Anda di halaman 1dari 8

Bentuk-bentuk Masyarakat oleh Fajar Nur Hidayati, 1106015573 Judul Pengarang Data Publikasi : Masyarakat dan Kebudayaan : Rosa

osa Diniari : Buku MPKT A buku ajar II

Masyarakat menurut Koentjaranigrat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sistem pembagian kerja, aktifitas kerja sama serta berkomunikasi pada kehidupan kolektif masyarakat bukan bersifat naluri. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal yang dengan akalnya tersebut manusia dapat membayangkan dirinya serta peristiwa-peristiwa yang mungkin dapat terjadi pada dirinya, sehingga manusia dapat mengadakan pilihan serta seleksi terhadap berbagai alternatif dalam tingkah lakunya untuk mencapai efektifitas yang optimal dalam mempertahankan hidupnya. Jika ditemukan suatu tingkah laku yang kolektif dalam menanggulangi hidup, maka manusia cenderung untuk mengulanginya. Kemudian dengan komunikasi terhadap individu lain terutama terhadap keturunannya, maka ini akan menjadi suatu pola yang mantap. Hal inilah yang biasanya membentuk adat istiadat atau suatu kebiasaan dalam lingkungan kolektif. Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi terjadi perkembangan dimulai dari masa lampau dan terus berlangsung sampai saat sekarang ini dan terdapat berbagai bentuk masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yang terjadi secara global. Tetapi, ada pula masyarakat yang berkembang dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri. Perbedaan bentuk masyarakat tergantung pada kriteria apa yang digunakan. Menurut Gerhard lenski15, masyarakat dibedakan berdasarkan teknologi yang digunakan, dibagi atas lima macam. (1) Masyarakat berburu dan pengumpul makanan, Masyarakat ini berburu binantang dan mengumpulkan tanaman untuk dikonsumsi dengan menggunakan perkakas yang sederhana. Mereka tidak menanam

atau berternak, Ketika tanaman dan binatang mulai habis, mereka berpindah ke tempat yang baru. Berpindah-pindah ke tempat perburuan disebut nomadik. Mereka berada dalam kelompok yang kecil, belum ada pembagian kerja yang rumit, hanya membagi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin: laki-laki berburu binatang dan perempuan mengumpulkan sayuran untuk dikonsumsi ; (2) Masyarakat penggembala dan hortikulura, Masyarakat yang tadinya berburu hewan mulai memelihara dan berternak hewan yang diperlukan, sehingga disebut masyarakat pastoral. Para perempuan yang mengumpulkan sayuran mulai bercocok tanam tumbuhan-tumbuhan yang diperlukan, dengan menggunakan peralatan tangan yang sederhana. Ini disebut masyarakat hortikultur. Pada masyarakat ini, apa yang mereka tanam dan ternak sudah dapat dipanen dan kadang-kadang ada kelebihan/surplus. Di masa ini, populasinya pun berkembang menjadi ratusan. Sudah tampak ada pembagian kerja yang lebih jelas ; (3) Masyarakat agraria, Masyarakat agraria berkembang menjadi suatu pekerjaan yang lebih terdifrensiasi, tetapi lebih jelas pembagian kerjanya, karena ada beberapa pekerjaan yang berbeda. Di lahan pertanian misalnya, dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian, pemberantasan hama dan penyakit serta panen, beberapa jenis pekerjaan mulai menggunakan tenaga hewan atau sumber tenaga air/uap. Teknologi yang digunakan adalah bajak, tenaga manusia dan tenaga hewan. Mulai terjadi segregasi/pemisahan pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki, seperti pesemaian, penanaman, panen dikerjakan oleh perempuan, selebihnya dikerjakan oleh petani laki-laki (Aida Vitayala, 2004). Walau terjadi pemisahan pekerjaan, keutuhan keluarga tetap terjaga, keluarga menjalani fungsi produksi dan konsumsi sekaligus yang sering disebut petani subsisten, bagi mereka yang memiliki surplus/kelebihan panen dapat memasarkan hasil pertaniannya ; (4) Masyarakat Industri, Pada masyarakat ini, memproduksi barang dengan menggunakan sumber energi berubah dengan penggunaan mesin-mesin besar. Pada tahap ini masyarakat mulai berubah dengan cepat. Pekerjaan berpindah dari rumah ke pabrik, demikian pula dengan perempuan yang biasanya mengerjakan pekerjaan di rumah tangga, kini bekerja di pabrik karena mendapatkan imbalan dalam bentuk uang. Dengan demikian, pertumbuhan pabrik mengikis nilai-nilai tradisional, kepercayaan, dan adat istiadat. Kemakmuran dan standar kehidupan masyarakat meningkat. Industrialisasi menyediakan banyak kenyamanan dengan dikembangkannya media

