Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MENGENAI TINDAK PIDANA KORUPSI Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas dari MatakuliahIlmu Sosial Dasar semester

II Tahun ajaran 2012-2013

Dosen : Bapak DRS Yeye Sukmaya M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 7 Gita Rosetivana P Ghina Rifahana D Rina Hanifah Iis Syarifah Nadya Putri Katresna Kelas B 123020063 123020075 123020087 123020098 123020110

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA,sehigga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul MAKALAH MENGENAI TINDAK PIDANA KORUPSI .Makalah ini merupakan tugas dari matakuliah Ilmu Sosial Dasar. Alhamdulillah kami mendapat dukungan moril dari banyak pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan makalah ini, diantaranya dari teman-teman dan untuk itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak DRS Yeye Sukmaya M.Pd atas bantuan,bimbingan serta motivasi yang telah diberikan selama mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun demi kebaikan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya maupun bagi pihak yang berkepentingan pada umumnya.AMIIN.

Bandung,14 Maret 2013

Penulis

i.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu negara ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilan pembangunannya. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Untuk menuju pembangunan ke arah yang lebih baik disuatu negara diperlukan beberapa faktor penunjang, diantaranya yaitu faktor kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai dan tentunya faktor keuangan. Dalam pembangunan diperlukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, dalam arti seseorang yang mampu melakukan, melaksanakan, merencanakan suatu program atau sistem yang akan diterapkan/ diaplikasikan dalam pembangunan. Faktor yang penghambat dalam proses

pambangunan yang sering terjadi di Indonesia salahsatunya adalah rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, kualitas tersebut bukan hanya dilihat dari segi intelektualnya tetapi juga menyangkut rendahnya kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya keimanan, moral, dan semakin rendahnya tingkat kejujuran dari sebagian orang merupakan salahsatu hal yang memicu seseorang untuk melakukan tindak korupsi. Belakangan ini kita sering mendengar kata yang satu ini, yaitu KORUPSI, korupsi sebenarnya ada dan terjadi disekeliling kita, namun terkadang kita tidak menyadari itu.Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan sekarang malah merugikan negara. Di Indonesia korupsi seringkali terjadi di instansi pemerintahan dan lembaga-lembaga tinggi pemerintahan.Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan

hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak korupsi.Sebenarnya korupsi bukan hanya terjadi di instansi tertinggi dan lembagalembaga pemerintahan dalam skala besar saja tetapi korupsi juga bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, ini artinya korupsi tidak hanya menyangkut tindak penyelewengan sesuatu dalam skala besar, tetapi dalam skala kecil pun bisa disebut sebagai tindak korupsi. Korupsi diIndonesia dewasa ini sudah merupakan patologi sosial (penyakit social) yang sangat berbahaya dan mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan Negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon, dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas, rasa malu, serta kurangnya pendidikan pancasila sehingga yang menonjol adalah sikap keserakahan dan kerakusan sehingga tidak menghiraukan masyarakat yang masih mengalami kemiskinan.

1.2.Rumusan Masalah Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan korupsi? 2. Apasajakah Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah pemeberantasan korupsi? 3. Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ? 4. Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ? 5. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ? 6. Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ? 7. Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ? 1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat makalah ini agar kita dapat mengerti dan memahami hal dibawah ini : 1. Untuk mengetahui pengertian korupsi. 2. Untuk mengetahui bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkahlangkah pemberantasan korupsi ? 3. Untuk mengetahui gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ? 4. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi ? 5. Untuk mengetahui fenomena korupsi di Indonesia ? 6. Untuk mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ? 7. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.Secara hafiah, korupsi diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang dipercayakan kepada mereka.Pengertian korupsi menurut Transparency Internasional adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepada mereka. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.

Korupsi menurut Blacks Law Dictionary korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannyaa atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain. Korupsi menurut Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun1999 Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Korupsi menurut corruption is the abuse of trust in the interest of private gain penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi. Korupsi menurut Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian negara. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum. Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme.

Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan umum (Alatas 1999:6).Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi kepentingan umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-pelanggaran norma-

norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan kerahasiaan, pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang ditimbulkannya terhadap masyarakat. Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik maupun asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan tindak korupsi.

2.2.Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah pemberantasan korupsi.

Bentuk dan jenis korupsi Mochtar Lubis membedakan korupsi dalam tiga jenis yaitu sebagai berikut a. Penyuapan, apabila seorang pengusaha menawarkan uang atau jasa lain kepada seseorang atau aparat negara untuk suatu jasa bagi pemberi uang b. Pemerasan, apabila orang yang memegang kekuasaan menuntut membayar uang atau jasa lain sebagai ganti atas imbal balik fasilitas yang diberikan. c. Pencurian, apabila orang yang berkuasa menyalahgunakan kekuasaan dan mencuri harta rakyat, langsung atau tidak langsung.

Ciri-ciri Korupsi a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang

b. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.Meski dilakukan bersamasama, korupsi dilakukan dalam koridor kerahasiaan yang sangat ketat. c. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.Yang dimaksud elemen kewajiban adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara

yang menyangkut pengembangan usaha tertentu.Misalnya izin mendirikan bangunan, izin perusahaan dan lain-lain. d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum. e. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusankeputusan yang tegas dan memiliki pengaruh. Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agar berpihak padanya. Mengutamakan kepentingannya dan melindungi segala apa yang diinginkannya. f. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik dan masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud adalah suatu lembaga yag bergerak dalam pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa kepentingan public. g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan. Ketika seseorang berjuang meraih kedudukan tertentu , dia pasi berjanji akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapatkan kepercayaan kedudukan maka ia tidak pernah melakukan apa yang dijanjikan. h. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari koruptor sendiri. Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampikan dihadapan publik adalah bentuk fungsi ganda yang kontradiktif. Di satupihak sang koruptor menunjukkan perilaku menyembunyikan tujuan untuk menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab, dipihak lain dia menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.

Sebab-sebab yang Melatarbelakangi Terjadinya Korupsi Korupsi dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhipelaku korupsi itu sendiri atau yang biasa kita sebutkoruptor . Adapun sebab-sebabnya, antara lain: 1.Klasik

a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan melakukan korupsi.Pemimpin yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan kontrol manajemen lembaganya. Kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke leadership an, artinya seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa takut. b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistempendidikan dan substansi pengajaran yang diberikan.Pola pengajaranetika dan moral lebih ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpadisertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya. c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa inimenjadi bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan senantiasa menempatkan diri sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderung berlindung dibalik kekuasaan (penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme.Sifat dan kepribadian inilah yang

menyebabkanmunculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi. d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebabtimbulnya korupsi.Minimnya keterampilan, skill, dan kemampuanmembuka peluang usaha adalah wujud rendahnya pendidikan.Denganberbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mencari peluang denganmenggunakan kedudukannya untuk memperoleh keuntungan yangbesar.Yang dimaksud rendahnya pendidikan disini adalah komitmenterhadap pendidikan yang dimiliki.Karena pada kenyataannya,

parakoruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang memadai,kemampuan, dan skill. e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorangcenderung melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang

berlebihan ini, orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumurhidup atau di buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman sepertiitulah yang diperlukan untuk menuntaskan tindak korupsi. g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.

2. Moderat Rendahnya Sumber Daya Manusia. Penyebab korupsi yang tergolong modern itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empat komponen, sebagai berikut: 1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai permasalahan yang berkaitan dengan Sains dan knowledge. 2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara, kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh umat manusia. Komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkan semua pihak. 3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorangdalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorangmengemban tanggung jawab yang diberikan.Betapa punmemiliki kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima, tidak mungkin standar dalam mencapai tujuan. Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi : Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang. Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi atau

masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individuindividu untuk menunjang hidupnya yang wajar. Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan. Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor) korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban.Sedangkan faktorfaktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan. Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-teman, kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya). Menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga indikasi yang menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu : 1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi. 2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri. 3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri. 4. Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-ciri korupsi antara lain sebagai berikut : 5. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. 6. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan. 7. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungann timbale balik. 8. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik perlindungan hukum. 9. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-

keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi keputusankeputusan itu. 10. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau masyarakat umum. 11. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan. 12. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif. 13. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam masyarakat.

