Anda di halaman 1dari 1

Pemeriksaan Penunjang 1) Radiografi cranium, untuk mencari adanya fraktur, jika pasien mengalami gangguan kesadaran sementara atau

persisten setelah cedera, adanya tanda fisik eksternal yang menunjukkan fraktur pada basis kranii, fraktur fasialis, atau tanda neurologis fokal lainnya. Fraktur cranium pada region temporoprietal pada pasien yangtidak sadar menunjukkan kemungkinan hematoma ekstradural, yang disebabkan oleh robekan arteri meningea media (Ginsberg, 2008).Foto polos kepala/otak memiliki sensivitas dan spesifisitas yang rendah dalam mendeteksi perdarahan intracranial. Pada era CT Scan, foto polos kepala mulai ditinggalkan(Dewanto et al, 2009). 2) CT Scan cranial segera dilakukan jika terjadi penurunan tingkat kesadaran jika terjadi penurunan tingkat kesadaran atau jika terdapat fraktur cranium yang disertai kebingungan, kejang, atau tanda neurologis fokal (Ginsberg, 2008). CT Scan merupakan standard baku untuk mendeteksi perdarahan intracranial. Semua pasien dengan GCS <15 sebiaknya menjalani pemeriksaan CT scan, sedangkan pada pasien dengan GCS 15, CT scan dilakukan hanya dengan indikasi tertentu sepert (Dewanto et al, 2009): - nyeri kepala hebat - adanya tanda-tanda fraktur basis kranii - adanya riwayat cedera yang berat - muntah kebih dari 1 kali - penderita lansia (usia 65 tahun) dengan penurunan kesadaran atau amnesia. - kejang - riwayat gangguan vaskuler atau menggunakan obat-obat antikoagulan - amnesia, gangguan orientasi, berbicara, membaca, dan menulis - rasa baal pada tubuh - gangguan keseimbangan atau berjalan. 3) MRI kepala. MRI adalah teknik pencitraan yang lebih sensitif dibandingkan dengan CT scan; kelainan yang tidak tampak pada CT scan dapat dilihat oleh MRI.Namun, dibutuhkan waktu pemeriksaan lebih lama dibandingkan dengan CCT scan sehingga tidak sesuai dengan situasi gawat darurat (Dewanto et al, 2009

Anda mungkin juga menyukai