Anda di halaman 1dari 27

1. LUKA A.

Definisi Vulnera atau luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal. Tidak selamanya terjadi terjadi diskontinuitas (terputusnya) jaringan kulitpada suatu luka, walaupun jaringan dibawah kulit terganggu. Contohnya pada luka memar. Secara umum luka dapat dibagi dua : (1). Simplek, bila hanya melibatkan kulit. (2). Komplikatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya. B. Etiologi Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu : 1. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, dan terjepit. 2. Trauma elektris, dengan penyebab cedera karena listrik, dan petir. 3. Trauma termis, disebabkan oleh panas, dan dingin. 4. Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa, serta iritatif dan korosif lainnya. C. Jenis Luka Jenis luka dibagi atas dua bagian, yaitu luka tertutup (closed wound) dan luka terbuka (open wound). Luka tertutup yaitu luka dimana tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Contohnya yaitu luka memar (vulnus contusum), vulnus traumaticum. Luka terbuka yaitu luka terbuka dimana terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Contohnya : 1. Vulnus excoriatio (luka lecet) 2. Vulnus scissum/incisivum (luka sayat).

3. Vulnus laceratum (luka robek). 4. Vulnus punctum (luka tusuk). 5. Vulnus caesum (luka potong). 6. Vulnus sclopetorum (luka tembak). 7. Vulnus morsum (luka gigit).

D. Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat badan. berat kira-kira 15%

Anatomi kulit secara histopatologik 1. Lapisan Epidermis (kutikel)

Stratum Korneum (lapisan tanduk) => lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)

Stratum Lusidum => terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.

Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)=> merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.

Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta ) => terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.

Stratum Basalis => terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.

Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.

Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes).

2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.

3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan

lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).

Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis)

E. Penyembuhan Luka luka adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak bisa karena dari trauma, kimiawi, listrik, radiasi. Proses yang terjadi secara alami bila terjadi luka dibagi dalam tiga fase. 1. Fase inflamasi atau lag phase. Berlangsung sampai hari kelima. Akibat luka terjadi pendarahan. Ikut keluar trombosit dan sel sel radang. Trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksan, bahah kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah dan kemotaksis terhadap lekosit. Terjadi vasokonstriksi dan penghentian perdarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine yang meninggikan permeabilitas kapiler,

terjadi eksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang : dolor, rubor, dan kalor. Karena pembuluh darah melebar. Lekosit, limfosit, monosit menghancurkan dan memakan (fagositosis) kotoran dan kuman. Pertautan luka pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka sehingga di sebut fase lag (tertinggal). 2. Fase proliferasi atau fase fibroplasia. Berlangsung dari hari keenam-sampai tiga minggu. Terjadi proliferasi dan pembentukan fibroblast yang berasal dari sel-sel mesenkim. Fibroblast mengahsilkan mukololisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin. Mukopolisakarida mengatur deposisi seratserat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka. Serat-serat dibentuk , diatur, mengkerut, yang tak diperlukan dihancurkan, dengan demikan luka mengerut dan mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel radang, fibroblast, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata, disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal di tepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka, tempatnya diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan yang rata atau lebih rendah, tak dapat naik. Pembentukan jaringan granulai berhenti setelah permukaan luka tertutup epitel dan mulailah pendewasaan penyembuhan luka yaitu pengaturan kembali, penyerapan yang berlebih. 3. Fase remodeling atau fase resorbsi. Dapat berlangsung sampai berbulan-bulan. Dikatakan berakhir bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak ada rasa sakit maupun gatal, disini prosen kontraksi parut kelihatan dominan. F. Gangguan penyembuhan luka.

Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh (endogen) atau dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting meliputi koagulopati dan gangguan ssistem imun. Semua gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka karena hemostasis merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan system imun kan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan, dan kontaminasi. Bila system daya tahan tubuh selular maupun homoral terganggu, pembersihan kontaminan dan jaringan mati serta penanahan infeksi tidak berjalan baik. Gangguan system imun dapat terjadi pada infeksi virus, terutama HIV, keganasa tahap lanjut, penyakit menahun berat seperti tuberkolosis, hipoksia setempat, seperti ditemukan pada arteriosklerosis, diabetes mellitus, morbus Reynaud, morbus burger, kelainan vaskuler (hemangioma, fistel arteriovena), atau fibrosis. System imun juga dipengaruhi oleh gizi kurang akibat kelaparan, malabsorpsi, maupun vitamin, serta gangguan dalam metabolism makanan, misalnya pada penyakit hati. Selain itu , fungsi system imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti pada usia lanjut dan penyakit tertentu, misalnya penyakit Cushing dan Addison. Penyebab eksogen meliputi radiasi sinar ionisasi yang akan mengganggu mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut. Pemberian sitostatik (obat penekan reaksi imun) misalnya setelah transplantasi organ, dan kortikosteroid juga mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat, seperti infeksi, hematom, benda asing, serta jaringan mati seperti kuester dan nekrosis, sangat menghambat penyembuhan luka. Bila luka atau ulkus (borok) tidak kunjung sembuh, harus dilakukan pemeriksaan kembali dengan memperhatikan fase penyembuhan luka dengan menentukan sebab gangguan. Lakukan anamnesis lengkap dilanjutkan dengan pemeriksaaan fisik, pemeriksaan lab, radiologi, biakan, dan kalau perlu dilakukan biopsy histologik/patologik serta pemeriksaan serologic. Luka dikatakan kronik atau gagal sembuh bila gagal menutup atau gagal mengalami epitelisasi dalam 30 hari. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kembali secara teliti yang diikuti dengan terapi optimal dan luka tak kunjung sembuh, diperlukan intervensi bedah. Sekarang ini banyak dikembangkan penggunaan berbagai balutan atau terapi

tambahan untuk membantu penyembuhan luka, terutama untuk luka yang kronik, seperti penggunaan terapi oksigen hiperbarik, penggunaan terapi tekanan negative, enzim-enzim serta berbagai jenis balutan. G. Tehnik closure luka

5. TRANSFUSI DARAH Definisi Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang (donor) ke orang lain (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma,

sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi. Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien. Tujuan transfusi darah Tujuan dari transfusi darah atara lain : 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma). 2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia. 3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia). 4. Meningkatkan oksigenasi jaringan. 5. Memperbaiki fungsi Hemostatis. Indikasi transfusi darah Dalam pedoman WHO disebutkan : 1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat. 2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang. Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah :

1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan. 2. Anemia kronis. 3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen. 4. Plasma loss atau hipoalbuminemia. 5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl. Kontraindikasi Pasien yang infeksi Pasien dengan golongan darah yang berbeda Jenis transfusi darah

Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 42C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Indikasi : 1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar 2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah total.

Rumus kebutuhan whole blood 6 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu : 1. Darah Segar Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.

Sel darah merah

1. Packed red cell (PRC) Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3) Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb Kebutuhan darah (ml) : 3 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah: banyak leukemia dan anemia

memperbaiki oksigenasi sudah di atas 8 g%.

a. b. c.

Mengurangi kemungkinan penularan penyakit Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload

berkurang d. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

Indikasi: : a. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml. b. Hemoglobin <8 gr/dl. c. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik) d. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator. 2. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap. 3. Washed red cell Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3) Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma 4. Darah merah pekat miskin leukosit

Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 42C, berguna untuk jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)

meningkatkan

Manfaat komponen darah ini

White Blood Cells (WBC atau leukosit) Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik. Indikasi : - Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan

kultur darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia).

Suspensi trombosit Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2) Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :

a. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas. b. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Rumus Transfusi Trombosit BB x 1/13 x 0.3 Macam sediaan: 1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit) Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34C sebaiknya 24 jam. 2. Platelet Concentrate (trombosit pekat) Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 202C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6) Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan 48-72 jam.(3)

Plasma Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-

faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3) Macam sediaan plasma adalah: 1. Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell. 2. Plasma kering (lyoplylized plasma) Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun). 3. Fresh Frozen Plasma Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3) Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masingmasing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh. Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia. Indikasi : Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)

Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang

mengancam nyawa. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi

massif Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.

4. Cryopresipitate Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A. Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2) Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII Indikasi : Hemophilia A Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi Penyakit von wilebrand

Rumus Kebutuhan Cryopresipitate : 0.5x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB 5. Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa Rumus Kebutuhan Albumin albumin x BB x 0.8