Macam-Macam Korupsi Tindak pidana korupsi yang dilakukan cukup beragam bentuk

dan jenisnya.Namun, bila diklasifikasikan ada tiga jenis atau macamnya, yaitu bentuk, sifat, dan tujuan.

1. Bentuk korupsi. Bentuk korupsi terdiri atas dua macam, yaitu :Materiil dan immateriil. Jadi korupsi tidak selamanya berkaitan dengan penyalahgunaan uangnegara.Korupsi yang berkaitan dengan uang termasuk jenis korupsi materiil.Seorang pejabat yang dipercaya atasan untuk melaksanakan proyek pembangunan, karena tergoda untuk mendapatkan keuntungan besar proyek yang nilainya Rp 2.000.000,00 di mark-up (dinaikkan) menjadi Rp 3.000.000,00 bentuknya jelas penggelembungan nilai proyek yang terkaitdengan keuntungan uang.Sedangkan yang immaterial adalah korupsi yang berkaitan denganpengkhianatan kepercayaan, tugas, dan tanggung jawab. Tidak disiplinkerja adalah salah satu bentuk korupsi immaterial.Memang negara tidak dirugikan secara langsung dalam praktik ini.Tetapi, akibat perbuatan itu,pelayanan yang seharusnya dilakukan negara akhirnya terhambat.Keterlambatan pelayanan inilah kerugian immaterial yang harusditanggung negara atau lembaga swasta.Begitu juga dengan mereka yangsecara sengaja memanfaatkan kedudukan atau tanggung jawab yangdimiliki untuk mengeruk keuntungan pribadi.

2. Berdasarkan Sifatnya.

A). Korupsi Publik. Dari segi publik menyangkutnepotisme, fraus, bribery,dan birokrasi.Nepotisme itu terkait dengan kerabat terdekat.Segala peluang

dankesempatan yang ada sebesar-besarnya digunakan untuk kemenangankerabat dekat.Kerabat dekat bisa keponakan, adik-kakak, nenek ataukroni.Fraus, artinya, berusaha mempertahankan posisinya daripengaruh luar. Berbagai cara dilakukan untuk kepentingan ini. Sodok kanan, sikut kiri, suap kanan, suap kiri, semua dilakukan agar posisiyang telah dicapai/diduduki tidak diambil pihak lain atau direbutorang lain. Bribery,artinya pemberian upeti pada orang yangdiharapkan dapat memberikan perlindungan atau pertolongan bagi kemudahan usahanya. Bribery juga memiliki dampak yang cukup signifikan bagi kemajuan usaha. Namun, sasarannya, lebih tertujupada output (hasil kerja). Birokrasi juga bagian tak terpisahkan daripraktik korupsi.Birokrasi yang seharusnya berfungsi mempermudahmemberikan pelayanan pada masyarakat, justru berubah menjadikendala pelayanan.

B). Korupsi Privat. Sisilain korupsi ditinjau dari privat, yang dimaksud privat ada dua,yaitu badan hukum privat dan masyarakat. Praktik korupsi terjadi dibadan umum privat dan masyarakat terjadi karena adanya interaksiantara badan hukum privat dengan birokrasi, antara masyarakatdengan birokrasi.Jadi, sifat interaksi yang terjadi adalah timbal balik.Interaksi tersebut menghasilkan deal-deal tertentu yang salingmenguntungkan.Jadi, korupsi tidak hanya di lembaga-lembagainstitusi negara, tetapi dengan swasta bergulir, karena ada interaksi.Tanpa ada interaksi antar swasta dengan pemerintah tidak akan terjadi korupsi. Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, terdapat 33 jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut

dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni : 1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara 2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap 3.Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan 4.Korupsi yang terkait dengan pemerasan 5.Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang 6.Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan 7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi

Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan menjadi dihasilkan tiga macam model korupsi (2002: 22-23) yaitu : Model korupsi lapis pertama Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara, pemerasan (extortion) dimana prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayan publik lainnya. Model korupsi lapis kedua Jaring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Menurut Aditjandra, pada korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai level nasional. Model korupsi lapis ketiga Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana kedudukan aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh lembagalembaga internasional yang mempunyai otoritas di bidang usaha maskapai-maskapai

mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi anggota jaring-jaring korupsi internasional korupsi tersebut.

3. Dampak Korupsi Munculnya tindak pidana korupsi diberbagai Negara khususnya Indonesia menyebabkan beberapa dampak, diantaranya : A). Lesunya Perekonomian Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas korupsi memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme korupsi menyebabkan lumpuhnya keuangan atau ekonomi suatu negara.Meluasnya praktek korupsi di suatu negara mengakibatkan berkurangnya dukungan negara donor, karena korupsi menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing.

B). Meningkatnya Kemiskinan. Meningkatnya Kemiskinan Efek penghancuran yang hebat terhadap orang miskin: Dampak langsung yang dirasakan oleh orang miskin dan dampak tidak langsung terhadap orang miskin. Dua kategori penduduk miskin di Indonesia: Kemiskinan kronis (chronic poverty), kemiskinan sementara (transient poverty). Empat risiko tinggi korupsi: Ongkos finansial (financial costs), modal manusia (human capital) kehancuran moral (moral decay), hancurnya modal sosial (loss of capital social).

C).Tingginya angka kriminalitas Tingginya angka kriminalitas korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang lain dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan. Menurut Transparency International, terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil

dikurangi, maka kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat. Dengan mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan yang lain.

D). Demoralisasi Demoralisasi korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah dalam penglihatan masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang berkuasa. Jika pemerintah justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada pemerintah.Praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di kalangan warga masyarakat. Menurut Bank Dunia, korupsi merupakan ancaman dan duri bagi pembangunan. Korupsi mengabaikan aturan hukum dan juga menghancurkan pertumbuhan

ekonomi.Lembaga internasional menolak mebantu negara-negara korup. Sun Yan Said: korupsi menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial, dan keterasingan politik.

E). Kehancuran birokrasi Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang punggung negara.Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh kedalam birokrasi. Korupsi dalam birokrasi dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan umum: yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan mereka sendiri. Transparency International membagi kegiatan korupsi di sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu korupsi administratif dan korupsi politik.

F). Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan Terganggunya sistem politik dan fungsi pemerintahan menyebabkan dampak negatif terhadap suatu sistem politik : Korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang

diduga terkait dengan tindakan korupsi.Contohnya : lembaga tinggi DPR yang sudah mulai kehilangan kepercayaan dari Masyarakat Lembaga Politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan kelompok.

G). Buyarnya Masa Depan Demokrasi Buyarnya masa depan demokrasi merupakan faktor penopang korupsi ditengah negara demokrasi .Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang telah meretas peluang bagi merajalelanya penyuapan.Reformasi neoliberal telah

melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan, khususnya yang melibatkan para broker perusaaan publik. Pertambahan sejumlah pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu berdasar pada kharisma personal malalui media, terutama televisi, yang banyak mempraktekan korupsi dalam menggalang dana.

Bidang Dampak Korupsi Kehidupan Hukum a. Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan hukum b. Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan. c. Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat d. Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan uang e. Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama rakyat miskin f. Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele karena disalahgunakan oleh aparat penegak hukum. Politik a. Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat) b. Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat. c. Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara d. Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia indonesia. e. Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak

f.

