Sumber Lemak Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Salah satu anggota dari golongan lipid ini adalah lemak yang tergolong dalam lipid netral.Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, yang bila dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori lemak per 1 gram. Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya mentega, margarin dan lemakyang biasa digunakan dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan sebagai bahan pengantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak goreng, shortening dan lemak babi. Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak juga berfungsi sebagai bahan pembuatan sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obatobatan(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilat cat(terutama yang berasal dari golongan minyak mengering).Produk dunia dari lemak diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya, kenaikan produksi ini terutama disebabkan karena melimpahnya panen biji-bijian sebagai sumber lemak. Sumber Lemak Lemak dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan hewani atau nabati.Karena dalam hewan atau tumbuhan itu lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan energi. Lemak bisa diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai berikut : 1. Bersumber dari tanaman. Biji-bijian palawija : jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele, bunga matahari. Kulit buah tanaman tahunan : zaitun dan kelapa sawit. Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit, babassu, cohune dan sejenisnya.
2. Bersumber dari hewan : Susu hewan peliharaan : lemak susu. Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari oleo stock, lemak babi dan muttor tallow. Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah : 1) lemak hewani mengandung kolesterol, 2) kadar asam lemak tidak jenuh pada lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati, 3) lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl lebih besar dari bilangan Polenske lebih kecil dibandingkan dengan minyak nabati. Lemak nabati dan hewani dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat fisiknya berikut dengan contohnya : 1. Lemak nabati, seperti : lemak biji coklat, inti sawit, cohune, babassu, tengkawang, nutmeg butter, shea butter. 2. Lemak hewani : a. Lemak susu (butter fat), seperti : lemak dari susu sapi, kerbau, kambing, dan domba. b. Hewan peliharaan, seperti : lemak babi, skin grease, mutton tallow, lemak tulang, lemak/gemul wool.
Lemak dalam tanaman dibentuk dalam sel hidup yang merupakan hasil dri serangkaian reaksi yang kompleks alam proses metabolisme.Molekul lemak disintesa dengan proses kondensasi dari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Molekul asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk dari hasil oksidasi karbohidrat secara proses metabolisme berlangsung. Proses pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1. Sintesa gliserol. Gilserol disintesa dari dihidroksi aseton fosfat, yang merupakan salah satu hasil penguraian fruktosa difosfat oleh enzim oleh aldose dalam tanaman. Dihidroksi aseton
fosfat direduksi menjadi gliserol fosfat dan akhirnya diubah menjadi gliserol dengan proses de-phaphorilase. 2. Sintesa asam lemak. Asam lemak dihasilakan dari reaksi dua persenyawaan yang m,engandung karbon, yang etrbentuk selama proses metabolisme misalnya asam asetat, asetaldehida, dan alkohol (etanol). Dalam kondisi anaerob, asam lemak dalam tanaman disintesa oleh bakteri tertentu. Sebagai contoh adalah sintesa asam butirat dan asam kaproat oleh bakteri Clostridium Kluyveri, dengan reaksi sebagai berikut :
. Kluyveri C
2 CH3OH + CH3COOH
C2H5OH + CH3COOH
. Kluyveri C
3. Kondensasi gliserol dan asam lemak sehingga membentuk lemak. Proses pembentukan lemak atau minyak dalam tanaman merupakan proses esterifikasi gliserol dengan asam lemak. Sebagai contoh adalah proses pembentukan palmitin.Enzim lipase biasanya terdapat dalam biji-bijian yang dapat mengandung lemak misalnya kacang kedele, biji jarak, biji bunga matahari, biji jagung dan juga terdapat dalam daging hewan serta beberapa jenis bakteri. Lemak hewani bersumber dari tubuh hewan, yang terdapat dalam jaringan adipose. Jenis-jenis lemak hewani yang telah banyak dikenal adalah lemak susu, kuning telur, lemak sapi, lemak babi,lemak sumsum, lemak ayam, lemak ikan paus, ikan hiu, dan sebagainya
2. Pengertian Fat Splitting Fat Splitting menurut bahasa berarti pemecahan lemak. Sedangkan secara definisi berarti proses pemecahan lemak atau minyak (Trigliserida) menjadi Fatty
Acid (Asam lemak) serta gliserin sebagai produk samping, dengan menggunakan air (Proses hidrolisa) dan atau menggunakan enzim. Secara tersirat dapat diketahui reaktan pada proses ini adalah minyak (crude palm oil, palm kernel oil, serta coconut oil) atau lemak yang sudah di kilang untuk pembersihan, dan yang akan dijelaskan secara mendalam pada bagian-bagian selanjutnya adalah menggunakan coconut oil dan crude palm oil (CPO) sebagai umpan reaksi. Adapun kegunaan dari proses pemecahan lemak ini adalah untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin sebagai produk samping. Sebagaimana kita ketahui bersama kedua produk ini memiliki nilai jual lebih bila dibandingkan umpan kita tadi. Adapun asam lemak dapat juga dikatakan basic oleochemical terpenting, pada industri oleochemical asam lemak digunakan sebagai materi awal untuk sabun, medium-chain trigliserida, polyol ester, alkanoamida, dan sebagainya.