Komplikasi Transfusi Darah dan Penanganannya 1. Reaksi hemolitik Reaksi yang terjadi biasanya adalah penghancuran sel darah merah donor oleh antibodi resipien dan biasanya terjadi karena ketidakcocokan golongan darah ABO yang dapat disebabkan oleh kesalahan mengidentifikasikan pasien, jenis darah atau unit transfusi. Pada orang sadar, gejala yang dialami berupa menggigil, demam, nyeri dada dan mual. Pada orang dalam keadaan tidak sadar atau terbius, gejala berupa peningkatan suhu tubuh, jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan hemoglobinuria. Berat ringannya gejala tersebut tergantung dari seberapa banyak darah yang tidak cocok ditransfusikan. 2. Reaksi non hemolitik Reaksi ini terjadi karena sensitisasi resipien terhadap sel darah putih, trombosit atau protein plasma dari donor. Gejalanya antara lain demam, urtikaria yang ditandai dengan kemerahan, bintik-bintik merah dan gatal tanpa demam, reaksi anafilaksis, edema paru, hiperkalemia dan asidosis. - Infeksi Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung pada berbagai hal antara lain; angka kejadian penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang dilakukan, kekebalan tubuh resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Beberapa infeksi

yang biasa terjadi adalah virus hepatitis, HIV, Citomegalovirus, bakteri dan parasit malaria. Penanggulangan komplikasi transfusi : 1. Stop transfusi

stafilokokus, yesteria

2. Naikan tekanan darah dengan cairan infus, jika perlu tambahkan obat-obatan. 3. Berikan oksigen 100% 4. Pemberian obat-obatan diuretik manitol atau furosemid 5. Obat-obatan antihistamin 6. Obat-obatan steroid dosis tinggi 7. Periksa analisa gas dan pH darah.

9. SYOK Definisi Syok adalah kegagalan sirkulasi perifer yang menyebabkan ketidakmampuan perfusi jaringan memberikan zat gizi ke sel melakukan pembuangan sisa-sisa metabolisme. Syok terbagi atas

beberapa tipe yaitu syok hipovolemik, septic, kardiogenik, neurogenik, anafilaktik, dan syok yang disebabkan oleh sebab lain. Syok hipovolemik Terjadi akibat penurunan volume darah, plasma atau cairan tubuh elektrolit. Syok ini disebabkan oleh perdarahan, luka bakar, obstruksi usus, peritonitis. Tanda-tandanya adalah penurunan tekanan vena, peningkatan tahanan perifer, takikardi. Disamping itu terdapat faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap syok seperti usia, penyakit kronis, anastesi (kelumpuhan saraf vasomotor), kekurangan adrenalin. Penafsiran klinis syok hipovolemik adalah menggolongkan syok hipovolemik atas ringan, sedang dan berat. Misalnya pada syok hipovolemik perdarahan : 1. Kehilangan darah sebanyak < 20% dari volume darah dalam tubuh menyebabkan syok ringan. 2. Kehilangan darah 20-40% dari volume darah dalam tubuh menyebabkan syok sedang. 3. Kehilangan darah 40% dari volume dalam tubuh menyebabkan syok berat. Pada awal syok akan terjadi mekanisme kompensasi tubuh, dengan sup;ai darah diutamakan pada organ vital (terutama jantung dan otak), tanpa memperdulikan organ tubuh lainnya. Dengan demikian pada syok berat terjadi penurunan cairan pada organ tubuh lain. Hal ini terlihat, misalnya mata menjadi cekung, turgor menurun dan sebagainya. Etiologi Terjadi akbiat penurunan volume darah, plasma atau cairan tubuh elektrolit. Gejala klinis Tanda-tandanya adalah : penurunan tekanan vena, penigkatan tahanan perifer, takikardi. Penggolongan klinis Syok ringan. Pada syok ringan terjadi kehilangan darah hingga 20%. Dan secara patofisiologi terjadi penurunan perfusi jaringan pada organ dan jaringan nonvital (kulit,

lemak, otot, dan tulang). Tanda-tanda dari syok ini adalah pucat, penderita mengeluh kedinginan, kulit dingin, urin pekat. Syok sedang. Terjadi kehilangan darah hingga 20-40%. Secara patofisiologi terjadi penurunan perfusi pada organ vital (hati, usus, ginjal). Tanda-tanda terjadinya syok sedang adalah oliguria hingga auria, penurunan tekanan darah dari ringan hingga berat. Syok berat. Terjadi kehilangan dara lebih dari 40%. Secara patofisiologi terjadi penurunan perfusi pada organ sangan vital (otak, jantung). Manifestasinya berupa keadaan gelisah, agitasi, koma, nadi tak teratur, gambaran EKG abnormal, dan henti jantung. Pengobatan Syok merupakan keadaan akut, lakukan tindakan : 1. Baringkan pasien pada posisi terlentang, bila memungkinkan kepala lebih rendah. 2. Bebaskan jalan napas. 3. Berikan cairan infuse dengan golongan kristaloid seperti larutan NaCl 0,9% (isotonis) atau NaCl hipertonis atau Ringer Laktat, Noromosol : golongan koloid seperti darah, plasma darah dan kompenennya, pengganti plasma (ekspander plasma) misalnya dextran L. 4. Carilah sebab utam syok. 5. Lakukan evaluasi pasien. 6. Tindakan dengan malukakn pemasangan kateter urin untuk memantau pengeluaran urin, makin banyak urin keluar, perkembangannya makin baik. Juga lakukan pemeriksaan Hb secara berseri, dan pemeriksaan tekanan darah. Syok septic Seringkali septicemia disebabkan oleh bakteri gram negative, meskipun sesekali dapat disebabkan oleh bakteri gram positif. Faktor yang meningkatkan kepekean terhadap infeksi

bakteri akan mempermudah timbulnya syok septic, misalnya traumuya, diabetes mellitus, penyaki-penyakit hematologis, pengobatan dengan kortikosteroid. Ada beberapa keaddan yang mempercepat syok septic seperti keadaan pasca operasi saluran kemih, pasca operasi saluran empedu, pasca operasi kebidanan (ginekologi) Patofisiologi Bakteri gram positif kadang-kadang menyebabkan hipovolemi, tetapi kehilangan cairan dari ruang vaskuler biasanya terbatas pada daerah infeksi. Gejala Infeksi yang timbul mungkin tidak begitu jelas. Pasien menjadi bingung dan gelisah pada stadium awal. Timbul demaam, hipertensi pulmonal, hiperventilasi dan oliguria hingga anuria. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat glikosuria, hiperglikemi, alkalosis respirasi, hemokonsentrasi (pemekatan darah) Pengobatan Perlu pemberian cairan per infuse dan antibiotika dengan dosis setinggi mungkin, spectrum luas, dan tergantung hasil biaskan dan tes sensitivitas. Disamping itu juga diberikan perawatan suportif denagn memperbaiki pernapasan. Kortikosteroid tidak dianjurkan sebab efek dan mekanisme kerjanya tidak jelas. Syok neurogenik Disebabkan oleh kegagalan resistensi arteri, sehingga darah tertimbun pada pembuluh darah yang berdilatasi, akibat perangsangan saraf atau psikis (misalnya nyeri, ketakutan hebat, anastesi spinal, trauma spinal). Gejala klinis Gejala prodormalnya adalah pucat, berkeringat dingin, lemas, badan terasa melayang, kadang-kadang mual. Penderita jatuh pingsan diikuti hipotensi dan bradikardi. Pengobatan

Syok neurogenik dapat sembuh secara spontan, kecuali anastesi spinal dan trauma spinal. Pasien diistirahatkan dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki. Bila pasien duduk dan tidak mungkin tidur, bungkukan sambil meletakan kepala di antara kedua lututnya. Bila pasien masih pingsan, carilah penyebab lainnya. Pada anastesi spinal, berikan vasokonstriktor (biasanya efedrin) dan cairan infuse tetes cepat serta posisi kepala lebih rendah dari kaki. Pada trauma spinal berikan terapi sesuai keadaan. Syok kardiogenik Pada syok ini masalah utamanya kegagalan daya pompa jantung, sehingga curah jantung menurun, darah menumpuk pada system vena, sehingga tekanan vena meningkat, mengakibatkan tahanan perifer meningkat pula. Penyebabnya adalah infark miokardium, aritmia jantung, dan gagal jantung kongestif. Gejala klinis Gejalanya yaitu dispnoe (sesak napas), ronkhi, diastolic gallop, suara P II mengeras, dan hipotensi. Pengobatan Tergantung penyebabnya. Pada penyakit jantung kongestif, terapi ditujukan untuk mengurangi beban jantung. Syok anafilaktik Reaksi alergi membahayakan ini dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit sesudah suntikan serum atau obat-obatan. Jarang sekali setelah pemberian obat per oral. Syok (renjatan) anafilaktik adalah suatu reaksi kepekaan yang berlebihan terhadap masuknya protein/zat asing kedalam tubuh. Gejala klinis Gambaran yang paling nyata adalah adanya edema laring, bronkospasme dan kolaps vascular. Gejala dan tanda lainnya berupa urtikaria, cemas, edema umum, perasaan

tercekik, terengah-engah, status asmatikus. Pada kasus yang berat timbul hipotensi, kehilangan kesadaran, midriasis, inkontinensia, kejang dan kematian mendadak. Pengobatan Tindakan dibawah ini harus dilakukan secepat mungkin dengan urutan sebagai berikut : 1. Letakan pasien dalam posisi tredelenburg (kepala lebih rendah dari kaki), sebaiknya di atas alas yang keras untuk memungkinkan resusitasi jantung, bila diperlukan. 2. Suntikan segera adrenalin 1:1000 (preparat yang tersedia di pasaran dalam konsentrasi 1:1000). Suntikan 0,3-0,4 cc IM, sebaiknya dipilih otot deltoid (pada lengan atas) agar obat segera mencapai jantung. Tempat suntikan di pijat. Suntikan sebanyak 1cc sekaligus tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan takikardi berlebihan dan vasodilatasi pembuluh darah otot rangka, sehingg memperburuk tekanan darah . penumpukan darah pada otot rangka menyebabkan tekanan darah semakin menurun (hipotensi). 3. Pantau tekanan darah dan nadi 4. Ulangi pemberian 0,3-04 cc IM adrenalin tiap 5-10 menit hingga tekanan sistolik mencapai 90-100mmHg dan denyut jantung/nadi tidak melebihi 120x/menit. Umumnya diperlukan 1-4x suntikan adrenalin 1:1000 0,3-0,4 cc IM. 5. Bila terjadi henti napas, usahakan pernapasan buatan, kepala ditarik kebelakang dengan rahang ke atas dan berikan pernapasan buatan (mulut ke mulut), atau dengan reservoir bag dengan atau tanpa oksigen. 6. Bila terjadi henti jantung, maka lakukan pijetan jantung luar dengan cara : a. Baringkan penderita di atas alas yang keras. b. Letakan pangkal telapak tangan penolong pada separuh bagian bawah sternum penderita, tangan yang lain diatas tangan lain pada posisi lurus.

c. Tekan sternum penderita menggunakan berat badan penolong. Bila berat badan penderita kurang dari 40kg, cukup menggunakan 1 tangan menekan pertengahan sternum penderita dengan kedalaman penekanan 2-3 cm d. Bila bantuan pernapasan buatan dan pijatan jantung luar diberikan oleh seorang penolong, maka lakukan 2x ventilasi diselingi 15x kompresi dengan kecepatan 80x/menit. Bila bantuan dilakukan oleh dua orang, maka diberikan 1x ventilasi tiap 5x kompresi dengan kecepatan 60x/menit. Tindakan resusitasi harus dilakukan terus hingg pernapasan spontan atau denyut jantung spontan timbul kembali hingga tanda kematian pasti terjadi. 7. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, pernapasan buatan dan kompresi jantung luar, tetapi diusahakan kristaloid (NaCl, Ringer Laktat). Tetesan diberikan secara cepat (guyur). Bila tak mungkin melalui vena biasa, lakukan venaseksi (vena section). 8. Selama resusitasi berikan 1. Antihistamin, misalnya difenhidramin (delladry) 25mg IV. 2. Kortikosteroid, misalnuya hidrokortison natrium suksinat 100-200 mg IV, deksametason (pradexon) 8-20 mg IV, natrium bikarbonat (meylon) 1-2 mEq/kgBB IV, kalsium klorida (CaCL) 10% 10 mg/kgBB IV. 9. Pengiriman penderita ke rumah sakit sebaiknya tidak dilakukan sewaktu penderita dalam keadaan gawat, karena dapat meninggal di perjalanan. Lakukan resusitasi dengan tenang dan tepat. Bila pengiriman dilakukan juga, maka ia harus ditemani oleh dokter, tersedia adrenalin dan resusitasi dilakukan terus menerus. 10. Hidrokortison atau deksametason diberikan, terutama bila penderita mengalami syok berat dan lama. Deksametason per oral dapat diberikan, bila penderita dipulangkan untuk mengurang/mengatasi efek jangka panjang (delayed reaction) syok. 11. Penderita yang sembuh jangan langsung dipulangkan, tetapi harus di observasi dengan seksama.

10. TUMOR Tumor Jinak Tumor Ganas Soft Tissue Tumor A. Definisi

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot,pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak, dan selaput saraf. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan ataupembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. B. Etiologi 1. Kondisi genetik Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis. 2. Radiasi Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik. 3.Lingkungan karsinogen Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak. 4.Infeksi Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.

5.Trauma Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada. C. Macam

Anda mungkin juga menyukai