Ekonomi a. b. c. d. e. f.

g. Sosial a. Budaya b. c. d.

percaya terhadap pemerintah. Diabaikannya pembangunan nasional karena penyelenggara negara disibukkan dengan membuat kebijakan popilis bukan realistis. Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada di lingkaran kekuasaan. Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah bukan berdasarkan kemandirian. Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan didasarkan pada kondisi sebenarnya Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi kerakyatan. Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara keseluruhan Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang sangat merugikan pengusaha menengah dan kecil. Terjadinya tindak pencucian uang Hilangnya nilai-nilai moral sosial Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum, berkurangnya kepedulian dan kesetiakawanan Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

4. Langkah-langkah Pemberantasan Korupsi Upaya pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan langkah-langkah : a. Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi

b. Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi c. d. Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk memantau kinerja para penyelenggara negara e. Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai.

Cara yang kedua yang ditempuh untuk menindak lanjuti korupsi adalah :

a. b.

Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor Penindakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang bersikap tidak tegas dan meloloskan koruptor dari jerat hukum

c.

Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku terhadap para pelaku korupsi

d. Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak hukum untuk segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.

Salah satu langkah nyata dalam upaya pemberantasan korupsi secara represif adalah dengan ditetapkannya UU No. 46 Tahun 2003 tentang Pengendalian Tindak Pidana Korupsi.Hakim dalam pengadilan tindak Pidana Korupsi terdiri dari hakim ad hoc yang persyaratan dan pemilihan serta pengangkatannya berbeda dengan hakim pada umumnya. Keberadaan hakim ad hoc diperlukan karena keahliannya sejalan dengan kompleksitas perkara tindak pidana korupsi, baik yang menyangkut modus operandi, pembuktian, maupun luasnya cakupan tindak pidana korupsi yang antara lain di bidang keuangan dan perbankan, perpajakan, pasar modal, pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2.3. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya Operasi Budhi dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata. Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan Operasi Tertibyang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi

semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.

1.4. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh.Namun yang paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktikpraktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun nasional. Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah penguasa yang korup dan derita rakyat. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para koruptor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerintahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

1.5. Fenomena Korupsi di Indonesia Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah: 1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada lembaga-lembaga politik yang ada. 2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya oknum lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya. 3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. 4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih kepentingan rakyat.Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut : a) Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering berubah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu. b) Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum. c) Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat. d) Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup. e) Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada rakyat. f) Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di bidang politik dan ekonomi-bisnis. g) Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jabatan dan hirarki politik kekuasaan.

1.6. Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi martir (pelopor/tonggak sejarah) bagi para pelaku tindak KKN. Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut : a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good governance. c. Membangun kepercayaan masyarakat.

d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar. e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

2.7. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita secara sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang sangat menentukan. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut : a. Upaya pencegahan (preventif).

b. Upaya penindakan (kuratif). c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.

d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

2.7.1. Upaya Pencegahan (Preventif) a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama. b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis. c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua. e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi. f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien. g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok. h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya. 2.7.2. Upaya Penindakan (Kuratif) Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK : a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004). b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melakukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian. c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta (2004). d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).

e) Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004). f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005). g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005). h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo. i) Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004). j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005). k) Kasus korupsi pengadaan simulator SIM (2012). l) Kasus korupsi Hambalang (2012). m) Kasus penyuapan hakim Pengadilan Negeri Bandung (2013). n) Kasus korupsi pegawai pajak (Gayus Tambunan).

2.7.3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik. b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh. c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional. d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya. e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

2.7.4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca Soeharto yg bebas korupsi. b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur penyelewengan atau dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan berdampak pada masarakat luas serta akan merugikan negara. Jenis tindakan korupsi, diantaranya : Penyuapan, penggelapan, pemerasan, gratifikasi.

3.2. Saran 1. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat. 2. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai