL 20 29,1 2,43 4,76 8,72 0,9 0,44 165,26 555,71 34,23 0,17
12 SL 19 29,25 4,63 4,76 8,72 0,93 0,37 314,67 1.058,14 61,42 0,31
13 SL 117 39,85 49,63 7,96 12,37 0,91 0,41 9.435,00 22.777,65 1.058,64 5,29
14 SL 14 30,65 3,95 5,00 9,29 0,91 0,41 295,92 1.022,06 57,16 0,29
15 SL 169 33,97 2,47 5.27 9,94 0,90 0,44 205,84 730,80 38,96 0,19
16 SL 170 36,15 6,32 5,31 10,02 0.91 0,41 534,12 1902,49 97,80 0,49
17 SL 175 35,28 2,40 5,03 9,37 0,92 0,39 182,42 632,46 34,44 0,17
18 SL 143 23,31 3,98 5,21 7,13 0,93 0,37 324,54 608,31 51,65 0,26
19 SL 164 25,34 65,08 6,52 7,88 0,92 0,39 8.303,04 12.128,20 1.022,77 5,11
20 SL 125 25,35 3,95 4,50 6,77 0,90 0,44 240,16 54373 48,11 0,24
21 SL 82 25,56 4,70 4,51 6,84 0,92 0,39 286,63 659,65 55,48 0,28
22 SL 81 25,86 3,93 4,57 6,94 0,91 0,41 246,82 568,17 47,73 0,24
23 SL 80 26,09 2,48 4,70 7,06 0,92 0,39 164,62 371,25 30,44 0,15
24 SL 79 26,31 2,38 4,67 7,09 0,9 0,44 155,99 359,19 30,23 0,15
25 SL 03 26,68 3,13 4,75 7.21 0,92 0,39 212,16 488,66 38,98 0,19
26 SL 43 2,87 4,77 0,40 0,58 0,91 0,41 2,25 4,73 4,93 0,02
27 SL 39 6,09 5,73 1,87 1,71 0,92 0,39 59,85 50,10 23,65 0,12
28 SL 183 5,77 49,08 1,16 1,56 0,9 0,44 199,79 358,97 147,52 0,74
29 SL 149 10,11 10,25 1,05 3,02 0,9 0,44 33,89 280,09 40,35 0,20
30 SL 102 7,99 9,72 1,50 2,27 0,92 0,39 65,94 149,87 38,17 0,19
31 SL 05 14,71 4,78 2,96 4,49 0,91 0,41 125,47 289,09 37,54 0,19
32 SL 138 16,65 3,87 3,56 5,16 0,92 0,39 146,79 308,52 35,39 0,18
33 SL 160 17,09 4,02 3,65 5,29 0,90 0,44 160,68 337,29 39,06 0,20
34 SL 141 17,15 4,00 3,48 5,29 0,91 0,41 145,70 336,42 37,01 0,19
35 SL 106 18,25 5,97 3,79 5,67 0,9 0,44 256,55 575,07 60,98 0,30
36 SL 145 18,21 6,18 3.64 5,53 0,91 0,41 245,79 567,84 59,77 0,30
37 SL 01 17,91 3,47 3,65 5,55 0,92 0,39 138,46 319,88 33,14 0,17
38 SL 24 18,09 18,50 4,48 5,67 0,91 0,41 1.112,43 1.786,85 205,08 1,03
39 SL 08 17,65 3,35 3,90 5,49 0,91 0,41 152,80 302,89 33,65 0,17
40 SL 09 18,37 3,85 4,36 5,75 0,9 0,44 219,30 382,00 43,02 0,22
41 SL 10 17,91 3,72 3,91 5,57 0,91 0,41 170,13 345,72 37,58 0,19
42 SL 120 19,83 3,85 4,81 6,25 0,92 0,39 267,26 450,51 45,75 0,23
43 B 99 20,45 2,77 4,20 6,39 0,90 0,44 146,27 338,42 31,57 0,16
44 B 96 22,05 3,33 4,54 6,91 0,91 0,41 206,46 478.07 40,24 0,20
45 B 97 23,16 65,33 6,21 8,39 0,93 0,37 7.564,10 13.791.67 1004,97 5,02
46 B 70 23,83 5,55 4,85 7,38 0,90 0,44 391,43 906.89 73,16 0,37
47 B 63 25,99 4,42 6,04 8,27 0,90 0,44 483,24 906.73 69,42 0,35
48 B 65 27,79 3,48 7,10 8,88 0,92 0,39 527,34 823.89 60,32 0,30
49 B 66 28,09 3,82 7,39 9,04 0,93 0,37 626,00 936.70 67,58 0,34
50 B 212 28,79 57,67 7,85 9,30 0,93 0,37 1.0649,02 14.969.88 1.072,53 5,36
51 B 68 28,99 4,05 7,97 9,38 0,92 0,39 772,70 1.068.05 77,11 0,39
52 SL49_A 7,53 14,98 0,74 1,00 0,91 0,41 24,48 45.08 28,08 0,14
53 SL49_B 7,53 15,03 0,74 1,00 0,91 0,41 24,56 45.23 28,18 0,14
54 SL49_C 7,53 14,68 0,74 1,00 0,91 0,41 2399 44.18 27,52 0,14
Dari hasil analisa data diperoleh 4 transformator distribusi yang besar
persentase tegangan jatuh pada sisi primernya lebih dari 5 %. Dimana menurut
SPLN 72 : 1987 penurunan tegangan maksimum pada beban penuh, yang
dibolehkan dibeberapa titik pada jaringan distribusi adalah :
a. SUTM =5 % dari tegangan kerja bagi sistem radial
b. SKTM =2 % dari tegangan kerja pada sistem spindel dan gugus.