3. Reaksi Serta Mekanisme Reaksi Fat Splitting Sebagaimana kita ketahui minyak kelapa maupun minyak sawit, bisa dihidrolisa atau dipecah menjadi korespondensi asam lemak dan gliserin. Reaksinya dijelaskan menurut persamaan: RCOOCH2 | RCOOCH | RCOO CH2 RCOOH + 3H2O RCOOH + RCOOH CH2OH | CHOH | CH2OH
Tigliserida
3 Air
3 Asam Lemak
Gliserin
Pada penggunaan minyak kelapa, fraksi asam lemak adalah C8-C18 dan bukan tidak memungkinkan juga C6. Fat splitting merupakan reaksi yang essensial yang berlangsung pada tahapan sebagai berikut : Asam lemak radikal, berpindah tempat dari trigliserida satu kali dari tri ke di ke mono. Pemecahan yang tidak sempurna akan menghasilkan monogliserida, digliseridaa, dan mungkin juga masih berbentuk trigliserida. Semenjak proses inisiasi, reaksi berjalan lamban, terbatas oleh kelarutan air di dalam fasa minyak. Pada tahapan kedua, prosedur reaksi mulai bergerak cepat, karena peningkatan kelarutan air pada fasa minyak. Pada tahap akhir ditandai dengan dimishing rata-rata reaksi sebagai asam lemak dan gliserin sebagai produk kondiri equilibrium. Dapat di lihat pada ilustrasi berikut:
Pemecahan lemak merupakan reaksi yang reversibel, pada titik equilibrium nilai hidrolisis dan reesterifikasi adalah setimbang. Gliserin sebagai produk harus ditari keluar secara kontinu, sebagai usaha untuk menghindari terjadinya reesterifikasi yang berlebihan. Meningkatkan suhu dan tekanan akan memepercepat reaksi karena akan meningkatkan kelarutan air di dalam fasa minyak, dan untuk meningkatkan energi aktifasi. Temperatur pada bagian partikel, akan menimbbulkan efek yang signifikan. Menaikkan suhu dan temperatur (misal dari 150 220 oc akan meningkatkan kelarutan
air 2 sampai 3 kali lipat. Presentasi asam mineral yang kecil seperti asam sulfat atau oksida logam (seperti Zn dan Magnesium Clorida) meningkatkan reaksi pemecahan. Oksida logam adalah katalis sebenarnya. Ia juga berperan dalam formasi dan proses emulsi.
4. Macam-Macam Proses Fat Splitting 1) Proses Twitchell Proses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada pemisahan lemak. Proses ini masih menggunakan cara yang sederhana, disebabkan murah serta kemudahan dari instalasi dan operasi. Tetapi proses ini membutuhkan energi yang besar dan kualitas produk yang rendah. Proses pemisahan menggunakan reagen Twitchell dan H2SO4 sebagai katalis dalam hidrolisis. Reagennya adalah campuran dari oleic atau asam lainnya dengan naptalen tersulfonasi. Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam. Kandungan yang terdiri dari air yang jumlahnya dari lemak, H2SO4 1-2 % dan reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan atmosfer selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi dua sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air. Pada tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna mencuci asam yang tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan menjadi tinggi dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak menguntungkan.
Lemak, air H2SO4 1-2 % Reagent Twitchell 0,75-1,25 % Tong tahan Asam (wooden
Dilakukan 2 4 kali
Gliserin + air
Gliserin
lead-lined)
Dipanaskan lagi Dipanaskan pada suhu 100-105 oC
2) Proses Autoclave Batch Proses ini adalah metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus dalam jumlah yang cukup banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak. Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengan diameter 1220-1829 mm dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-resistant alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan terjadinya pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin pengaduk. Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya (sekitar dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan tekanan sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian kecil kisi-kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih dari 95% setelah 6-10 jam. Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.
Fatty acid (wased)
Fat, Water
Separation
impurities
Gliserol
Steam 150-175oC
3) Proses Kontinu Proses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis. Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220 mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan sekitar 5000 kPa.