transportasi dan komunikasi yang canggih. Pendidikan dan kesehatan menjadi kebutuhan yang penting. Spesialisasi pekerjaan meningkatkan tumbuh dengan pesat pendidikan keterampilan karena kebutuhan pasar. Keluarga yang tradisional kehilangan arti pentingnya dan muncul dalam berbagai bentuk. Pada tahap awal industrialisasi, standar hidup kebanyakan orang meningkat, sementara kemiskinan terus menjadi masalah serius sehingga kesenjangan sosial ikut naik. Tuntutan partisipasi politik juga meningkat ; (5) Masyarakat Pascaindustri, Masyarakat pascaindustri menekankan pada teknologi yang mampu mendukung ekonomi berbasis informasi. Pada tahap ini, terjadi perpindahan dari produksi industri yang selama ini menggunakan mesin-mesin besar menjadi pekerjaan yang lebih efisien dengan penggunaan komputer dan teknologi untuk memproses pengolahan informasi yang relevan. Jumlah populasi menjadi semakin meningkat, dan pembagian pekerjaan pun semakin kompleks. Jaringan informasi dunia penghubung masyarakat dapat memunculkan masyarakat dan kebudayaan global. Berdasarkan kriteria geografis, masyarakat dibedakan menjadi masyarakat desa dan kota. Dilihat dari batas-batas geografinya masyarakat dibedakan menurut masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Berbicara tentang desa dan kota ada perbedaannya dilihat dari dimensi ruang, fisik, dan ekologi. Desa memiliki ruang kerja lebih terbuka dibandingkan kota. Musim dan cuaca di desa sangat menentukan kegiatan masyarakatnya, sedangkan kehidupan di kota hampir tidak dipengaruhi oleh keadaan alam. Antara rumah dan tempat kerja di desa jaraknya berdekatan, sedang di kota jauh sehingga membutuhkan transportasi. Jarak rumah-rumah di desa cenderung berdekatan dalam jumlah kecil, sedang di kota bervariasi dalam kluster menurut kelas sosialnya. Rumah-rumah berhimpitan terdapat pada daerah padat penduduk, yang berasal dari kelas bawah, rumah besar-besar dengan jarak yang tidak mengganggu privasi penghuninya, berada di daerah elit. Perbedaan desa dan kota secara fisik akan mempengaruhi aspek sosial budaya dari masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dari apek satuan produksi, masyarakat di desa cenderung homogen dalam hal mata pencaharian dan keahliannya. Masyarakat kota lebih heterogen dalam bidang-bidang pekerjaan dan sangat spesifik. Dari segi satuan sosialnya, interaksi sosial masyarakat di desa terjalin kuat, hidup bertetangga merupakan hidup keseharian, begitu keluar rumah tegur sapa dengan tetangga sudah menjadi kebiasaan. Hubungan antar tetangga seperti layaknya

saudara, karena mereka sering saling membantu. ini disebabkan karena masyarakat pedesaan masih menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, adat dan budaya yang berlaku. Dalam masyarakat kota interaksi sosial yang terjalin tampak kurang kuat karena daya saing yang tinggi di perkotaan membuat masyarakat cenderung individualis. Hubungan tetangga pada kelas menengah dan atas tampak ketika penghuninya hanya keluar rumah saat akan kerja, berkunjung ke tetangga jarang dilakukan, kalau ada pada saat tertetnu seperti arisan, 17 Agustusan, dan hari raya keagamaan. Demikian pula dengan kontrol sosial pada masyarakat pedesan masih terikat pada adat dan tradisi, pada masyarakat kota pengendalian sosial sudah menggunakan hukum-hukum formal, sekalipun masalah ketetanggaan, diseleaikan secara hukum. Sifat masyarakat desa terbiasa dengan gotong royong, di kota masyarakat hanya bergotong royong pada saat-saat tertentu.. Mobilitas sosial masyarakat desa lebih stabil daripada masyarakat di kota. Masyarakat desa cenderung resisten terhadap inovasi, perubahan, karena mereka masih berpegang pada adat istiadat dan tradisi nenek moyang, sedang pada masyarakat kota lebih dinamis, dan mudah menerima perubahan dan pembaharuan karena kebutuhan hidup mereka.

