Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Selama bertahun-tahun, konsep penyakit adalah standar pengukuran kesehatan. Pada akhir abad ke-19 bagaimana penyakit merupakan perhatian utama dari suatu professional kesehatan. Saat ini penekanan pada sehat dan kesehatan meningkat. Perawat perlu mengklarifikasi pemahaman mereka mengenai sehat dan kesehatan, karena defenisi mereka sangat menentuka cakupan dan sifat praktik keperawatan. Keyakinan sehat klien mempengaruhi praktik kesehatan mereka. Beberapa orang berpikir sehat dan kesehatan ( atau kesejahteraan ) adalah hal yang sama, atau minimal saling menyertai. Akan tetapi sehat tidak selalu menyertai kesejahteraan. Seseorang yang menderita penyakit terminal dapat merasakan kesejahteraan, sebaliknya orang lain dapat kurang merasakan kesejahteraan walaupun dalam keadaan sehat

B. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain: 1. Mengetahui defenisi sehat 2. Mengetahui defenisi sakit 3. Memahami model sehat dan kesehatan 4. Mengetahui factor yang mempengaruhi kesehatan 5. Memahami tahapan sehat-sakit

BAB II ISI

A. Defenisi Sehat Secara tradisional, sehat didefenisikan dalam hal ada atau tidaknya penyakit. Nightingale mendefenisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera dan menggunakan setiap kekuatan yang dimiliki individu hingga tingkat tertinggi ( Nightingale, 1969 ). WHO mendefenisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental, social, dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan ( WHO, 1947, hlm. 1 ). Pada tahun 1953 Presidents Commission on Health Needs of the Nation menyatakan bahwa sehat bukanlah suatu kondisi, sehat adalah suatu penyesuaian. Sehat bukan suatu keadaan, tetapi suatu proses. Proses tersebut mengadaptasikan individu tidak hanya pada fisik kita, tetapi juga lingkungan social kita. Dubos ( 1968 ) memandang sehat sebagai suatu proses kreatif dan menjelaskannya sebagai kualitas hidup, termasuk kesehatan social,

emosional, mental, spiritual, dan biologis dari individu, yang disebabkan oleh adaptasi dari individu terhadap lingkungan. ANA ( American Nurses Association ) mendefenisikan sehat dalam pernyataan kebijakan social mereka sebagai suatu kondisi dinamis manusia yang mencapai potensi perkembangan dan prilaku hingga tingkat yang setinggi mungkin.

B. Defenisi Sakit Seseorang dapat memandang sakit dan penyakit sebagai entitas yang sama, akan tetapi professional kesehatan secara umum memandang sebagai hal yang benar-benar berbeda. Emosi tidak diyakini menyebabkan penyakit, tetapi dapat menciptakan lingkungan tempat penyakit berkembang melalui pengaruhnya terhadap sistem imun. Sakit adalah status yang sangat personal saat seseorang merasa tidak sehat. Sakit dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan penyakit. Individu dapat mengalami penyakit, sebagai contoh tumor lambung, dan tidak merasa sakit. Dengan cara yang sama, seseorang dapat merasa sakit, yaitu merasa tidak nyaman, namun tidak mengalami penyakit yang dapat dilihat. Sakit bersifat sangat subjektif, hanya individu tersebut yang dapat mengatakan dia sakit. Penyakit adalah suatu istilah yang dapat digambarkan sebagai perubahan fungsi tubuh yang menyebabkan penurunan kapasitas atau pemendekan rentang hidup normal. Secara tradisional, intervensi oleh dokter memiliki tujuan menyingkirkan atau memperbaiki proses penyakit. Orang-orang primitive berpikir penyakit disebabkan oleh kekuatan atau roh. Kemudian, keyakinan ini digantikan oleh teori kausa tunggal. Saat ini, factor-faktor multiple dipertimbangkan berinteraksi dalam menyebabkan penyakit dan menentukan respons individu terhadap terapi.

C. Model Sehat Model sehat adalah suatu konsep yang kompleks, banyak peneliti mengembangkan model atau paradigm untuk menjelaskan sehat dan, dalam beberapa hal, hubungannya dengan sakit atau cedera. Model dapat bermanfaat dalam membantu professional kesehatan memenuhi kebutuhan sehat dan kesehatan individu.

