Anda di halaman 1dari 7

Griseovulfin nama dagang - Fulcin - Fungistop - Griseofort - Griseofulvin Prafa- Mycostop - Griseofulvin (Generik) dosis Dewasa :500 mg sehari

dalam dosis terbagi atau dosis tunggal, pada infeksi berat dosis dapat ditingkatkan hingga dua kali lipat , kemudian dosis diturunkan jika telah ada respon; Anak-anak : 10 mg/kg sehari dalam dosis terbagi atau dosis tunggal. indikasi Infeksi dermatofit pada kulit, kulit kepala, rambut dan kuku jika terapi topikal tidak berhasil atau tidak cocok. kontraindikasi Penyakit hati yang berat, lupus erytematosus sistemik (risiko serangan); porfiria; kehamilan (hindari kehamilan selama penggunaan obat dan hingga 1 bulan setelah pengobatan; menyusui; pria sebaiknya tidak merencanakan mempunyai anak selama 6 bulan dalam pengobatan. efek samping Mual, muntah, diare ; sakit kepala; tidak banyak terjadi hepatotoksisitas, pusing, kebingungan, rasa lelah, gangguan tidur, gangguan koordinasi, neuropati perifer, leukopenia, ruam termasuk yang jarang terjadi erithema multiform, necrolysis epidermal toksik, dan fotosensitivitas interaksi Dengan Obat Lain : Efek sitokrom P450: induksi CYP1A2 (lemah), 2C8/9 (lemah), 3A4 (lemah) Meningkatkan efek/toksisitas : Toksisitas ditingkatkan

dengan etanol, dapat menyebabkan takikardi dan flushing (kemerahan) Menurunkan efek : barbiturat dapat menurunkan kadar griseofulvin. Menurunkan aktivitas warfarin. Menurunkan efektivitas kontrasepsi oral Dengan Makanan : Konsentrasi griseofulvin dapat meningkat jika digunakan bersama makanan , terutama makanan yang mengandung lemak tinggi. Etanol : hindari etanol (dapat meningkatkan depresi SSP), Etanol akan menyebabkan reaksi type disulfiram seperti kemerahan, sakit kepala, mual dan pada beberapa pasien mengalami muntah dan nyeri dada dan/atau abdominal mekanisme kerja Menghambat mitosis sel jamur pada metafase; berikatan dengan keratin manusia menyebabkan resistensi terhadap invasi jamur bentuk sediaan Tablet parameter monitoring stabilitas penyimpanan informasi pasien

Ketokonazole Indikasi: - Infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatophytosis, onychomycosis, candida perionyxixs, pityriasis versicolor, pityriasis capitis, pityrosporum, folliculitis, chronic mucocutaneus candidosis), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi tidak dipermukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal. - Infeksi ragi pada rongga pencernaan.

- Vaginal kandidosis kronik dan rekuren kandidosis. Pada terapi lokal penyembuhan infeksi yang kurang berhasil. - Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, paracoccidioidomycosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis, blastomycosis. - Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat), berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur. Ketoconazole tidak dipenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh karena itu jamur meningitis jangan diobati dengan oral ketoconazole.

Kontra Indikasi: - Penderita penyakit hati yang akut atau kronik. - Hipersensitif terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini. - Pada pemberian peroral ketoconazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam. - Wanita hamil.

Komposisi: Tiap tablet mengandung ketoconazole 200 mg.

Cara Kerja Obat: Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi. Misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp. Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzym "cytochrom P. 450" jamur, dengan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

Dosis: Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun. Pengobatan kuratif: Dewasa: - Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik: 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg sehari).

- Kandidosis vagina: 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan. Anak-anak: - Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg: 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan. - Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu makan. - Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dewasa. Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah semua simptom hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif. Pengobatan profilaksis: 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Lama pengobatan: - Kondidosis vaginal 5 hari. - Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatosis: kurang lebih 4 minggu. - Pityriasis versicolor: 10 hari. - Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida: 2 - 3 minggu. - Infeksi rambut 1 - 2 bulan. - Infeksi kuku: 3 - 6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan hingga 12 bulan. - Dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku,sampai kuku yang terinfeksi diganti oleh kuku yang normal. - Parakoksidioidomikosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis: lama pengobatan optimum 2 - 6 bulan.

Efek Samping Sediaan peroral: - Dispepsia, nausea, sakit perut dan diare. - Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, dizzines, paraesthesia dan reaksi alergi. - Thrombositopenia, alopecia, peningkatan tekanan "intracranial pressure" yang reversibel (seperti papiloedema, "bulging fontanel" pada bayi). - Impotensi sangat jarang. - Gynaecomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan.

- Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (terlihat dalam 1/12.000 penderita). Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

Peringatan dan Perhatian: - Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka panjang mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal yang disertai dengan demam, urine berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus. - Faktor yang meningkatkan risiko hepatitis: wanita berusia di atas 50 tahun, pernah menderita penyakit hati, diketahui mempunyai intoleransi dengan obat, pemberian jangka lama dan pemberian obat bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati dilakukan pada pengobatan dengan ketoconazole lebih dari 2 minggu. Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan harus dihentikan. - Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal atau fungsi adrenal yang "border line" dan pada pasien dengan keadan stres yang panjang (bedah dasar, intensive care, dll). - Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun. - Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih besar dari risiko pada janin. - Kemungkinan diekskresikan pada air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan ketoconazole dianjurkan untuk tidak menyusui.

Interaksi Obat: - Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol. - Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketoconazole. - Pemberian bersama dengan rifampicin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat. - Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan konsentrasi plasma harus dimonitor.

. Lama pemberian griseofulvin dan alasannya?Pemberian griseofulvin sebaiknya 3-4 minggu . Mekanisme kerja :Griseofulvin merupaka obat anti jamur yng bersifat fungistatik, berikatan dengan proteinMikrotubular dan menghambat mitosis sel jamur . Farmakokinetik :Ketika diabsorbsi, griseofulvin pertama kali akan berikatan dengan serum albumin dandistribusi di jaringan yang ditentukan dengan plasma free consentration . Selanjutnya menyebar melalui cairan transepidermal dan keringat dan akan dideposit di sel prekusor keratin kulit(stratum korneum) dan terjadi ikatan yang kuat dan menetap . Lapisan keratin yang terinfeksi,akan digantikan dengan lapisan keratin baru yang lebih resisten terhadap serangan jamur . Mengapa harus 3-4 minggu ?Hal ini berkaitan dengan proses perubahan dari stratum germinativum sampai menjadi stratumcorneum yang dinamakan keritinisasi membutuhkan waktu 2 1 -28 hari, ini disebut dengan Cell Turn Over Time Sepuluh tekhnik pemeriksaan scabies: 1. Kerokan kulit Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan KOH 10% lalu dilakukan kerokan denganmeggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli.Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup laludiperiksa dibawah mikroskop 2. Usap (Swab kulit) 3. Mengambil tungau dengan jarum Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalamterowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudiandikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangatkecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi 4. Kuretasi terowongan (kuret dermal) 5. Burrow ink test Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tintahitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelahtinta dibersihkan dengan kapas alkohol,

terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelapdibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tesdinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupaibentuk zigzag. 6. Uji tetrasiklin Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelahdibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebutakan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli 7. Epidermal shave biopsy Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara mikroskopik.Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuatirisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hatidalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskoph. 8. Pemeriksaan histopatologik 9. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE

Anda mungkin juga menyukai