Menurut Emile Durkheim, membedakkan masyarakat berdasarkan kriteria interaksi dan solidaritas masyarakat, dibagai ke dalam masyarakat yang terikat oleh solidaritas mekanis dan masyarakat yang terikat pada solidaritas organis . Solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian. Dilihat dari tingkat rasionalitas masyarakat, Max Weber membagi masyarakat tradisional dan masyarakat rasional. Salah satu sosiolog yang mendunia ini lahir di Erfurt, Jerman 21 April 1864. Max Weber pada intinya mengemukakan teori tentang proses rasionalisasi. Weber tertarik pada masalah mengapa institusi sosial di dunia barat berkembang semakin rasional tapi di belahan dunia lain tampak ada rintangan kuat yang menghambat perkembangan tersebut?. Dalam masalah ini, Weber memusatkan perhatiannya pada satu dari empat jenis proses yang diidentifikasikan oleh Kalrberg yaitu Rasionalitas formal yang meliputi proses berpikir seseorang dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan yang biasanya merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan

hukum yang diterapkan secara universal dimana ketiganya berasal dari berbagai struktur berskala besar terutama birokrasi dan ekonomi. Weber melihat birokrasi sebagai contoh klasik dari rasionalisasi, dan memasukkan diskusinya mengenai proses birokratisasi ke dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Weber membedakan tiga jenis sistem otoritas yaitu tradisional, karismatik dan rasional-legal. Sistem otoritas rasionallegal hanya dapat berkembang dalam masyarakat Barat Modern dan hanya dalam sistem itulah birikrasi tersebut dapat berkembang penuh. Masyarakat di belahan dunia lain masih didominasi sistem otoritas tradisional ataupun karismatik yang merupakan rintangan perkembangan sistem hukum rasional dan birokrasi modern. Weber juga membuat analisis rinci tentang mengapa sistem ekonomi rasional yang berkembang di dunia barat, gagal berkembang di belahan dunia lain. Dalam hal ini, Weber mengakui peran sentral agama, dimana dia di satu sisi terlibat dialog dengan Marxis untuk menunjukan bahwa agama bukanlah sebuah epifenomena semata melainkan agama telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kapitalisme di Barat, tetapi gagal di masyarakat belahan dunia yang lain. Webe menegaskan, sistem agama rasionallah (Calvinisme) yang berperan sentral dalam pertumbuhan kapitalisme di Barat. Tapi dibelahan dunia lain, Weber mengkaji dan menemukan sistem agama yang irrasional yang merintangi perkembangan sistem ekonomi rasional, walaupun pada akhirnya rintangan tersebut hanya untuk sementara karena sistem ekonomi bahkan seluruh struktur sosial masyarakat akan menjadi rasional. Masyarakat multikultural I. Pengertian 1. Furnivall, Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu satu kesatuan politik ; 2. Clifford Gertz, Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait oleh ikatan-ikatan primordial ; 3. Nasikun, Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara setruktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat deverseyang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh

seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial ; 4. Kesimpulan , Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang teriri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras, dll yang hidup dalam suatu kelompok masyrakat yang memiliki satu pemerintaha tetapi dalam masyarakat itu masig terdapat segmen- segmen yang tidak bisa disatukan. II. Ciri-ciri masyarakat multikultural

1. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,dll tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun luar negri, dalam kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya; 2. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya persatuan tyang terpisah oleh segmen-segmen tertentu; 3. Konsesnsus rendah, maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adany asuatu kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam penganbilan keputusan ; 4. Relatif potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dankebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah ; 5. Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa dalam masyarakat multikultural itu susah sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama ; 6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam masyarakat multikultural terdapat segmensegmen yang berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.

III. Sebab terjadinya multikultural 1. Factor geografis, faktor ini sangat mempengarudi apa dan bagaimana kebiasaan

sua tu masyarakat. Maka dalam suatu daera yang memiliki kondisi geografis yang berbeda maka akan terdapat perbedaan dalam masyarakat( multikultural) ; 2. Pengaruh budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural, karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan terpengaruh mind set mereka dan menjadkan perbedaan antara ; 3. Kondisi iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama denga perbedaan letak geografis suatu daerah. Masyarakat madani Masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan programprogram pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara. Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya pemerintahan demokratis yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience.

DAFTAR PUSTAKA http://kikyo.blog.uns.ac.id/2009/04/03/max-weber/ http://juww.blogspot.com/2009/04/masyarakat-multikultural-bab-4.html

Anda mungkin juga menyukai