1. Model Agen Pejamu Lingkungan Model agen pejamu lingkungan disebut juga segitiga epidemiologi, adalah suatu pendekatan tradisional terhadap kesehatan dan penyakit yang dikembangan untuk mengatasi penyakit menular dan merupakan salah satu model awal ( Leavell dan Clark, 1965 ).

Tiga unsur interaktif yang dinamis dalam model ini digambarkan sebagai berikut: a. Agen Factor lingkungan atau stressor ( biologis, kimia, mekanis, fisik, atau psikososial ) yang karena adanya atau tidak adanya menyebabkan sakit atau penyakit. b. Pejamu Seseorang yang bisa atau tidak bisa beresiko menderita penyakit. Riwayat keluarga, usia, dan kebiasaan gaya hidup memengaruhi reaksi pejamu c. Lingkungan Semua factor eksternal terhadap pejamu yang bisa atau tidak bisa menyebabkan seseorang mengalami penyakit. Lingkungan ada dua, yaitu lingkungan social dan lingkungan fisik.

D. Model Kesehatan Beberapa teori atau model prilaku/keyakinan kesehatan telah

dikembangkan untuk membantu menentukan apakah individu mungkin berpartisipasi dalam pencegahan penyakit dan aktivitas promosi kesehatan. 1. Model Keyakinan Kesehatan Rosenstock dan Becker Manfaat yang dirasakan Variabel demografi

Kerentanan yang dirasakan terhadap penyakit X Keseriusan terhadap penyakit X

Ancaman terhadap penyakit X

Kemungkinan melakukan tindakan

Isyarat bertindak

Pada tahun 1950-an, Rosenstock (1974) mengajukan suatu model keyakinan kesehatan ( health belief model, HBM ) yang ditujukan untuk memprediksi individu-individu yang akan atau tidak akan menggunakan tindakan preventif, misalnya test skrining untunk mendeteksi dini kanker. Becker (1974) memodifikasi model kesehatan tersebut dengan

memasukkan komponen-komponen berikut: a. Persepsi Individu Persepsi individu mencakup: 1) Kerentanan yang dirasakan Riwayat gangguan tertentu dalam keluarga, seperti penyakit turunan. 2) Keseriusan yang dirasakan Dapat berupa sebuah kekhawatiran terhadap keseriusan sutau penyakit

3) Ancaman yang dirasakan Kerentanan yang dirasakan dan keseriusan yang dirasakan digabungkan untuk menentukan ancaman total yang dirasakan akibat penyakit terhadap individu spesifik. b. Faktor-faktor yang memodifikasi Adapun factor-faktor yang memodifikasi persepsi antara lain: 1) Variabel demografi Variabel demografi meliputi usia, jenis kelamin, ras, dan suku. 2) Variabel sosiopsikologis Tekanan social atau pengaruh dari teman sebaya atau kelompok rujukan lainnya dapat mendorong prilaku kesehatan preventif walaupun motivasi individu rendah 3) Variabel structural Pengetahuan mengenai penyakit target dan kontak sebelumnya dengan penyakit tersebut 4) Isyarat bertindak Isyarat dapat berupa internal dan eksternal, internal contohnya perasaan letih, gejala tidak nyaman, dan lain-lain. Eksternal contohnya pengaruh dari orang lain disekitar kita. c. Kemungkinan Tindakan Kemungkinan seseorang melakukan tindakan kesehatan preventif yang direkomendasikan bergantung pada manfaat yang dirasakan. 1) Manfaat yang dirasakan dari tindakan Seperti menahan diri dari rokok untuk menjaga kesehatan paru, dan menjaga pola makan untuk menjaga berat badan. 2) Hambatan yang dirasakan tterhadap tindakan Seperti biaya, ketidaknyamanan, ketidaksenangan, dan perubahan gaya hidup.

E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Adapun factor factor yang mempengaruhi kesehatan terbagi menjadi tiga, yaitu factor predisposisi, factor yang memungkinkan, dan factor yang menguatkan 1. Faktor predisposisi a. Pengetahuan b. Keyakinan c. Nilai d. Sikap e. Budaya f. Variabel demografi ( usia, jenis kelamin, pendapatan, dll ) g. Akses ke perawatan kesehatan dengan biaya rendah dan bermutu tinggi 2. Faktor yang memungkinkan a. Dukungan adekuat b. Keterampilan dan kemampuan c. Ketersediaan sumber kesehatan d. Prioritas komunitas/pemerintah dan komitmen terhadap kesehatan e. Keterampilan yang terkait dengan kesehatan f. Kemampuan fisik, emosional, dan mental g. Waktu/uang h. Area aman 3. Faktor yang menguatkan a. Insentif/penghargaan b. Dukungan keluarga, teman, guru c. Tindakan atau kebijakan orang yang mempekerjakan d. Biaya dan akses pemberi perawatan kesehatan e. Sumber komunitas f. Akses ke pendidikan kesehatan

F. Tahapan Sehat dan Sakit Adapun tahapan tahapan dalam rentang sehat dan sakit antara lain: 1. Tahap gejala Tahap ini merupakan tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan di tandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karna timbulnya suatu gejala yang dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri, panas, dan lain-lain sebagai menifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh. Setiap gejala timbul sebagai menifestasi fisik. 2. Tahap asumsi terhadap sakit Pada tahap ini seseorang akan melakukan interperestasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya. Setelah menginterprestasi gejala itu, maka seseorang akan merespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut seperti merasa ketakutan atau kecemasan. Untuk mengatasi ketakutan atau kecemasan tersebut, kemudian di lakukan proses konsultasi dengan orang sekitar atau orang yang di anggap lebih mengetahui atau datang ketempat pengobatan. Tahap ini dapat berakhir dengan di temukannya gejala yang pasti dan terjadi perubahan dari sakitnya. Proses ini dapat di pengaruhi oleh beberapa factor di antaranya

pengetahuan/pengalaman masa lalu. Dalam kondisi ini seseorang dapad melakukan peran selama sakit dengan tujuan memperoleh kesehatan, peran tersebut menurut parsons dapat meliputi; pertama, klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi selama sakit; kedua,klien dibebaskan dari tugas dan fungsi social; ketig, klien di haruskan untuk berusaha memperoleh kondisi sehat secepat mungkin; keempat, klien dan keluarga mencari bantuan orang yang kompeten.

3. Tahap kontak dengan pelayana kesehatan Tahapan ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat atau lainnya yang di lakukan atas inisiatif dirinya sendiri. Proses pencarian informasi ini dilakukan untuk mencari pembenaran keadaaan sakitnya, kemudian untuk mengetahui gejala-gejala yang tidak di mengerti oleh klien dan adnya keyakinan bahwa dirinya akan lebih baik. Jika setelah konsultasi tidak ditemukan lagi gejala yang ada, maka klien menganggap dirinya sudah sembuh. Namun apabila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan kembali datang ke pelayanan kesehatan. 4. Tahap ketergantungan Tahapan ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan akan tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya. Kondisi ini juga dapat di pengaruhi oleh tingkat penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan dapat di berikan support agar seseorang mengalami kemandirian. 5. Tahap penyembuhan Tahapan ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi, dimana seseorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini dengan membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan,

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Perubahan pemberian perawatan kesehatan telah menyebabkan perubahan praktik keperawatan. Dua pengaruh pada perubahan ini adalah tindakan pengendalian biaya yang dilakukan oleh pembayar pihak ketiga dan komitmen untuk memberikan perawatan yang dapat diakses oleh orang-orang dikomunitas mereka. Pengendalian biaya menyebabkan lebih banyak focus pada manajemen sumber dan menciptakan kebutuhan perawat untuk menjadi terampil dalam pemanfaatan sumber yang langka. Pengembangan alur kritis, dan memberikan akuntabilitas untuk hasil akhir. Focus perawatan telah meluas dari rawat inap akut samapai termasuk perawatan primer dan preventif yang berfokus pada komunitas.

B. Saran Seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan pemahaman terhadap keperawtan, seorang perawat hendaknya lebih terampil dalam mengambil pilihan, serta meningkatkan alur berpikir kritis mereka dalam mengambil sebuah keputusan klinis.

10

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Potter, Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, ed 7. Singapore: Salemba Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai