Anda di halaman 1dari 3

DIA FIRA DAN AKU FIRNA

Namaku Firna, aku adalah seorang dokter. Saat ini aku tengah menikuti kegiatan sosial, ya.. aku menjadi relawan di Aceh. Bencana tsunami yang baru saja menimpa saudara-saudara kita yang ada di Aceh telah mengetuh hatiku untuk membantu mereka berjuang melewati hal sulit ini. Aku tak dapat membendung air mataku ketika aku melihat mereka semua di sini. Aku tak bisa membiarkan mereka menanggung esakitan ini sendiri. bahkan aku tak dapat membayangkan seandainya hal serupa yang menimpaku. Pagi ini suasana tak kalah ribut dari kemarin, tangisan masih aku dengar di mana-mana. Kulihat sosok gadis kecil yang manis tengah duduk sendirian di samping sebuah batu besar. Aku berniat untuk menghiburnya. Assalamualaikum Sapaku ramah, tak lupa kusunggingkan senyum manis untuknya. Waalaikumsalam Jawabnya tanpa ekspresi sedikitpun. Wajahnya menghadap lurus didepannya. Sepertinya ia tengah menerawang jauh di depan. siapa namamu adik manis? tanyaku perlahan sambil duduh di sampingnya. Fira Wah.. nama kita hampir sama loh. Nama kakak Firna Kakak siapa? Tanyanya, tapi lagi-lagi ia tak mengalihkan pandangannya. Kakak salah satu relawan dik. Kakak dokter relawan di sini Kataku masih dengan senyum tulusku. Kulihat dia tak bicara lagi, bahkan dia masih terlihat menerawang jauh. Aku bingung juga harus melakukan apa. Aku tak pernah menghadapi anak-anak sebelumnya. Aku berpikir, kira-kira aku harus bagaimana. Eng Fira nggak ikut main dengan yang lainnya? Tanyaku membuka percakapan lagi. Kulihat dia hanya menggeleng lemah. Kenapa? Fira masih sedih? Coba.. fira lihat. Disana teman-teman sedang bermain bersama kakak-kakak, sepertinya seru Kutunjuk ke arah segerombolan anak yang tengah bermain bersama relawan lainnya. Kulihat Fira mulai memalingkan pandangannya ke arahku, namun kulihat masih kosong. Fira bisa dengar mereka bermain Katanya. Coba.. lihat mereka Fira Kutunjuk lagi ke arah segerombolan anak yang tengah bermain bersama relawan lainnya yang berada tak jauh dari kami. Aku melihat ada yang aneh dengan Fira ketika ia memandangku, pandangannya kosong seperti Apa iya Fira tak melihatku? Apakah dia Aku melambaikan tanganku di depan mukanya. Tak kulihat respon dari matanya. Fira tak bisa melihat kak Katanya tenang. Jadi benar dia buta? Kupeluk Fira erat. Aku tak dapat membendung air mataku. Kenapa kakak yang menangis? Yang tidak bisa melihat kan Fira kak Katanya polos. nggak papa kok. Eng.. kalau gitu kita periksakan ke pos ya mata kamu Aku hendak menuntun Fira menuju pos untuk memeriksa keadaan matanya, tapi Fira menahanku. Tidak usah kak. Fira sudah tak bisa melihat sejak lahir Katanya seolah tahu aku berfikir ia tak dapat melihat karena bencana ini.

Oh.. begitu Sebenarnya aku penasaran sekali, bagaimana dia yang seorang buta ini dapat selamat, bahkan tanpa luka dari bencana ini? Subhanallah.. Gumamku lirih. Fira.. mau tidak menemani kakak di pos? Ajakku pada Fira. Apa Fira boleh? Fira tak mengganggu? Katanya lirih. Tentu saja tidak. Ayo.. Nanti kakak kenalnya dengan teman-teman kakak yang lainnya Ajakku sambil menuntun Fira. Aku menuntun Fira perlahan menuju pos. kulihat tak banyak yang tengah berjaga di sana. Hanya ada dua orang, yang semuanya adalah teman dokterku. Kulihat Anton baru saja keluar dari tenda pos, entahlah dia mau kemana. Tinggallah Doni di post sekarang. Assalamualaikum Sapaku pelan, masih sambil menuntun Fira perlahan memasuki tenda pos. Waalaikumsalam.. Jawab Doni dengan senyum tulusnya. Wah.. sama siapa Fir? Tanya Doni sambil berdiri mengambilkan kursi untukku dan Fira. Ini Fira Don. Salah satu pengungsi juga. Fira Ini kak Doni, temannya kak Firna juga Kataku sambil membantu Fira duduk. Halo.. Fira Sapa Doni. Halo juga kak Kata Fira ceria sambil mencoba mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Doni. Namun sepertinya ia salah arah. Kulihat Doni nampak agak kebingungan, namun ia mencoba menyesuaikan dengan menggeser sedikit badannya. Namanya cantik. Kayak orangnya. Mirip kayak yang di sebelahnya Kata Doni dengan senyum tulusnya lagi. Kami mengobrol beberapa waktu. Aku lihat Fira adalah gadi yang tegar. Aku sangat menyukainya, begitu juga dengan Doni. Kami seperti kawan lama yang sudah sangat akrab. Kini pos kami semakin ramai dengan kehadiran Fira. Ia sering ikut menemaniku berjaga di pos. Tak jarang juga bersama Doni. Kulihat ia kini lebih ceria, tak lagi murung seperti dulu. Ia juga sudajh jarang terlihat menangis, mencari-cari keluarganya. Sebenarnya aku penasaran pada kehidupan gadis manis ini, tapi.. aku ragu untuk menanyakannya. Fira Eng.. Gini Fir. Kakak mau bertanya. Tapi.. jangan marah ya Fir kataku tiba-tiba pada Fira. Tanya apa kak? Eng.. gimana kamu bisa selamat dari.. Bencana kemarin? Tanyaku pelan. Kulihat Doni yag tengah duduk tak jauh dari kami, memperhatikan obrolan kami. Sepertinya ia juga penasaran, sama sepertiku. Entahlah kak. Memang sulit dipercaya, orang buta sejak lahir seperti Fira ini dapat selamat dari benca tersebut Kulihat Fira menghela nafas. Saat itu, Fira tengah tertidur di masjid kak. Fira menunggu bapak. Hanya bapak yang Fira punya kak. Sewaktu Fira masih kecil, rumah Fira terbakar dan Ibu beserta kakak-kakak Fira meninggal. Tinggal Fira dan bapak. Kata Fira. Kulihat bulir-bulir air bening keluar dari sudut matanya. Kurangkul Fira, dan kucium lembut pipinya. Sekarang Fira bersama kakak. Kak Firna.. Ada juga kak doni dan kakakkakak yang lain. Ya.. Bisikku pada Fira. Apakah Fira punya saudara yang lain? Tanya Doni tiba-tiba. Ada Jawab Fira dengan menghapus air matanya.

Ada seorang bibi lagi. Tapi Fira tak tahu di mana. Kata bapak dulu, bibi kerja ke luar negeri. Kata bapak, bibi akan kembali ke Aceh Kata Fira lagi. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Dia bilang dia masih punya seorang bibi lagi, tapi.. Ia sendiri bahkan tak tahu keberadaan bibinya sekarang. Aku tak yakin bibinya akan kembali ke sini setelah bencana ini. Kalaupun iya, sulit rasanya untuk mempertemukan mereka. Bahkan Fira seorang yang buta kan. Kini jadwalku untuk mengecek keadaan para pengungsi di tenda-tenda pengungsian. Aku berencana mengajak Fira ikut serta denganku seperti biasa. Fir.. mau ikuta kak Firna lagi ke tenda? Tanyaku sambil beranjak dari tempat dudukku. Kulihat Fira mengangguk mengiyakan tawaranku. Fir, apa fira masih merasa sedih? tanyaku perlahan kepada Fira. Sudah enggak Jawab Fira dengan seulas senyum di bibirnya. Aku sungguh merasa sangat kagum terhadap gadis ini. Di usianya yang masih belia, ia sudah mendapat banyak cobaan dalam hidupnya, tapi ia masih dapat menerimanya dengan ikhlas. Sungguh benar-benar gadis yang sangat tegar Fira. Apa yang akan Fira lakukan selanjutnya? Tanyaku saat aku dan Fira selesai mengecek ke tenda-tenda pengungsi. Fira mau ikut bibi Bibi? Tapi bibimu bahkan tak ada di sini Fira Fira yakin, suatu saat nanti bibi akan datang dan menjemput Fira Bagaimana kalau bibi tidak datang? Bibi pasti datang kok Kulihat Fira benar-benar percaya bahwa suatu saat bibinya akan datang untuk menjemputnya. Entahlah.. tapi aku tak yakin. Mungkin malah bibinya tak tahu jikadi Aceh kini tengah ada musibah, atau malah ia mengira tak ada lagi keluarganya yang selamat. Aku.. rasanya aku ingin mengajak Fira untuk tinggal bersamaku saja. Aku bahkan sudah menganggapnya saudaraku sendiri. Setiap harinya Fira mengecek apakah ada bibinya yang datang untuk menjemputnya. Tapi hasilnya nihil. Sudah tiga hari ini tak ada orang yang datang untuk mencari saudaranya di sini. Tapi kulihat senyum harapan masih mengembang di bibirnya. Apakah ia tak paham, jika bibinya tak akan mungkin datang menjemputnya? Aku tak tega untuk menjelaskannya.

Anda mungkin juga menyukai