Gambar 3. Single-stage countercurrent splitting. Gambar 3 menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent splitting, lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1 meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagian atas dengan
perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan yang tinggi (250-260
o
C) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak. Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah
lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses continiu countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam. Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah : Steam (6000 kPa) 190 kg
4) Pemecahan secara enzimatis Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim alami.Pemecahan lemak dengan enzim telah dilakukan melalui percobaan.Tetapi saat ini prosesnya tidak begitu dianggap penting karena biayanya yang mahal dan waktu reaksinya yang lama.Pemecahan lemak dan minyak secara enzimatis oleh lipase dari Candida Rugosa, Aspergilus niger, dan Rhizopus Arrhizus telah dipelajari pada range temperatur 26-40 oC dengan periode 48-72 jam dengan hasil pemecahan kira-kira 98 %.
10
- karena otomatis, pengendaliannya mudah Kelemahan - penanganan katalis butuh waktu lama - stok bahan baku kurang bagus, terpaksa di rafinasi, agar tidak teracuni oleh katalis - konsumsi steam tinggi - cenderung bewarna gelap - lebih dari 1 tahap untuk perolehan tinggi - pengendalian manual - biaya tenaga kerja tinggi Investasi awal agak tinggi Penanganan katalis Waktu reaksi lebih lama dari pada kontinu proses Biaya tenaga kerja tinggi Perlu lebih dari satu tahap untuk hasil yang baik investasi awal tinggi suhu tekanan tinggi tingkat penanganan yang dibutuhkan tinggi Waktu yang lama diikuti
5. Uraian Proses Pada prinsipnya pembuatan pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap : 1. tahap degumming 2. tahap hidrolisa 3. fatty acid distilation and fractionation opertion 4. tahap penguapan
11
Degumming merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang terdiri dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana bahan-bahan tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu proses-proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna gelap. Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi asam pospat sehingga kotoran terbentuk mudah lepas dari minyak, kemudian disusul dengan proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya dihidrolisa pada reaktor hidrolisa. Hidrolisa lemak atau minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol dilakuakan dengan merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada menara splitting. Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang beroperasi pada suhu 250oc dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air sedangkan asam lemak tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam lemak merupakan bagian atas dari produk di menara splitting. Sedangkan gliserol dan air berada di bottom menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis (memerlukan panas). Selanjutnya produk gliserol yang masih mengandung sebagian besar air dilakuakan pemisahan dengan cara penguapan menggunakan evaporator yang merupakan unit operasi dimana gliserol dipisahkan dari komponen campurannya yaitu air. Hasil dari unit pemisahan ini diperkirakan menghasilkan produk gliserol 90,9%. Selanjutnya dilakukan distilasi dan operasi fraksionasi. Asam lemak yang
12
Penyulingan zat asam yang mengandung lemak kasar. Zat asam yang mengandung lemak sangat sensitif jika dipanaskan, dioksidasi, dan dapat menimbulkan karat. Penyulingan dibawa ke ruang hamapa dan menurunkan temperatur sehingga memperpendek waktu proses. Zat asam yang mengandung lemak kasar dikeringkan dengan melewati ruang hampa dan dimasukkan pada unit destilasi, direaksikan pada ruang hampa 1,2 kPa atau temperatur kira-kira 210oc. Panas memudahkan pengurangan kotoran seperti halnya bau dan badan warna dari uap air yang meninggalkan sistem tersebut. Lemak yang disaring punya warna putih dan bebas dari ketidak murnian. Akhirnya terdiri dari beberapa kualitas produk akhir, ynag dapat di daur ulang secara langsung dengan penyulingan kembali. Menurut lurgi pemakaian lemak kasar per ton untuk 50 200 ton per hari. Heating steam (5 000 kPa) Steam (300 1000 kPa) Cooling water (20 c) Electrical energy Export steam (300 kPa)
o
370 kg 150 kg 15 m
3
5 kWh 120 kg
Pecahan spesifik dengan kemurnian lebih dari 99 % laris untuk produk tertentu. Kebetulan dalam pengembangan dalam teknologi fraksionasi sekarang dapat siap menghadapi tantang ini. Kemurnian 99, 5 % kaleng dapat dicapai untuk C12 atau C14 Fraksionasi dapat memisahkan campuran zat asam yang mengandung lemak. Detergen punya ikatan C12 C18 yang terpisah dari keseluruhan oleh lapisan di atas C8 C10. potongan tengah C12 C14 dapat difraksionasi lebih lanjut dari C12 C18 dengan memanfaatkan dua atau lebih kolom. Keseluruhan proses fraksionasi dapat memberi perbandingan hasil akhir. Pada dasrnya masing-masing proses menggunakan suatu deaerator, sumber panaas, kolom fraksionasi, sistem penguapan, dan sumber ruang hampa. Proses berbeda untuk tiap kolom. Dengan penguapan dan pemadatan dan engaturan pipa untuk menimbulkan panas yang lebih baik, tetapi mereka dapat memberi hasil yang baik. Sistem ruang hampa disajikan dengan bebas untuk masng-masing kolom dan pada umumya berisi suatu ruang hampa dan suatu ejektor uap air mencapai ruang hampa yang paling tinggi.
13
Suatu sistem ruang hampa tidaklah direkomendarikan. Karena dapat mempengaruhi langkah-langkah lain.
6. Blok Diagram Proses Sebagai mana telah diulas lebih lengkap mengenai tahapan-tahapan proses pada fat splitting, maka dapat dibuatkan diagram alir proses fat splitting menggunakan metode kontinu.
14
7. Penjelasan Mengenai Produk Kita telah tahu mengenai macam proses, mekanisme, serta mekanisme proses fat splitting dari ulasan yang telah panjang lebar di atas. Nah pada bgian akhir pembahasan ini akan kami jelaskan sedikit mengenai produk akhir dari proses fat splitting. Adapun produk yang dihasilkan adalah asam lemak dan gliserin (sebagai produk samping), namun kami hanya kan menjelaskan mengenai asam leak saja, karena gliserin akan dijelaskan sangat mendalam pada ulasan kelompok berikkutnya. Asam lemak merupakan salah satu bahan dasar oleokimia yang sangat penting dalam industri oleokimia selanjutnya. Asam lemak dapat diperoleh dari minyak nabati, seperti CPO, PKO, dan coconut oil. Sedang asam lemak itu sendiri merupakan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon C6 C24 dan dapat diperoleh dengan cara pemisahan minyak nabati
Kandungan asam lemk pada CPO, PKO, dan coconut oil dapat dilihat pada tabel berikut: Asam lemak Caproic Caprilic Capric Lauric Myristic Palmitic Stretic Oleic linoleic Formula C6H12O2 C8H16O2 C10H20O2 C12H24O2 C14H28O2 C15H32O2 C18H36O2 C18H34O2 C18H32O2 CPO (%) PKO (%) 0.2-0.8 6-9 6-10 46-50 17-19 8-10 2-3 5-7 1-2.5 Coconut oil (%) 0-1 3-5 3-5 44-51 15-17 7-10 2-3 12-19 1-2
Terjadi perbedaan disebabkan karena jumlah atom karbon, posisi rantai cabang, dan ikatan rangkap antara 2 atom karbon, maka dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Kegunaan asam lemak antara lain; sabun, detergen, alkohol lemak, kosmetik, karet, plastik, crayon, cat, pengemulsi makanan, vernish, dan serta obat-obatan.
15
8. Kesimpulan 1. Proses Fat Splitting merupakan proses pemisahan minyak atau lemak 2. Langkah fat splitting adalah reaksi hidrolisa dengan 4 metode yaitu twitchell, batch autoklav, kontinu, dan enzime, yang masingn-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kesempatan ini kami lebih memilih metode kontinu. 3. Adapun tahapan prosesnya adalah degumming, hidrolisa, dekanter, yang memisahkan giserol-air (selanjutnya menuju evaporator untuk memisahkannya) serta trigliserida-asam lemak (selanjutnya ke unit fraksinator) 4. Hasil utama proses ini adalah asam lemak serta produk samping berupa gliserin 5. Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana pada pemecahan lemak dan masih digunakan dalam skala kecil karena biayanya yang murah dan pengoperasian yang mudah. Namun, waktu reaksinya lama dan konsumsi steam-nya tinggi. 6. Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang digunakan untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih cepat daripada proses Twitchell. Namun, dibandingkan dengan proses Kontinu lebih lambat 7. Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien dalam metoda hidrolisis lemak, menghasilkan konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat splitting dengan waktu reaksi yang singkat. 8. Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme sebagai biokatalisator bagi reaksi penguraian minyak atau lemak (hidrolisis) menjadi gliserin asam-asam lemak murni tersebut, maka asam lemak hasil hidrolisis tersebut difraksinasi dengan cara destilasi 9. Pemilihan proses dipertimbangkan berdasarkan : konversi produk yang tinggi, waktu reaksi lebih singkat, dan biaya operasi yang lebih murah 10. Berdasarkan kriteria pemilihan proses di atas, maka proses kontinu adalah proses yang paling baik untuk diterapkan dalam proses pemecahan lemak yang paling efektif dan efisien.
16