c. Trafo distribusi =3 % dari tegangan kerja
d. Saluran tegangan rendah =4 % dari tegangan kerja tergantung kepadatan
beban.
e. Sambungan rumah =1 % dari tegangan nominal.
Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Yang Lebih Dari 5% Sebelum Mengalami
Perbaikan
Tabel 4.5 Data Tranformator Yang Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer SebelumMengalami Perbaikan (>5%)
No No.
Gardu
I
primer/ phasa
(A)
L
utama
(Kms)
L
subutama
(Kms)
L
lateral
(Kms)
V
utama
(Volt)
V
subutama
(Volt)
V
lateral
(Volt)
V
total
(Volt)
P
(Watt)
Q
(VAR)
1 SL117 49,63 30,07 6,4 3,38 705,70 138,52 214,41 1.058,64 9.435,00 22.777,65
2 SL 164 65,08 22,05 0 3,29 749,43 0 273,34 1.022,77 8.303,04 12.128,20
3 B 97 65,33 23,16 0 3,10 808,28 0 196,69 1.004,97 7.564,10 13.791,67
4 B 212 57,67 24,49 3,3 1,00 756,38 242,63 73,52 1.072,53 10.649,02 14.969,88
Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator
Setelah Mengalami Perbaikan
Dari Tabel 4.5, kita dapat memperbaiki tegangan jatuh pada sisi primer
transformator distribusi dengan penempatan ulang lokasi transformator distribusi
tersebut. Yang pada Tugas Akhir ini kita bahas secara satu persatu dari transformator
tersebut.
1. Gardu SL 117
V
ijinkan
=5% 20.000
=1.000 Volt
Vtotal = V utama + V sub utama + V lateral
= 705,70 +138,52 + 214,41
=1.058,64 Volt
Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :
=1.058,64 1.000 =58,64 Volt
Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada
bagian lateral adalah :
L =
=
=0,92 Kms
Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :
L
2
=L
1
L
=3,38 0,92 =2,46 Kms
2. Gardu SL 164
V
ijinkan
=5% 20.000
=1.000 Volt
Vtotal = V utama + V sub utama + V lateral
= 808,28+ 0 + 196,69
= 1.022,77 Volt
Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :
=1.022,77 1.000 =22,77 Volt
Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada
bagian lateral adalah :
L =
=
=0,27 Kms
Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :
L
2
=L
1
L
=3,29 0,92 =2,37 Kms
3. Gardu B 97
V
ijinkan
=5% 20.000
=1.000 Volt
Vtotal = V utama + V sub utama + V lateral
= 749,43 + 0 + 316,15
= 1.004,97 Volt
Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :
=1.004,97 1.000 =4,97 Volt
Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada
bagian lateral adalah:
L =
=
=0,078 Kms
Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :
L
2
=L
1
L
=3,1 0,078 =3,02 Kms
4. Gardu B 212
Vijinkan =5% 20.000
=1.000 Volt
Vtotal =V utama +V sub utama +V lateral
=756,38 +0 +273,34
=1.072,53 Volt
Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :
=1.072,53 1.000 =72,53 Volt
Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada
bagian lateral adalah :
L =
=
=0,99 Kms
Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :
L2 =L1 L
=1 0,99 =0,01 Kms
Analisa Rugi Daya Aktif, Reaktif Dan Efisiensi Pada Pada
Transformator Sebelum Dan Setelah Mengalami Perbaikan
Untuk Data Transformator Gardu SL 117
Sebelum perbaikan :
S
in
=2.978 kVA
P
in
=S
in
cos
=2.978 0,91
=2.709,98 kWatt
P
out
=P
in
P rugi-rugi
=2.709,98 - (3,75 +( )33)
=2.676,14 kWatt
S
total
=S
in
+S
=2.978.000 +
=3.002.654,423 VA =3.002,65 kVA
= 100%
= 100% =98,751 %
Sesudah perbaikan :
S
in
=S
total
- S
=3.002.654,423
=2.979.640,849 VA =2.979,64 kVA
P
in
=
S cos
=2.979,64 0,91
=2.711,47 kWatt
P
out
=P
in
P rugi-rugi
=P
in
(P
i
+P
t
)
=2.711,47 (3,57 +( )33)
=2.677,63 kWatt
= 100%
= 100% =98,752 %
Data berikutnya dapat dianalisa dengan cara yang sama, sehingga diperoleh
hasilnya pada Tabel 4.6 yaitu :
Tabel 4.6 Hasil Analisa Daya Input Dan Output, Rugi-Rugi Daya Dan
Efisiensi Tranformator Sebelum Dan Sesudah Perbaikan
Sebelum Perbaikan
No. Gardu S
in
(KVA) P
in
(kWatt) P
out
(kWatt) KVA beban
SL 117 2.978 2.709,98 2.676,14 2.900 98,7511
SL 164 3.905 3.592,6 3.538,07 3.875 98,4821
B 97 3.920 3.645,6 3.591,00 3.880 98,5024
B 212 3.460 3.217,8 3.171,84 3.310 98,5718
Sesudah Perbaikan
No. Gardu S
in
(KVA) P
in
(kWatt) P
out
(kWatt) KVA beban
SL 117 2.979,64 2.711,47 2.677,63 2.900 98,7518
SL 164 3.906,64 3.594,11 3.539,58 3.875 98,4828
B 97 3.920,13 3.645,72 3.591,12 3.880 98,5025
B 212 3.461,89 3.219,55 3.173,60 3.310 98,5726
Dari Tabel 4.4 analisa data hasil tegangan jatuh pada saluran distribusi primer, maka
dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Arus Dengan Tegangan J atuh
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Tegangan Jatuh Dengan Rugi-Rugi Daya
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Dari hasil analisa data yang dilakukan pada penelitian, yaitu pada
transformator distribusi yang besar tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi
primernya lebih dari 5 %. Maka panjang transformator yang dirubah adalah
pada sisi yang terjauh dari transformator. Dimana pada penelitian ini terdapat
empat transformator yang mengalami perubahan letaknya yaitu pada sisi
lateral. Dengan nomor gardu sebagai berikut : SL 117 dari jarak 3,38 Kms
menjadi 2,46 Kms, SL 164 dari jarak 3,29 Kms menjadi 2,37 Kms, B 97 dari
jarak 3,1 Kms menjadi 3,02 Kms, B 212 dari jarak 1 Kms menjadi 0,01 Kms.
2. Dengan memperbaiki posisi atau jarak transformator distribusi dari gardu
induk yang dibuat pada keempat transformator tersebut. Maka akan lebih
mengoptimalkan transformator bekerja, yaitu melalui diperbaikinya daya
input transformator, daya output transformator, dan efisiensi transformator.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chapman S.J, Eectric Machinery Fundamental, McGaw-Hill Book
Company, 1985.
2. Gonen, Turan, Electric Power Transmission System Engineering, John
Wiley &Sons, 1987.
3. Hadi, Abdul, Sistem Distribusi Daya Listrik, Edisi Ketiga, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1994.
4. Hutauruk T.S, Transmisi Daya Listrik, Jurusan Elektroteknik, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, 1982.
5. Kadir, Abdul, Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2000.
6. Stevenson, Jr., William D. , Analisis Sistem Tenaga Listrik, Edisi
Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1983.
7. Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Edisi
Kelima , Penerbit Gramedia, Jakarta, 1995 .
L A M P I R A N
ANALISA JATUH TEGANGAN
SISTEM DISTRIBUSI SEKUNDER
DAERAH PT.PLN (Persero)
RAYON MEDAN KOTA
Analisa Jatuh Tegangan Pada Sistem Distribusi Sekunder
(Studi Kasus PT.PLN(Persero) Rayon Medan Kota)
Contoh :
Kode Gardu Distribusi : SL 22
Alamat : JL. Asrama
Besar KVA trafo : 160 kVA
Data Beban Transformator Distribusi SL 22 Rayon Medan Kota Waktu Beban
Puncak (Pukul 18.00 -22.00)
Phasa R Phasa S Phasa T KVA
Beban
Cos
WBP I
R
V
L-N
S
R
I
S
V
L-N
S
T
I
T
V
L-N
S
T
156 210,4 32,82 209 209,2 43,72 227 210,1 47,69 137 0,9
Data Saluran Rendah menggunakan Kabel lilit (Twisted Cable) :
Luas Penampang Nominal : 95 mm
2
Besar R (/Kms) : 0,328 (/Kms)
Besar X (/Kms) : 0,0965 /Kms)
Maka Besar Tegangan jatuh pada saluran rendah,
Untuk masing-masing phasa adalah :
Dimana apabila panjang saluran rata-rata sampai pada pelanggan atau beban
masing-masing phasa adalah L=300 meter. Maka besar tegangan jatuh :
Untuk Phasa R :
V =I (R cos +X sin ) L
=156 (0,328 0,9 +0,0965 0,44) 0,3
=15,82 volt
Maka % V = 100% = 100% =7,19 %
Untuk Phasa S :
V =I (R cos +X sin ) L
=209 (0,328 0,9 +0,0965 0,44) 0,3
=21,19 volt
Maka % V = 100% = 100% =9,63 %
Untuk Phasa T :
V =I (R cos +X sin ) L
=210,1 (0,328 0,9 +0,0965 0,44) 0,3
=21,30 volt
Maka % V = 100% = 100% =9,68 %